Anda di halaman 1dari 7

Resume Modul VII dan Modul VIII

MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK SD

NAMA : AGUNG

NIM : 858084428

POKJAR : Teratai Putih Kayong


Utara TUTOR : HAMOLA, M.Pd

Universitas Terbuka
Program Studi
PGSD Tahun 2023
MODUL VII
PENGEMBANGAN DAN INOVASI PENDIDIKAN DISEKOLAH DASAR
Kegiatan belajar 1 : Pengembangan Pendidikan Anak di Sekolah Dasar

A. Pengembangan Horizontal
Bentuk pengembangan pendidikan di SD itu tercakup dalam 4 rumpun pendidikan
1. Rumpun Sekolah Dasar Konvensional
Rumpun sekolah dasar meliputi :
a. Sekolah Dasar Biasa
Sekolah dasar biasa adalah sekolah yang memiliki ciri-ciri gedung atau tempat
belajar rata-rata sebanyak 6 ruangan, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, kamar mandi
atau WC serta fasilitas pendidikan lainnya.
b. Sekolah Dasar Kecil
Sekolah dasar kecil merupakan sekolah dasar (SD) yang awalnya dikembangkan
didaerah terpencil. Sekolah dasar ini dikembangkan dengan ciri memiliki bangunan yang
terdiri atas 2 atau 3 ruangan dengan 2 atau 3 guru yang melayani 6 tingkat kelas, yaitu
kelas 1 sampai 6.
c. Sekolah Dasar Pamong
Pamong merupakan singkatan dari pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua
dan guru. System pamong ini berusaha untuk menempatkan anak didik sebagai subjek
pendidikan, melibatkan anggota masyarakat dan orang tua untuk berperan lebih aktif
dalam pendidikan dan mengubah peran guru agar dapat bekerja lebih efisien dan
efektif.
System SD pamong menggunakan 10 prinsip yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan itu pada dasarnya merupakan proses belajar dalam diri anak. Oleh
karena itu tujuan pendidikan adalah memberikan semangat kepada anak
untuk belajar.
2. Belajar itu terjadi dan dapat berlangsung disembarang tempat.
3. Pendidikan merupakan proses sosialisasi, bukan proses mencerdaskan dan
menerampilkan siswa melainkan juga membentuk anak menjadi manusia yang
memiliki tanggung jawab terhadap sejahtera bangsanya.
4. Kegiatan tutor dimaksudkan untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dikalangan
siswa.
5. Materi pelajaran juga disesuaikan dengan kurikulum SD yang berlaku.
6. Belajar menurut irama kegiatan masing-masing dan belajar tuntas.
7. Partisipasi masyarakat yang memiliki keterampilan untuk dapat ikut serta mendidik
siswa sangat diperlukan.
8. Struktur personal, proses belajar mengajar dalam pusat kelompok belajar.
9. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah.
10. Guru sebagai Pembina pendidikan.

2. Rumpun Sekolah Dasar Luar Biasa


Beragam anak dengan kondisi khusus ini dapat ditampung dalam rumpun sekolah dasar
luar biasa, yaitu meliputi :
a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
SDLB adalah sekolah setingakat dengan sekolah dasar yang siswanya terdiri atas anak-
anak menyandang cacat (anak luar biasa) dengan berbagai macam ketunaan, yaitu anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa.
b. Sekolah Luar Biasa (SLB) SLB merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk
menangani dan memberikan pelayanan pelayanan kepada anak-anak penyandang
kelainan (anak luar biasa), meliputu kelainan fisik, mental, dan emosi/sosial.
c. Sekolah Dasar Terpadu
Sekolah luar biasa bagi peserta didik yang mengalami kelainan fisik mental dan atau
emosi harus dipandang dan diperlukan sebagai bagian integral dari system pendidikan
bagi peserta didik pada umumnya. Model pendidikan bagi peserta didik ini tetap
terintegrasi dalam sekolah-sekolah biasa dan tidak perlu secara eksklusif dalam sekolah
khusus.
3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah
Upaya mengatasi masalah putus sekolah perlu diarahkan pada upaya pokok, yaitu
pencegahan dan penyimpanan. Upaya penyimpanan dapat dilakukan melalaui peningkatan
dan pengembangan kegiatan rumpun pendidikan luar sekolah yang memungkinkan peserta
memperoleh ijazah kesetaraan sekolah dasar. Pendidikan luar sekolah ini, seperti kursus-
kursus yang diselenggarakan diklumas, kegiatan magang dan kejar usaha. Upaya tersebut
harus melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang berkemampuan. Untuk itu, perlu ditetapkan
pengaturan dan mekanisme pelaksanaanny. Rumpun pendidikan luar sekolah, meliputi
kelompok belajar (kejar) paket A dan khursus jual beli Sekolah Dasar (SD).
4. Rumpun Sekolah Keagamaan
Pendidikan dilingkungan ini diharapkan mampu menciptakan kondisi religious sekaligus
kontekstual sehingga pendidikan agama disekolah keagamaan dapat berkesinambungan
dengan pendidikan umum dan lingkungan, serta masyarakat global. Rumpun Sekolah
Keagmaan meliputi :
a. Madrasah Iptidaiyah (MI), yaitu satuan pendidikan yang bersifat umum setingkat
Sekolah Dasar (SD) yang dikelola oleh Depatemen Agama.
b. Pondok Pesantren, yaitu lembaga pendidikan yang sebenarnya termasuk jalur
pendidikan luar sekolah yang memilikitingkat Sekolah Dasar. Lembaga ini sudah cukup
membudaya dan berperan penting dalam pembinaan manusia Indonesia. Kelebihan
pondok pesantren adalah suasana kehidupan yang religious dibandingkan dengan
lembaga pendidikan persekolahan umum.

B. PENGEMBANGAN VERTIKAL
Pengembangan pada dimensi vertikal ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
sekolah dasar selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata juga harus
mengingat banyaknya peserta didik baik dalam aspek kemampuan, pola hidup maupun
lingkungan sosial budaya, dimana mereka tinggal dengan demikian, aspek pengembangan
kualitas, relevansi dan efsiensi pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar ini menjadi ciri
pengembangan vertikal.
1. Pengembangan Kualitas Pendidikan
Masalah kualitas pendidikan hakikatnya merujuk pada 3 hal, yaitu berkaitan dengan
masukan (infut), proses dan produk (out put). Input pendidikan mencakup siswa, guru,
lingkungan, alat (instrument) dengan segala karakteristiknya, seperti kecerdasan, bakat,
minat, kebiasaan siswa.
Proses pendidikan mencakup persolan bagaimana terselenggaranya suatu pembelajaran.
Menyangkut didalamnya penggunaan strategi dan metode yang tepat, menyediakan sarana
pembelajari yang memadai, evaluasi yang akurat dan sebagainya.
Dengan input dan proses pendidikan yang berkualitas, diharapkan menghasilkan produk
pendidikan yang bermutu, yang diantara karakteristik hasilnya bercirikan berikut ini :
a. Peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar
(learning tugas) yang harus dikuasai sesuai dengan tujuan dan sarana pendidikan.
b. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga dengan belajar
peserta didik bukan hanya mengetahui sesuatu melainkan terampil melakukan
suatu.
c. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja.
2. Pengembangan RelevansiPendidikan
Upaya peningkatan relevansi dalam system pendidikan berharap agar hasil pendidikan
sesuai dengan kebutuhan. Peningkatan relevansi ini perlu disesuaikan dengan tujuan
masing-masing jenjang, jenis, dan jalur pendidikan.
3. Pengembangan Efisiensi Pendidikan
Pendidikan disebut efisien apabila hasil yang dicapai maksimal, dengan biaya yang wajar.
Dalam rangka peningkatan efisiensi dapat dilakukan peningkatan manajemen bagi para
kepala sekolah dan pengawas TK/SD. Bagaimana juga, pendidikan harus diusahakan agar
memperoleh hasil yang baik dan waktu yang sedikit. Ini berarti harus mencari system
pendidikan dan pengajaran yang terus menerus yang efisien dan efektif.

KEGIATAN BELAJAR 2 : INOVASI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD)


Inovasi adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki praktik
pendidikan dengan sungguh-sungguh.
Miles dalam Ibrahim (1988 : 52) mengungkapkan paling tidak ada 11 komponen penting
yang menjadi wilayah inovasi dalam pendidikan. Kesebelas komponen tersebut yaitu :
1. Pessonalia
2. Banyaknya personal dan dan wilayah kerja
3. Fasilitas fisik
4. Penggunaan waktu
5. Perumusan tujuan
6. Prosedur pembelajaran
7. Peran yang diperlukan
8. Wawasan dan perasaan
9. Bentuk hubungan antar bagian atau mekanisme kerja
10. Hubungan dengan system lain
11. Strategi pembelajaran
B. BEBERAPA CONTOH INOVASI DALAM DALAM PENDIDIKAN SD
1. Bidang kurikulum : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP merupakan suatu inovasi pendidikan yang secara bertahap akan diperlukan ditingkat
nasional, mulai dari Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengan Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiayah
(MTS) hingga ke Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Iptidaiyah (MI).
Misi KTSP adalah memberikan kewenangan kepada setiap satuan Pendidikan (unit sekolah)
untuk mengembangkan kurikulum dan silabus sendiri atas dasar pertimbangan potensi
siswa dan karakteristik SDM, sekolah dan daerah tempat sekolah itu berada.
2. Bidang Pembelajaran : Quantum Learning (QL)
Metode pembelajaran QL muncul dari gagasan yang dikembangkan oleh Bobbi Eponer’s &
Mike Hernacki (1999). Quantum Learning : Membiaskan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (terjemahan dan penerbit Kalfa).
QL terdiri dari sejumlah teknik belajar yang sasaran akhirnya adalah membantu para
siswa agar resfonsif dan bersemangat dalam menghadapi tantangan-tantangan belajar
dan perubahan-perubahan yang tejadi dalam situasi nyata yang tengah dihadapkan
ditengah lingkungannya.
3. Bidang Mnajemen : Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS mderupakan suatu inovasi atau pembaruan dalam bidang manajemen pendidikan
khususnya manajemen sekolah.
MBS merupakan suatu inovasi yang menepatkan sekolah sebagai suatu entensitas atau
system yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam mengelola semua
sumber daya yang ada. Penerapan MBS ditunjukkan antara lain dengan setiap sekolah
memiliki ciri-ciri mandiri, seperti yang ditunjukkan dalam pemilikan visi, misi, tujuan dan
prioritas program-program yang berbeda-beda dalam pengembangan dan keunggulan
sekolah secara keseluruhan.

C. PRINSIP DAN MODEL PERENCANAAN INOVASI PENDIDIKAN ANAK SEKOLAH DASAR


1. Prinsip Perencanaan Inovasi Pendidikan
Perencanaan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan untuk mencapai suatu
keberhasilan inovasi pendidikan. Dalam hal ini, perencanaan berarti suatu persiapan dan
pengambilan keputusan untuk melakukan secara sistematik yang merupakan rangkaian aktivitas
berkelanjutan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ibrahim (1988) mengungkapkan elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan, yaitu
1. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi
2. Mengidentifikasikan masalah
3. Menentukan kebutuhan
4. Mengidentifikasikan sumber penunjang dan penghambat
5. Memberikan alternative
6. Menemukan alternative
7. Menentukan alternatif pendayagunaan sumber daya yang ada
8. Penentu-penentu ia untuk memilih alternative pemecahan masalah
9. Alternative pengambilan keputusan
10. Penentu kriteria untuk menilai hasil inovasi
2. Model Perencanaan Inovasi Pendidikan
Agar perencanaan inovasi pendidikan tidak melenceng dari berbagai elemen pokok perencanaan
tersebut, perlu digunakan suatu model perencanaan inovasi pendidikan proaktif/interaktif
(MOPIPPI).
MOPIPPI disini lebih menekankan pada pola urutan pemikiran secara rasional sebagai
pembimbing untuk membuat perencanaan inovasi pendidikan pada suatu sekolah. Kata-kata
kunci yang merupakan ciri utama MOPIPPI ialah terbuka, fleksibel, keseluruhan dan hubungan
baik.

D. PENERAPAN INOVASI PADA SEKOLAH DASAR


Inovasi pendidikan bukan yang bertaraf nasional, tetapi juga dapat diusahakan oleh
guru, kepala sekolah, bahkan mungkin ide pertamanya muncul dari peserta didik. Namun, perlu
diketahui juga bahwa tidak semua lembaga mau berubah atau menerima inovasi secara mudah
bahkan justru sering terjadi sebaliknya yaitu menolak inovasi itu.
MODUL VIII
KONVENSI HAK ANAK
KEGIATAN BELAJAR 1 : KONVENSI HAK ANAK

A. PENGERTIAN KONVENSI HAK ANAK


1. Konvensi atau kovenan adalah kata yang serupa dengan traktat atau fakta (perjanjian) yaitu
kesepakatan diantara beberapa Negara. Perjanjian ini bersifat mengikat secara yudiris dan
politis. Oleh karena itu, konvensi merupakan suatu hokum internasional atau bisa juga disebut
sebagai “instrument internasional”.
2. Hak. Hak anak adalah semua hal yang harus dimiliki anak supaya bisa tumbuh (jasmani, atau
fisiknya) dan berkembang (rohani dan intelektualnya) denganbaik. Jadi hak-hak anak bukan hanya
pemenuhan kebutuhsn dasar, seperti pangan, sandang/pakaian atau papan/tempat tinggal,
tetapi juga mencakup semua hal yang bisa menjamin perkembangan jasmani dan rohani yang
baik (dalam mewujudkan hak-hak Anak Indonesia).
3. Anak, menurut pasal 1 KHA, “anak adalah setiap anak yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan izin undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal”.

KEGIATAN BELAJAR 2 : LATAR BELAKANG KONVENSI HAK ANAK

Latar belakang perkembangan konvensi hak anak

- 1923 Eglanntine Jebb membuat rancangan Deklarasi Hak Anak.


- 1924 Deklarasi Hak Anak diadopsi oleh Liga Bangsa-bangsa.
- 1948 Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
- 1945 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dibentuk.
- 1959 PBB mengadopsi Hak Anak untuk kedua kalinya.
- 1979 Tahun Anak Internasional.

Pembentukan kelompok kerja untuk merumuskan konvensi Hak Anak :

- 1989 Konvensi Hak Anak di adopsi oleh Umum PBB.


- 1990 Konvensi Hak Anak diberlakukan hokum Internasional pada tanggal 2 September.

Anda mungkin juga menyukai