Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK SD

“KEBUTUHAN SISWA SD DALAM MEMENUHI PERKEMBANGANNYA”

Dosen Pengampu: Dr. Gunta Wirawan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Adirah 11308505210002

Novania 11308505210083

Rizqia Nurrahmaniati 11308505210116

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SINGKAWANG

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang
“Kebutuhan Siswa SD dalam Memenuhi Perkembangannya” meskipun bentuknya sangat jauh
dari kesempurnaan, Tak lupa pula shalawat serta salam kami kirimkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang.

Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi
yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh pembaca.

Dan kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak “Dr.Gunta
Wirawan, S.Pd.,M.Pd.” selaku dosen yang membimbing mata kuliah Pendidikan Anak di SD,
yang dengan sabar memberikan materi serta arahan yang sangat bermanfaat dalam
menyelesaikan makalah ini.

Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini
dengan baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik, saran, dan usul untuk
memperbaiki makalah ini dimasa yang akan datang yang sifatnya membangun dari dosen
pembimbing maupun pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan, terima kasih.

Singkawang, 27 Maret 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Gizi dan Permasalahannya pada Anak Usia SD ................................................................. 3


B. Kesehatan dan Prestasi Belajar ......................................................................................... 11
C. Teori Kebutuhan dan Penerapannya bagi Anak Usia SD ................................................. 12
D. Pengaruh Sekolah pada Kepribadian ................................................................................ 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 20
B. Sarran ................................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui kebutuhan
siswanya. Selain kebutuhannya perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan anak usia SD.
Pemahaman terhadap kebutuhan peserta didik dan apa saja yang diperlukan selama masa
perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan
di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan diri siswa, sekolah dan guru dapat menyediakan dan memenuhi berbagai
kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa.
Dalam kebutuhan anak SD baik secara biologis maupun psikologis mencakup
berbagai hal, yaitu kebutuhan gizi yang sehat bagi anak SD serta permasalahannya yang
berkaitan dengan gizi, keterkaitan kesehatan dengan prestasi belajar, teori kebutuhan dan
cara penerapannya, kebutuhan penghargaan sebagai salah satu kebutuhan yang
diperlukan anak SD, memupuk self esteem atau harga diri juga aktualisasi diri pada anak
usia SD, motivasi berprestasi pada anak SD, dan pengaruh sekolah terhadap kepribadian
anak.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas terkemukakan beberapa rumusan masalah yang akan di
bahas dalam pembuatan makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana gizi yang diperlukan anak SD serta apa saja permasalahannya?
2. Bagaimana kaitan kesehatan dan prestasi belajar?
3. Apa teori dari kebutuhan serta bagaimana penerapannya?
4. Bagaimana pengaruh sekolah terhadap kepribadian anak?

C. Tujuan

3
2

Dari beberapa rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan di buatnya suatu
makalah bertjuan untuk:
1. Dapat mengetahui gizi yang diperlukan anak SD serta permasalahannya
2. Mengetahui keterkaitan kesehatan dan prestasi belajar
3. Dapat mengetahui teori dari kebutuhan dan cara penerapannya
4. Untuk mengetahui pengaruh dari seekolah terhadap kepribadian anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gizi dan Permasalahannya pada Anak Usia SD


Sejak duduk dibangku SD, siswa diajarkan akan pentingnya makanan 4 sehat 5
sempurna ditambah dengan susu. Makanan ini sangat dibutuhkan bagi masa-masa
pertumbuhan anak, agar perrtumbuhan fisik maupun mental anak berlaangsung optimal.
Gizi yang diberikan khususnya untuk anak SD seimbang maka perlu diktahui
perkembangan apa yang sangat menonjol pada anak usia SD.
a. Perkembangan fisik pada anak SD
Santrok (1999) mengatakan bahwa pada masa usia SD pertumbuhan fisik
cenderung lambat, tidak seperti pada masa-masa bayi dan masa kanak-kanak,
bahkan pada masa remaja. Lefrancois (1986) dalam bukunya Of Children
mengemukakan bahwa menjelang usia 6 sampai 12tahun, anak menjadi lebih
tinggi dan berat. Pertumbuhan secara pararel yang terjadi pada anak laki dan
perempuan sebelum periode ini tidak bertahan hingga ia memasuki usia SD.
Meskipun demikian, sejak lahir hingga masa akhir di usia taman kanak-kanak,
anak perempuan cenderung lebih kecil daripada anak laki-laki.
Kecenderungan lain yang terjadi dalam perkembangan fisik anak usia SD
adalah secara perlahan-lahan mulai terjadi penurunan dalam perkembangan
jaringan lemak bersamaan dengan bertambahnya perkembangan jaringan tulang
dan otot. Perkembangan otot cenderung lebih cepat pada anak laki-laki. Jaringan
lemak yang lebih menyebar kadang kala membuat anak perempuan memiliki
bentuk tubuh yang lebih gemuk, halus dan umumnya menunjukkan penampilan
seperti anak kecil (bayi) daripada anak laki-laki.
Perumbuhan dalam tinggi dan berat badan pada anak usia SD secara nyata
2 tahun lebih cepat pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Itulah sebabnya
pada usia SD banyak anak laki-laki atau perempuan lebih memilih teman sejenis
karena adanya perbedaan perkembangan fisik. Kadang kala rasa malu muncul jika

3
4

anak tidak hanya berbeda dari teman-teman berlainan jenis tetapi juga sesama
jenis.
Anak laki-laki akan merasa malu jika adik perempuannya lebih tinggi, ada
ketakutan sendiri, dimana ia merasa tidak akan berkembang. Di lain pihak,
bukanlah merupakan hal yang menyenangkan jika menjadi anak laki-laki atau
perempuan yang tertinggi di kelasnya.
Secara alamiah kadang kala perbedaan pertumbuhan yang terjadi pada
anak usia SD, baik laki-laki maupun perempuan dapat teratasi. Hal ini
dikarenakan perbedaan individual yang terjadi di antara mereka, yang banyak
dipengaruhi faktor genetik (bawaan) dan lingkungan.
1. Perkembangan Motorik
Sebagaimana perkembangan jaringan otot anak usia SD maka
dibandingkan pada masa-masa sebelumnya, perkembangan motorik anak usia
SD menjadi lebih lentur dan lebih terkoordinasi.
Dalam keterampilan motorik kasar umumnya anak laki-laki lebih
terampil daripada perempuan. Itulah sebabnya perubahan dalam keterampilan
motorik, koordinasi gerak motorik dan kekuatan fisik acap kali merupakan hal
yang diminati oleh anak laki-laki (sebagaimana terjadi pada pelajaran
olahraga, seperti atletik,bermain sepak bola atau melompat). Meskipun anak
perempuan umumnya lebih tinggi dan berat daripada anak laki-laki, namun
dalam kekuatan fisiknya anak laki-laki lebih unggul daripada perempuan.
Perbedaan fisik ini tidak menunjukkan perbedaan minat, akan lebih masuk
akal jika dikatakan bahwa perbedaan fisik menghasilkan aktivitas yang
berbeda pada mereka.
Menurut Cratty (dalam Lefrancois,1986) anak perempuan kadangkala
lebih unggul dakam tugas-tugas motorik yang bersifat ritmis, seperti dalam
menari atau skipping (di pelajaran olahraga).
Mengingat usianya dan perkembangan fisik maupun motoriknya, dan
untuk kesempurnaan atau kematangan perkembangan fisiknya maka
disarankan agar anak SD lebih aktif. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Santrock (1992) bahwa sebetulnya mereka akan menjadi mudah lelah
5

jika berlama-lama duduk diam daripada berlari, melompat atau melakukan


aktivitas fisik lainnya. Pergerakan fisik amat penting bagi mereka untuk
menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan keterampilan motoriknya.
2. Bawaan atau Genetik
Faktor bawaan dan lingkungan berpengaruh dalam perkembangan
fisik seorang anak. Dalam meneliti pengaruh faktor bawaan atau genetik pada
perkembangan fisik seseorang, banyak dilakukan penelitian terhadap anak
kembar identik (satu telur) yang dibandingkan dengan anak kembar fraternal
(lain telur). Perbedaan dalam tinggi dan berat dari anak kembar identik lebih
tampak daripada anak kembar fraternal. Perbedaan ini akan tampak karena
anak kembar identic yang berasal dari placenta yang sama, tetapi salah satu
anaknya memperoleh makanan yang lebih banyak. Faktor lingkungan yang
kurang menguntungkan tidak terlalu parah, bayi yang lebih kecil akan
berkembang lebih baik karena secara genetik dia akan berkembang dalam
beberapa bulan kemudian. Kecenderungan ini biasa dikenal dengan mengejar
pertumbuhan, dimana perkembangan fisik kembali terjadi secara genetic
setelah tertunda karena adanya faktor lingkungan. Perkembangan fisik
merupakan suatu proses kanalisasi, yaitu adanya kecenderungan dari fakor
bawaan untuk membatasi perkembangan dari beberapa karakteristik yang ada.
Berk (2000) mengatakan bahwa pengertian kanalisasi menunjukkan
suatu pengertian bagaimana faktor bawaan bersama-sama dengan faktor
lingkungan berpengaruh pada perkembangan seseorang.
Jika kondisi lingkungan cukup baik maka tinggi dan laju
perkembangan fisik (sebagaimana dapat diukur berdasarkan perkembangan
skeletal dan masa pertama kali datangnya haid pada anak perempuan) banyak
ditentukan oleh faktor bawaan. Misalnya, masa haid pertama kali pada anak
kembar identic hanya berbeda 1 sampai 2 bulan, Berat badan juga ditentukan
oleh faktor bawaan, hal ini tampak pada anak yang diadopsi akan
menunjukkan pertumbuhan yang sesuai dengan orang tua kandungnya.
Potensi genetik atau bawaan dalam setiap aspek perkembangan fisik
6

ditentukan oleh bagaimana dukungan dari lingkungan, khususnya pemberian


gizi yang baik, serta bagaimana kondisi ibu ketika sedang mengandung.
3. Gizi atau Nutrisi
Banyak zat diperoleh dari perkembangan normal dan fungsi sehari-
hari dari tubuh manusia. Tidak diragukan lagi bagaimana pengaruh protein,
lemak, dan karbohidrat terhadap perkembangan fisik seseorang. Selain protein
yang berfungsi untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh,
karbohidrat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, lemak juga
diperlukan. Mineral, seperti kalsium juga diperlukan untuk menguatkan otot,
selain itu juga zat besi yang mendukung oksigen dalam darah. Sebagai
tambahan vitamin juga diperlukan dalam perkembangan seseorang. Berkaitan
dengan kebutuhan gizi, Berk (2000) mengemukakan beberapa hal, seperti
berikut ini.
a. Kaitan usia dan kebutuhan gizi
Gizi merupakan hal yang penting dalam perkembangan seseorang,
khususnya pada masa bayi karena perkembangan otak dan fisik di usia
tersebut berkembang secara cepat. Kebutuhan energi pada masa ini 2 kali
lebih besar daripada yang diperlukan masa dewasa. Hal ini dikarenakan
25% dari keseluruhan kalori yang diperlukan pada masa bayi disediakan
untuk perkembangan, dan ekstra kalori diperlukan untuk perkembangan
organ-organ dalam tubuh manusia.
Pada masa bayi ASI merupakan kebutuhan pokok mereka dan susu
botol merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhannya.
Pentingnya ASI perkembangan anak, sampai-sampai sejak beberapa tahun
yang lalu telah di rancangkan gerakan ASI ekslusif bagi ibu-ibu yang
sedang mengandung maupun ibu-ibu yang baru melahirkan. Karena
manfaat ASI pada beberapa minggu pertama melindungi bayi dari infeksi
atau gangguan pada saluran pernafasan dan usus. Banyak dijumpai ibu-ibu
yang belum memahami manfaat dari ASI, akibatnya bayi diberikan
makanan yang kurang bergizi, yang mengakibatkan timbulnya berbagai
penyakit pada bayi.
7

b. Gizi pada anak SD dan remaja


Berbeda dengan masa sebelumnya, di usia 6 bulan bayi sudah
mulai menerima makanan yang lebih padat, pada usia 1 tahun sudah
memulai makanan yang mengandung bahan dasar (4 sehat). Usia 2 tahun
makanan yang dimakan sudah lebih bervariasi, begitu pula pada masa-
masa selanjutnya (khususnya di usia balita). Orang tua perlu waspada
terhadap berbagai jenis makanan yang khususnya dibumbui zat penyedap
atau pengawet karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi infeksi
saluran pencernaan atau penyakit lain yang cukup berbahaya.
Dalam buku Kesehatan Keluarga (1999) dijelaskan bahwa cara kita
memilih makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor: budaya, emosi,
lingkungan, orang-orang sekitar, pandangan terhadap diri sendiri makanan
yang tersedia, dan juga oleh apa yang kita ketahui mengenai makanan
serta makanan bergizi. Munculnya berbagai panganan siap saji, (baik di
rumah tegah makan), seperti Kentucky Fried Chicken (maupun Ayam
Goreng kentaki) di pinggir-pinggir jalan membuat berbagai lingkungan
usia (khususnya di usia sekolah) lebih memilih jenis panganan seperti ini
daripada makanan 4 sehat 5 sempurna yang disediakan di rumah.
Perkembangan fisik dan motorik pada anak SD, sangat tergantung
dari macam makanan yang dikonsumsi oleh mereka, Hal ini menambah
kebutuhan gizi/nutrisi yang seimbang bagi anak yang memiliki kebiasaan
makan yang buruk. Dengan mankin menjamurnya jenis makanan olahan
yang diawetkan membuat anak tidak terlalu suka dengan sayur-sayuran,
mereka lebih suka makanan yang gurih yang sebetulnya justru
menyesatkan bagi perkembangan mereka. Anak menjelang usia remaja
atau anak SD di tingkat-tingkat akhir, banyak yang tidak mau makan
makanan yang mengandung kalori, akibatnya mereka menderita anemia.
Berk (2000) mengatakan bahwa 75% dari kaum remaja di Amerika Utara
kekurangan zat besi, yang merupakan masalah gizi yang utama di alami
oleh anak SD dan remaja.
c. Malnutrisi (kekurangan gizi)
8

Belami (dalam Berk, 2000) menyebutkan bahwa 40 sampai 60%


dari anak-anak di dunia ini tidak mendapat pangan yang cukup. Anak yang
kekurangan gizi akan berkembang lebih kecil. Pertumbuhan jaringan pada
otak akan berpengaruh dalam semua fungsi mental anak. Hal ini akan
tampak pada anak usia SD, dimana anak akan memiliki tingkat kecerdasan
yang kurang, koordinasi sensori motoriknya sangat buruk, dan kelak akan
memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi di sekolah.
Malnutrisi masih merupakan masalah yang perlu ditangani secara
serius, maka usaha pencegahan perlu dilakukan sejak dini dalam
memberikan makanan dan pelayanan medis sebelum efek dari malnutrisi
semangkin meningkat.
d. Obesitas (kegemukan)
Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas
disebabkan oleh karena terlalu banyak makan, melebihi takaran dari yang
seharusnya diperlukan oleh tubuh maka kelebihan tersebut disimpan
sebagai lemak tubuh. Obesitas disebabkan oleh metabolisme tubuh yang
rendah sehingga tubuh hanya membutuhkan tenaga yang minimal untuk
aktivitasnya (dalam kesehatan keluarga, 1999). Selain itu, anak makan
lebih cepat dan kurang lama dalam mengunyah makanannya. Aktivitas
menonton TV yang membuat anak cenderung pasif dari berbagai aktivitas
fisik, juga dianggap merupakan salah satu penyebab dari obesitas.
Secara fisik, anak yang menderita obesitas juga beresiko tinggi
dalam masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi dan choleseterol,
serta gangguan pernapasan yang umumnya muncul pada usia awal anak di
SD. Lama kelamaan akan berakibat sakit jantung, diabetes, kanker dan
kematian di usia dini (dalam Berk, 2000). Namun, masalah psikologis juga
dapat terjadi pada anak-anak obesitas (kegemukan). Agar tidak terjadi
masalah yang lebih serius pada anak-anak obesitas ini, selain
memeriksakan diri ke dokter adalah perlunya perubahan hidup dalam
lingkungan keluarga.
9

Oleh karena itu, baik orang tua maupun anak harus memperbaiki
pola makan, banyak berolah raga setiap hari atau beberapa kali dalam
seminggu, dan saling mendukung jika salah satu dari anggota keluarga
telah mengalami kemajuan.
e. Penyakit
Pada anak-anak yang bergizi cukup maka penyakit yang di
deritanya tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan fisiknya. Namun,
anak kurang makan maka penyakit yang diderita mereka dapat merupakan
masalah yang serius. Contohnya berikut ini:
1) Penyakit infeksi dan malnutrisi
Malnutrisi dapat memudahkan seseorang terserang
penyakit, yang tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan
fisik. Penyakit akan mengurangi nafsu makan pada manusia karena
keterbatasan tubuh mencerna makanan. Penyakit-penyakit, seperti
muntaber, atau diare yang umum terjadi di negara kita, banyak
terjadi pada anak-anak karena air yang kurang bersih atau makanan
yang terkontaminasi atau tercemar.
2) Imunisasi
Dengan adanya program imunisasi di sekolah maupun di
Puskesmas, dapat mengurangi timbulnya penyakit di kalangan
anak-anak. Untuk pencegahan secara dini, begitu ibu melahirkan
maka dokter anak akan memberikan jadwal pemberian imunisasi
pada bayi. Begitu anak memasuki usia sekolah, program imunisasi
banyak dilakukan di lingkungan sekolah.
3) Kehidupan emosional
Rangsangan perhatian dan kasih saying merupakan hal
yang utama bagi anak karena dapat menunjang pertumbuhan
fisiknya. Ada 2 gangguan yang serius dalam pertumbuhan jika
anak kekurangan kasih saying dan perhatian, yaitu sebagai berikut
ini.
a) Kegagalan nonorganik untuk berkembang
10

Umumnya terjadi pada usia 18 bulan dan ditandai


dengan reaksi-reaksi, seperti penolakan, dan jarang
tersenyum. Reaksi-reaksi ini sebetulnya berkaitan erat
dengan bagaimana lingkungan yang terjadi di sekitar anak.
Hagekull dkk. (dalam Berk, 2000) mengatakan bahwa
reaksi ibu yang kurang hangat, bermusuhan atau tidak sabar
pada saat pemberian makana, mengganti popok atau
bermain akan berpengaruh terhadap anak. Begitu pula
pernikahan yang tidak bahagia dan lingkungan psikologis
orang tua/keluarga yang terganggu. Bayi yang rewel dan
mudah marah sehingga membuatnya tidak mau makan,
akan menambah stres orang tua dan berpengaruh besar
dalam hubungan orang tua dengan anaknya.
b) Deprives dwarfism
Deprives dwarfism menunjukkan bahwa adanya
gangguan pertumbuhan pada anak usia 2 sampai 15 tahun.
Gambaran umum dari anak yang menderita deprives ini
adalah tinggi di bawah rata-rata usianya, perkembangan
skeletal yang tidak matang. Anak dengan gangguan ini
tidak kelihatan kekurangan gizi karena berat badan mereka
sesuai dengan tingginya. Banyak peneliti percaya bahwa
hal ini dikarenakan kurangnya rangsangan emosional
(Berk, 2000).
Masalah pemberian kasih sayang berkaitan dengan
gangguan dalam pertumbuhan, tampaknya banyak terjadi
pada keluarga yang tidak harmonis, tidak teratur, dan
banyak mengalami stres. Walaupun demikian, kegagalan
dalam berkembang dan deprives dwarfism tidak hanya
terjadi pada lingkungan keluarga yang miskin. Dapat saja
terjadi pada keluarga yang baik kondisinya secara social-
ekonomis karena masalah konflik suami-istri maupun
11

tekanan yang menyebabkan orang tua bereaksi negativ


pada anak dapat terjadi dalam lingkungan mana pun.

B. Kesehatan dan Prestasi Belajar


Hidup sehat dapat berpengaruh pada berbagai aktivitas kehidupan
manusia.Kesehatan dan nutrisi yang baik merupakan faktor utama pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
a. Hubungan gizi dengan kesehatan
Kesehatan dan gizi atau nutrisi yang baik cenderung lebih banyak dialami
anak yang sehat dan cukup mendapat makanan yang bergizi daripada yang tidak.
Anak menjadi sehat karena penanaman orang tua akan pentingnya hidup sehat
yang ditandai dengan tidur yang cukup makan secara teratur, dan lain-lain. Anak
semacam ini tidak hanya sadar akan kesehatan, tetapi juga menyadari akan
kesempatan yang diberikan orang tua untuk memperhatikan kesehatan mereka
(Hurlock, 1986). Anak yang cerdas cenderung lebih tinggi dan berat dari pada
anak yang kecerdasannya hanya rata-rata atau di bawah rata-rata. Laycock dan
Caylor (dalam vasta dkk, 1992) menjelaskan bahwa anak berbakat mungkin
berasal dari lingkungan yang baik, di mana semua anak tumbuh lebih besar
karena mendapat gizi dan perawatan kesehatan yang lebih baik.
b. Hubungan gizi dengan kepribadian dan emosionalitas
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan dan gizi yang baik merupakan
faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Di lain pihak
ketegangan emosional juga dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik. Anak yang
tenang tumbuh lebih cepat daripada anak yang mengalami gangguan emosional.
Dikatakan bahwa kekurangan gizi dapat berakibat anak menjadi rewel
atau mudah marah. Kegagalan nonorganik dan deprivasi dwarfism dapat
menghasilkan masalah emosionalitas yang serius pada anak. Kelebihan makan
pun dapat memberikan efek psikologis yangnegatif pada anak. Penelitian Cravioto
dkk (dalam Ichsan, 1986) menyimpulkan bahwa kekurangan gizi pada usia
kurang dari 2 tahun selain berhubungan dengan tingkat inteligensia, juga
berhubungan dengan perilaku penyesuaian diri anak.
12

c. Hubungan gizi dan kecerdasan


Faktor lingkungan yang berpengaruh besar dalam perkembangan
intelektual anak adalah nutrisi atau gizi dan rangsangan. Keduanya memegang
peranan selama masa bayi dan masa kanak-kanak awal. Beberapa saat sebelum
kelahiran hingga masa bayi, malnutrisi dapat mempengaruhi perkembangan otak.
Sudah tentu hal ini akan berpengaruh pada kemampuan anak untuk belajar. Jika
malnutrisi tidak ditangani secepatnya pada masa itu, maka pertumbuhan dan
perkembangan otak akan terhambat selamanya. Akibatnya anak akan memiliki
kemampuan yang kurang dalam segi intelektualnya (Hurlock, 1978). Penelitian
Sumantri, 1978 (Soesmalijah, 1986) menunjukkan bahwa kekurangan zat besi
(anemia) dapat mempengaruhi kemampuan menalar, prestasi belajar dan
konsentrasi.
Berbagai penelitian menunjukkan bagaimana kondisi kekurangan gizi
dapat berpengaruh pada perkembangan inteligensia sebagai bagian dari perubahan
fisik di otak karena pengaruh dari tingkat energi. Pada bayi umumnya lebih acuh
tak acuh atau lesu, seolah olah tidak ada energi untuk berinteraksi sosial. Anak
harus belajar tentang lingkungannya. Sikap acuh tak acuh mereka, mungkin
karena adanya kerusakan di saat periode kritis dalam perkembangannya (Cravioto
& Arrietta, 1986 dalam Vasta dkk.. 1992).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gizi berperan terhadap tingkat
kecerdasan seseorang maupun kinerja anak dalam suatu tes. Oleh karena itu, diet
yang tidak seimbang juga dapat berpengaruh padakinerja tes anak usia SD yang
khususnya berpengaruh pada kesehatan, ketekunan, dan perhatian.

C. Teori Kebutuhan dan Penerapannya bagi Anak Usia SD


a. Teori kebutuhan maslow
Dalam hidupnya setiap individu memiliki kebutuhan. Abraham Maslow
seorang tokoh yang banyak dikaitkan dengan gerakan humanistic pada bidang
psikologi berpendapat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang dapat
tersusun secara hierarkis sebagai berikut:
1. Kebutuhan jasmaniah
13

2. Kebutuhan rasa aman.


3. Kebutuhan saling memiliki dan mencintai .
4. Kebutuhan untuk di hargai.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.

Manusia digerakkan oleh dua sistem kebutuhan, yaitu kebutuhan dasar


(basic need) dan mutinied. Kebutuhan dasar (basic need) yang merupakan
kebutuhan fisiologis (makan, minum) dan psikologis (rasa aman, cinta dan
penghargaan). Basic need juga dikenal sebagai deficiency need karena jika tidak
terpuaskan manusia berusaha untuk mengatasi kekurangannya, misalnya lapar
dapat dipuaskan melalui makan. Sedangkan kebutuhan yang lebih tinggi
(mutinied) merupakan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Mutinied dianggap
sebagai kebutuhan untuk berkembang karena kegiatan-kegiatannya berhubungan
dengan kebutuhan yang berkaitan dengan kekurangan tetapi diperlukan untuk
berkembang. Di antara kebutuhan-kebutuhan tersebut, kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang terpenting untuk memahami perkembangan anak dan
perkembangan kepribadian seseorang. Menurut Maslow, kebutuhan ini
merupakan karakteristik yang ditandai dengan tidak adanya kepribadian yang
menyimpang. Manusia yang mengarah pada kebutuhan ini dapat dianggap sebagai
manusia yang menggunakan sepenuhnya bakat, kapasitas dan potensi-potensinya.

Anak diarahkan melalui kebutuhan untuk menjadikan dirinya atau


mengaktualisasikan dirinya dan proses dari aktualisasi adalah positif dan tertuju
pada dirinya. (dalam Lefrancois, 1986). Maslow juga menunjukkan bahwa
lingkungan memegang peranan penting. Misalnya, lingkungan keluarga yang
tidak memberikan kebutuhan fisiologis dasar dan rasa aman pada anaknya maka
tidak akan berlangsung perkembangan yang positif. Hal ini juga dialami pada
anak-anak korban pengungsian yang kebutuhan fisiologis dasar dan rasa amannya
kurang terpenuhi. Walaupun model hierarki dari Maslow ini tidak secara eksplisit
dapat diterima. Ide umum dari Maslow bahwa anak dalam keadaan lapar dan
dalam kondisi kesehatan yang buruk tidak akan biasa belajar dengan baik. Sudah
tentu masalah utama dari kekerasan disekolah tidak hanya berkaitan pada rasa
14

aman untuk anak, tetapi juga bagi petugas dan staf di sekolah. Namun demikian,
yang perlu diingat dari teori Maslow ini bahwa hierarki model Maslow tidak
selalu menunjukkan bahwa orang yang tadinya sudah mapan dan bias memenuhi
kebutuhan dasarnya tidak akan memerlukan kebutuhan dasar lagi. Contoh yang
paling melekat dalam diri kita adalah apa yang dialami oleh saudara-saudara kita,
para pengungsi dari peristiwa Sampit, yang tadinya hidup mapan, terlindung rasa
aman, dan dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya justru pada saat ini sangat
memerlukan kebutuhan fisiologis dasar dan rasa aman.

b. Motivasi insentif
Motivasi merupakan suatu kecenderungan di dalam diri seseorang untuk
bertindak mencapai suatu tujuan konkret guna memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya. Hull (dalam Pintrich dan Sehunk. 1996) menyebutkan bahwa
kebutuhan terjadi jika potensi kelangsungan hidup seseorang terancam.
Kebutuhan menghasilkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Lebih
jauh lagi, teori Hull menyebutkan bahwa faktor penguat (reinforcement) dapat
memperkuat kebiasaan dan potensi reaksi yang efektif, dan besarnya penguat
merupakan sesuatu yang penting dalam belajar.
Pendapat Hull disempurnakan oleh Spence (dalam Pintrich dan Schunk,
1996) yang menyimpulkan bahwa penguat/hadiah tidak mempengaruhi lebih
baiknya atau kekuatan dari belajar, tetapi lebih pada kinerja dan reaksi. Motivasi
insentif lebih merupakan kinerja daripada variabel belajar.
1. Memupuk harga diri dan aktualisasi diri pada anak SD
Harga diri dan aktualisasi diri merupakan dua dari lima kebutuhan
yang diterangkan oleh Maslow. Harga diri menunjukkan pada evaluasi dan
dimensi efektif dari konsep diri. Evaluasi diri ini selalu merangsang reaksi
emosi. Tentu saja tidak semua evaluasi diri bernilai positif.
Struktur dari harga diri sangat tergantung dari informasi yang
penting bagi anak dan kemampuan untuk memproses informasi tersebut
(dalam Berk, 2000). Di usia 6 atau 7 tahun, anak akan membentuk paling
tidak 3 buah harga diri (yaitu harga diri akademik, harga diri fisik dan
harga diri sosial) berdasarkan pengalamannya yang berbeda-beda. Marsh
15

(1990 dalam Berk, 2000) menjelaskan bahwa harga diri akademik,


misalnya menunjukkan bagaimana kinerja anak dalam berbagai mata
pelajaran (bias matematika, bahasa), harga diri sosial menunjukkan
bagaimana hubungan dalam kelompok sebaya dan dalam keluarga.
Suatu penelitian yang menarik mengenai hubungan orang tua-anak
dengan harga diri, menunjukkan bahwa sikap-sikap orang tua yang
berkaitan dengan anak-anak yang memiliki harga diri yang tinggi adalah
sebagai berikut ini.
1. Menunjukkan ekspresi dari perhatian.
2. Tanggap pada masalah anak.
3. Harmonis di lingkungan rumah.
4. Berpartisipasi dalam kegiatan keluarga.
5. Menghargai kompetensi anak dan siap membantu anak jika
diperlukan.
6. Menetapkan aturan secara adil.
7. Adanya kebebasan yang di berikan untuk anak dengan batasan-
batasan tertentu.

Dukungan sosial dalam bentuk penerimaan dari lingkungan


merupakan pengaruh yang paling besar dalam harga diri anak. Anak yang
rendah harga dirinya berasal dari kehidupan keluarga yang penuh konflik
atau dalam lingkungan, dimana anak ditolak kehadirannya dalam keluarga.
Guru atau orang dewasa lain yang cukup berpengaruh, merupakan sosok
yang dapat memberikan dukungan pada anak. Dengan demikian,
dukungan dan penerimaan kelompok sebaya dan orang dewasa dapat
berpengaruh besar dalam pembentukan harga diri anak.

Kebutuhan aktualisasi diri bukanlah merupakan kebutuhan yang


utama bagi anak usia SD, justru kebutuhan ini menjadi lebih penting bagi
para remaja dan dewasa. Meskipun demikian, kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang terpenting untuk memahami perkembangan
anak dan perkembangan kepribadian seseorang. Anak diarahkan melalui
16

kebutuhan untuk menjadikan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya dan


proses dari aktualisasi adalah positif dan tertuju pada dirinya (dalam
Lefrancois, 1986).

Kecenderungan aktualisasi ditujukan pada perkembangan diri,


kemandirian, dan kebebasan dari luar. Sebagaimana harga diri, agar anak
dapat mengaktualisasikan diri atau kemampuannya maka peran
lingkungan, khususnya orang tua dan guru, perlu ditingkatkan. Karena
anak usia SD masih memerlukan bimbingan dan pengarahan dari
lingkungannya.

D. Pengaruh Sekolah pada Kepribadian


Dimensi terpenting dari perkembangan kognitif di masa anak usia SD adalah
prestasi anak. Untuk mencapai keberhasilan diperlukan dorongan untuk bersaing,
keinginan untuk menang, motivasi untuk melakukan sesuatu sebaik-baiknya. Di dunia
Barat, sejak tahun 1950-an minat pada prestasi mulai menjamur. Minat para ahli,
kemudian tertuju pada hasrat untuk berprestasi (Santrock, 1992).
a. Hasrat Berprestasi
Banyak dijumpai orang-orang yang memiliki motivasi yang tinggi untuk
berhasil dan mereka berusaha untuk mencapai nya. sementara ada pula orang-
orang yang tidak termotivasi untuk berhasil dan tidak bekerja keras untuk
berhasil. Kedua tipe ini memang berbeda dalam hasrat berprestasi mereka. Hasrat
berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai sesuatu, keinginan untuk
mencapai yang terbaik, memperluas usaha untuk mencapai sesuatu.
Penelitian Huston-Stein & Higgens-Trenk (dalam Santrock, 1992)
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan prestasi anak, orang tua perlu
menetapkan standar tertentu agar anak berprestasi, orang tua juga merupakan
model. Oleh karena itu, perlu menunjukkan tingkah laku yang berorientasi pada
prestasi, dan perlunya penghargaan untuk anak atas keberhasilan yang dicapainya.
b. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Motivasi berprestasi seseorang apakah di sekolah, tempat kerja atau di
tempat mana pun dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu motivasi ekstrinsik, yang
17

dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri (eksternal). Timbul
pertanyaan mengenai perlu atau tidaknya memberikan penghargaan/hadiah untuk
memotivasi anak melakukan sesuatu. Jika anak tidak melakukan sesuatu
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, bosan atau memiliki sikap yang negatif,
mungkin diperlukan hadiah/penghargaan untuk memperbaiki motivasinya.
Anak dengan minat yang tinggi pada sesuatu hal akan tekun
menghadapinya tanpa mengharapkan adanya hadiah/penghargaan. Dengan
demikian, motivasi juga ada kaitannya dengan minat seseorang. Pintrich dan
Schunk (1996) bahwa motivasi intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif
dalam kehidupan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, Lepper dan Hodell
(dalam Pintrich & Schunk, 1996) mengemukakan 4 sumber dari motivasi
intrinsik, yaitu tantangan, rasa ingin tahu, kontrol dan fantasi, yang perlu
ditingkatkan agar motivasi intrinsik dalam diri seseorang meningkat.
1. Tantangan
Keberhasilan dalam mencapai tujuan/sesuatu yang menantang
dapat membuat siswa menjadi lebih kompeten sehingga meningkatkan self
efficancy-nya (kesadaran dalam diri seseorang akan kompetensinya).
Dengan demikian, siswa akan lebih mudah menentukan tujuan-tujuan baru
yang menantang, yang melibatkan motivasi intrinsiknya.
2. Rasa Ingin Tahu
Dapat dibangkitkan melalui kegiatan yang memberikan informasi
atau ide-ide pada siswa yang berbeda dengan apa yang telah diketahui atau
dipercaya siswa selama ini. Keadaan ini akan menimbulkan suatu
ketidakcocokan atau keganjilan sehingga membuat siswa perlu mencari
informasi yang tepat untuk menyelesaikan perbedaan tersebut.
3. Kontrol
Kegiatan yang memberikan siswa untuk mengontrol hasil
prestasinya dapat meningkatkan motivasi intrinsiknya. Anak tidak akan
termotivasi untuk mengikuti suatu kegiatan jika ia percaya bahwa
usahanya tidak sesuai dengan hasil yang dicapai.
4. Fantasi atau Daya Khayal
18

Motivasi intrinsik dapat dikembangkan melalui kegiatan yang melibatkan


siswa untuk berfantasi dalam kegiatan simulasi atau permainan.

Dari penilitian Adele dan Allen (1989 dalam Santrock, 1992)


menunjukkan bahwa adanya pengalaman yang bervariasi dari lingkungan rumah,
seperti dukungan orang tua mengenai rasa ingin tahu dan kemampuan anak, dan
lingkungan rumah yang menekankan pada akademis berkaitan dengan tingkah
laku yang berhubungan dengan motivasi intrinsik anak didik.
c. Orientasi Mastery dan Orientasi Helpess
Henderson dan Dweck (1990) yang merupakan ahli psikologi
perkembangan menemukan bahwa pada anak-anak dan remaja ditemukan 2 reaksi
yang berbeda dalam menghadapi suatu tantangan. Orientasi helpless (tidak
berdaya) menunjukkan anak yang terjebak dalam pengalaman yang menyulitkan
maka mereka menghubungkan kesulitannya dengan ketidakmampuannya.
Sementara itu, orientasi mastery (menguasai sesuatu) menunjukkan anak yang
berorientasi pada tugas. Anak mementingkan kemampuannya, anak juga
memusatkan perhatiannya pada strategi belajarnya.
Shaffer (1996) menyebutkan ada beberapa karakteristik orang tua dari
anak-anak yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Karakteristik tersebut
adalah (1) hangat, penuh penerimaan, dan cepat memberikan pujian terhadap
keberhasilan anak; (2) memberikan bimbingan dan kontrol berdasarkan standar
tertentu, kemudian momonitor perkembangan dari keberhasilan anak; dan (3)
menanamkan kemandirian pada anak. Dalam kaitannya dengan karakteristik
tersebut Baumrid (dalam Shaffer, 1996) menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif
cenderung memberikan dampak positif dalam prestasi anak.
Pengaruh teman sebaya cukup besar, khususnya pada anak remaja, bahkan
kadang kala mengurangi usaha orang tua untuk mendorong prestasi belajar anak.
Guru dapat mempengaruhi motivasi anak dalam berbagai cara, tetapi sebelum ia
memutuskan akan menggunakan cara yang mana maka ia perlu membuat
perencanaan dan membuat keputusan. Bagian terpenting dalam menyusun
19

perencanaan adalah dalam memutuskan jenis kegiatan yang perlu di rancang agar
siswa dapat bekerja baik secara individual maupun berkelompok.
Ada berbagai macam tipe/kelompok, seperti kelompok yang senang
bersaing, yang kooperatif (dapat bekerja sama) atau yang individualistik. Bentuk
kelompok yang individualistik menunjukkan bahwa penghargaan merupakan
dasar untuk perbaikan dirinya. Sedangkan kelompok yang kooperatif
memungkinkan siswa untuk saling berbagi penghargaan yang diterima
berdasarkan hasil kerja yang diberikan oleh kelompok.
Printrich dan Schunk (1996) menunjukkan bahwa jika guru yang mengajar
secara terstruktur, akan mengikuti prinsip-prinsip, seperti diawali dengan
memberikan rangkuman secara singkat terhadap materi yang berkatian dengan
pokok bahasan, menyajikan materi secara bertahap dll. Interaksi guru dan siswa
merupakan hal yang paling berpengaruh dalam motivasi. Sudah tidak diragukan
lagi bahwa penghargaan dapat meningkatkan motivasi dan sekaligus dapat
memberikan gambaran mengenai kemampuan siswa. Suasana kelas juga dapat
mempengaruhi motivasi siswanya.
Kegiatan guru juga berkaitan dengan manajemen kelas, khususnya dalam
mencegah dan meminimalkan masalah, juga mempengaruhi motivasi siswa.
Manajemen kelas yang baik tergantung dari usaha proaktif guru dalam mencegah
masalah-masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan, bagaimana reaksi guru
terhadap tingkah laku yang salah dari siswa, dan teknik yang digunakan guru
untuk mengatasinya. Kelas yang produktif adalah kelas yang penuhharapan dan
aturan yang dikembangkan mulai dari tahun ajaran baru dan dijalankan secara
konsisten.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat tergantung dari faktor bawaan dan
lingkungan. Oleh karena dipengaruhi oleh faktor bawaan maka perkembangan fisik
dapat dikatakan sebagai proses Kanalisasi, yaitu kecenderungan faktor bawaan untuk
membatasi perkembangan dari karakteristik yang ada hal ini terjadi karena adanya faktor
lingkungan. Dalam masa pertumbuhannya anak memerlukan konsumsi makanan yang
seimbang. Kekurangan zat-zat terentu yang bermanfaat pada kebutuhan anak, akan
membuat anak kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat berakibat tidak saja pada
perkembangan fisik dan kesehatan, tetapi juga kepribadian khususnya emosi dan
kecerdasan.
Dalam memupuk harga diri dan Aktualisasi diri anak perlu dipertimbangkan
keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak. Pada saat anak memasuki usia SD,
anak membentuk tiga buah kebutuhan dasar yang bentuknya tergantung dari
pengalamannya berbeda beda, dukungan sosial yang banyak berkaitan dengan
kebudayaan dan pola pengasuhan. Pada dasarnya ada dua macam motivasi yang dapat
menentukan keberhasilan seseorang yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

B. Saran
Saat anak usia SD seharusnya pendidik telah mengajarkan pentingnya makanan 4
sehat 5 sempurna. Gizi yang seimbang mempengaruhi pertumbuhannya terutama
perkembangan otak. Jika anak kekurangan gizi maka dapat menghambat kemampuan
intelektualnya.
Peran orang tua dan pendidik sangat besar dalam perkembangan diri anak dalam
segi apapun. Oleh karena itu, perlu kesadaran orang tua dan guru mengenai hal ini.
Namun, usahakan dalam pemberian dukungan dan bimbingan orang tua maupun guru
tidak menetapkan standar yang terlalu tinggi sehingga sulit dicapai anak. Orang tua dan
guru perlu menyadari keunggulan dan kelemahan anak, serta kebutuhan anak.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Berk, L. E (2000). Child Development. Massachusetts: Allyn & Bacon. 5th Ed.

Hurlock, E. B. (1978). Child Growth and Development. New Delhi: Tata McGraw Hill Pub.
Company.

Lefrancois, G. R (1986). Of Children. California. Wardsworth Publishing Company Inc. 5th Ed.

Pintrich, G. R & Schunk, D.H. (1996). Motivation in Education. Theory, research dan
Application. Englewood Cliffs: Prentice-Hall Inc.

Santrock, J. W (1999). Life-Span Development. USA: Wm. C. Brown Publisher.

Shaffer, D. R. (1996). Developmant Psychology. Childhood and Adolescence. Pacific Grove:


Brooks/Cole Publishing Company. 4th Ed.

Soesmalijah, S. (1986). Pengaruh Kekurangan Gizi terhadap Beberapa Aspek Intelegensia.


Dalam Intelegensia, Bakat, dan tes IQ (Saparinah S, Editor). Jakarta: Gaya Favorite
Press.

Tanudwidjaja, Ichsan. (1986). Gizi dan Intelegensia. Dalam Intelegensia, Bakat, dan Tes IQ
(Saparinah S, Editor). Jakarta: Gaya Favorit Press.

Vasta, R; Haith, M.M & Miller, S. A. (1992). Child Psychology. The Modern Science. New
York: John Wiley & Sons, Inc.

Yulia; Hidayat, T & LiwAndaw, H. (1999). Kesehatan Keluarga. Jakarta: Medi Media,
Mediprom.

Anda mungkin juga menyukai