Anda di halaman 1dari 35

MODUL 7

Pengembangan Dan Inovasi Pendidikan Di


Sekolah Dasar

KELOMPOK 5
1. Muhammad Alvin K.A (857579406)
2. Lily Eka Fatimah (857579818)
MODUL 7

KB 1 KB 2
Pengembangan Pendidikan Inovasi Pendidikan Sekolah
Anak di Sekolah Dasa Dasar
KB 1
Pengembangan Pendidikan Anak di Sekolah Dasar

A. PENGEMBANGAN HORIZONTAL
Pendidikan anak di SD harus dilaksanakan kapan saja dan di mana saja,
sebab pendidikan telah menjadi sebuah komitmen. Namun, persoalannya
bentuk sekolah yang bagaimana yang dapat menjangkau anak dalam segala
kondisi.Memang tidak mudah dan seakan tidak mungkin. Tetapi dengan
memahami hakikat pendidikan kan kondisi lingkungan, ada banyak bentuk
SD alternative yang bisa diambil sebagai solusi. Mari simak penjelasan
bentuk pengembangan pendidikan SD yang tercakup dalam 4 rumpun
Pendidikan, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Rumpun sekolah dasar konvensional
Rumpun sekolah dasar konvensional meliputi :
a. Sekolah Dasar (SD) biasa
b. Sekolah Dasar (SD) kecil
c. Sekolah Dasar (Pamong).
 Sekolah dasar biasa
Sekolah dasar biasa adalah sekolah dasar yang memiliki ciri – ciri gedung atau tempat belajar
rata – rata sebanyak 6 ruangan, 1 ruangan guru, 1 ruangan  perspustakaan, kamar mandi atau
WC. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum  nasional yang ditetapkan oleh Departemen 
Pendidikan. Proses belajar mengajar berlangsung setiap hari  kerja pagi atau siang.
 Sekolah dasar kecil
Sekolah dasar kecil merupakan sekolah dasar (SD) yang pada awalnya dikembangkan di daerah
terpencil. Sekolah dasar ini dikembangkan dengan ciri memiliki bangunan yang terdiri atas 2
atau 3 bangunan dengan 2 atau 3 guru yang melayani 6 tingkat kelas, yaitu kelas 1 sampai kelas
6.
 Sekolah dasar pamong
Pamong merupakan singkatan dari pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua, dan guru.Sistem
pamong ini berusaha untuk menempatkan anak didik sebagai subjek pendidikan, melibatkan
masyarakat dan orang tua untuk berperan secara lebih aktif dalam pendidikan dan mengubah
peranan guru agar dapat bekerja lebih efisien dan efektif.
2. Rumpun Sekolah Dasar Luar Biasa
Peserta didik yang memiliki kelainan fisik, mental atau emosi dalam rentangan yang amat
lebar, memerlukan Program pendidikan khusus. Beragam anak dengan kondisi khusus ini
dapat ditampung dalam Rumpun Sekolah Dasar luar biasa, meliputi Sekolah Dasar luar
biasa, sekolah luar biasa dan Sekolah Dasar Terpadu.
a. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Merupakan sekolah yang setingkat dengan sekolah dasar yang siswanya terdiri atas anak-
anak penyandang cacat (anak luar biasa) dengan berbagai macam ketentuan seperti anak
tunanetra, tunarungu, tuna grahita dan tuna daksa. 
b. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk menangani dan memberikan
pelayanan pendidikan kepada anak-anak penyandang kelainan (anak luar biasa) meliputi
kelainan fisik, mental dan emosi/sosial.
Jenis SLB ada 5 macam yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. SLB A ialah suatu lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan pelayanan
pendidikan secara khusus bagi anak tunanetra 
2. SLB B ialah suatu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan bagi
anak tunarungu yaitu Mereka yang mengalami gangguan pendengaran 
3. SLB C ialah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi
anak tunagrahita (keterbelakangan Mental) yaitu anak yang mempunyai tingkat
kecerdasan dibawah rata-rata 
4. SLB D ialah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan untuk
anak tunadaksa yaitu anak yang mengalami kelainan otot tulang sendi dan persyarafan.
5. SLB E ialah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak tunalaras yaitu anak
yang mengalami hambatan atau kesulitan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial dan
bertingkah laku kurang wajar/menyimpang.
c. Sekolah Dasar Terpadu

Merupakan sekolah yang diproyeksikan untuk dapat menampung semua anak sekolah dasar

(SD), termasuk didalamnya anak berkelainan dan anak berbakat. Penyelenggaraannya tidak

berbeda dengan sekolah dasar lainnya meskipun ada kegiatan-kegiatan yang khusus untuk

anak berkelainan atau berbakat, kegiatannya tidak mengganggu atau mengurangi pelayanan

pendidikan bagi anak biasa.


3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah bisa meliputi kursus-kursus yang diselenggarakan diklusmas, kegiatan
magang dan kejar usaha.Upaya tersebut harus melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, cerdik
cendekiawan dan kelompok masyarakat yang berkemampuan.Untuk itu perlu ditetapkan
pengaturan dan mekanisme pelaksanaannya. Rumpun pendidikan luar
sekolah meliputi kelompok belajar (kejar) paket A dan kursus persamaan sekolah dasar (SD).

a. kelompok belajar (kejar) paket A

Merupakan jenis kegiatan pendidikan yang berbentuk kegiatan bekerja dan belajar untuk

mengejar ketertinggalan yang dilaksanakan melalui wadah kelompok belajar.

b. Kursus Persamaan Sekolah Dasar

Yaitu materinya sederajat dengan sekolah dasar dan warga belajarnya diarahkan untuk ikut

serta dalam ujian persamaan sekolah dasar (UPER SD) materi ujian mencakup PMP, bahasa

Indonesia, IPS, matematika dan IPA.


4. Rumpun Sekolah Keagamaan 

Rumpun sekolah keagamaan meliputi :


a. Madrasah Ibtidaiyah
Merupakan satuan pendidikan yang bersifat umum setingkat sekolah dasar SD yang
dikelola oleh Departemen Agama. Belajar di sekolah agama yang telah mendapatkan
pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar ijazah atau
surat tanda tamat belajar (STTB).
b. Pondok pesantren
Merupakan lembaga pendidikan yang sebenarnya termasuk jalur pendidikan luar
sekolah yang memiliki tingkat Sekolah Dasar. Kelebihan pendidikan pondok pesantren
ialah suasana kehidupan yang religius dibandingkan dengan lembaga pendidikan
persekolahan umum.
B. PENGEMBANGAN VERTIKAL

Pengembangan pada dimensi vertikal ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
sekolah dasar selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata juga harus
mempertimbangkan keragaman peserta didik baik dalam aspek kemampuan, pola hidup maupun
lingkungan sosial budaya, di mana mereka tinggal.
1. Pengembangan kualitas Pendidikan
Masalah kualitas pendidikan hakikatnya merujuk pada 3 hal, yaitu yang berkaitan dengan
masukan (input), proses, dan produk (out put) . input pendidikan mencakup siswa, guru,
lingkungan, alat (instruments) dengan segala karakteristiknya, seperti inteligensia, bakat,
minat, kebiasaan siswa. 
2. Pengembangan Revelansi Pendidikan 

Upaya peningkatan revelansi dalam sistem pendidikan berharap agar hasil pendidikan sesuai
dengan kebutuhan, dalam arti dapat memberi hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan,  dalam
arti dapat memberi dampak bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan kerja,
kehidupan di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 
3. Pengembangan Efisiensi Pendidikan
Pendidikan disebut efisiensi apabila hasil yang dicapai maksimal, dengan biaya yang
wajar. Namun yang lebih utama adalah kualitas hasil.Dalam konteks yang efisien berkaitan
dengan profesional dalam manajemen nasional pendidikan yang dialaminya terkandung,
antara lain disiplin keahlian, etos kerja, dan cost-effectiveness.
KB 2
Inovasi Pendidikan Sekolah Dasar
A. Lingkup Inovasi Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

Inovasi ialah suatu upaya yang sengaja dilakukan memperbaiki


praktik pendidikan dengan sungguh – sungguh dan inovasi terhadap
metode pembelajaran dan pembelajarannya itu sendiri menjadi
prioritas dalam inovasi pendidikan.
 Miles dalam Ibrahim (1988:52) mengungkapkan ada 11 komponen penting yang menjadi wilayah
inovasi dalam pendidikan.

1. Personalia 7. peran yang diperlukan

2. Banyaknya personal wilayah kerja 8. wawasan dan perasaan

3. Fasilitas fisik 9. bentuk hubungan antar bagian atau mekanisme kerja

4. Penggunaan waktu 10. hubungan dengan sistem lain

5. Perumusan tujuan 11. strategi pembelajaran

6. Prosedur pembelajaranan
B. BEBERAPA CONTOH INOVASI DALAM PENDIDIKAN DI SD

1. Bidang Kurikulum: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu inovasi pendidikan yang secara
bertahap akan diberlakukan di tingkat nasional. Misi KTSP memberi kewenangan kepada setiap
satuan pendidikan unit sekolah untuk mengembangkan kurikulum dan silabus sendiri atas dasar
pertimbangan potensi siswa dan karakteristik SDM, sekolah dan daerah tempat itu berada. 
2. Bidang Pembelajaran: Quantum Learning (QL)
Inovasi ini muncul dari gagasan yang dikembangkan oleh Bobbi DePorters & Mike Hernacki
(1999) Quantum Learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bobbi DePorter,
membuat metode belajar yang biasa dapat menghasilkan lompatan perubahan, semacam
kemampuan diri yang berlipat – lipat (Quantum) pada anak atau siapapun yang menerapkan
metode belajar ini. 
3. Bidang manajemen: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau school-based management merupakan suatu

inovasi atau pembaruan dalam bidang manajemen pendidikan khususnya manajemen

sekolah. MBS menempatkan sekolah sebagai suatu entitas atau sistem yang memiliki

kemampuan untuk membuat keputusan dalam mengelolah semua sumber daya yang ada. 
C. Prinsip dan Model Perencanaan Inovasi Pendidikan Anak di Sekolah Dasar

1. Prinsip Perencanaan Inovasi Pendidikan

Perencanaan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keberhasilan

inovasi pendidikan. Ada tiga jens hubungan yang sifatnya perlu secara proaktif dijalin dalam

rangka inovasi pendidikan, pertama, hubungan reaktif, kedua hubungan proaktif, dan ketiga

hubungan interaktif. 
2. Model Perencanaan Inovasi Pendidikan

Agar perencanaan inovasi pendidikan tidak melenceng dari bagian elemen pokok perencanaan

tersebut, perlu digunakan model perencanaan inovasi pendidikan Sekolah Dasar yang ada, atau

biasa disebut (MOPIPPI).

MOPIPPI disini lebih menekankan pada ppola urutan pemikiran secara rasional sebagai

pembimbing untuk membuat perencanaan inovasi pendidikan pada suatu sekolah. Ciri utama

MOPIPPI ialah terbuka, flesibel, keseluruhan, dan hubungan baik.


D. Penerapan Inovasi Pada Sekolah Dasar

Inovasi pendidikan bukan berarti selalu pembaruan yang bertaraf nasional, tetapi juga dapat
diusahakan oleh guru, kepala sekolah, bahkan mungkin ide pertamanya muncul dari peserta
didik. 

Berikut adalah tentang apa dan bagaimana cara menerapkan ide untuk memperbaiki atau
memecahkan masalah – masalah di Sekolah Dasar yang penerapannya merupakan suatu yang
disebut inovasi.
1. Membuat rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan
2. Menggunakan metode atau cara untuk memberi kesempatan
3. Mengembangkan alternative
4. Menggunakan data atau Informasi yang ada 
5. Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas
6. Gunakan pengalaman di SD atau lembaga yang lain
7. Berbuatlah secara positif
8. Menerima tanggung jawab pribadi
9. Mengadakan organisasi kegiatan
MODUL 8
Konvensi Hak Anak
KB 1 : Konvensi Hak Anak
KB 2 : Latar Belakang Konvensi Hak Anak
KB 1. Konvensi Hak Anak
Pengertian konvensi hak anak 

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan konvensi hak anak? ada tiga kata penting  terdapat

dalam konvensi hak anak yaitu : 

• Konvensi

• Hak dan 

• Anak 
1. Konvensi

Konvensi atau kovenan adalah kata yang serupa dengan traktat atau pakta (treaty), yaitu
perjanjian diantara beberapa Negara, perjanjian ini bersifat mengikat secara yuridis dan politis.
Oleh karena itu, konvensi merupakan suatu hukum internasional atau biasa di sebut
“Instrumen internasional”.

2. Hak
Hak anak adalah bagian integral dari hak asasi manusia. Hak anak adalah semua hal yang
harus dimiliki oleh anak supaya bisa tumbuh (jasmani atau fisiknya) dan berkembang (rohani
dan intelektualnya) dengan baik. Yang dimaksud dengan hak anak adalah sebagai berikut :
a. Segala sesuatu yang melekat pada diri seseorang semenjak lahir.
Misalnya, hak untuk mendapat perawatan jasmani dan rohani yang memadai, hak untuk
berkembang dengan baik secara fisik dan psikologis.
b. Segala hal yang menimbulkan kewajiban terhadap orang lain  sekaligus menimbulkan
kewajiban terhadap pemilik hak tersebut agar tidak melanggar hak-hak orang lain yang
sama. Misalnya, dalam suatu diskusi orang lain mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapat, dan saya harus menghormati haknya walaupun saya tidak setuju dengan
pendapatnya.
Anak bukan saja memiliki hak, tetapi juga memiliki
kewajiban. Kewajiban anak adalah tugas dan tanggung
jawab anak terhadap pihak lain, baik sesama anak maupun
orang dewasa.Kewajiban anak antara lain :  
• Menghormati hak-hak anak lain. 
• Menghormati orang tua dan guru. 
• Giat belajar dan berlatih untuk masa depan anak sendiri. 
Dalam paduan dasar tentang citra anak Indonesia, telah dirumuskan ASTA CITRA
ANAK INDONESIA (penjabaran konvensi PBB tentang hak-hak anak dalam hukum
nasional). Dalam kaitan konvensi hak anak, asta citra anak Indonesia mungkin bisa
diinterprestasikan sebagai “kewajiban” anak Indonesia.
Citra tersebut adalah :

 Rajin ibadah

 Hormat dan berbakti kepada orang tua dan guru.

 Hormat dan berbakti kepada orang tua dan guru.

 Jujur dan cakap dalam membawa diri serta peka diri dan peka akan seni.

 Pandai membaca dan menulis serta rajin belajar dan bekerja.

 Terampil, penuh prakarsa, rajin berkarya dan berjiwa gotong royong.


3. ANAK
 Menurut pasal 1 KHA “ anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal”. Pengertian diatas maka masa anak berahir ketika anak mencapai ulang
tahunnya yang ke18. Kecuali apabila undang-undang nasional suatu Negara tertentu
menentukan batasan usia dewasa yang berbeda.
 Pasal 1 KHA tidak secara khusus menyebutkan tentang saat dimulainya masa anak. KHA
mengambil sikap yang terbuka dan fleksibel, dan menyerahkan pada undang-undang
nasional mengenai bilamana masa anak atau kehidupan dianggap dimulai.
Idealnya, Negara peserta memperlakukan standar yang ditetapkan dalam KHA sebagai standar
terendah dan sedikit mulai menyesuaikan batasan umur anak yang terdapat dalam
perundangan nasional agar sesuai dengan standar umum dalam KHA. Dalam undang-undang
yang berlaku di Indonesia belum terdapat keseragaman tentang batasan umur (penjabaran
konvensi PBB tentang hak-hak anak dalam hukum nasional).
KB 2
LATAR BELAKANG KONVENSI HAK ANAK

Semua Umat Manusia menginginkan kedamaian, yaitu suatu keadaan dimana tidak ada

kekerasan, peperangan, dan konflik bersenjata serta kesempatan menikmati hidup, Namun

realitas kehidupan di dunia menunjukkan kenyataan yang berlawanan dengan harapan di atas.

Perang Dunia I membawa bencana dan penderitaan bagi manusia, tidak terkecuali kaum

perempuan dan anak-anak.


Sejarah Perkembangan/Latar Belakang Konvensi Hak Anak

Seorang Akivis perempuan bernama Eglantyne Jebb, adalah pendiri organisasi Save The Children yang
kemudian membuat pernyataan tentang hak anak, Hak anak yang dikemukakan oleh Jebb (dalam buku
“Sosialisasi Hak Anak Intrnasional Save The Childeren Alliance atau ASIA) adalah
1. Anak Harus dilindungi tanpa mempertimbangkan ras, kewarganegaraan atau kebangsaannya
(Prinsip non-diskriminasi
2. Anak harus diasuh demi keutuhan keluarga
3. Anak harus diberi sarana untuk perkembangan normanya, baik secara material, moral, dan spiritual
4. Anak yang kelaparan harus diberi makan, anak yang sakit harus diberi makan, anak cacat
fisk/mental harus diberi pendidikan yang sesuai, anak yatim piatu dan terlantar harus diberi
penampungan
5. Dalam keadaan bahaya anak harus diutamakan untuk memperoleh keselamatan
6. Anak harus memperoleh bantuan kesejahteraan dan jaminan sosial, juga diberi pelatihan yang dapat
digunakan untuk menopang hidup dan dilindungi dari segala bentuk ekpoitasi
7. Anak harus didik agar bakat dan kemampuannya dapat dikembangkan untuk mengabdi kepada
sesama manusia
 Tahun 1923, pernyataan tentang hak anak tersebut diadopsi oleh save the children
fund international union ( dalam buku konvensi hak anak kerja sama antara sahabat
remaja PKBI DIY dan UNICEF )
 Tahun 1924, majelis liga bagsa-bagsa mengadopsi dekralasi hak anak. Dekralasi ini
juga disebut dengan “ dekralasi geneva “. Akan tetapi, tahun 1939 perang dunia
pecah kembali dan liga bangsa-bagsa menjadi organisasi yang tidak mempunyai daya
atau kekuasaan. Dekralasi hak anak yang diadopsi oleh liga bagsa-bagsa hanyalah
sekedar pernyataan.
 Tahun 1945, perserikatan bangsa-bangsa (PBB) terbentuk. Tahun 1946, dekralasi
geneva diusulkan pada badan ekonomi dan sosial, perserikatan bangsa-bangsa untuk
dihidupkan kembali, dengan tujuan “ mengikat umat manusia sekarang ini dengan
ikatan sekuat tahun 1924”
 Pada tanggal 10 desember 1948, mejelis umum perserikatan bangsa-bangsa
menyetujui untuk mengadopsi dekralasi universal mengenai hak asasi manusia
(Universal Declaration of Human Rights). Setiap tahun peristiwa ini diperingati
sebagai “hari hak asasi manusia sedunia”.
 Rancangan konvensi hak anak diselesaikan pada tahun 1989, dan tanggal 20
november tahun itu juga. Naskah konvensi disah kan dengan suara bulat oleh majelis
umum PBB. Rancangan inilah yang dikenal sebagai konvensi hak anak {KHA} dalam
bentuknya sekarang ini. Konvensi hak anak mulai diberlakukan sebagai hukum
internasional pada tanggal 2 september 1990.
Pada waktu meratifikasi konvensi hak anak Indonesia membuat suatu
dekralasi yang pada intinya menyatakan hal-hal berikut :

a. Konstitusi republic Indonesia tahun 1945, menjamin hak-hak dasar atas anak tanpa
memandang jenis kelamin, etnis ataupun ras mereka konstitusi menyatakan hak-hak
tersebut akan dilaksanakan oleh undang-undang dan peraturan-peraturan nasional.
b. Ratifikasi konvensi hak anak oleh republic Indonesia tidaklah berarti nahwa Indonesia
menerima kewajiban yang melebihi batas konstitusi ataupun menerima kewajiban untuk
menerapkan hak-hak diluar yang dinyatakan dalam konstitusi.
c. Dalam kaitan dengan pelaksanaan pasal 1, 14, 16, 19, 21, 22, dan 29 dari konvensi,
pemerintah republic Indonesia menyatakan bahwa akan menerapkan pasal-pasal ini sesuai
dengan konstitusinya
Konstituasi Indonesia tidak secara eksplisit memberikan pengakuan mengenai hak anak.
Indonesia meratifikasi konvensi hak anak dengan keputusan presiden. Hal ini juga mendapat
banyak kritikan karena secara legal, kedudukan keputusan presiden hanyalah menepati
peringkat keempat di bawah undang-undang. Sehubungan dengan masalah ini, Indonesia
sedang mempertimbangkan upaya untuk meningkatkan instrument ratifikasi dari keputusan
presiden menjadi undang-undang.
Modul 9
Konvensi Hak Anak Dan Pendidikan
KB 1 Jenis-jenis Hak Anak
Ada empat cara untuk mengategorisasikan KHA (Konvensi Hak Anak) :
Pertama, kategorisasi berdasar konvensi induk HAM konvensi
hak anak mengandung:
1. Hak-hak sipil dan politik
2. Hak-hak ekonomi, sosial dan politik
Kedua, pihak yang berkewajiban melaksanakan KHA, maka 3 kata kunci
Untuk memahami isi KHA, yaitu sebagai berikut:
3. Penuhi (fulfill)
4. Lindungi (protect)
5. Hargai (respect)
Ketiga, kategorisasi yang dibuat berdasarkan cakupan hak yang terkandung
Dalam KHA, yaitu berikut ini:
1. Hak atas kelangsungan hidup (survival)
2. Hak untuk berkembang (development)
3. Hak untuk perlindungan (protection)
4. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation)
Keempat, komite hak anak PBB mengelompokan KHA menjadi 8 kategori
Sebagai berikut :
• Kategori 1 : Langkah-langkah Implementasi Umum
• Kategori 2 : Devinisi Anak
• Kategori 3 : Prinsip-prinsip Umum yang tercakup dalam KHA
• Kategori 4 : Hak-hak Sipil dan Kemerdekaan
• Kategori 5 : Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
• Kategori 6 : Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar
• Kategori 7 : Pendidikan, Waktu luang dan Kegiatan Budaya
• Kategori 8 : Langkah-langkah perlindungan Khusus

Anda mungkin juga menyukai