Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN SEKOLAH INKLUSI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu: Dwi Putri Fatmawati, M.Pd.

Oleh:
1. Amalia Luthfia Ayu Anggraeni 18144600181
2. Alfina Ayu Nurjanah 18144600196
3. Silvi Ananda Putri Devi 18144600209

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Pembelajaran Sekolah Inklusi.....................................................3
B. Perencanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi..................................................4
C. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi.............................6
D. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Sekolah Inklusi...................................7
E. Metode Pembelajaran di Sekolah Inklusi......................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan langsung
disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara
tetap untuk masa depan yang akan datang. Proses pendidikan yang
berlangsung di sekolah memerlukan suatu cara, pedoman, dan rencana untuk
menempuhnya untuk mencapai tujuan Pendidikan tersebut yang disebut
Kurikulum No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di sana
dijelaskan, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Demikian juga dengan sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi.
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersamasama dengan peserta didik pada umumnya. Dengan demikian
makalah ini akan membahas mengenai perencannan pembelajaran sekolah
inklusi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat disusun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari pembelajaran Sekolah Inklusi?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran Sekolah Inklusi?
3. Bagaimana perencanaan pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi?
4. Bagaimana perencanaan evaluasi pembelajaran Sekolah Inklusi?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disusun beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian dari pembelajaran Sekolah Inklusi
2. Menjelaskan perencanaan pembelajaran Sekolah Inklusi
3. Menjelaskan perencanaan pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi
4. Menjelaskan perencanaan evaluasi pembelajaran Sekolah Inklusi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua
diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi
dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga
pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem
penilaiannya. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi
solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi
anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua
anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun
perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Pendidikan inklusi dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan
sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam
pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anak berkebutuhan khusus dan mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang
menyediakan layanan pendidikan bagi semua peserta didik biasa maupun peserta
didik yang berkebutuhan khusus di kelas yang sama. Sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi merupakan tempat pendidikan untuk anak berkebutuhan

3
khusus untuk mendapat perlakuan secara proporsional dari semua unsur yang
terlibat dalam penyelenggaraaan pendidikan. Konsekuensi dari kondisi sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif menuntut adanya penyesuaian strategi
pembelajaran dalam upaya melaksanakan kurikulum yang telah disahkan secara
nasional (Baker, 1994-1995: 33).

B. Perencanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi


Perencanaan pembelajaran sekolah inklusi adalah perencanaan untuk
menentukan model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus berdasarkan
pada kurikulum berbasis kompetensi (Dhelpie, 2006: 100). Model tersebut
memang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata oleh guru kelas agar dapat
mengembangkan ranah pendidikan sebagai sasaran akhir pembelajaran. Tujuan
dari model tersebut adalah untuk tercapainya pengetahuan, keterampilan, sikap
dan psikomotor tertentu dari setiap peserta didik. Model ini juga menunjang
“Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” yang telah dirancang oleh menteri
pendidikan nasional pada tanggal 2 Mei 2002. Perencanaan pembelajaran
merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan meliputi: menganalisis hasil assessment untuk kemudian
dideskripsikan, ditentukan penempatan untuk selanjutnya, dibuatkan program
pembelajaran berdasarkan hasil assessment (Budiyanto, 63).
Dalam konteks perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu lokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
ditentukan (Majid, 2005: 17). Perencanaan pembelajaran yang merupakan
antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran
sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang
dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila

4
perencanaan pembelajaran disusun dengan baik, maka akan menjadikan tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran yang mengacu pada pengalaman langsung dirinya dapat
diperoleh dari hasil akhir belajar peserta didik melalui kompetensi yang harus
dikuasai dan dapat dinilai. Dirancang dan direncanakan secara optimal dalam
pembelajaran agar dapat memenuhi harapan dan tujuan. Haris menuturkan tentang
rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(a) pembelajaran dilaksanakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik,
(b) isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa, (c)
menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan, (d) penilaian hasil
belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif. Dengan begitu maka akan dapat
dimunculkan pembelajran yang efektif dan efisien bagi anak berkebutuhan khusus
(Sholawati, 2019: 46).
Kegiatan yang termasuk kedalam perencanaan pembelajaran sekolah inklusi
meliputi beberapa hal yaitu: (1) penyusunan silabus, program tahunan, program
semester dan mid semester, (2) penyusunan desain pembelajaran peserta didik,
(3) penguasaan dan implementasi metode pembelajaran, (4) penilaian sebagai uji
kompetensi, (5) kontrol dalam pencapaian indikator keberhasilan peserta didik.
Selain itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian dari
perencanaan pembelajaran, hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Mulyasa (Mulyana, 2002: 120). RPP sendiri adalah rencana yang prosedurnya
digambarkan dan memanajemen pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai satu
atau lebih kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan dalam silabus.
Peran yang dilakukan oleh guru dalam perencanaan pembelajaran adalah
dengan membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan
beberapa persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti
yang diharapkan. Perangkat pembelajaran tersebut minimal terdiri dari analisis
pekan efektif, program tahunan, program semesteran, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

5
C. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Inklusi
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan inklusi yaitu pada tahap ini guru
melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian anak berkebutuhan
khusus di kelas reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Melalui
individualisasi pengajaran dapat dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang
artinya, anak belajar pada topik, waktu dan ruang yang sama, namun dengan
materi yang berbeda-beda. Adapun cara lain dalam proses pelaksanaan
pembelajaran inklusif ini dilakukan secara individual artinya anak diberi layanan
secara pribadi dengan bantuan guru pendamping khusus.
Proses tersebut dapat dilakukan jika dianggap memiliki rentang materei atau
keterampilan yang sifatnya mendasar (pre requisit). Dalam proses layanan
tersebut dapat dilakukan secara terpisah maupun ketika masih di dalam kelas
tersebut sepanjang proses yang telah dilakukan tidak mengganggu situasi belajar
secara keseluruhan. Selain itu, pelaksanaann pembelajaran pendidikan inklusif
merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam
pelaksanaan pembelajaran sendiri meliputi beberapa kegiatan yaitu pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup (Budiyanto, 63-64).
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.

6
2. Kegiatan inti.
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3. Kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik;
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya (35Ara
Hidayat, 2010: 227-229).

D. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Sekolah Inklusi


Evaluasi pembelajaran pendidikan inklusi yaitu menurut Djamarah dan
Aswan adalah suatu tindakan atau proses untuk menemukan nilai dari
pembelajaran yang diharapkan. Proses pembelajaran disebut efektif apabila guru
atau pembimbing bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran itu sendiri akan mencapai hasil yang
maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurut Wragg dalamm
Haris menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,

7
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau suatu
ahasil belajar yang diinginkan.
Artinya, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik
evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan bagian integral
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan (Mukhtar, 2003: 147). Dengan
demikian evaluasi berarti penentuan nilai suatu program dan penentuan
keberhasilan tujuan pembelajaran suatu program. Dalam evaluasi hendaknya
mempertimbangkan sekurang-kurangnya 3 aspek yaitu siswa, program
pembelajaran dan bagaimana pengadministrasian evaluasi itu sendiri. Evaluasi
yang digunakan pada sekolah inklusi hendaknya menggunakan:
1. Untuk mereka yang berkebutuhan khusus maka evaluasi berdasarkan program
pembelajaran individual
2. Laporan hasil kemajuan atau perkembangan siswa hendaknya dilengkapi
dengan laporan berbentuk penjelasan atau informasi secara narasi.
3. Dalam mengevaluasi perlu mempertimbangkan kondisi atau jenis anak
berkebutuhan khusus.
4. Untuk kondisi tertentu kemungkinan juga evaluasi menggunakan media
gambar misalnya bagi mereka yang mengalami gangguan membaca.
Kemudian untuk evaluasi dalam program pembelajaran inklusi bagi Anak
Berkebutuhan Khusus berupa:
1. Penilaian selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, baik secara lisan,
tertulis, maupun melalui pengamatan.
2. Melakukan tindak lanjut atas hasil penilaian yang telah dilakukan selama
kegiatan belajar mengajar (Direktorat PLB, 2004: 6).

E. Metode Pembelajaran di Sekolah Inklusi


Metode merupakan salah satu hal yang perlu direncanakaan dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi. Strategi atau kiat melaksanakan
pembelajaran serta metode pembelajaran termasuk faktor-faktor yang menentukan
tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa. Karena dalam kelas inklusi siswa

8
memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang berbeda-beda (Syah, 1999: 199).
Untuk itu dalam memilih metode pengajaran dalam kelas inklusi harus bervariasi.
Pada umumnya metode yang sering digunakan guru dalam pembelajaran reguler
atau kelas inklusi adalah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pembelajaran secara lisan. Dilaksanakan
dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah.
Dalam penggunaan metode ceramah ini khususnya bagi anak yang
mengalami gangguan pendengaran atau tunarungu guru dapat membuat
variasi lain ketika guru memberi penjelasan atau komunikasi hendaknya
menghadap ke anak (face to face) sehingga anak dapat melihat gerak bibir
guru.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang mengkomunikasikan
langsung antara guru dan murid. Metode tanya jawab dalam pembelajaran
inklusi ini dapat melatih keaktifan anak, misalkan pada anak tunalaras, (slow
leaner) supaya kebutuhannya mereka terpenuhi dalam proses pembelajaran.
Karena dalam memahami pelajaran kurang, melalui metode ini diharapkan
mereka aktif untuk bertanya.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan untuk saling menukar informasi, tukar pendapat,
dan unsur-unsur pengalaman dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama secara jelas. Melalui metode ini dapat memberikan pengalaman baru
untuk saling tukar pikiran antara anak berbakat dan bagi anak yang
mengalami gangguan belajar.
4. Metode Eksperimen
Metode ini dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu
kimia, dan sejenisnya. Dalam pembelajaran inklusi diharapkan guru dapat
menggunakan metode ini, karena pada dasarnya anak berkebutuhan khusus
tidak selamanya dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

9
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana sesuatu pada anak didik. Dalam pembelajaran inklusi metode ini
dapat diimplementasikan kepada anak yang khususnya mengalami gangguan
komunikasi atau tunarungu karena mereka mengalami gangguan
pendengarannya maka lebih banyak menggunakan indera penglihatannya
dalam belajar.
6. Metode Sosial Drama
Metode sosial drama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Dalam pembelajaran inklusi metode ini
dapat diimplementasikan kepada semua siswa, dan khususnya pada anak
(berbakat) karena mereka mempunyai kemampuan memainkan drama, seni
tari dan seni rupa. Serta metode ini juga dapat diimplementasikan kepada
anak tunalaras menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku dalam hubungan sosial.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya
perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak
penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan sebagai sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik yang berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Perencanaan
pembelajaran sekolah inklusi adalah perencanaan untuk menentukan model
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus berdasarkan pada kurikulum
berbasis kompetensi (Dhelpie, 2006: 100). Pelaksanaan pembelajaran pendidikan
inklusi yaitu pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta
pengorganisasian anak berkebutuhan khusus di kelas reguler sesuai dengan
rancangan yang telah disusun. Evaluasi pembelajaran pendidikan inklusi menurut
Djamarah dan Aswan adalah suatu tindakan atau proses untuk menemukan nilai
dari pembelajaran yang diharapkan. Metode merupakan salah satu hal yang perlu
direncanakaan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi. Strategi atau
kiat melaksanakan pembelajaran serta metode pembelajaran termasuk faktor-
faktor yang menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Dan semoga
makalah ini dapat memberikan pembelajaran bagi setiap guru betapa pentingnya
dalam proses kelas inkulsi, guru di harapkan mampu memahami karakteristik
setiap peserta didiknya sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Anonim. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi, Buku 6,
Kegiatan Belajar Mengajar. Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Baker, E.T., Wang, M.C., and Walberg, H.J. “The Effects of Inclusion on
Learning.” Educational Leadership. 1994-1995: 33.
Budiyanto, dkk. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif, hlm. 63
Dhelpie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting
Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.
Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2010. Pengelolaan Pendidikan. Bandung:
Pustaka Educa.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: C.V.
IKAPI.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasi Sekolah, Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sholawati, Siti Auliyatus. 2019. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Inklusi
pada Anak Berkebutuhan Khusus Di SDN Kalirungkut-1 Surabaya.
Jurnal Abdau : Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Vol.2 No. 1.
Syah, Muhibin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: P.T. Logos Wacana Ilmu.

12

Anda mungkin juga menyukai