Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPS


MI/SD
Mata Kuliah: Pembelajaran IPS MI/SD
Dosen Pengampu: Dyan Desi Madyarini, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Aida Hasna Tsabita (2321089)
2. Nur Kholilah (2321100)
3. Nurul Athiyah (2321104)
4. Khodijah Saniatussariroh (2321116)
5. Nur Avihani (2321160)
6. Zidna Farhana (2321170)

KELAS E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPS MI/SD.”
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya,
aamin. Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Ibu Dyan Desi Madyarini, M.Pd,
selaku dosen mata kuliah Pembelajaran IPS MI/SD atas tugas yang telah diberikan
sehingga menambah wawasan penulis tentang “MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPS MI/SD” sesuai dan kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak
terkait mendapat balasan dari Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal alamin.

Pekalongan, 6 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 2
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................................................................... 7
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 8
D. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 9
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif....................................... 14
F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPS.............................. 15
G. Nilai-nilai Sosial dari Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif ............................. 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
Lampiran Foto Referensi ................................................................................................ 21
Daftar Kerja Anggota Kelompok ................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sebuah
pembelajaran pastinya mempunyai model tertentu. Model pembelajaran adalah
semua rangkaian penyajian bahan ajar yang mencakup semua aspek baik sebelum
pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran. Salah satu bentuk model
pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada keaktifan kerja kelompok antar
peserta didik. Pembelajaran kooperatif ini dapat diterapkan oleh pendidik atau guru
dalam pembelajaran IPS, dimana di dalam model pembelajaran ini terdapat nilai-nilai
sosial. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai model pembelajaran
kooperatif dan implementasinya dalam pembelajaran IPS pada bab pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep strategi pembelajaran kooperatif?
2. Apa tujuan pembelajaran kooperatif?
3. Bagaimana prinsip model pembelajaran kooperatif?
4. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran kooperatif?
5. Apa keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
IPS?
6. Bagaimana prosedur pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS?
7. Apa nilai-nilai sosial dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep strategi pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif.
3. Mengetahui prinsip model pembelajaran kooperatif.
4. Mengetahui jenis-jenis model pembelajaran kooperatif.
5. Menegtahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran IPS.
6. Mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS.
7. Mengetahui nilai-nilai sosial dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif


1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai semua rangkaian penyajian bahan
ajar yang mencakup semua aspek baik sebelum pembelajaran, saat pembelajaran
dan setelah pembelajaran yang laksanakan guru serta semua fasilitas yang dipakai
secara langsung maupun tidak langsung selama pembelajaran. Peranan guru
selama proses pembelajaran berperan sangat penting dalam membimbing
siswanya untuk memperoleh pengetahuan serta menuangkan gagasannya. Model
pembelajaran memiliki fungsi sebagai panutan dalam merancang pembelajaran
serta perencanaan aktifitas pembelajaran. Karakter masing-masing siswa berbeda,
sehingga guru harus bisa mengarahkan perbedaan tersebut untuk mencapai satu
tujuan yakni memperoleh ilmu pada saat belajar. Guna menggapai tujuan tersebut,
seorang guru diperbolehkan memilih model pembelajaran tertentu sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah. Model pembelajaran memiliki fokus pada usaha lebih
banyak mengaktifkan peserta didik daripada guru, tetapi tetap pada ruang lingkup
pembelajaran satu tema serta untuk tujuan yang sama.1
Model pembelajaran digunakan guru untuk pedoman dalam merancang
pembelajaran di kelas dengan memperhatikan kondisi siswa, kondisi sekolah serta
kondisi lingkungan dengan menyesuaikan materi yang akan disampaikan. Dalam
proses pembelajaran, pemilihan model pembelajaran akan menentukan jenis
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Selain
memiliki fungsi sebagai pedoman bagi guru, model pembelajaran juga memiliki
fungsi penting bagi pengembang perangkat pembelajaran dalam merancang dan
menjalankan aktivitas pembelajaran. Fungsi lain model pembelajaran yaitu
membantu peserta didik dalam memperoleh suatu informasi, keterampilan, ide,
dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas

1
Agung Prihatmojo dan Rohmani, Buku Ajar Pengembangan Model Pembelajaran: Who Am I,
(Lampung: Universitas Muhammadiyah Kotabumi, 2020), hlm.1-2.

2
belajar mengajar. Selain beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas, Model
pembelajaran juga memiliki fungsi lain dalam mengembangkan berbagai aspek
kemampuan peserta didik selama proses belajar di kelas, sehingga selama proses
pembelajaran peserta didik akan memiliki kemampuan tambahan yang akan
berguna bagi masa depannya. Guru harus mampu memahami karakter siswanya
dengan baik, sehingga dapat mengarahkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa
dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki kearah yang lebih baik.2
Model pembelajaran memiliki kriteria khusus, yaitu:
a. Rasional teoretis logis, hal ini dikarenakan model pembelajaran disusun oleh
para pengembangnya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar mengacu pada
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang sesuai sehingga tujuan belajar dapat tercapai.3
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu pembelajaran yang menekankan pada keaktifan kerja kelompok antar
peserta didik. Fokus dari pembelajaran kooperatif adalah menjadikan peserta didik
mampu bekerja dalam kelompok sesuai dengan tugas masing-masing anggota
kelompok sehingga peserta didik memiliki tanggung jawab dalam proses belajar
dalam kelompok sehingga semua anggota kelompok mampu menguasai materi
yang sedang dipelajari dengan baik. Dalam satu kelompok terdapat 4 sampai 6
anggota kelompok yang terdiri dari berbagai tingkat kemampuan akademik
peserta didik serta dari berbagai suku, maupun agama.
Pembelajaran kooperatif pada hakikatnya merupakan suatu pembelajaran
dengan menekankan prinsip kerja kelompok. Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif, seorang guru harusnya sudah tidak mengalami kebingungan lagi dalam
menerapkan pembelajaran ini karena sudah terbiasa dalam menerapkan belajar
2
Agung Prihatmojo dan Rohmani, Buku Ajar Pengembangan…., hlm.3-4.
3
Agung Prihatmojo dan Rohmani, Buku Ajar Pengembangan …, hlm. 5-6.

3
secara berkelompok terhadap siswanya. Lebih lanjut dijelaskan cooperative
learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative
learning. 4
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif, Saling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan
motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada
anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas
yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan
karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas
kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan, Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada
kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok
yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara
otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk
mengerjakannya karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang
berbeda sesuai dengan kemampuannya.
c. Interaksi Tatap Muka, Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog,
tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam
ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber
belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam
belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan
harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu mengerjakan tugas individu dalam
kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
4
Agung Prihatmojo dan Rohmani, Buku Ajar Pengembang…, hlm. 12-13.

4
d. Komunikasi antar Anggota Kelompok, dalam pembelajaran kooperatif
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis,
tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam pembelajaran
kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak
semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan
suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah
pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain.
e. Evaluasi Proses Kelompok, Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu
evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam
kegiatan pembelajaran cooperative learning.5
4. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian,
karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim, Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara
tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling

5
Nurhadifah dkk, Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2019),
hlm. 45-46.

5
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif, sebagaimana pada umumnya,
menejemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaaan, fungsi
organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langka-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, sehingga perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemampuan untuk bekerja sama, Keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja
sama perlu ditentukan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota
kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing,
akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar
perlu membantu yang kurang pintar.
d. Keterampilan untuk bekerja sama, kemauan untuk bekerja sama itu kemudian
dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat,
memberikan kontribusi pada keberhasilan kelompok.6

6
Zuriatun Hasanah dan Ahmad Shofiyul Himami, Model Pembelajaran Kooperatif dalam
Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Studi Kemahasiswaan, Vol.1 No.1, 2021, hlm. 2-3.

6
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Terdapat tiga tujuan utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu
1. Pencapaian Hasil Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memacu kinerja peserta didik dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan manfaat kepada semua siswa baik siswa yang akademiknya tinggi,
sedang maupun kurang. Hal tersebut dapat terjadi karena selama proses
pembelajaran dalam kelompok, siswa dengan kemampuan akademik tinggi
memberikan bantuan penjelasan kepada siswa dengan kemampuan akademik
sedang dan kurang, selama proses ini siswa dengan kemampuan akademik tinggi
akan memiliki kemampuan lebih dalam memahami materi, sedangkan untuk siswa
dengan akademik sedang dan kurang akan terbantu belajarnya.
2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Perserta didik akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi lebih leluasa dengan
teman satu kelompoknya sehingga kolaborasi akan tercipta keterampilan
berkomunikasi dan interaksi terjalin dengan baik pada setiap peserta didik. Belajar
berkolaborasi dan kerjasama dengan orang lain akan melatih sifat siswa dalam
memahami serta mengharga pendapat temannya sehingga sikap ini akan
berdampak positif bagi diri siswa secara langsung maupun tidak langsung.
Kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan teman akan meningkat seiring
berjalannya waktu, semangat belajar agar tidak tertinggal dari temannya akan
tumbuh dalam diri siswa serta mampu menginstropeksi bakat serta kemampuan
yang dimilikinya.7

7
Agung Prihatmojo dan Rohmani, Buku Ajar Pengembangan…, hlm. 48-49.

7
C. Prinsip-prinsi pemebelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki empat prinsip yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif
Pada prinsip ini memiliki tujuan untuk menciptakan kerja sama antar kelompok
yang efektif. Ketergantungan positif merupakan tugas kelompok yang tidak
mungkin diselesaikan secara individu, tetapi diperlukan kerja sama antar anggota
kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan yang bersedia dan
dapat membantu temannya guna menyelesaikan tugas kelompok.
2. Prinsip tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok akan memiliki tugas masing-masing untuk membagi
tugas yang sesuai setiap anggotanya. Setiap anggota dalam melakukan tanggung
jawab terhadap tugasnya harus mengerjakan dan menyelesaikan dengan baik guna
keberhasilan kelompok. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan
penilaian terhadap setiap individu dan juga kelompok, tapi dalam penilaian
individu memiliki nilai yang berbeda setiap anggota kelompok dan memiliki
penilaian yang sama dalam bentuk kerja sama kelompok.
3. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi
kekurangan masing-masing.
4. Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk melatih peserta didik dalam
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan
model pembelajaran kooperatif guru perlu membekali peserta didik kemampuan
berkomunikasi. Contohnya kemampuan mendengarkan, kemampuan berbicara,
cara menyatakan ketidaksetujuan, cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun dan tidak memojokkan. Maupun cara peserta didik dalam menyampaikan
gagasan atau ide menurutnya baik dan berguna. 8

8
Zuriatun Hasanah dan Ahmad Shofiyul Himami. “Model Pembelajaran Kooperatif…, hlm 5.

8
D. Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis yaitu enam jenis model
pembelajaran sebagai berikut:
1. Model STAD (Student Team Achievement Division)
Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang menerapkan pembelajaran
kelompok kecil beranggotakan 4-5 peserta didik secara heterogen.9 Menurut
Kristin menjelaskan bahwa model pembelajaran STAD merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas,
STAD juga salah satu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin.10 Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kerja
sama antar anggota kelompok, meningkatkan pemikiran peserta didik dalam
menyelesaikan persoalan dan melatih kemampuan sosial peserta didik.
Terdapat juga beberapa langkah-langkah dalam melaksanakan model
pembelajaran STAD yaitu sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan informasi terkait tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik.
b. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
c. Guru memberikan tugas masing-masing anggota kelompok dan melaksanakan
diskusi dengan kelompok.
d. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi dengan kelompok lain.
e. Guru memberikan kuis kepada masing-masing peserta didik untuk menguji
pemahaman peserta didik terkait materi yang telah di diskusikan.
f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
g. Guru melakukan evaluasi dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya terkait materi.11

9
Shilphy A. Octavia, Model-model Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hlm 72.
10
Firosalia Kristin, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditinjau dari Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD”, Scholaria, Vol. 6 No. 2 (2016), hlm 77.
11
Shilphy A. Octavia, Model-model Pembelajaran…, hlm 73-76.

9
2. Model Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw dikembangkan di Universitas Texas oleh Elliot
Aronson dan teman-temannya. Jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti
gergaji ukir atau juga disebut sebagai puzzle. Model pembelajaran jigsaw
merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif yang berbentuk
kerja kelompok kecil peserta didik. Lie menyatakan bahwa model pembelajaran
jigsaw ini adalah model pembelajaran dengan sistem kelompok kecil yang terdiri
dari empat sampai dengan enam orang dan peserta didik bekerja sama antar
kelompok dan bertanggung jawab penuh secara mandiri.12 Berikut prosedur
dalam melaksanakan model pembelajaran jigsaw antara lain:
a. Peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota
kelompok sebanyak ± 4 orang;
b. Setiap orang dalam kelompok diberikan materi dan tugas yang berbeda;
c. Beberapa anggota kelompok yang berbeda memiliki penugasan yang sama;
d. Membentuk kelompok baru (kelompok ahli);
e. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asalnya
dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang submateri yang mereka
kuasai;
f. Setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusinya;
g. Pembahasan;
h. Penutupan.
Menurut Jhonson dan Jhonson menjelaskan bahwa model pembelajaran jigsaw
memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik. Berikut beberapa
pengaruh positif yang disebutkan:
a. Model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik;
b. Model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan daya ingat peserta didik;
c. Dalam model pembelajaran jigsaw peserta didik dapat mengembangkan daya
pikir kritis mereka;
d. Model pembelajaran jigsaw dapat menstimulus tumbuhnya motivasi intrinsik
(kesadaran individu);

12
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013,
(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 70-72.

10
e. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan hubungan antar manusia yang
heterogen;
f. Peserta Didik dapat meningkatkan sikap positif terhadap lingkungan sekolah;
g. Model ini juga dapat meningkatkan sikap positif guru;
h. Model ini dapat meningkatkan harga diri peserta didik;
i. Model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan penyesuaian perilaku sosial
yang positif; dan
j. Peserta didik dapat meningkatkan kerja sama antar kelompok maupun
temannya.
Terdapat beberapa rangkaian kegiatan dalam model pembelajaran kelompok
seperti peserta didik diarahkan oleh guru untuk mencari informasi dari berbagai
sumber bacaan yang sudah ditentukan berdasarkan topik-topik materi atau
permasalahan guna mendapatkan informasi yang valid, setelah itu salah satu
delegasi kelompok melakukan diskusi dengan kelompok ahli untuk mendapatkan
informasi lain terkait beberapa topik yang dikaji, Setiap delegasi akan melaporkan
kepada kelompok asal untuk menjelaskan hasil diskusi dengan tim ahli, Terdapat
juga beberapa kios guna menguji penguasaan materi topik yang telah didapat, Dan
penghitungan skor kelompok akan dilakukan oleh guru dan menentukan
penghargaan bagi kelompok.
3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Pembelajaran investigasi kelompok merupakan Model pembelajaran yang
mengikutsertakan peserta didik untuk menentukan materi pelajaran sendiri dari
berbagai sumber yang tersedia seperti buku ataupun internet.13 Menurut
Medyasari, Muhtarom dan Sugiyanto menjelaskan bahwa Model pembelajaran GI
merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk aktif
dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan cara menggali/mencari
informasi/materi yang akan dipelajari secara mandiri dengan bahan-bahan yang
tersedia.14

13
Ririn Oktisa Widyaningsih dan Durinta Puspasari, “Analisis Penggunaan Model Pembelajaran
Group Investigation (Investigasi Kelompok) Pada Mata Pelajaran Kearsipan di SMKN 1 Lamongan”.
Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 9, No. 1 (2021), hlm. 79.
14
Bintang Wicaksono,dkk, “Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Think Pair Share
(TPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”, Aksioma, Vol. 8, No. 2 (2017), hlm. 3.

11
Model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan kerjasama peserta didik, membantu meningkatkan partisipasi
dari peserta didik dalam proses pembelajaran, pemahaman peserta didik terhadap
materi akan semakin mendalam karena peserta didik dilibatkan langsung dari awal
pembelajaran dan peserta didik dapat berlatih bekerja sama secara sistematis.
Terdapat beberapa langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran
investigasi kelompok yaitu sebagai berikut :
a. Seleksi topik oleh kelompok.
b. Perencanaan.
c. Pelaksanaan rencana atau tindakan.
d. Analisis dan evaluasi.
e. Presentasi kelompok.
f. Evaluasi oleh rekan kelas dan guru.15
4. Model Make a Match (Membuat pasangan)
Make a match merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Lurna Curran dimana siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topic dengan suasana yang menyenangkan. Mula-
mula siswa mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal dengan batas waktu
tertentu, siswa yang menjawab benar diberi poin. Adapun langkah-langkah
pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang
cocok untuk untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
kartu jawaban).
b. Setiap siswa mendapat satu kartu kemudian memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang.
c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
d. Siswa yang dapat mecocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
e. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f. Kesimpulan dan refleksi.16

15
Arum Pramuningtyas, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dengan Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2014/2015”, Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi, Vol. 1, No. 1 (2015), hlm. 6.

12
5. Model TGT (Teams Games Tournaments)
TGT merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan
berbagai karakteristik. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja sama. Metode
TGT melibatkan peran siswa sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur
permainan dan penguatan. Metode TGT memberi peluang kepada siswa untuk
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.17 Menurut Saco, dalam TGT siswa
bermain dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka.
Permainan disusun dalam bentuk kuis yang berkaitan dengan materi pelajaran dan
diselingi pertanyaan tentang identitas kelompok. Menurut Slavin, ada lima
tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu tahap penyajian materi di
kelas, belajar kelompok, permainan, pertandingan, dan penghargaan kelompok.18.
6. Model NHT (Numbered Heads Together)
Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dalam memperoleh materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif jenis NHT sebagai berikut.
a. Guru memberikan pengarahan kepada siswa.
b. Siswa membuat kelompok secara heterogen dengan diberi nomor tertentu.
c. Tiap siswa mendapat persoalan dengan tema yang sama tiap kelompok, tetapi
tiap siswa tidak sama tergantung nomor yang didapatkan. Siswa dengan nomor
yang sama mendapatkan tugas yang sama.
d. Siswa dengan nomor yang sama mempresentasikan hasil kerja mereka.
e. Guru mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.
f. Guru merumuskan hasil kuis dan memberikan reward.19

16
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013,
(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 77.
17
Andi Sulistio dan Nik Haryanti, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning Model),
(Purbalingga: Eureka Media Aksara, 2022), hlm. 38.
18
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013,
(Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 78.
19
Sundahry, dkk, Metode, Model, dan Media pembelajaran, (Klaten: Lakeisha, 2019), hlm. 96-97.

13
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan pembelajaran cooperatif Mulyadiana menyatakan bahwa keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
a. Siswa diharapkan tidak terlalu berharap pada guru, tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri sehingga menemukan informasi dari
berbagai sumber belajar dan siswa lain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide dengan kata-kata dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akadernik dan non akademik.
f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
2. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif Mulyadiana menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki keterbatasan, di antaranya :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif butuh waktu
karena terdapat perbedaan kemampuan para siswa.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling bekerja
sama dalam memecahkan permasalahan.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
e. Kemampuan bekerja sama sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas
dalam kehidupan yang hanya berdasarkan kemampuan secara individual.20

20
Aceng Jaelani, "Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Model Pembelajaran di Madrasah
Ibtidaiyah (MI)." Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru Mi, Vol. 2, No. 1 (2015), hlm. 13.

14
F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPS
Langkah – langkah dalam implementasi model pembelajaran kooperatif secara
umum yang dijelaskan secara operasional adalah sebagai berikut:
1. Merancang rencana program pembelajaran
Pada langkah ini guru guru mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Disamping itu,guru juga
menetapkan sikap dan keterampilan – keterampilan sosial yang diharapkan
dikembangkan dan diperhatikan siswa selama berlangsungnya pembelajaran.
2. Merancang lembar observasi
Hal ini dimaksud untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama dalam konteks kelompok–kelompok kecil. Guru tidak lagi
menyampaikan materi secara panjang lebar karena pemahaham dan pendalaman
materi itu akan dilakukan siswa ketika belajar secara berkelompok. Menurut Gie
aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan
pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya
perubahan. Sedangkan menurut Sardiman aktivitas dalam proses belajar mengajar
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran bertanya kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar.21 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, adalah :
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-6 siswa),
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
menjadi beberapa subbab,
3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya,
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu
dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya,
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temannya,
6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
21
Eliana, Siti Halidjah, Rosnita, "Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPS untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SD", Jurnal Pendidikan, hlm 4.

15
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS di
desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut
saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi soal secara individu
yang mencakup semua materi yang telah dibahas. Kunci model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS adalah interpedensi setiap siswa
terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan
agar siswa dapat mengerjakan soal dengan baik.22

G. Nilai-nilai sosial dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif


Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui permainan,
pengerjaan tugas, simulasi, tanya-jawab, diskusi, pemecahan masalah yang
dikerjakan dalam kelompok berfungsi untuk meningkatkan keterampilan sosial:
keterampilan berinteraksi, bekerja sama, memimpin, berkontribusi, bertukar
pendapat dan berbagi pengalaman. Keterampilan sosial yang dipraktikkan
sebenarnya berhubungan erat dengan keterampilan intelektual. Misalnya, kalau siswa
sedang belajar kelompok dia tidak hanya terampil mengemukakan ide-ide dan
gagasannya tetapi juga harus menghargai pendapat sesama anggota kelompoknya
dan mengutamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.23
Pembelajaran kooperatif sendiri tidak hanya memiliki tujuan dalam upaya
peningkatan potensi akademik saja namun memiliki tujuan dalam peningkatan nilai
sosial seperti:
1. Bekerja sama, dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota bukan hanya diatur
dalam penyelesaian tugas dan tanggung jawab masing-masing akan tetapi juga di
tanamkan perlunya saling membantu, missal yang pintar membantu yang kurang
pintar,yang memiliki banyak reverensi dan sumber meminjami yang hanya
memiliki sedikit sumber dan sebagainya.24

22
Maria Kristina,”Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPS untuk
Peningkatan Hasil belajar Siswa Kelas V SDN Dukuh Kupang V/534 Surabaya.”, (2020), hlm. 5.
23
Jenny Indrastoeti dan Hasan Mahfud, “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial,” Mimbar Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 (2015), hlm.
143.
24
Zainiyati, Husniyatus Salamah, Model dan Strategi Pembelajaran Aktif, (Surabaya: Putra Media
Nusantara, 2010), hlm. 130.

16
2. Tanggung jawab, tanggung jawab terhadap kelompok merupakan dampak
kolaborasi yang maksimal selama proses belajar mengajar menggunakan
kooperatif.25
3. Meningkatkan kemampuan sosial dalam memecahkan masalah, memimpin dan
sikap menghargai sesama.
4. Menumbuhkan rasa empati.
5. Meningkatkan hubungan sosial sehingga dapat menumbuhkan rasa saling
menerima satu sama lain serta meningkatkan rasa persahabatan.26
6. Membentuk sikap toleran dan mampu menerima keanekaragamaan guna
menciptakan keharmonisan, kenyamanan dan kedamaian.27
7. Jujur.
8. Disiplin.
9. Santun.28

25
Dedek Andrian et al., “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar, Sikap Sosial, dan Motivasi Belajar,” Inomatika Vol. 2, No. 1 (2020), hlm. 68.
26
Helmiati, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 11.
27
Moh Sutomo, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Keterampilan Sosial
Terhadap Hasil Belajar IPS,” Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 23, No. 1 (2017), hlm. 13.
28
Mursito S Bialangi and I Nengah Kundera, “Pengembangan Sikap Sosial dalam Pembelajaran
Biologi : Kajian Potensi Pembelajaran Kooperatif,” Proceeding Biology Education Conference Vol.15,
No. 1 (2018), hlm. 143.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam pembelajaran mempunyai unsur
dan karakteristik tertentu. Kooperatif juga memiliki tujuan yaitu pencapaian hasil
akademik, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Prinsip model pemebelajaran koopertif ada empat yaitu, prinsip ketergantungan
positif, prinsip tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, dan partisispasi
dan komunikasi. Model pembelajaran memiliki beberapa jenis diantaranya STAD,
jigsaw, investigasi kelompok, model make a macth, model TGT, dan model NHT.
Setiap sesuatu pasti mempunyai kelebihan dan dan kekurangan begitu pula dengan
model pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
mengikuti prosedur dan langkah-langkah yang telah ditentukan.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat dan kami menyadari bahwa makalah ini
sangatlah jauh dari kata kesempurnaan, dan tentu banyak kekurangan dan kesalahan
dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu kami sebagai penyusun memohon maaf
jika terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan, sikap, maupun
perkataan penyampaian, untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya demi
menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
kitab bisa mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Aamiin.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aceng, Jaelani. (2015). “Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Model


Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI)”. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru
MI, Vol.2. No.1.
Andrian, Dedek. dkk., (2020). “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar, Sikap Sosial, dan Motivasi Belajar,”.
Inomatika Vol.2. No. 1.
Bialangi, S Mursiyo dan I Nengah Kundera. (2018). “Pengembangan Sikap Sosial
dalam Pembelajaran Biologi : Kajian Potensi Pembelajaran Kooperatif,”.
Proceeding Biology Education Conference Vol. 15. No. 1.
Eliana, dkk. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPS untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SD". Jurnal pendidikan.
Hasanah, Zuriatun dan Ahmad Shofiyul Himami. (2021). “Model Pembelajaran
Kooperatif dalam Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa”. Jurnal Studi
Kemahasiswaan. Vol.1 No.1.
Helmiati. (2012). “model pembelajaran”. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo).
Indrastoeti, Jenny dan Hasan Mahfud. “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Experiental Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial”. Mimbar Sekolah
Dasar, Vol.2 No. 2.
Kristin, Firosalia. (2016). “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
ditinjau dari Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD”. Scholaria, Vol. 6 No. 2.
Kristina, Maria. (2020). ”Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata
Pelajaran IPS untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Dukuh
Kupang V/534 Surabaya”.
Nurdyansyah. dan Eni Fariyatul Fahyuni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran sesuai
Kurikulum 2013. Sidoarjo: Lizamia Learning Center.
Nurhadifah, dkk. (2019). Model Pembelajaran Inovatif Abad 21. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru.
Octavia, Shilphy A. (2020). Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

19
Pramuningtyas, Arum. dkk. (2015). “Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) dengan Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.
Prihatmojo, Agung dan Rohmani. (2020). Buku Ajar Pengembangan Model
Pembalejaran: Who Am I. Lampung: Universitas Muhammadiyah Kotabumi.
Sulistio, Andi dan Nik Haryanti. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning Model). Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Sundahry, dkk. (2019). Metode, Model, dan Media pembelajaran. Klaten: Lakeisha.
Sutomo, Moh. (2017). “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan
Keterampilan Sosial Terhadap Hasil Belajar IPS”. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.
23. No. 1.
Wicaksono, Bintang. dkk. (2017). “Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan
Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”. Aksioma, Vol. 8,
No. 2.
Widyaningsih, Ririn Oktisa dan Durinta Puspasari. (2021). “Analisis Penggunaan
Model Pembelajaran Group Investigation (Investigasi Kelompok) pada Mata
Pelajaran Kearsipan di SMKN 1 Lamongan”. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), Vol. 9, No. 1.
Zainiyati, Husniyatus Salamah. (2010). Model dan Strategi Pembelajaran Aktif.
Surabaya: Putra Media Nusantara.

20
Lampiran Foto Referensi

Aceng, Jaelani. (2015). “Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Model


Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI)”. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru
MI. Vol.2. No.1.
Andrian, Dedek dkk. (2020). “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar, Sikap Sosial, dan Motivasi Belajar”. Inomatika Vol.2.
No. 1.

Bialangi, S Mursiyo dan I Nengah Kundera. (2018). “Pengembangan Sikap Sosial


dalam Pembelajaran Biologi : Kajian Potensi Pembelajaran Kooperatif.
Proceeding Biology Education Conference Vol.15. No. 1.
Eliana, dkk. "Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPS untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SD". Jurnal pendidikan.

21
Hasanah, Zuriatun dan Ahmad Shofiyul Himami. (2021). “Model Pembelajaran
Kooperatif dalam Menumbuhkan Keaktifan Belajar Siswa”. Jurnal Studi
Kemahasiswaan, Vol.1 No.1.
Helmiati. (2012). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Indrastoeti, Jenny dan Hasan Mahfud. (2015). “Pembelajaran Kooperatif dengan


Pendekatan Experiental Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial,”.
Mimbar Sekolah Dasar. Vol.2. No. 2.
Kristin, Firosalia. (2016). “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
ditinjau dari Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD”. Scholaria, Vol. 6 No. 2.

22
Kristina, Maria. (2020). ”Penggunaan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata
Pelajaran Ips Untuk Peningkatan Hasil belajar Siswa Kelas V SDN Dukuh
Kupang V/534 Surabaya.”.

Nurdyansyah. dan Eni Fariyatul Fahyuni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Sidoarjo : Lizamia Learning Center.
Nurhadifah, dkk. (2019). Model Pembelajaran Inovatif Abad 21. Yogyakarta: Penerbit
Samudra Biru.

23
Octavia, Shilphy A. (2020). Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Pramuningtyas, Arum. dkk. (2015). “Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) dengan Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.

Sulistio, Andi dan Nik Haryanti. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning Model). Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Prihatmojo, Agung dan Rohmani. (2020). Buku Ajar Pengembangan Model
Pembalejaran: Who Am I. Lampung: Universitas Muhammadiyah Kotabumi.

24
Sundahry, dkk. (2019). Metode, Model, dan Media pembelajaran. Klaten: Lakeisha.
Sutomo, Moh. (2017). “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan
Keterampilan Sosial Terhadap Hasil Belajar IPS,” Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.23.
No. 1.

Wicaksono, Bintang. dkk. (2017). “Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan
Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”. Aksioma, Vol. 8,
No. 2.
Widyaningsih, Ririn Oktisa dan Durinta Puspasari. (2021). “Analisis Penggunaan
Model Pembelajaran Group Investigation (Investigasi Kelompok) pada Mata
Pelajaran Kearsipan di SMKN 1 Lamongan”. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), Vol. 9, No. 1.

25
Zainiyati, Husniyatus Salamah. (2010). Model dan Strategi Pembelajaran Aktif.
Surabaya: Putra Media Nusantara.

Daftar Kerja Anggota Kelompok

NAMA NIM KERJA ANGGOTA


Aida Hasna Tsabita 2321089 Mencari referensi dan
menyususn materi.
Nur Kholilah 2321100 Mencari referensi dan
menyusun materi.
Nurul Athiyah 2321104 Mencari referensi dan
menggabungkan makalah.
Khodijah Saniatusariroh 2321116 Mencari referensi dan
menyusun materi.
Nur Avihani 2321160 Mencari referensi,
menyusun materi, dan
membuat ppt.
Zidna Farhana 2321170 Mencari referensi dan
menyususn materi.

26

Anda mungkin juga menyukai