Anda di halaman 1dari 10

A.

Latar Belakang Pendidikan IPS di SD


Perkembangan pendidikan IPS secara garis besar Indonesia dimaknai menjadi
dua, pendidikan IPS untuk perguruan tinggi dan pendidikan IPS untuk sekolah
dasar dan menengah. Menurut M. Numan Somantri (2001:92) Pendidikan IPS
untuk sekolah dasar dan menengah diartikan sebagai penyederhanaan atau
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis
psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan makna pendidikan IPS untuk
perguruan tinggi adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Beliau juga mengemukakan
perbedaanya adalah pada kata penyederhanaan dan seleksi dari disiplin ilmu
dan seterusnya. Pendapat itu bermakna bahwa pendidikan IPS di perguruan
tinggi dan sekolah dasar dan menengah kontenya memiliki perbedaan.
Perbedaan itu terdapat pada istilah penyederhanaan dan seleksi, meskipun
sumber kajian materinya sama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial.
Kurikulum IPS tahun 1974-1975
Konsep pendidikan IPS untuk pertamakalinya masuk kedunia persekolahan di
Indonesia terjadi pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung (Huriah
Rachmah,2014:43). Sejalan dengan hal itu Sapriya (2017:11) berpendapat
bahwa Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen
Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan
di sekolah dasar dan menengah.
Kurikulum IPS tahun 1984-1990
Pendidikan IPS pada kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan kurikulum
sebelumnya yaitu pendidikan IPS pada kurikulum 1974. Dalam kurikulum
1984 nama IPS hanya digunakan untuk menyebutkan nama mata pelajaran
pada jenjang pendidikan dasar MI/SD dan MTs/SMP, sama seperti kurikulum
1974 (Rudy Gunawan, 2016:32).
Kurikulum IPS tahun 1994
Pendidikan IPS pada kurikulum 1994 mengalami perubahan akibat
diberlakukanya undang-undang sisdiknas nomor 2 tahun 1989. Dalam
undang-undang ini dilakukan pengkajian tentang mata pelajaran IPS terutama
pada perubahan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Kurikulum IPS tahun 2006 (KTSP)
Pada kurikulum ini mata pelajaran IPS jenjang SD belum mencakup dan
mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial. Namun ada ketentuan bahwa
melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi
warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga
dunia yang cinta damai (Sapriya, 2017:194). Pendidikan IPS yang
disampaikan sudah mulai diberikan sejak kelas I sampai kelas VI dengan
menggunakan pendekatan integrated yang dikaitkan dengan kehidupan
nyata.
Kurikulum IPS tahun 2013
Mata pelajaran pendidikan IPS pada kurikulum 2013, sudah lebih mengalami
pengintegrasian materi terutama di sekolah dasar dan menengah pertama.
Lebih terpadu dalam proses pembelajaranya. Menggunakan model
keterpaduan integrated yang merupakan model keterpaduan yang mana suatu
tema merupakan topik-topik yang beririsan dan tumpang tindih dari bidang-
bidang keilmuan (Depdiknas, 2011).

B. Karateristik IPS SD
Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau
terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-
ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu
(Lili M Sadeli, 1986:21). Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat
dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu
dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS
digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh
karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan
objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.
Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS
antara lain:

Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan
dunia dengan berbagai permasalahannya.
Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
yang terjauh.
Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokohtokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber
materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep,
teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan
dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di
masyarakat.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada
suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti
ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”
(Mukminan, 1996:5).

Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama


dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran
tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai
unsur-unsur dunia yang lebih luas.

3. Tujuan IPS

Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) tujuan pendidikan IPS adalah “membina


anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi
masyarakat dan negara”

Sedangkan secara rinci menurut Oemar Hamalik (1992:40-41) merumuskan


tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1)
pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan
sikap, (4) keterampilan.
1. Pengetahuan dan Pemahaman
mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa
fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa
kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga
mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitarnya.
2. Sikap belajar IPS
mengembangkan sikap belajar yang baik, yaitu dengan belajar IPS anak
memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide,
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk
masa yang akan datang.

3. Nilai-nilai sosial dan sikap


Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya,
sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Berdasar nilai-nilai sosial
yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap
sosial anak, seperti: menghormati dan mentaati peraturan, mengembangkan
rasa tanggung jawab, dan kritis.

4. Keterampilan dasar IPS


Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya
mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data
masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,
mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan
kesimpulan.

C. Karateristik IPS di Kelas Rendah


Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sendiri oleh guru.
Penyusunan rencana tersebut adalah berpedoman kepada Silabus atau Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah dikembangkan oleh guru,
sekolah, dan komite sekolah. Pembelajaran yang demikian ini sesungguhnya
yang merupakan substansi dari implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di sekolah. Setiap tingkat satuan pendidikan haruslah
menyusun sendiri kurikulum yang akan dilaksanakan oleh para pengajar di
sekolah yang bersangkutan. KTSP yang diberikan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional yang dirancang oleh para ahli pengembangan kurikulum
disetiap tingkat satuan pendidikan. KTSP disusun bersama-sama oleh guru,
komite sekolah/pengurus yayasan, konselor (Bimbingan Konseling), dan
narasumber, kemudian disupervisi oleh Dinas Pendidikan. KTSP
ditandatangani oleh kepala sekolah, komite sekolah, dan kepala dinas
pendidikan.

Terhadap siswa kelas rendah (kelas I, II, dan III) di SD, pembelajarannya
merupakan pembelajaran yang bersifat konkrit. Pembelajaran ini lebih sesuai
diberikan bagi siswa di kelas rendah. Anak pada usia 7-8 tahun
kecenderungannya masih melihat hal-hal yang konkrit dari pada yang abstrak
(Surya, M. 2003). Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga
kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai
dengan taraf perkembangan kemampuan siswanya. Hal lain yang juga harus
dipahami, yaitu proses belajarnya harus dikembangkan secara interaktif.
Didalam pembelajaran kepada siswa kelas rendah, gurulah yang memegang
peranan penting didalam menciptakan stimulus agar siswa menyadari
kejadian-kejadian yang ada disekitar lingkungannya.

Pembelajaran bagi siswa kelas rendah di SD juga harus dipahami bahwa


mereka masih banyak membutuhkan perhatian karena para siswa kurang
terfokus dalam berkonsentrasi, serta kurang adanya perhatian. oleh karena
siswa kurang memusatkan perhatian didalam belajar, maka guru harus
memperhatikan kecepatan dan aktivitasbelajar setiap siswanya, sehingga
diperlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih
menarik dan efektif. Prinsip efesiensi janganlah menjadi dasar bertindak atau
berbuat pada kegiatan pembelajaran (pendidikan) seorang guru, sebab prinsip
tersebut padahakikatnya hanya dapat diberlakukan pada aktivitas dibidang
ekonomi. Guru harus melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran secara
efektif (tepat dan benar), bukan efisien (menghemat) untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirancang/direncanakan dalam Rencana Pembelajaran
(RP).

Untuk mencipatakan suasana pembelajaran sehingga menjadi menarik dan


efektif maka guru harus dapat menggunakan berbagai strategi, pendekatan,
dan metode mengajar yang menarik pula. Metode mengajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar dikelas rendah di SD, diantaranya adalah: (1)
ceramah, (2) demonstrasi, (3) tanya jawab, (4) penampilan, (5) diskusi, (6)
studi mandiri, (7) belajar kelompok, dan (8) observasi atau pengamatan.
Penggunaan atau pemilihanstrategi dan metode mengajar ini harus pula
mempertimbangkan faktor-faktor atau hal-hal yang ikut terlibat
(memengaruhi)dalam suatu proses belajar-mengajar, misalnya sumber belajar,
media, dan alat pembelajaran, situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran.
Sesuai dengan jenis metode mengajar dan kemampuan yang dapat dicapai
sesuai dengan indikatornya, berbagai metode mengajar yang dapat
diaplikasikan pada pembelajaran IPS di kelas rendah di SD dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Apabila guru ingin melakukan pengembangan sikap ilmiah (jika akan


dilakukan) pada diri siswa kelas rendah di SD dapat dilakukan dengan cara
menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani mengemukakan
pendapat, memiliki rasa ingin tahu, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan
orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

Dalam rangka pengembangan kreativitas siswa maka proses


pembelajarannnya dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan
kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya
memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-hari.
Sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran bagi siswa kelas rendah di
SD, hal-hal berikut di bawah ini merupakan contoh kegiatan belajar yang
dapatdilakukan oleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), antara lain:
1) Mengolong-golongkan peran anggota keluarga
2) Menerapkan etika dan sopan santun di rumah, di sekolah, dan di
lingkungan
3) Menggunakan kosakata geografi untuk menceritakan tentang tempat
D. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di Sekolah Dasar

Menurut Hasan (Supriatna, 2010:7), tujuan pendidikan IPS dikelompokkan dalam 3


kategori:

a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa. Tujuan pertama berorientasi pada


pengembangan kemampuankemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri
siswa dan kepentingan ilmu.

b. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat


dan bangsa. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan
kepentingan masyarakat.

c. Pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan ketiga lebih berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun
ilmu.

Berdasarkan hierarki tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran IPS tidak terlepas dari
tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran), di atasnya terdapat tujuan institusional
(lembaga), dan di atasnya ada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan
nasional tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional bab 2 pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

E .Ruang Lingkup esensi materi dari Mata Pelajaran IPS

Selanjutnya, secara garis besar Muchtar(2007:2.24) dalam (Siska:2016) menjelaskan


bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS SD mencangkup empat aspek,yaitu :

1. Sistem sosial dan budaya,meliputi : individu,keluarga,dan


masyarakat,sosiologi sebagai ilmu dan metode,interaksi
sosial,sosialisasi,pranata sosial, struktur sosial,kebudayaan,dan perubahan
sosial budaya.
2. Manusia,tempat dan lingkungan : sistem informasi geografi,interaksi gejala
fisik dan sosial,struktur internal suatu tempat atau wilayah,dan interaksi
keuangan , serta persepsi lingkungan dan kewilayahan.
3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan,meliputi :
ketergantungan,spesialisasi,pembagian kerja,perkoperasian,dan
kewirausahaan serta pengelolaan keuangan perusahaan.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan , meliputi : dasar-dasar ilmu
sejarah,fakta,peristiwa, dan proses.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, B. 2020. Tinjauan Historis Pendidikan IPS Indonesia. Jurnal
Pendidikan IPS Indonesia. 4(2). https://ejournal-
pasca.undiksha.ac.id/index.php/PIPS/article/view/3493.
Diakses pada 1 September 2021, Pukul 20.47 WIB

Widya, Ariesta Freddy. 2018. Karateristik IPS di Sekolah Dasar.


https://pgsd.binus.ac.id/2018/01/08/karakteristik-ips-di-sekolah-dasar/.
Diakses pada 2 September 2021, Pukul 09.30. WIB

Anonym. Pendidikan IPS Kelas Rendah.


Diakses pada 2 Septembber 2021, Pukul 10.11 WIB

Supriatna, N. et al. (2010). Pendidikan IPS SD. Bandung : UPI PRESS

Siska,Y.2016. Konsep Dasar IPS untuk Sd/MI.Yogyakarta: Garudhawaca.

Anda mungkin juga menyukai