Anda di halaman 1dari 16

Modul 2

Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai


Proses Pemberdayaan

Pokjar genteng A
Masa registrasi (2022.1)
Nama Kelompok:
1. Siti rosita (858908172)
2. Salsabela qotrunnada (858908932)
3. Robitotul qudsiyah (851011052)
4. Rofik bambang k. (858909088)
5. Tri wulaningsih ( 858908577)
6. Siti muniroh
Tujuan-Tujuan Pembelajatan MBS, sebagai berikut :

1. Menjelaskan penerapan MBS sebagai proses pemberdayaan sekolah

2. Menjelaskan penerapan MBS sebagai proses pemberdayaan dan penguatan pendidikan karakter

3. Memberikan contoh MBS sebagai proses pemberdayaan sekolah

4. memberikan contoh MBS sebagai proses pemberdayaan dan penguatan pendidikan karekter

5. Menjelaskan pengembangan MBS secara luas

6. Menjelaskan pengembangan sistem nilai kehidupan


Kegiatan Belajar 1
MBS Sebagai Proses Pemberdayaan Sekolah
Manajemen berbasis sekolah merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan
kemandirian sekolah.
Kindervatter (1979) memberikan pembatasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia
untuk meningkatkan kedudukannya di masyarakat.
Peningkatan kedudukan itu meliputi kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Akses
2. Daya pengungkit
3. Pilihan-pilihan
4. Status
5. Kemampuan refleksi kritis
6. Legitimasi
7. Disiplin
8. Persepsi kreatif
Dalam dunia pendidikan pemberdayaan ditunjukkan kepada peserta didik, guru, kepada sekolah, dan tenaga
kependidikan.
MBS Sebagai Proses Pemberdayaan Sekolah dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan Sekolah merupakan
cara untuk membangkitkan kemauan dan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan
lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan seluruh warga sekolah.
Untuk dapat memahami dan menerapkan MBS sebagai proses pemberdayaan sekolah terdapat beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, seperti dijelaskan berikut ini.
1. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk memegang kontrol (atas diri
dan lingkungannya).
2. Adanya kesamaan dan kesepadanan kedudukan dalam hubungan kerja.
3. Menggunakan pendekatan partisipatif.
4. Pendidikan untuk keadilan.
Keempat hal tersebut merupakan ciri proses pemberdayaan, yang meliputi (a) community organization; (b) self-
management and collaboration; (c) participatory approaches, dan (d) education for justice. Ciri-ciri inilah yang
merupakan tahapan dasar dalam MBS. Berikut rincian ungkapan karakteristik pemberdayaan Kindervatter (1979) yang
disebutnya dalam bahasa orang awam (commonalities).
1. Penyusunan kelompok kecil; pemberdayaan menekankan aktivitas dalam kelompok kecil yang mandiri.
2. Pengalihan tanggung jawab; dalam manajemen berbasis sekolah terjadi pengalihan dari pemerintah kepada sekolah
untuk memberdayakan diri dan lingkungannya.
3. Pimpinan oleh para partisipan; dengan latihan mengontrol atau mengambil keputusan dalam tingkat yang tinggi
(akan) mendorong semua aspek aktivitas organisasi.
4. Guru sebagai fasilitator; guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber, orang yang
menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang masalah-masalah yang dihadapi.
5. Proses bersifat demokratis dan hubungan kerja yang luwes; Segala sesuatu dalam manajemen berbasis sekolah
dirundingkan bersama dalam kedudukan yang sederajat dan diputuskan melalui pemungutan suara atau musyawarah
(konsensus).
6. Merupakan integrasi antara refleksi dan aksi; pengalaman dan masalah-masalah yang dimiliki para partisipan akan
menghasilkan fokus.
7. Metode yang mendorong kepercayaan diri; metode yang digunakan bersifat meningkatkan keterlibatan aktif, dialog,
dan aktivitas kelompok secara mandiri.
8. Meningkatkan derajat kemandirian sosial, ekonomi, dan politik, sebagai hasil proses pemberdayaan kedudukan
partisipan dalam masyarakat meningkat dalam hal-hal khusus tertentu.
Untuk itu Stewart (1998) mempersyaratkan kecakapan khusus untuk memberdayakan sekolah
yaitu;
1.membuat mampu (enabling), yang berarti memastikan bahwa warga sekolah mempunyai
segala sumber daya yang mereka perlukan untuk dapat memberdayakan secara penuh.
2.memudahkan (facilitating), merupakan kecakapan yang paling mendasar yang diperlukan
seseorang manager yang memberdayakan,hal ini juga sejalan dengan salah satu fungsi kepala
sekolah sebagai fasilitator.misalnya;memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam suatu
pelajaran dengan menyediakan aneka ragam sumber belajar.
3.berkonsultasi (consulting), merupakan suatu kegiatan untuk bertukar fikiran atau meminta
pertimbangan kepada pihak-pihak yang diberdayakan dan tidak saja berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari melainkan juga menyangkut masalah strategis.
4.kerja sama (collaborating), dengan adanya kerja sama kita bisa membuktikan tidak hanya
seberapa besar kecakapan kepala sekolah sebagai manager dalam pemberdayaan ,melainkan
juga seberapa kuat kemampuan melaksanakannya secara penuh.
5.membimbing (mentoring), merupakan tahab kegiatan pemberdayaan dan sekaligus
merupakan teknik manajemen.membimbing juga merupakan suatau tindakan sebagai teladan
dan pelatih bagi orang yang diberdayakan.
6.mendukung (supporting), kepala sekolah berperan sebagai manajer,oleh karena itu kepala
sekolah harus mengetahui perlunya membantu guru dan mendukung mereka dan untuk itu
diperlukan juga upaya kepala sekolah untuk memimpin dari belakang yang mengarahkan
kepada kemandirian guru.
Kontroversi mengenai manajemen sekolah semakin terasa ketika kita memasuki era pembangunan. Menurut
Tillar tahun 1992 terdapat dua pola pemikiran atau asumsi yang mendominasi kontroversi ini.
1.Asumsi teknik pedagogis.
Mutu pendidikan akan dapat ditingkatkan apabila ditangani secara efisien.
2.Asumsi politik pemerintahan
Pendidikan menjadi salah satu masalah pembagian wewenang kekuasaan antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah.


Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Bahkan Johar 2003 mengevaluasi fenomena
pendidikan di Indonesia sangat menonjol yaitu:
1. Pendidikan kita telah kehilangan objektivitasnya
2. Pendidikan kita tidak mendewasakan peserta didik
3. Pendidikan kita tidak menumbuhkan pola berpikir
4. Pendidikan kita tidak menghasilkan manusia terdidik
5. Pendidikan kita dirasa membelenggu
6. Pendidikan kita belum mampu membangun individu belajar
7. Pendidikan kita dirasa linier indoktrinatif
8. Pendidikan kita belum mampu menghasilkan kemandirian dan
9. Pendidikan kita belum mampu memberdayakan dan membudayakan peserta didik
Sebenarnya apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?

Faktor pertam , Selama ini dalam menerapkan pendekatan education production foundation terlalu memusatkan
pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan.

Faktor kedua , penyelenggaraan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan
birokrasi. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

Faktor ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini
sangat minim.
Berdasarkan dengan mutu pendidikan , Indonesia menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan mutu
pendidikan ; selain keterbatasan anggaran ,berbagai sumberdaya pendidikan masih sangat terbatas untuk dapat
menjadi standar mutu yang memadai . Bahkan Indonesia belum dapat-dapat mencapai mutu pendidikan yang
bersaing di era global
Kegiatan Belajar 2

MBS sebagai Proses Pemberdayaan dan Penguatan Pendidikan Karakter

A. HAKIKAT PENGUATAN PENDIDIKAN DAN KARAKTER DALAM MBS


memulai revitalisasi dan menekankan karakter di berbagai lembaga pendidikan, baik informasi formal, maupun
nonformal : diharapkan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan
kompleks. Berbagai tantangan dan permasalahan yang datang silih berganti dalam era globalisasi tidak mungkin
dihindari, karena meskipun kita menutup pintu, pengaruh globalisasi akan masuk lewat jendela atau merajut melalui
berbagai cara. Dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan dan pendidikan agama menjadi penting untuk tetap
menumbuhkan kembang tanggung jawab bersama di dalam kehidupan suatu masyarakat (baik secara lokal, nasional,
regional, global). Sesuai pasal 51 ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
MBS mengcangkup Madrasah sebagai bentuk satuan pendidikan yang sejajar status dan perannya sehingga
pembahasan lebih lanjut dalam konteks Indonesia akan disebut manajemen berbasis sekolah atau madrasah atau
NPS/M. Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak
hanya berkaitan dengan masalah benar – salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan atau habit tentang hal-hal
yang tidak baik dalam kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi,
serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.
Wyne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berartio” to Mark”
(menandai) dan memfokuskan pada Bagaimana penerapan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau
perilaku sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia 2010 bahwa karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang
melekat dan dapat diidentifikasi dalam perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-
ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lain.
Dalam pendidikan karakter diperlukan tiga aspek perasaan atau emosi, yang oleh Lickona (1992) disebut
“Desiring the good” atau keinginan untuk melakukan kebajikan. Dalam hal ini ditegaskan bahwa
Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “know the good”, tetapi juga “desiring
the good” atau “loving the good” dan “acting the good” : sehingga manusia tidak berperilaku seperti robot
yang diindoktrinasi atau paham tertentu. ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan
karakter, agar peserta didik menyadari, memahami, merasakan dan dapat mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-hari ini nilai-nilai kebajikan itu secara utuh dan menyeluruh (kaffah).
Melengkapi uraian diatas Megawangi mengemukakan 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan
acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sebagai berikut.
1. Cinta Allah dan kebenaran
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3. Amanah hormat dan santun
4. Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
5. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
6. Adil dan berjiwa kepemimpinan
7. Baik dan rendah hati
8. Toleransi dan cinta damai
Melengkapi uraian diatas Megawangi mengemukakan 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan
acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sebagai berikut.
1. Cinta Allah dan kebenaran
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3. Amanah hormat dan santun
4. Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
5. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
6. Adil dan berjiwa kepemimpinan
7. Baik dan rendah hati
8. Toleransi dan cinta damai
• B.PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Di indinesia, pendidikan karakter bangsa telah berdiri lama, jauh sebelum indonesia merdeka. Ki Hajar
Dewantara sebagai pahlawan Pendidikan Nasional memiliki tentang Pendidikan karakter sebagai azas Taman
Siswa 1922.
Sekolah Taman Siswa memiliki tujuh prinsip sebagai berikut:
1. Hak seseoran untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya persatuan dalam kehidupan umum.
2. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinya, pikirannya, dan tenaganya.
3. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan.
4. Kultur pendidikan yang selaras dengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup.
5. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
6. Perlu hidup dengan berdiri sendiri.
7. Dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik.

Pendidikan karakter merupakan suatu sintem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi
komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi. Dalam pendidikan karakter di
sekolah/madrasah, semua komponen ( stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen komponen yang ada
di dalam system pemdidikan itu sendiri.
C. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah
pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan

D. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan
pembiasaan: melalui tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian apa yang dilihan,
didengar,dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain itu
menciptakan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting dalam pembentuka karakter
peserta didik.

Keberhasialn pendidikan karakter dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas masyarakat seperti:kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian,
kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen
Kegiatan Belajar 3
Pengembangan Sistem Nilai Kehidupan dan MBS
A. PENGEMBANGAN SISTEM NILAI KEHIDUPAN
Pengembangan sistem nilai kehidupan dan karakter bangsa kini sedang menjadi sorotan tajam masyarakat.
Masalah yang muncul di masyarakat melatar belakangi perlunya pengembangan sistem kehidipan, agar menjadi
fondasi masyarakat dan bangsa dalam berbagai lapisan. Alternatif lain yang banyak dikemukskan untuk mengatasi
berbagai masalah yang berkaitan dengan nilai dan karakter diatas adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Dalam hal inilah pendidikan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama menjadi penting untuk
menumbuhkembangkan tànggung jawàb bersama didalam kehidupan suatu masyarakat ( baik secara lokal,
nasional, regional, dan global.
Manajemen Berbasis Sekolah dengan dukungan masyarakat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan
nilai- nilai budaya setempat, mensinergikanya dengan nilai- nilai kehidupan serta nilai- nilai agama yang dianut.
Dimasa depan sekolah- sekolah diharapkan memiliki inisiatif, kreatif, bahkan inovatif, serta menerapkan
pendekatan yang konstektual dan mandiri dalam menjabarkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan. Dalam
upaya mewujudkan hal itumaka sekolah harus diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengambil keputusan
pendagogis- intruksional yang didukung oleh madyarakat dan orang tua peserta didik. Landasan hukum atau
kebijakan disebarluaskannya MBS adalah UU No.22/1999 tentang pemerintah daerah, PP No.25/2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom, dan UU No.25/2000 tentang Propenas,
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
B. PENGEMBANGAN MBS SECARA LUAS
MBS di Indonesia cukup mendapat respon yang positif, meskipun dalam implementasinya masih sangat beragam.
Implementasi MBS di Indonesia tidak lepas dari kondisi objektifyang mendukung pada saat ( timing ) yang tepat.
Elemen- elemen yang mendukung tersebut antara lain; iklim perubahan pemerintah yang menghendaki
transparansi, demokratisasi, akuntabilitas, desentralisasi, dan pemberdayaan potensi masyarakat.
Sementara kalangan birokrat pendidikan yang berpikir jernih melihat peluang ini sebagai harapan baru untuk
melakukan efisiensi manajemen pendidikan dan sekaligus meningkatkan mutu. Hal ini karena sekolah dengan
perluasan kewenangannya melalui MBSdidorong kompetitif dalam berbagai hal termasuk mutu dengan
melibatkan peran serta masyarakat sebagai stakeholder utama dalam pempertanggungjawabkan hasil pendidikan.
Model MBS di indonesia dikembangkan dengan pendekatan fleksibel dan menyesuaikan diri dengan konteks
Indinesia serta dirintis dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai