Pokjar genteng A
Masa registrasi (2022.1)
Nama Kelompok:
1. Siti rosita (858908172)
2. Salsabela qotrunnada (858908932)
3. Robitotul qudsiyah (851011052)
4. Rofik bambang k. (858909088)
5. Tri wulaningsih ( 858908577)
6. Siti muniroh
Tujuan-Tujuan Pembelajatan MBS, sebagai berikut :
2. Menjelaskan penerapan MBS sebagai proses pemberdayaan dan penguatan pendidikan karakter
4. memberikan contoh MBS sebagai proses pemberdayaan dan penguatan pendidikan karekter
Faktor pertam , Selama ini dalam menerapkan pendekatan education production foundation terlalu memusatkan
pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan.
Faktor kedua , penyelenggaraan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan
birokrasi. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Faktor ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini
sangat minim.
Berdasarkan dengan mutu pendidikan , Indonesia menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan mutu
pendidikan ; selain keterbatasan anggaran ,berbagai sumberdaya pendidikan masih sangat terbatas untuk dapat
menjadi standar mutu yang memadai . Bahkan Indonesia belum dapat-dapat mencapai mutu pendidikan yang
bersaing di era global
Kegiatan Belajar 2
Di indinesia, pendidikan karakter bangsa telah berdiri lama, jauh sebelum indonesia merdeka. Ki Hajar
Dewantara sebagai pahlawan Pendidikan Nasional memiliki tentang Pendidikan karakter sebagai azas Taman
Siswa 1922.
Sekolah Taman Siswa memiliki tujuh prinsip sebagai berikut:
1. Hak seseoran untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya persatuan dalam kehidupan umum.
2. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinya, pikirannya, dan tenaganya.
3. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan.
4. Kultur pendidikan yang selaras dengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup.
5. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
6. Perlu hidup dengan berdiri sendiri.
7. Dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik.
Pendidikan karakter merupakan suatu sintem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi
komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi. Dalam pendidikan karakter di
sekolah/madrasah, semua komponen ( stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen komponen yang ada
di dalam system pemdidikan itu sendiri.
C. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah
pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan
Keberhasialn pendidikan karakter dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas masyarakat seperti:kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian,
kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen
Kegiatan Belajar 3
Pengembangan Sistem Nilai Kehidupan dan MBS
A. PENGEMBANGAN SISTEM NILAI KEHIDUPAN
Pengembangan sistem nilai kehidupan dan karakter bangsa kini sedang menjadi sorotan tajam masyarakat.
Masalah yang muncul di masyarakat melatar belakangi perlunya pengembangan sistem kehidipan, agar menjadi
fondasi masyarakat dan bangsa dalam berbagai lapisan. Alternatif lain yang banyak dikemukskan untuk mengatasi
berbagai masalah yang berkaitan dengan nilai dan karakter diatas adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Dalam hal inilah pendidikan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama menjadi penting untuk
menumbuhkembangkan tànggung jawàb bersama didalam kehidupan suatu masyarakat ( baik secara lokal,
nasional, regional, dan global.
Manajemen Berbasis Sekolah dengan dukungan masyarakat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan
nilai- nilai budaya setempat, mensinergikanya dengan nilai- nilai kehidupan serta nilai- nilai agama yang dianut.
Dimasa depan sekolah- sekolah diharapkan memiliki inisiatif, kreatif, bahkan inovatif, serta menerapkan
pendekatan yang konstektual dan mandiri dalam menjabarkan dan mengembangkan nilai- nilai kehidupan. Dalam
upaya mewujudkan hal itumaka sekolah harus diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengambil keputusan
pendagogis- intruksional yang didukung oleh madyarakat dan orang tua peserta didik. Landasan hukum atau
kebijakan disebarluaskannya MBS adalah UU No.22/1999 tentang pemerintah daerah, PP No.25/2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom, dan UU No.25/2000 tentang Propenas,
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
B. PENGEMBANGAN MBS SECARA LUAS
MBS di Indonesia cukup mendapat respon yang positif, meskipun dalam implementasinya masih sangat beragam.
Implementasi MBS di Indonesia tidak lepas dari kondisi objektifyang mendukung pada saat ( timing ) yang tepat.
Elemen- elemen yang mendukung tersebut antara lain; iklim perubahan pemerintah yang menghendaki
transparansi, demokratisasi, akuntabilitas, desentralisasi, dan pemberdayaan potensi masyarakat.
Sementara kalangan birokrat pendidikan yang berpikir jernih melihat peluang ini sebagai harapan baru untuk
melakukan efisiensi manajemen pendidikan dan sekaligus meningkatkan mutu. Hal ini karena sekolah dengan
perluasan kewenangannya melalui MBSdidorong kompetitif dalam berbagai hal termasuk mutu dengan
melibatkan peran serta masyarakat sebagai stakeholder utama dalam pempertanggungjawabkan hasil pendidikan.
Model MBS di indonesia dikembangkan dengan pendekatan fleksibel dan menyesuaikan diri dengan konteks
Indinesia serta dirintis dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
TERIMAKASIH