Anda di halaman 1dari 18

NAMA KELOMPOK

1. Dewi Firgiyanti
2. Ninda Novita
3. Selly Ferlinda
4. Suratmi Suarmi
5. Catra Windu
6. M. Ferdian Saputra
MODUL 11
Model-model Pembelajaran
Konsep Dasar IPS yang
Kreatif, Inovatif dan
Menyenangkan
KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat dan Peranan Model
Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Desain Pembelajaran Inquiry (inquiry approach)
Secara umum istilah “ inquiry” berkaitan dengan masalah penelitian
untuk menjawab suatu masalah. Sebagai sebuah metode mengajar yang
berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar
dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif atau ‘discovery’.
Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna/arti tertentu yang
menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau
pemikirannya dapat dipahami.
inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini digunakan oleh
para pengembang kurikulum. Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas
beberapa pemikiran dari para ahli pendidikan dan hasil-hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki keunggulan terutama
untuk mengembangkan kemampuan berpikir maupun pengetahuan, sikap
dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau
tradisional.
Pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk
mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di
kelas karna proses belajar lebih terpusat kepada
siswa (student-centered instruction) daripada kepada
guru (teacher-centered instruction).
Banks (1990) mengungkapkan pendekatan mengajar
dalam IPS dengan menggunakan inkuiri sosial untuk
menghasilkan fakta, konsep, generalisasi dan teori.
Tujuan utama inkuiri sosial adalah untuk
membangun teori. Dari sudut pandang lain tujuan
utama inkuiri sosial adalah memberikan kontribusi
untuk para pengambil kebijakan dalam menghasilkan
keputusan-keputusannya.A
Langkah-langkah model pembelajaran
inkuiri menurut Banks
1. Perumusan Masalah (problem Formulation).
2. Perumusan Hipotesis (Formulation of Hypotheses).
3. Definisi Istilah: Konseptualisasi.
4. Pengumpulan Data (Collection of Data).
5. Pengujian dan Analisis Data (Evaluation and
Analysis of Data).
6. Menguji Hipotesis untuk Memperoleh Generalisasi
dan Teori.
7. Memulai inkuiri lagi.
KEGIATAN BELAJAR 2
Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Ada dua fokus model desain pembelajaran untuk keterampilan
berpikir yaitu keterampilan berpikir kritis (critical thinking
skill) dan keterampilan berpikir kreatif (creatif thinking skill).
Johnson secara etimologi merumuskan istilah “berpikir kritis”
(critical thinking) bahwa “critic” dan “critical” berasal dari
“krinein”, yang berarti menaksir nilai sesuatu”. Ia menjelaskan
bahwa kritik adalah perbuatan seorang yang
mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu
hal. Tugas orang yang berpikir kritis adalah menerapkan
norma dan standar yang tepat terhadap suatu hasil dan
mempertimbangkan nilainya dan mengartikulasi
perkembangan tersebut.
Johnson merangkum beberapa definisi critical thinking
dari beberapa ahli seperti Ennis, Lipman, Siegel, Paul dan
Mcpeck, yang disebut juga “the Group of Five”. Ia
menyimpulkan ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan
berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah
kemampuan kognitif; kedua,berpikir kritis memerlukan
sejumlah informasi pengetahuan; ketiga, berpikir kritis
mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan
menekankan secara berbeda-beda.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu
pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan
atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu,
meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada
pendapat yang diketahui. Berpikir kritis mendorong
munculnya pemikiran-pemikiran baru. Terkadang erat
kaitannya dengan berpikir kreatif.
Berpikir kritis mendorong munculnya pemikiran-
pemikiran baru. Terkadang erat kaitannya dengan
berpikir kreatif. Apabila keterampilan berpikir kritis
dilakukan maka sebagian dari pembelajaran berpikir
kreatif telah dijalani karena tahap pertama untuk
melakukan keterampilan berpikir kritis harus melalui
keterampilan berpikir kreatif. Savage and Amstrong
mengemukakan tahap awal sebagai syarat untuk
memasuki sikap berpikir kritis. Pertama, adanya
sikap siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran
baru (tahap berpikir kreatif); Kedua, siswa membuat
pertimbangan atau penilaian atau taksiran
berdasarkan kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan (tahap berpikir kritis).
Wilen memperkenalkan pendekatan
metacognif yang merupakan suatu cara
alternatif untuk mengajar keterampilan
berpikir kritis. Ia menggaris bawahi satu
strategi untuk membantu para siswa
mendapatkan keterampilan berpikir kritis
melalui penjelasan guru, membuat
percontohan atau model oleh guru dan oleh
para siswa.
Keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan dalam
studi sosial atau untuk pembelajaran disiplin ilmu sosial
menurut Beyer, yaitu:
1. Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat;
2. Menentukan realibilitas sumber;
3. Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan;
4. Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan;
5. Mendeteksi penyimpangan;
6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan;
7. Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yag tidak jelas atau
samar-samar;
8. Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten;
9. Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat
dipertanggungjawabkan;
10. Mengungkapkan kekuatan argumen;
Beyer memperkenalkan strategi kecakapan
berpikir kritis untuk proses belajar mengajar, ialah
strategi induktif yang bersifat direktif. Strategi
induktif merupakan cara untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam mengartikulasikan
atribut-atribut berpikir kritis yang diajarkan.
Sementara itu, strategi direktif memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menguasai dan
memahami betul keterampilan tersebut sejak
permulaan. Strategi ini dapat digunakan apabila
keterampilan berpikir itu agak kompleks sehingga
para siswa memerlukan bimbingan khusus.
KEGIATAN BELAJAR 3
Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah
pribadi maupun masalah sosial sangat diperlukan karena pada
hakikatnya siswa hidup di tengah lingkungan masyarakat yang
penuh dengan benih-benih potensi masalah. Hal ini sejalan dengan
tujuan pendidikan untuk mendewasakan siswa, maka salah satu
indikator dewasa adalah kemampuan akan kemandirian sebagai
warga masyarakat.
1. Model Pembelajaran “Problem Solving”
Empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage dan
Amstrong yaitu: a) Mengenal adanya masalah; b)
Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
c) memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan trsebut; d)
mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Wilkins menguraikan enam langkah model pembelajaran
“problem solving” yang dapat digunakan sebagai keterampilan
dalam penyuluhan melalui model belajar individual (individualized
instruction). Pertama, Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah;
Kedua, Mencari alternatif solusi; Ketiga, Menguji alternatif solusi;
Keempat, Memilih solusi; Kelima, Bertindak sesuai dengan pilihan
solusi; Keenam, Tindak lanjut (Follow-up).
2. Model “Problem Solving”, Inkuiri atau Model Pembelajaran
Penemuan
Persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah
semuanya mensyaratkan adanya keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar melalui proses penelitian, yakni meneliti hubungan
antar sejumlah data atau informasi untuk tercapainya suatu solusi.
Welton and Mallan mengemukakan bahwa penggunaan model
pembelajaran “problem solving” agak berbeda bila diterapkan.
KEGIATAN BELAJAR 4
Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan
1. Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan
Makna konsep “pengambilan keputusan” (decision-
making) berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang
alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti
yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan
masyarakat. Dalam konteks proses belajar mengajar, konsep
pengambilan keputusan sebagai model pembelajaran dalam
IPS merupakan salah satu model keterampilan dalam
penentuan pilihan dari alternatif diatas.
ada perbedaan antara model pembelajaran inkuiri dan
model pembelajaran pengambilan keputusan. Banks
menyatakan tujuan dasar inkuiri adalah untuk menghasilkan
pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan
teori. Sedangkan tujuan pengambilan keputusan adalah
menggunakan pengetahuan yang dihasilkan untuk membantu
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Savage and Amstrong mengemukakan langkah-langkah
proses pengambilan keputusan sebagai alternatif model
pembelajaran dalam IPS sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah.
2. Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif.
3. Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif.
4. Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap
alternatif.
5. Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan
alternatif.
6. Membuat pilihan dari berbagai alternatif.
7. Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan
dalam membuat pilihan.
Banks mengemukakan dua syarat untuk melaksanakan
model pembelajaran pengambilan keputusan: 1) pengetahuan
sosial; 2) metode atau cara mencapai pengetahuan.
Kerlinger menyimpulkan ada 4 metode
untuk memperoleh pengetahuan , yaitu:
1. Berpegang pada apa yang telah diketahui
kebenarannya (method of tenacity);
2. Mencari informasi untuk mempercayai
(method of authority);
3. Mengetahui sesuatu karena telah disepakati
kebenarannya (a priod of method);
4. Metode ilmiah (method of science).
Menurut Banks, syarat metode dalam
memperoleh pengetahuan, antara lain apabila
orang menggunakan metode tersebut secara
berulang-ulang maka hasil yang diperoleh
adalah sama. Banks menyebut istilah untuk
metode in i adalah metode inkuiri ilmu-ilmu
sosial. Melalui metode ini orang dapat
memperoleh pengetahuan yang meliputi fakta,
konsep, generalisasi dan teori.
Langkah-langkah proses pengambilan keputusan secara
sekuensial, yaitu:
1. Mengenal masalah yang perlu diambil keputusan.
2. Perolehan pengetahuan melalui inkuiri ilmu sosial.
3. Mengorganisir masalah dan pengetahuan untuk bahan
pembelajaran.
4. Inkuiri nilai.
5. Pengambilan keputusan dan tindakan untuk warga negara
6. Menentukan urutan tindakan.
7. Memberi kesempatan pada warga negara untuk bertindak
dan berpartisipasi (dilingkungan masyarakat dan
sekolah).

Anda mungkin juga menyukai