Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MODUL 4 : Kepemimpinan dalam Manajemen


Berbasis Sekolah
ANGGOTA KELOMPOK 4
1. AURA BUNGA CANTIKA
2. SABRINA AMALINA SOLIHAT
3. SABRINA NURZHAFARINA
Kgeiatan Belajar 1
Gaya , pendekatan , dan teori kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis
Sekolah

A. Apa yang anda pahami tentang gaya kepemimpinan ?

Gaya kepemimpianan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin


yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya,apa yang dipilih
pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi
anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Tuga pendekatan utama dalam memahami gaya kepemimpinan :
1. Pendekatan sifat
Pendekatan sifat menerangkan sifat sifat yang membuat seseorang berhasil.
Pendekatan ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki
pemimpin yaitu :
2. Kekuatan fisik dan susunan syaraf
3. Penhayatan terhadap arah dan tujuan
4. Antusiasme
5. Keramah tamahan
6. Integritas
7. Keahlian teknis
8. Kemmapuan mengambil keputusan
9. Intelegensi
10. Keterampilan memimpin
11. Kepercayaan
2. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku menerangkan tentang keefektifan gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh pemimpin. Beberapa hasil studi mengenai gaya kepemimpinan mengenai
gaya perilaku;
A. Study kepemimpinan universitas ohio
Penelitian ini memperoleh gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku
pemimpin yaitu inisiatif dan perhatian . kombinasi dua dimensi ini dapat dibedakan
menjadi empat gaya ;
1. Perhatian rendah, pembuatan inisiatif rendah
2. Perhatian tinggi , pembuatan inisiatif rendah
3. Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif tinggi
4. Perhatian rendah, pembuatan inisiatif rendah
B. Study universitas migichan
Studi ini mengidentifikasikan dua konsep yang disebut berorientasi bawahan dan
berorientasi produksi.
C. Jaringan manajemen
Dalam pendekatan ini yang dikembangan oleh Blake dan Mouton manajer
D. System kepemimpinan Likert
Likert merancang empat system
kepemimpinan :
1. System 1
System ini pemimpin sangat otokratis
- Mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahannya
- Suka mengeksploitasi bawahan
- Bersikap paternalistic
- Memberikan ketakutan dan hukuman
2. System 2 - Kadang memberikan penghargaan secara kebetulan
System ini pemimpin otokratis yang baik hati
- Hanya memperhatikan komunikasi yang turun
- Mempunyai kepercayaan yang terselubung kebawah
- Percaya pada bawahan - Hanya membatasi keputusan ditingkat atas saja
- Mau memotivasi dengan hadiah dan ketakutan juga hukuman  
- Mempebolehkan adanya komunikasii keatas
- Mendengarkan pendapat dan ide dari bawahan
- Memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam pengambilan keputusan
3. System 3
Sistem ini pemimpin disebut manajer konsultatif
- Pemimpin mempunyai sedikit keprcayaan terhadap bawahan
- Melakukan motivasi dngan penghargaan dan hukuman yang
kebetulan
- Berkehendak melakukan partisipasi
- Menetapkan dua pola hubungan komunikasi
4. Sistem 4
Sistem ini dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif
- Manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap
bawahannya
- Selalu mengandalkan bawahan untuk mendapat ide ide dan
pendapat
- Mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif
- Memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis
- Mendorong bawahan terlibat dalam membuat keputusan
3. Pendekatan situasional
Pendekatan ini menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi
tertentu.ada beberapa studi yang menggunakan pendekatan ini;
a. Teori kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangan oleh Fielder dan Chemers. Menurut mereka da 3
faktor yang perlu dikembangan yaitu ;
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan
2. Struktur tugas
3. Kekuasaan yang berasal dari organisasi

b. Teori kepemimpinan tiga dimensi


Teori ini dikembangan oleh Reddin . gaya kepemimpinan Reddin memiliki
empat gaya dasar kepemimpinan yaitu ; integrated, related, separated, dan
dedicated. Keempat gaya tersebut dapat menjadi efektif atau tidak efektif
tergantung situasi.

c. Teori kepemimpinan situasional


Teori ini didasarkan oleh tiga factor yaitu ;
4. Perilaku tugas
5. Perilaku hubungan
6. Kematangan
Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang tepat untuk diterapkan dalam
implementasi manajemen berbasis sekolah ;

1. Gaya mendikte ( Telling )


2. Gaya menjual ( Selling )
3. Gaya melibatkan diri ( Participating)
4. Gaya mendelegasikan ( Delegating )
B. Kepemimpinan sekolah yang efektif

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan
kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
2. Dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakay
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai
5. Bekerja dengan tim manajemen secara efektif
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif

Pidarta (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan


yang harus dimiliki kepala sekolah;
1. Keterampilan konseptual
2. Keterampilan manusiiawi
3. Keterampilan Teknik
Kegiatan Belajar 2
kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sekolah
Efektif

Sekolah efektif pada dasarnya sekolah yang dapay melaksanakan


tujuan dengan tepat sasaran .
Kepemimpinan kepala sekolah berkaitan erat dengan pengembangan
dan peningkatan kinerja guru dan tenaga pendidik.
A. Fungsi Sekolah

Efektivitas sekolah akan diuji dari sisi sejauh mana sekolah tersebut dapat
merealisasikan fungsinya secara baik. Seperti yang dapat diamati saat ini,
sekolah adalah institusi atau organisasi di masyarakat yang terus berubah
dan dalam konteks masyarakat yang rumit.
1. fungsi teknis atau ekonomi

Fungsi teknis atau ekonomi, merujuk pada sebuah makna


kontribusi sekolah di dalam pembangunan ekonomi bagi
individu, institusi, masyarakat, bangsa, dan dunia antar bangsa.

Pada tingkat individu, sekolah membantu siswa memperoleh


pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup sebagai
institusi sekolah merupakan organisasi layanan yang
menyediakan produk jasa layanan yang bermutu bagi klien,
tempat bekerja bagi karyawan dan pengelola. Pada tingkat
masyarakat batik lokal maupun nasional, sekolah turut mewarnai
sistem dan gerak ekonomi dengan menyediakan tenaga yang
diperlukan dan sesuai perkembangan ekonomi masyarakat,
serta pada tingkat antar bangsa sekolah mensuplai tenaga
terampil yang mampu bersaing dan diperlukan oleh negara-
negara lain.
2. Fungsi manusiawi atau sosial
Fungsi manusiawi atau sosial bisa disebut juga human or social
junction berkaitan dengan sumbangan sekolah terhadap
perkembangan manusia sebagai pribadi dan dalam hubungan
sosial. Bagi individu, sekolah membantu pengembangan pribadi
secara utuh secara psikologis, fisik maupun sikap dan
keterampilan sosial, dengan mengembangkan potensi setiap
anak secara optimal. Bagi tingkat institusi atau lembaga sekolah
merupakan satuan atau unit masyarakat kecil yang mempunyai
sistem sosial yang diharapkan ideal atau sesuai nilai dan norma
tatanan yang dianggap baik sehingga menjadi model hubungan
antar pribadi yang harmonis, antar siswa dan siswa lainnya,
siswa dengan guru sesuai dengan staf administrasi, antar guru
serta hubungan keluarga sekolah dengan masyarakat.
3. Fungsi politik

Fungsi politik mengacu pada kontribusi sekolah kepada pengembangan politik


pada setiap tingkat atau tataran masyarakat. Individual sekolah membantu
siswa mengembangkan sikap kewarganegaraan yang baik serta
perkembangan pengetahuan dan keterampilan merealisasikan hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Pada tataran institusi sekolah menjadi
tempat pelaksanaan model pemerintahan, analog atau sejalan dengan tatanan
kenegaraan dan pemerintahan Indonesia, utamanya dalam organisasi intra
kesiswaan komite sekolah, dan unit-unit di dalam organisasi sekolah lainnya
dengan contoh penerapan lembaga yang demokratik.
4. Fungsi budaya atau kultural
Fungsi budaya atau kultural, merujuk pada kontribusi sekolah
dalam pembentukan pemekaran sikap, kesadaran, sosialisasi,
dan praktik hidup budaya baik bagi individu konstitusi maupun
masyarakat baik lokal maupun lebih luas bangsa atau antar
bangsa.

5. Fungsi pendidikan
Fungsi ini merujuk pada sumbangan sekolah atau lembaga
perkola di dalam memelihara mempertahankan, dan
mengembangkan sistem pendidikan dan apresiasi atau
penghargaan serta komitmen atau sepakat peduli akan
pentingnya pendidikan baik bagi individu maupun lembaga,
masyarakat, bangsa dan antar bangsa internasional.
6. Fungsi spiritual

Fungsi spiritual merujuk pada kontribusi di sekolah bagi


kehidupan pribadi, kepentingan institusi kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih bermakna dalam hubungan dengan
saling maha pencipta, serta hubungan antar bangsa dalam
menjalin saling pengertian antar penganut agama sehingga turut
menciptakan perdamaian yang sejati dan lebih tulus karena
landasan kepercayaan yang hakiki.
Rumusan fungsi sekolah itu digabung dengan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam undang-undang sistem pendidikan
nasional tahun 2003 bab 2 pasal 3 sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia
sehat dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
B. Kriteria sekolah efektif
1. Go attainment approach
Pendekatan ini disebut juga dengan dua model, dapat dikatakan sebagai pendekatan berdasarkan tujuan. Dalam
pendekatan ini diyakini bahwa tujuan organisasi atau sekolah yang dinyatakan secara formal merupakan
kewajiban bagi sekolah tersebut untuk memenuhi titik Dengan demikian efektivitas sekolah dinilai tergantung
dari derajat tercapainya tujuan dengan kata lain, pendekatan ini menurut efektivitas lebih menekankan pada
hasil daripada proses atau cara mencapai hasil
2. Pendekatan Sistem
Organisasi merupakan sebuah sistem atau satuan keseluruhan yang terdiri atas bagian atau komponen yang
mendukung dengan fungsi masing-masing yang saling tergantung dan melengkapi untuk membentuk kesatuan.
3. Pendekatan konstituen
Konstituen adalah orang atau sekelompok orang yang diharapkan dukungannya karena dukungan tersebut
suatu institusi menjadi kuat titik dalam hal partai politik, konstituen adalah para pemilik partai atau pemilih
tokoh yang bersangkutan. Sekolah memerlukan dukungan orang tua atau masyarakat yang saat ini
direpresentasikan melalui komite sekolah kelompok birokrat tertentu dan persatuan guru setempat.
4. Pendekatan persaingan nilai
Dasar pendekatan ini adalah kriteria yang digunakan seorang untuk menilai efektivitas suatu organisasi
tergantung dari siapa dia, dan kepentingan siapa yang diwakili. Seorang guru menilai efektivitas sekolah dari segi
kepentingan guru, kepala sekolah menilai dari kepentingan kepala sekolah, dan orang tua siswa menilai dari segi
kepentingan mereka titik Dengan demikian pula birokrat pendidikan titik sungguh pun terdapat berbagai
kepentingan yang saling bersaing pendekatan ini berlangsung di bawah berbagai value atau nilai yang
direfleksikan dalam bentuk kepentingan dapat diorganisasikan dengan pola tertentu.
C. Studi tentang sekolah efektif
Para peneliti sekolah efektif lainnya, seperti Gauthier, Shoemaker,Villanova dan lainnya yang terlibat
dalam the Connecticut effectivenesse Project dengan mengemukakan tujuh karakteristik yaitu sebagai
berikut:
1. Keteraturan ketertiban dan keamanan serta lingkungan
2. Misi sekolah yang jelas
3. Kepemimpinan instruksional
4. Harapan yang tinggi
5. Kesempatan untuk belajar dan kesempatan anak untuk memanfaatkan waktu belajar
6. Sering dilakukan monitor atau kemajuan siswa
7. Hubungan positif antara rumah dan sekolah
D. Hubungan antara MBS Dan studi di sekolah
efektif
Penentuan standar (tujuan-tujuan) oleh pusat, serta monitoring dan
evaluasinya jelaskan menunjukkan bahwa MPR dimaksudkan untuk
pencapaian mutu (efektivitas). Di sisi lain kok mas studi tentang sekolah
efektif tidak lain bertujuan untuk memperoleh modal karakteristik yang
mendukung dan efektivitas sekolah sehingga dapat digunakan sebagai
strategi peningkatan mutu titik bahkan kriteria yang digunakan adalah quality
and equity atau kualitas dan persamaan.
TERIMAKAS
IH

Anda mungkin juga menyukai