Anda di halaman 1dari 12

Tugas

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Disusun dan Diterjemahkan Oleh:

Masykuratu Amalia
NPM: 1909200170015

Untuk Melengkapi Tugas-tugas Guna Memenuhi Persyaratan


Mengikuti Matakuliah Manajemen Pendidikan IPA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
A. Kepeminpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
mengkoordinir, dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan
pengembangan ilmu pendidikan dari pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif didalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Kepemimpinan dalam pendidikan hakikatnya melibatkan banyak stakeholder yang
sangat berperan penting dalam kelangsungan proses pengembangan kualitas pendidikan,
diantaranya:
1. Kepala Sekolah: Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
2. Guru: Guru adalah pemimpin yang menentukan kondisi kenyamanan proses belajar
mengajar di dalam kelas. Guru adalah pemimpin yang menciptakan siswa yang
berkualitas.
3. Orangtua/Masyarakat: Orangtua adalah motivator peserta didik untuk selalu hadir dalam
proses pembelajaran.
Tiap-tiap individu yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di
dalam lapangan pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin pendidikan, misalnya orang tua
di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, kepala kantor departemen pendidikan
dan kebudayaan, maupun pengawas pendidikan di kantor departemen pendidikan dan
kebudayaan dan di daerah pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat
dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu
kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan
kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-
sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi efektif dan efisiennya suatu
organisasi. Sehingga, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau
organisasinya. Sebab, pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, dapat
mempengaruhi secara konstruktif orang lain dan menunjukkan jalan yang benar yang harus
dikerjakan bersama.
Secara umum, peranan pemimpin dalam organisasi sangat mempengaruhi
keberlangsungan organisasi tersebut. Peranan pemimpin inilah yang akan menggerakkan
organisasi, antara lain:
1. Membantu menciptakan iklim sosial yang baik.
2. Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri.
3. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja.
4. Mengambil tanggungjawab untuk menetapkan keputusan bersama dengan kelompok.
5. Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
Dalam organisasi pendidikan antara lain adalah sekolah, secara formal Kepala sekolah
adalah pemimpin secara keseluruhan, Sehingga Kepala sekolah harus memahami fungsi
kedudukan, diantaranya:
1. Membawa perubahan yang signifikan.
2. Menciptakan visi dan menuangkan misi dalam kenyataan.
3. Menetapkan kebijakan dan tujuan yang hendak dicapai
4. Mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakkan seluruh anggota
Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Pemimpin dalam
mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal
dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas
merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi, dan mengevaluasi, seluruh kegiatan
pendidikan di sekolah. Berikut peranan Kepala Sekolah dalam tugas dan tanggungjawabnya:
- Mengatur proses belajar mengajar.
- Memperkirakan dan mengalokasikan sumber daya.
- Mengatur administrasi sekolah.
- Mengatur pembinaan kemuridan/kesiswaan.
- Mengatur hubungan dengan masyarakat.
Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen berbasis sekolah,
kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan dan mengembangkan
sekolahnya. Dalam konteks pemerintah daerah dan desentrilasasi pendidikan, para pejabat
pemerintah harus paham tentang pentingnya kepemimpinan kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan tingkat sekolah yang mempunyai peran penting dalam mewujudkan
sekolah efektif, dan pembelajaran yang berkualitas.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dianalisis berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
1. Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh warga sekolah
untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas, lancar dan produktif.
2. Dapat menyelesiakan tugas dan pekerjaan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah serta
tujuan pendidikan.
4. Mempu menerapkan prinsip kepemimpinan sesuai dengan tingkat kedewasaan pendidik
dan tenaga kependidikan lain di sekolah.
5. Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen sekolah.
6. Dapat mewujudkan tujuan sekolah secera efektif, efesien, produktif, dan akuntabel sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Adapun model/tipe kepemimpinan adalah sebagai berikut:


1. Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
Namun, semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik
mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik
yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang
yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dalam bentuk: kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan
demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. Pengutamaan orientasi
terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian peranan para bawahan
dalam proses pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin
yang otokratik antara lain, menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya. Dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya. Bernada keras dalam pemberian perintah
atau instruksi. Menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh
bawahan.
Kepemimpinan otokratis memiiki ciri-ciri antara lain:
1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2. Selalu berperan sebagai pemimpin tunggal.
3. Berambisi untuk merajai sesuatu.
4. Setiap kebijakan dan perintah selalu ditetapkan sendiri.
5. Bawahan tidak pernah diberi tahu informasi secara detail mengenai rencana dan
tindakan yang akan dilakukan.
6. Semua pujian dan kritik kepada segenap bawahan diberikan atas pertimbangan
pribadi.
7. Adanya sikap ekslusivisme.
8. Selalu ingin berkuasa secara absolut.
9. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat, dan kaku.
10. Akan bersikap baik pada bawahan jika mereka patuh.

2. Demokratis (Democratic)
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya
dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan
yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap anggota.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan
nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Bebas (Laissezfaire)
Pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada
bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau
tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan
prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa
yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin
dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin
tidak terlalu sering intervensi.
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak
memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

4. Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah
seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Tipe kepemimpinan karismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-
kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh
pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatik ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin
dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan.
Kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang–orang yang datang ini akan kecewa
karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.

5. Paternalistis/Maternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional
ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang
tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau
panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini
sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam
hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya dengan sifat-sifat sebagai
berikut:
1. mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau
anak sendiri yang perlu dikembangkan,
2. mereka bersikap terlalu melindungi,
3. mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri,
4. mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif,
5. mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut
atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
6. selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe
kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan
maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

6. Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
1. lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku
dan seringkali kurang bijaksana,
2. menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
3. sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan,
4. menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
5. tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
6. komunikasi hanya berlangsung searah.

7. Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

8. Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri
dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
B. Kepemimpinan Pembelajaran
Kepala sekolah sebagai pemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang
menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi
kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima
dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada
semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya.
Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa
meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar
semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi,inovasi terealisir, jiwa
kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik.
Kepemimpinan pembelajaran jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas
belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar
(learning school).
Kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya memimpin para guru agar mengajar lebih
baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar siswanya. Definisi
kepemimpinan pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
1. Kepala sekolah mensosialisasikan dan menamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan
baik. Dia juga mampu membangun kebiasaan-kebiasaan berbagi pendapat atau urun
rembug dalam merumuskan visi dan misi sekolahnya, dan dia selalu menjaga agar visi
dan misi sekolah yang telah disepakati oleh warga sekolah hidup subur dalam
implementasinya;
2. Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah
(manajemen partisipatif). Kepala sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan dan dalam kegiatan operasional sekolah sesuai dengan
kemampuan dan batas-batas yuridiksi yang berlaku.
3. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran, misalnya dia mendukung
bahwa pengajaran yang memfokuskan pada kepentingan belajar siswa harus menjadi
prioritas.
4. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga
memahami lebih mendalam dan menyadari apa yang sedang berlangsung didalam
sekolah.
5. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat
mengetahui kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan
belajar tersebut.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan


Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok
menuju tujuan tertentu, pemimpin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika
seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi
pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi
kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi
pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi
bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat
menentukan hebatnya seorang pemimpin.
2. Faktor Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat
dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi.
Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai
jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama mempunyai jabatan
tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunya pengarauh yang berbeda.
3. Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi
tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang karismatik.
Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang tidak
berkepribadian progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang akan
dicitrakan oragnisasi adalah religiutas maka kehadiran pemimpin yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi
berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir
disaat yang tepat atau tidak.

Faktor-faktor seorang pemimpin dapat mempengaruhi kepemimpinan yang ia miliki


dapat dilihat dari kemampuan personal,kemampuan ini berasal dari apa yang telah ia miliki
sejak lahir dan terus berkembang dengan adanya pola pendidikan kepemimpinan yang
didapatkan dilingkungannya. Setelah itu dapat dilihat dari jabatan dimana pada faktor ini
walaupun seseorang memiliki kemampuan yang baik namun jika ia tidak memiliki jabatan
yang baik pula maka kemampuannya dalam kepemimpinan pun terbatas. Dan yang terakhir
adalah situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi kepemimpinan dimana seorang
pemimpin harus bisa menempatkan gaya kepemimpinannya berdasarkan situasi yang ada di
lingkungannya supaya tujuan dalam berorganisasi dapat berjalan dengan baik dan sesuai
seperti yang diinginkan.

D. Sifat Utama Peminpin


Dalam berbagai bidang kehidupan tidak terlepas dari kepemimpinan. Banyak dari
pemimpin-pemimpin di masyarakat yang kurang bisa mengemban amanah
kepemimpinannya. Termasuk juga kepemimpinan dalam pendidikan yang tidak professional
akan menjadi batu sandungan dalam memajukan lembaga pendidikannya. Hal ini bisa
mengakibatkan buruknya iklim dan bdaya sekolah, bahkan bisa menimbulkan konflik antar
pribadi ataupun kelompok. Dalam menjalankan kepemimpinan, seorang pemimpin
membutuhkan prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan dalam menentukan kebijakan. Prinsip-
prinsip ini harus didasarkan pada patokan yang baku, yaitu Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an
terdapat sifat-sifat utama yang harus diteladani, yaitu empat sifat Rasulullah dalam
memimpin.
Pertama, amanah yang artinya mampu menjalankan sekaligus menjaga kepercayaan
yang diembankan di pundak secara profesional. Sikap amanah ini sudah mengakar kuat pada
diri Rasulullah semenjak beliau masih berusia sangat belia. Bahkan pada detik-detik terakhir
hijrah dari Makkah menuju Madinah, Rasulullah masih berpesan kepada Ali Ibnu Abi Thalib
untuk mewakili beliau memulangkan kembali semua barang dan harta titipan warga Makkah.
Sifat amanah ini juga seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin di negeri ini. Negeri
ini membutuhkan pemimpin yang memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi. Pemimpin
yang amanah akan menyadari bahwa ia mengemban amanah untuk melayani kepentingan
rakyat, bukan menjadi pelayan kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan
partai, kepentingan pemilik modal, atau bahkan kepentingan asing. Ketidakjujuran, ingkar
janji, dan kegagalan mengemban amanah adalah ciri orang munafik.
Kedua, shiddiq yang artinya jujur. Kejujuran adalah sikap utama yang selalu
dipegang Rasulullah dalam memimpin. Beliau dikenal luas oleh masyarakat Arab kala itu
sebagai sosok yang sangat jujur dan jauh dari dusta.
Kejujuran ini pula yang semestinya tertanam dalam diri setiap pemimpin. Pemimpin
yang jujur tidak akan membohongi rakyat dan jauh dari pencitraan. Ia akan jujur kepada
dirinya sendiri maupun kepada rakyat. Sebab pemimpin yang jujur memahami, bahwa
kejujuran akan membawa kebaikan dalam segala hal.
Ketiga, tabligh yang berarti menyampaikan kebenaran dan berani mengungkap
kebathilan. Kepemimpinan Rasulullah ditopang oleh sikap transparansi, keterbukaan, dan
selalu menyuarakan kebenaran apa pun risikonya. Sehingga, tak dapat dihindari, sikap terang-
terangan beliau dalam menyampaikan kebenaran ini mengundang kemarahan para pemuka
kafir Quraisy.
Seorang pemimpin harus memiliki sifat tabligh ini. Selain berani menyuarakan
kebenaran dan berani dinilai secara kritis oleh rakyat, pemimpin yang tabligh tidak akan bisa
dibeli dengan kekuatan apa pun. Ia tegas dalam pendirian dan tegar dalam prinsip membela
kebenaran.
Keempat, fathanah yang artinya cerdas. Kecerdasan dan kemampuan menguasai
persoalan sekaligus mengatasi masalah mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memberikan arahan, menentukan kebijakan,
dan mengambil keputusan selalu mendasarkan pandangan beliau pada ilmu. Seorang
pemimpin harus cerdas dan berilmu. Dari pemimpin yang cerdas dan berilmu akan lahir
kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan rakyat. Bukan
kebijakan yang merugikan dan menyengsarakan rakyat banyak

Anda mungkin juga menyukai