Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Karakteristik Pembelajaran PPKn di SD Kelas Lanjut


(Fase B Menuju Fase C)

Diajukan kepada Vicky Dwi Wicaksono, S.Pd., M.Pd.


untuk memenuhi tugas Pembelajaran PPKn SD

Disusun oleh :
1. Muhammad Naufal Nafi’ P. 20010644083
2. Aisyah Munshiva 20010644127
3. Pupuh Tri Restika 20010644133
4. Tiara Wirakusuma Oktaviola 20010644166

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa karena teIah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyeIesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya Iah penuIis dapat
menyeIesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik Pembelajaran PPKn di SD Kelas Lanjut
(Fase B Menuju Fase C)” dengan tepat waktu.
MakaIah yang kami susun ini guna memenuhi tugas Bapak Vicky Dwi Wicaksono, S.Pd., M.Pd.
pada mata kuIiah PembeIajaran PPKn SD di Universitas Negeri Surabaya. SeIain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang
“Karakteristik PembeIajaran PPKn di SD Kelas Lanjut (Fase B Menuju Fase C)”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Vicky Dwi
Wicaksono, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah PembeIajaran PPKn SD. Tugas
yang teIah diberikan ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi kami. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua anggota keIompok yang telah ikut berpartisipasi
dalam meyusun makaIah ini.
Penulis menyadari makaIah ini masih jauh dari kata sempurna. OIeh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi..kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 04 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I
A. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................... 5
BAB II
A. Pengertian PPKn .................................................................................................. 6
B. Tujuan Pembelajaran PPKn .................................................................................. 6
C. Fungsi Pembelajaran PPKn................................................................................... 8
D. Cakupan Materi PPKn .......................................................................................... 8
E. Karakteristik Pembelajaran PPKn di Kelas Tinggi ............................................... 11
F. Model Pembelajaran PPKn SD di Kelas Tinggi ................................................... 13
G. Peran Pembelajaran PPKn di SD Kaitannya dengan Karakter dan Moral
Generasi Muda ...................................................................................................... 23
BAB III
A. Simpulan ............................................................................................................... 28
B. Saran ..................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan suatu pasak dalam
pembelajaran bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat memahami Pancasila dan
kandungannya. Pancasila yang merupakan cerminan bangsa Indonesia dalam
melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam memahami
Pancasila diperlukan sebuah medium untuk mempelajarinya secara menyeluruh dan
faktual. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi sebuah media
pembelajaran yang sangat penting dalam mempelajari nilai Pancasila.
Di jenjang pendidikan sekolah dasar, pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi pondasi atau dasar bagi anak untuk membentuk karakter
generasi bangsa yang baik. Menurut Thomas Lickona yang dikutip oleh (Julaiha, 2014),
karakter merupakan sifat alami yang ditunjukkan seseorang dalam memberikan respons
atau tanggapan terhadap situasi yang dihadapinya secara bermoral. Sedangkan moral
sendiri merupakan suatu tuntutan berkelakuan dengan baik yang dipunyai seseorang
sebagai moralitas, yang terefleksikan pada cara berfikir, bersikap, dan dalam tingkah
laku (Ananda, 2017).
Ketika anak..diberi pembelajaran tentang Pendidikan Kewarganegaraan ini,
diharapkan anak-anak yang..akan menjadi penerus bangsa..dapat memiliki moral yang
baik dan merubah moral yang buruk berdasarkan..kesadaran dan..keinginannya sendiri
(Sekolah Dasar, n.d.) Akan tetapi, pada kenyataannya Pendidikan Kewargaegaraan
belum..mampu berperan untuk..mewujudkan hal itu. Meskipun ada..mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah, peserta didik kurang memahami untuk apa
mata pelajaran..itu ada. Sehingga, tidak adanya..perubahan yang berarti atas..tindakan
atau karakter mereka yang..tidak baik itu.
Dewasa ini, penelitian serupa..mengenai peran PPKn..sebagai pembentukan
karakter..telah banyak dilakukan. Seperti halnya pada penelitian.. (Bego et al., ..2016),
yang membahas mengenai peran.guru pendidikan kewarganegaraan.dalam membentuk
karakter siswa dan.implikasinya terhadap ketahanan siswa. Penelitian ini bermanfaat
bagi calon pendidik, karena dengan ini.para calon pendidik.mengetahui pentingnya
peran.seorang guru.dalam membangun karakter siswa .melalui pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan.

1
Pendidikan nilai.menurut Djahiri (1999) adalah harga, makna, isi,.dan pesan,
semangat atau jiwa.yang tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep, dan teori sehingga
bermakna secara fungsional. Di PPKn,..nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan..kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar
perilaku. Sedangkan menurut dictionary dalam Winaputra.(1989) nilai adalah harga
atau kualitas sesuatu. Artinya sesuatu.dianggap memiliki nilai.apabila sesuatu tersebut
memiliki intrinsik.memang berharga.
Pendidikan nilai adalah.. pendidikan yang menyosialisasikan dan
menginternalisasikan.nilai-nilai dalam.diri individu. PPKn merupakan pendidikan.nilai
itu sendiri, pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai.
Pancasila dan budaya bangsa seperti terdapat dalam setiap kurikulum PKn. Pelaksanaan
PKn melalui cara yakni menerima nilai (receiving), menanggapi inisiasi.pendidikan
kewarganegaraan, penanggapan..nilai (responding), penghargaan nilai (valuing),
pengorganisasian nilai (organization), dan.karakteristik nilai(characteristic).
Bila kita kaji secara konseptual.pendidikan nilai atau value education.akan
pendidikan atau moral. education memiliki konotasi. dan cakupan yang
berbeda.Pendidikan Nilai cakupannya.lebih luas daripada. pendidikan moral karena
konsep nilai mencakup.segala macam nilai seperti nilai.religius, ekonomi, praktis, etis
dan.estetis. Pendidikan.moral pada dasarnya.berkenan dengan.proses pendidikan nilai
etis, yakni persoalan.baik dan buruk.
Herman (1972) mengemukakan.suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni
bahwa “value is.neather taught nor cought it is learnded” yang artinya.bahwa subtansi
nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih.jauh, nilai dicerna
dalam arti.ditangkap, diisternalisasi, dibakukan sebagai..bagian yang melekat dalam
kualitas pribad.seseorang malalui proses belajar.
Dalam latar belakang kehidupan.masyarakat, proses pendidikan nilai.sudah
barlangsung dalam kehidupan.masyarakat dalam berbagai.bentuk tradisi. Contohnya
tradisi dongeng dan.sejenisnya yang dulu dilakukan oleh.orang tua terhadap anak dan
cucunya semakin lama semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam media
massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumen,
dan operasional. . . .
Secara konstitusional demokrasi.Indonesia adalah demokrasi yang theistis atau
demokrasi yang.berketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan.nilai bagi

2
Indonesia seyogyanya.berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai demokratis yang
berketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai.sosial kultural yang berbineka tunggal ika.
Konsepsi pendidikan..nilai moral piaget yang menitik beratkan pada
pembangunan.kemampuan.mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral
dalam kehidupan dapat.diadaptasidalam pendidikan nilai di indonesia dalam konteks
demokrasi konstitusional Indonesia.dan konteks sosial-kultural masyarakat Indonesia
yang ber Bhineka Tunggal Ika termasuk dalam.keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral.kohlberg yang menitik beratkan pada
penalaran moral melalui.pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada
individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan.dalam konteks
pembehasan nilai selain nilai.aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.
Konsepsi.dapat digunakan sebagai salah satu.landasan bagi pengembangan paradigma
penelitian perkembangan moral bagi warga Indonesia. . .
Kerangka konsepsual komponen Good.Charakter dari.Lickona yang membagi
karakter menjadi wawasan moral, perrencanaan.moral, dan perilaku moral dapat
dipakai untuk mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia
dengan menambahkan kedalam.masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenan
dengan konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam.dimensi
Wawasan Moral, Perasaan mengabdi.kepada Tuhan yang Maha Esa dalam.dimensi
Perasaan Moral, dan Perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi Perilaku.Moral.
Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan.Kewarganegaraan tentu akan
ditemukan beberapa karakteristik dari pembelajaran tersebut. Peningkatan upaya
pembelajaran.akan terus ditingkatkan agar peserta didik dapat.mempelajari Pancasila
secara praktis. Karakteristik-karakteristik ini dapat.membuat pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.memperoleh ciri khasnya dalam dunia pendidikan.
Beberapa karakteristik tersebut dapat menjadi sumber penelitian.untuk semakin
mengembangkan pembelajaran.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan agar.dapat
memuat pembelajaran yang lebih efisien.di masa depan.
Majunya teknologi saat ini membuat.banyak anak-anak melihat dan mengakses
konten atau.situs yang tidak sesuai itu dan mempengaruhi baik dari segi karakter .dan
tingkah laku anak. Anak-anak.yang pemikirannya belum matang, .akan mencerna
secara mentah apa yang dilihat di media .sosial kemudian mencontohnya. Hal.tersebut
yang perlahan-lahan mengikis moral.dan karakter generasi muda (Rusnali, 2020).

3
Kemudian ada globalisasi yang menyebabkan.moral dan karakter generasi muda
menurun.
Lajunya perkembangan globalisasi.yang berdampak pada moral generasi muda.
Mereka cenderung memilih kebudayaan. yang berasal. dari luar dibandingkan
kebudayaannya sendiri, contohnya seperti para.pemuda saat ini lebih memilih untuk
mengenakan pakain minim.dan sobek-sobek supaya terlihat.kekinian yang di mana itu
merupakan budaya barat, dari pada.mengenakan batik atau baju yang sopan.sebagai
cerminan budaya bangsa Indonesia (Lestari et al., 2019). Selain pakaian, kini generasi
muda juga sudah mulai meniru paham.liberalisme yang dianut oleh negara bagian barat.
Seperti mulai timbul perilaku individualisme.yang hanya mementingkan dan
memikirkan dirinya.sendiri dan tidak mencermati sekelilingnya serta sikap.peduli tidak
peduli terhadap pemerintahan. Faktor selanjutnya, yaitu.menurunnya rasa cinta
terhadap produk.dalam negeri. Ini dikarenakan semakin banyaknya impor dari.luar
negeri yang berupa produk-produk seperti.makanan, pakaian, dan lainnya yang
menginvasi dunia pasar di Indonesia. Mereka mengandaikan bahwasanya jika memakai
produk.dalam negeri mereka akan terlihat lebih kuno, jadul dan.kurang berkualitas.
Padahal produk dalam negeri tingkat kualitasnya.pun mampu bersaing dengan produk
luar negeri (Hendayani, 2019).
Sekolah Dasar menjadi sebuah tempat dimana pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dilaksanakan. Kelas awal menjadi fondasi bagi siswa
agar dapat mempelajari Pancasila dan kandungannya. Sedangkan kelas lanjut akan
menjadi tiang yang dapat menunjang pembelajaran Pancasila serta kehidupan
kewarganegaraan yang benar. Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan kelas lanjut terdapat beberapa karakteristik yang unik dan menjadi
pembeda antara pembelajaran lainnya yang setingkat di Sekolah dasar. Dalam makalah
ini kami akan membahas keseluruhan karakteristik pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan di sekolah dasar kelas lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja cakupan materi pada pembelajaran PPKn SD kelas lanjut?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran PPKn SD kelas lanjut pada fase B menuju
fase C?
3. Apa saja model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran PPKn SD kelas
lanjut?

4
C. TUJUAN
1. Mengetahui cakupan materi pada pembelajaran PPKn SD kelas lanjut.
2. Menjelaskan karakteristik pembelajaran PPKn SD kelas lanjut pada fase B
menuju fase C.
3. Mengetahui berbagai model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran PPKn
SD kelas lanjut.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian PPKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu dari
banyaknya mata pelajaran yang berperan penting dalam membentuk kepribadian
peserta didik. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 1) bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang
mengemban misi sebagai pendidikan karakter, nilai dan moral Pancasila,
pengembangan komitmen NKRI. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
apresiasi terhadap falsafah Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut Wahab (1995), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
merupakan salah satu program pendidikan nasional yang berlandaskan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945 sebagai sarana untuk menumbuhkan, membentuk,
memperkuat, dan melestarikan nilai-nilai moral dan akhlak mulia pada peserta.
mendidik. Selanjutnya nilai-nilai tersebut dapat melekat pada jati diri dan permukaan
setiap orang yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
beragama, berbangsa, maupun bernegara.
Seperti yang telah dijelaskan dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006,
bahwa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
menitikberatkan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi cerdas, terampil, dan berkarakter.
Warga negara Indonesia diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dari sini dapat dipahami bahwa PPKn merupakan mata pelajaran yang
menitikberatkan pada pembentukan warga negara yang dapat memahami dan
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai manusia yang berilmu, cakap, berakhlak
mulia, dan demokratis sesuai dengan Pancasila.
B. Tujuan Pembelajaran PPKn
PPKn diajarkan di sekolah membawa peran yang sangat penting, yaitu mendukung
ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan PPKn di
sekolah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. tujuan yang bersifat formal, menitikberatkan pada aspek penalaran dan membentuk
kepribadian peserta didik; dan
2. tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan
masalah dan menerapkan PPKn dalam kehidupan sehari-hari.

6
Sedangkan menurut Mulyasa (2007 : 101), tujuan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk membuat siswa:
1) mampu berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif dalam menghadapi persoalan
sehari-hari ataupun persoalan kewarganegaraan di negaranya;
2) mau berpartisipasi aktif dalam segala bidang kegiatan dan bertanggung jawab,
sehingga dapat berpikir dan bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan; dan
3) bisa tumbuh secara positif dan demokratis, sehingga dapat hidup bersama dengan
bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta cerdas memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Hal ini bisa tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan dan
diajarkan pada peserta didik sejak dini, karena jika peserta didik memiliki nilai moral
yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan terwujud.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PPKn di SD adalah untuk
menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar
akan hak dan kewajibannya untuk taat pada dasar negara. Dengan demikian, kelak
peserta didik diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap
baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern yang berpegang pada
Pancasila.
Menurut Branson, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat
lokal, negara bagian, dan nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas
(2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi agar:
1. Berpikir kritis, kreatif, dan rasional dalam menanggapi persoalan
Kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi dan tanggung jawab secara cerdas, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk dan mengembangkan
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di lndonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa Iain dalam peraturan dunia secara Iangsung
dengan memanfaatkan teknoIogi informasi dan komunikasi.
Sedangkan tujuan pendidikan Kewarganegaraan menurut Sapriya (2001) adaIah
dengan partisipasi yang penuh naIar dan tanggung jawab dalam kehidupan poIitik dari
warga negara yang taat kepada nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional

7
lndonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab
memerIukan penguasaan seperangkat iImu pengetahuan dan keterampiIan inteIektuaI
serta keterampilan untuk berperan serta.
C. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi PPKn di Sekolah Dasar adalah.sebagai wahana kurikuler pengembangan
karakter warga negara Indonesia.yang demokratis dan bertanggung jawab. Serta
adapun fungsi lainnya yakni :
a) Membantu generasi muda.memperoleh pemahaman cita-cita nasional/tujuan
negara. . .
b) Dapat mengambil keputusan-keputusan .yang bertanggung jawab .dalam
menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat.dan negara.
c) Dapat mengapresiasikan cita-cita.nasional dan dapat membuat keputusan-
keputusan yang.cerdas.
d) Wahana untuk membentuk warga.negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang setia kepada bangsa dan.negara Indonesia dengan merefleksikan.dirinya
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai.dengan amanat Pancasila dan UUD
NKRI 1945.
D. Cakupan dan Ruang Lingkup Materi PPKn
Cakupan materi.mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun (menghargai perbedaan),
Cinta lingkungan, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia (nasionalisme), Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,
Keterbukaan dan jaminan keadilan;
2) Norma, peraturan, dan hukum, meliputi: Tata tertib dalam lingkungan keluarga,
Tata tertib di lingkungan sekolah, Norma di lingkungan masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum
dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional;
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, anggota masyarakat,
Instrumen nasional dan internasional HAM, Penghormatan, pemajuan, dan
perlindungan HAM;
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Harga diri sebagai warga masyarakat,
Kebebasan berorganisasi, Prestasi diri , Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

8
Menghargai keputusan bersama, Hidup gotong royong, dan Persamaan kedudukan
warga Negara;
5) Konstitusi Negara, meliputi: Hubungan dasar negara dengan konstitusi, Proklamasi
kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, dan Konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia;
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Demokrasi dan sistem politik, Sistem
pemerintahan, Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan
otonomi, Pemerintah pusat, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Budaya
politik, Pers dalam masyarakat demokrasi;
7) Pancasila, meliputi: Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Pancasila sebagai ideologi
terbuka, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; dan
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Dampak globalisasi, Politik
luar negeri Indonesia di era globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
Standar kompetensi menjadi dasar utama untuk mengembangkan materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator yang ingin dicapai untuk penilaian (evaluasi).
Standar Proses dan Standar Penilaian perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
Ruang Lingkup dari Pembelajaran PKn.di SD Sebelum menilik lebih lanjut
mengenai ruang lingkup pembelajaran Pendidikan.Kewarganegaraan di Sekolah Dasar,
beberapa tujuan dari adanya PKn di Sekolah Dasar, .menurut (Kurniawan, 2013)
diantaranya:
a) Dapat berpikir.secara kritis, kreatif, dan rasional dalam menanggapi.isu-isu
kewarganegaraan;
b) Berpartisipasi aktif, .bertanggung jawab, .dan tegas serta anti korupsi.dalam
mengikuti kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara;
c) Berkembang secara positif. juga demokratis dengan membentuk pribadi
berdasarkan karakter-karakter dari masyarakat.Indonesia, supaya dapat hidup
berdampingan dengan bangsa-bangsa lain;
d) Dengan memanfaatkan teknologi.informasi dan komunikasi, dapat berinteraksi
dengan.bangsa-bangsa lain.dalam peraturan dunia, baik secara langsung atau pun
tidak langsung. Secara garis besar, materi..Pendidikan Pancasila dan

9
Kewarganegaraan (PPKn) di.sekolah dasar mencakup konsep nilai, norma, .dan
moral (Azizah et al., 2020).
Konsep yang dimaksud.disini adalah PPKn diharapkan dapat.mengajarkan
siswa untuk berpikir secara.runtut dan kronologis. Untuk nilai, .maksudnya adalah
kualitas kebaikan yang harus diaktualisasikan.secara terus menerus. Sedangkan norma
adalah aturan yang ada atau.lahir dimasyarakat dan moral adalah.aktualisasi dari nilai.
PPKn memiliki ruang lingkup yang.luas untuk diajarkan, terutama pada jenjang sekolah
dasar. Seperti yang diungkapkan (Kurniawan, 2013), bahwa.salah satu program
pendidikan atau mata pelajaran.yang ruang lingkupnya cukup luas dan mempunyai
sedikitnya.tiga hal atau domain dalam proses.pembangunan karakter, yaitu mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.atau PKn. Tiga hal atau domain itu, seperti
(1) jika ditinjau dari sudut pandang konseptual, yang memiliki peran dalam
mengembangkan konsep-konsep dan teori yaitu.Pendidikan Kewarganegaraan,
(2) jika ditinjau secara kurikuler, untuk.mempersiapkan anak-anak menjadi manusia
dewasa yang berkarakter melalui.berbagai lembaga pendidikan, sejumlah program
pendidikan dan model implementasinya...dikembangkan oleh Pendidikan
Kewarganegaraan, dan . .
(3) secara sosial kultural, agar menjadi .warga negara yang baik, proses pembelajaran
kepada masyarakat dilaksanakan oleh Pendidikan.Kewarganegaraan.
Ruang lingkup yang paling.menonjol adalah mengenai wawasan kebangsaan
dan Pendidikan karakter. (Sekolah Dasar, n.d.) .dalam bukunya yang berjudul
‘Pembelajaran PPKn di.Sekolah Dasar’ mengutarakan jika, guru.harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang mumpuni, .mengenai pendidikan karakter, seperti
pengertian pendidikan.karakter, nilai-nilai yang termasuk dalam pendidikan karakter,
dan bagaimana pendidikan karakter dilaksanakan, .dapat diaplikasikan pada mata
pelajaran PPKn di sekolah dasar. . .
Terdapat kaitan erat antara ilmu sosial. dan PPKn, secara historis dan
pembahasan materi di dalamnya, karena PPKn ini membahas.tentang negara dan
masyarakat di dalamnya. Hal ini tentu dapat dibenarkan, .karena kehidupan bernegara
juga termasuk ke dalam kehidupan sosial. Salah satu contohnya adalah individu atau
kelompok yang ada dalam suatu.negara itu saling berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain, sehingga dapat mewujudkan persatuan dan.kesatuan bangsa, serta
kebhinnekaan.

10
Ruang lingkup PPKn tidak hanya sebatas.pendidikan karakter dan ilmu sosial saja,
tetapi juga erat kaitannya dengan pendidikan agama. Indonesia memiliki.setidaknya
enam agama yang dianut oleh mayoritas.penduduk Indonesia. Dalam setiap agama,
tentu saja ada ajarannya sendiri. Beragamnya agama dan kepercayaan inilah yang
menambah kekayaan.bangsa Indonesia. Untuk itu, adanya PKn yang di dalamnya
mengandung pembelajaran Pancasila ini, dapat menjadi.pembelajaran sendiri bagi
siswa, terutama.sekolah dasar untuk saling menjaga.keutuhan negara walaupun
kepercayaan terhadap Tuhan mereka berbeda. Ada kesamaan antara.PPKn dan
Pendidikan Agama ditinjau dari tujuannya, .yaitu menegakkan akhlak atau budi pekerti
yang luhur dan nilai-nilai.kehidupan bermasyarakat juga bernegara.
E. Karakteristik Pembelajaran PPKn di Kelas Tinggi. .
Seperti yang diungkapkan (Kurniawan, 2013), bahwa salah.satu program
pendidikan atau mata pelajaran yang ruang.lingkupnya cukup luas dan mempunyai
sedikitnya tiga hal atau.domain dalam proses pembangunan karakter, yaitu mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn. .Tiga hal atau domain itu, seperti
(1) jika ditinjau dari sudut.pandang konseptual, yang memiliki peran dalam
mengembangkan konsep-konsep dan teori yaitu.Pendidikan Kewarganegaraan;
(2) jika ditinjau secara kurikuler, untuk.mempersiapkan anak-anak menjadi manusia
dewasa.yang berkarakter melalui berbagai lembaga.pendidikan, sejumlah
program pendidikan dan model.implementasinya dikembangkan oleh Pendidikan
Kewarganegaraan; dan . .
(3) secara sosial kultural, agar menjadi warga negara.yang baik, proses pembelajaran
kepada masyarakat dilaksanakan oleh.Pendidikan Kewarganegaraan.
Ruang lingkup yang paling menonjol adalah mengenai .wawasan kebangsaan dan
Pendidikan karakter.. (Sekolah Dasar, n.d.) dalam bukunya yang berjudul
‘Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar’.mengutarakan jika, guru harus memiliki
pengetahuan dan.pemahaman yang mumpuni, mengenai.pendidikan karakter, seperti
pengertian pendidikan karakter, nilai-nilai.yang termasuk dalam pendidikan karakter,
dan bagaimana pendidikan.karakter dilaksanakan, dapat diaplikasikan pada.mata
pelajaran PKN di sekolah dasar. . (Sekolah Dasar, n.d.) juga menyebutkan bahwa ada
kaitan.erat antara ilmu sosial dan PKn, .secara historis dan pembahasan materi.di
dalamnya, karena PKn ini membahas.tentang negara dan masyarakat di dalamnya. .Hal

11
ini tentu dapat dibenarkan, .karena kehidupan bernegara.juga termasuk ke dalam
kehidupan.sosial.
Salah satu contohnya adalah individu atau kelompok .yang ada dalam suatu negara
itu saling berinteraksi dan berkomunikasi.satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan
persatuan dan kesatuan.bangsa, serta kebhinnekaan. Ruang lingkup PKn tidak hanya
sebatas pendidikan karakter dan ilmu sosial saja, .tetapi juga erat kaitannya dengan
pendidikan agama. Indonesia.memiliki setidaknya enam agama yang dianut oleh
mayoritas penduduk Indonesia. Dalam setiap.agama, tentu saja ada ajarannya.sendiri.
Beragamnya agama dan.kepercayaan inilah yang menambah kekayaan.bangsa
Indonesia. Untuk itu, adanya PPKn yang di dalamnya.mengandung.pembelajaran
Pancasila ini, dapat menjadi pembelajaran sendiri bagi.siswa, terutama sekolah dasar
untuk saling menjaga keutuhan.negara walaupun kepercayaan terhadap Tuhan mereka
berbeda. (Sekolah Dasar, .n.d.) juga menambahkan bahwa.ada kesamaan antara PPKn
dan Pendidikan.Agama ditinjau dari tujuannya, .yaitu menegakkan akhlak atau budi
pekerti yang luhur dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.juga bernegara.
Sifat-sifat warga negara yang dapat.menunjang karakter.berpartisipasi dalam
urusan-urusan.kemasyarakatan, antara lain:
a. keberadaban civility, misalnya menghormati.dan mau mendengarkan pendapat
orang lain yang berbeda dengannya, .menghindari argumentasi yang bermusuhan,
sewenang-wenang, emosional.dan tidak masuk akal;
b. menghormati hak-hak.orang lain, contohnya antara lain: menghormati hak yang
sama.dengan orang lain dalam hukum.dan pemerintahan, mengajukan gagasan,
bekerjasama; .
c. menghormati hukum, dalam bentuk mau.mematuhi hukum, meskipun terhadap
hal-hal tidak.disepakati, berkemauan melakukan tndakan.dengan cara damai, legal
dalam melakukan proses dan tuntutan normatif; dan . .
d. jujur, terbuka, berpikir kritis, bersedia.melakukan negoisasi, tidak mudah putus.asa,
memiliki kepedulian terhadap masalah.kemasyarakatan, toleran, patriotik, dan
berpendirian. . .
Mengembangkan...fungsi demokrasi konstitusional yang sehat, karakter ini
menghendaki setiap warganegara memiliki...kepedulian terhadap urusan
kemasyarakatan, .mempelajari dan memperluas pengetahuan tentang nilai-nilai dan
prinsip-prinsip konstitusi, memantau kepatuhan.para pemimpin politik, dan.mengambil

12
tindakan yang tepat, .jika mereka tidak mematuhinya melalui .cara damai dan
berdasarkan hukum.
Perencanaan pembelajaran PPKn pada.kelas tinggi difokuskan pada persiapan
perangkat.pembelajaran. Kematangan suatu perencanaan berpengaruh.cukup besar
pada kelangsungan dan kelancaran KBM. Pelaksanaan pembelajaran PPKn pada kelas
tinggi diajarkan oleh guru.kelas, sesuai dengan kurikulum, berpedoman pada.perangkat
pembelajaran tetapi bersifat fleksibel/kondisional dalam.penerapannya, menggunakan
media pembelajaran.sederhana dan metode ceramah variasi, dikte/mencatat, .tanya
jawab, diskusi kelompok, dan penugasan.
Pembelajaran terdiri dari tahap awal (kegiatan apersepsi), .tahap inti (penerapan
metode dan pemanfaatan media), .serta tahap akhir (penutup). Hambatan yang sering
terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn pada kelas tinggi.mencakup aspek
pembelajaran meliputi bahan ajar, pelaksanaan KBM dan upaya guru untuk mengatasi
hambatan yang ada. adalah mengutamakan perencanaan meliputi persiapan
pembelajaran (RPP dan penguasaan materi) .disertai memperbaiki kekurangan yang ada
seperti model maupun media.pembelajaran, meningkatkan pengelolaan kelas.seperti
upaya memotivasi.siswa melalui pendekatan sosial, serta membina hubungan.yang baik
dengan pihak yang.terkait dalam KBM.
Karakteristik pembelajaran PPKn Pada Siswa Kelas.Tinggi pada fase B menuju fase C
1. Materi yang terdapat.dalam pembelajaran lebih luas;
2. Permasalahan yang disajikan lebih kompleks.dan melatih berpikir kritis siswa;
3. Pengelolaan kelas harus didasarkan.dengan penggunaan silabus dan RPP;
4. Alat bantu pembelajaran yang mencakup media.pembelajaran dan metode
pembelajaran harus menggunakan pembelajaran.yang secara nyata dan juga harus
memanfaatkan media yang ada; . .
5. Sumber pembelajaran harus.disesuaikan dengan kemampuan siswa;
6. Intraksi dalam umpan balik materi pembelajaran PPKn.dapat dirangsang dengan
model-model.pembelajaran yang menarik.
F. Model Pembelajaran PPKn SD.di Kelas Tinggi
Pendidikan pada masa kini di Sekolah Dasar.menggunakan pembelajaran
tematik. Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran.tematik adalah sebuah model
yang mengacu pada tema yang sudah.ditentukan dan dikombinasikan pula dengan
kompetensi dasar dengan sedemikian rupa yang harus dicapai. Untuk.melaksanakan

13
kegiatan pembelajaran, maka diperlukan..sebuah desain yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa ditambah lagi, keluarnya .permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi yang menjadikan mata .pelajaran PKn agar dapat menjadikan
warga negaranya untuk sadar.hukum dan sadar akan jati diri negaranya termasuk.akan
hak dan kewajibannya. . .
Selain itu Peraturan Menteri Pendidikan.dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 menyampaikan.bahwa pembelajaran di sekolah dasar
dilaksanakan menggunakan model tematik. Pembelajaran tematik.adalah metode
pembelajaran yang menekankan pemberian tema khusus pilihan untuk mengajarkan
beberapa.konsep berdasarkan paduan.penggunaan ragam informasi ketika mempelajari
topik tertentu.
Pada era teknologi.informasi sekarang ini sangat berkorelasi dengan
ketersediaan informasi yang semakin bervariasi dan tersedia dalam.berbagai bentuk dan
dalam waktu yang relatif cepat. .Kemajuan teknologi telah memberikan beberapa
kelebihan karena dapat digunakan hampir di semua bidang.kehidupan manusia, salah
satunya dalam bidang.pendidikan utama selama proses pembelajaran. Dengan pesatnya
perkembangan.media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (Hardware) dan
perangkat lunak (Software). Perkembangan tersebut membuat.pergeseran peran guru.
Guru tidak lagi berperan sebagai.satu-satunya sumber informasi dalam proses
pembelajaran. . .
Peran guru dalam konteks pembelajaran mengalami perubahan, di mana guru
dituntut untuk dapat bekerja secara profesional, mengajar secara profesional sistematis,
berdasarkan prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien, Artinya, guru dapat
merekayasa media pembelajaran tersebut sehingga menjadi sebuah proses belajar
sebagai pengalaman pengalaman bagi siswa. Guru diharapkan memiliki kemampuan
untuk:
(a) memanfaatkan sumber.belajar di lingkungan secara optimal dalam proses
pembelajaran;
(b) berkreasi dan mengembangkan.ide-ide baru;
(c) mengurangi pengetahuan seseorang.diperoleh siswa dari sekolah dengan ilmu yang
akan diperoleh kemudian di komunitas; .
(d) memperjelas relevansi dan relevansi subjek bidang ilmu.dengan kebutuhan sehari-
hari di masyarakat;

14
(e) berkembang pengetahuan, keterampilan, dan.perilaku peserta didik secara bertahap
dan utuh;
(f) memberikan kesempatan kepada siswa.untuk dapat berkembang secara bertahap
optimal sesuai kemampuannya; dan.
(g) menerapkan prinsip.belajar aktif. .
Adapun beberapa desain pembelajaran untuk.pembelajaran PKn di SD/MI kelas
tinggi seperti penjelasan di atas bahwa.dominasi dari desain pembelajaran PKn kelas
tinggi berupa media yang.kompatibel pada era saat ini. Adapun beberapa yang.penting
untuk dipaparkan terkait desain pembelajaran.Pkn kelas tinggi dilihat dari penggunaan
mediavisual, metode, media bergambar, .multimedia, pendekatan pembelajaran serta
model-model yang relevan. Hal ini dipaparkan di bawah.sebagai berikut:
1. Menggunakan Media Visual . .
Media visual adalah suatu.metode dalam menyampaikan pembelajaran dengan
memanfaatkan alat-alat peraga.sehingga siswa dapat melihat menggunakan indra
penglihatan mereka. Dengan menggunakan media.visual siswa dapat dilatih agar
menggunakan kemampuan mengingat, mengucapkan kembali yang diketahui, dan
juga bertindak untuk mengambil dan.memutuskan yang benar. Model belajar
seperti ini akan dapat meningkatkan.minat belajar siswa dan menguji kemampuan
mereka secara bertahap.
Guru pun dapat mengajak siswanya.untuk berpikir lebih dalam, sehingga peran
besar bukan hanya tertuju pada guru yang monoton menyampaikan materi namun
keaktifan siswa menjadi sangat dibutuhkan untuk metode.jenis ini. Tapi tetap saja,
semua hal.memiliki.titik lemah. Kesulitan dalam media.visual ini adalah
penyediaan alat peraga, sehingga.bila tidak ada alat peraga maka .metode
pembelajaran jenis ini tidak akan.dapat terlaksana.
2. Metode Tanya Jawab . . . . .
Metode tanya jawab sebagai sebuah.metode belajar dengan menyajikan
berbagai pertanyaan yang ditujukan pada siswa dan harus memiliki.jawaban.
Namun dalam ruang lingkupnya, yang.dapat bertanya bukan hanya guru kepada
siswa namun juga, siswa dapat memberikan sebuah.pertanyaan kepada guru untuk
dijawab. Dengan kemampuan.siswa menjawab pertanyaan guru dengan tepat, .maka
guru dapat melihat seberapa besar.pemahaman siswa akan materi yang telah
ataupun yang akan diajarkannya. . .

15
3. Penggunaan Media Gambar . .
Pada hakikatnya, media.gambar termasuk media visual karena dapat diamati
secara langsung dan juga.dapat diindrakan. .Sedangkan untuk fungsinya sendiri,
media ajar memiliki 5 hal yang perlu.diperhatikan diantaranya: Pertama, dengan
penggunaan media, kita dapat membuat.suasana yang nyaman dan menyenangkan
dalam pembelajaran. Kedua, dalam.penggunaan media, maka harus tetap
memerhatikan tujuan pembuatan media.dan keselarasan media dengan materi yang
disampaikan. . .
Ketiga, media pembelajaran tujuan.utamanya bukanlah sekedar menghibur.dan
bermain namun sebagai pelengkap proses pembelajaran. Keempat, .dengan adanya
media, maka diharapkan siswa dapat memahami materi dengan.mudah sehingga
materi akan dapat dilanjutkan tanpa mengesampingkan.pengetahuan siswanya.
Keenam, mutu dan minat belajar siswa merupakan tujuan.utama pembuatan media
pembelajaran. Namun pada umumnya semua memiliki .kelebihan dan kekurungan.
Adapun kelebihanya adalah jelas sifatnya ketika.memunculkan sebuah masalah,
tidak terbatas ruang maupun waktu, kemampuan.mengamati siswa dapat dilihat.
Kekurangannya adalah hanya bisa mengamati.dengan indra penglihatan, Semua
siswa dapat memunculkan persepsi dan mungkin.saja terdapat banyak perbedaan di
dalamnya, semakin kecil gambar maka.semakin sedikit siswa yang dapat
mengamati. . .
4. Penggunaan Multimedia . .
Pada era sekarang, kemudahan untuk menyampaikan.pembelajaran sudah kita
alami, sumber yang menyajikan model pembelajaran yang.kreatif juga sangat sering
kita jumpai. Yang dimaksudkan multimedia adalah.sebuah media yang mencakup
beberapa hal, padanya bisa terdapat gambar, .suara, tulisan berupa teks, dan
beberapa hal lainnya. Pembuatan media pembelajaran.juga sangat mudah dilakukan,
bisa melalui android atau IOS maupun.laptop/komputer.
Kita cukup menyediakan beberapa hal penting dalam.sebuah pembelajaran.
Misalnya tema yang akan kita buat adalah identitas.negara. Kita dapat
mencantumkan gambar pancasila, pengertianpengertiannya.menurut para tokoh dan
bisa ditambah dengan materi yang ingin.disampaikan sesuai tema pembahasan.
Pada video yang akan disajikan, dapat diselipkan teks.sekaligus salinan dari audio,
sehingga para siswa bisa mendengar sekaligus.membaca materi.

16
5. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, .Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif menurut Soediono adalah bentuk pembelajaran.dengan menjadikan siswa
dan guru berperan penting. Peran guru agar dapat.membuat suasana belajar yang
nyaman dan siswa berperan dengan aktif bertanya.maupun menyampaikan gagasan
atau ide yang dimilikinya. Dalam hal ini, guru.hanyalah fasilitator agar siswanya
mendapat kemudahan dalam belajar. Guru akan.mengarahkan proses pembelajaran
sedangkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. . .
Kreatif adalah kemampuan guru untuk menyiapkan.media pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan disampaikan dan melalui .media tersebut siswa dengan
mudah memahami yang disampaikan. Untuk.mencapai kreatif, maka perlu melalui
4 tahapan sebagai berikut: Pertama, .Tahapan persiapan, tahap ini adalah tahapan
yang di dalamnya terdapat kegiatan.pengenalan masalah, pengumpulan data, dan
penyediaan jawaban sementara yang berkaitan.dengan masalah yang tersedia.
Kedua, Tahapan pematangan berupa.pemberian penjelasan, disertai dengan
pembatasan masalah agar dapat.dikerucutkan dan tidak melebar kemana-mana
sehingga dapat sesuai dengan tema. . . .
Ketiga, Tahapan pemahaman merupakan tahapan.pemecahan masalah dengan
mengumpulkan berbagai informasi yang valid. Keempat, Tahapan.pengetesan
adalah tahapan pembuktian.hipotesis. Siswa akan disebut sebagai siswa.kreatif bila
ia memiliki kemampuan.untuk menyelesaikan masalah dengan metode.yang baru
maupun melalui.kegiatan yang baru. Sebuah pembelajaran dapat dikatakan efektif
apabila kegiatan tersebut dapat terwujud sebagaimana.seharusnya baik dari tata cara
hingga ke tujuan pembelajaran tersebut. . . .
Menurut Murphy, pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila.memenuhi tiga
syarat, yaitu:
(1) peserta didik diarahkan untuk.memahami hakikat belajar,
(2) pembelajarannya bekerjasama.antara siswa dan guru,
(3) peran utama dipegang oleh.siswa, sedangkan guru hanya pembimbing. Faizah
mengaitkan menyenangkan dengan sudut.sebuah perasaan.
Guru dituntut untuk mengubah sebuah.rasa suka ke perasaan percaya diri
sehingga siswa akan menganggap.dirinya bisa mempelajari materi yang
disampaikan. Dalam mengubah rasa.suka terebut maka harus diiringi dengan sikap
yang ramah, suka senyum, dan mampu menjadikan suasana.perbincangan dengan

17
santun. Selain itu guru juga meski adil.kepada semua siswanya dan bersabar ketika
menghadapi berbagai perilaku siswanya tersebut.
6. Model course review horay dengan penggunaan powerpoint . .
Menurut Dariyanto, penggunaan powerpoint. memiliki beberapa kelebihan
diataranya:
a) Bentuk sajiannya menarik karena.dapat.dibentuk dengan warna-warna menarik,
animasi maupun gambar.
b) Dapat merangsang siswa untuk.mengetahui bahan ajar yang tersedia
c) Pesannya mudah dipahami karena menggunakan.poin-poin penting pembahasan
d) Tenaga didik tidak perlu repot.untuk menjelaskan panjang lebar terhadap bahan
yang disajikannya i
e) Dapat dibuat‘sesuaiikebutuhan dan dipakai berkali-kali
f) Dapat disimpan‘dan praktis. I
Untuk dapat menerapkan‘model pembelajaran jenis ini, dapat mengikuti
tahapan-tahapan berikut ini: ‘
a) Guru menunjukkan standar kompetensi‘sekaligus melakukan pembahasan
terhadap topik bahasan; ‘‘
b) Guru melakukan presentasi terhadap‘materi bahan dengan menggunakan
powerpoint dan bantuan LCD; ‘‘
c) Meminta siswa untuk membuat‘kelompok dengan batasan kelompok, empat
hingga lima siswa; ‘‘
d) Setiap kelompok diminta untuk membuat kotak‘dan dinomori, serta contoh
pembuatan kotak ditampilkan melalui powerpoint;
e) Pembacaan soal dan penulisan‘jawaban di kotak yang sudah disediakan masing-
masing kelompok;
f) Mendiskusikan kembali jawaban atas‘pertanyaan yang diberikan oleh guru
setelah semua pertanyaan tersampaikan;
g) Untuk jawaban yang benar maka kelompok‘mendapat tanda check list (v) dan
langsung meneriakkan “horee!”;
h) Merekap semua hasil jawaban yang benar dan‘teriakan “horee!” terbanyak;
i) Kelompok dengan nilai‘tertinggi berhak mendapat reward;
j) Untuk menguji kembali pengetahuan siswa, ‘guru melakukan evaluasi terhadap
siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan. ‘

18
7. Penggunaan media pembelajaran ‘‘‘
Penggunaan media dapat mempengaruhi ingatan‘siswa akan mata pelajaran
yang telah dilaluinya, ditambah lagi jika‘media tersebut disajikan dengan bentuk
yang menarik dan akan memberikan rasa‘senang kepada siswa itu sendiri sehingga
akan berkesan pada siswa tersebut‘dan menunjang keberhasilannya dalam
memahami materi yang disampaikan. ‘Tuntutan terhadap media pembelajaran pun
bukan hanya satu, melainkan ada tiga‘tuntutan yang harus dipenuhi oleh media
pembelajaran agar media tersebut dapat‘memunculkan motivasi diri siswa. Adapun
tiga motivasi tersebut adalah sebagai‘berikut:
a) Kemampuan media dalam.menyediakan sebuah objek maupun menyimpannya
b) Kemampuan media dalam menyampaikan objek dengan berbagai bentuk yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran ‘‘
c) Kemampuan media untuk menunjukkan berbagai‘kejadian yang sarat akan
makna Dengan penyediaan media yang menarik‘minat belajar siswa akan
dapat menumbuhkan niat siswa untuk‘mengikuti pembelajran dengan baik
hingga kegiatan pembelajaran berakhir. ‘‘
8. Penggunaan metode diskusi ‘‘‘
Metode diskusi dinilai mampu merangsang‘siswa sehingga mengeluarkan
pendapat dan menjadi aktif dalam proses‘pembelajaran. Dengan metode ini, siswa
dituntut agar mampu berinteraksi dengan siswa lain maupun‘dengan gurunya
sendiri. Namun metode ini memiliki‘kelemahan dan juga kelebihan diantaranya:
1) Kelebihan ‘‘
a) Melibatkan seluruh siswa ‘‘
b) Masing-masing siswa dapat menguji‘pemateri dalam hal penguasaan
materi yang dikuasainya ‘‘
c) Metode ini menumbuhkan‘sikap ilmiah
d) Dengan kemampuan siswa‘untuk mempertahankan argumen diharapkan
agar dapat memunculkan rasa percaya diri‘siswa
e) Dapat dijadikan sebagai bahan untuk menampilkan‘demokratis siswa
2) Kekurangan ‘‘
a) Kondisi keaktifan diskusi tidak dapat dipastikan‘karena bergantung pada
pembawaan ketua kelompok‘beserta anggotanya
b) Untuk menjalankan diskusi‘maka siswa diharapkan terampil walau ia
belum mengerti bagaimana‘penguasaan metode diskusi yang sebenarnya

19
c) Bisa saja diskusi hanya dikuasai‘oleh orang yang berani saja. Sehingga
yang sering mengajukan pendapat ataupun‘memberi tanggapan
orangnya tidak berganti dan terkesan “itu-itu saja” ‘‘
d) Tidak semua topik dapat didiskusikan. ‘Yang dapat didiskusikan
hanyalah sebuah topik yang‘berupa masalah untuk mencairkan masalah
tersebut dengan mencari solusinya ‘‘‘
e) Jika sudah merasa nyaman dengan‘materi maka siswa mudah memberi
tanggapan atau lainnya, namun bila tidak demikian‘biasanya akan sulit
untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang‘diajukan
f) Sering ditemui pada saat diskusi siswa‘tidak memiliki keberanian untuk
menyampaikan argumennya ‘‘
g) Jumlah siswa akan berpengaruh pada kesempatan‘yang dimiliki untuk
menyampaikan argumen. Semakin banyak siswa‘maka semakin sedikit
kesempatan untuk terus‘memberikan argumen
h) Waktu yang diperlukan untuk berdiskusi cukup‘panjang.
Bisa saja sebuah masalah belum terselesaikan‘akibat dari pembatasan waktu
yang dilakukan Ada beberapa metode untuk‘melaksanakan metode diskusi, penulis
mengambil metode yang dikemukakan oleh Suryosubroto, ‘diantaranya sebagai
berikut: ‘‘‘
1) Tahapan diawali dengan penyampaian‘masalah yang dilakukan oleh guru
sekaligus arahan berupa langkah-langkah pemecahan‘masalah. Atau siswa dan
guru menetapkan bersama akan masalah yang ingin‘dijadikan topik bahasan.
2) Melalui instruksi guru, siswa diperintah‘membuat beberapa kelompok untuk
berdiskusi. ‘‘
3) Siswa mendiskusikan masalah yang tersedia‘kepada kelompok mereka masing-
masing, adapun guru‘akan berkeliling untuk‘mengamati proses penyelesaian
masalah yang disediakan oleh masing-masing kelompok.
4) Setelah selesai berdiskusi, maka kelompok‘harus menyampaikan hasil diskusi
mereka. Untuk kelompok pendengar, ‘mereka.bertugas untuk memberi
tanggapan atas hasil diskusi kelompok‘yang lain. Fungsi guru adalah sebagai
penengah bila terdapat kesalahan‘dalam proses diskusi maupun‘dalam hasil
diskusi. ‘‘
5) Terakhir, setiap siswa mencatat hasil diskusi‘mereka dan memberikan hasil
laporan mereka kepada guru agar dijadikan‘ke dalam “file” kelas.

20
9. Strategi pembelajaran aktif tipe crossword puzzle‘
Crossword puzzle sebagai sebuah strategi‘yang mengajak siswa mengingat
ulang materi yang telah dibahas sebelumnya‘dan akhirnya dapat memberikan
pengaruh untuk hasil belajar yang akan‘diterima siswa. Metode ini dapat
meningkatkan minat belajar siswa tanpa‘mengurangi proses pembelajaran yang
sedang berlangsung. Adapun menurut‘Indriawati, yang dimaksud strategi
crossword puzzle adalah metode yang‘menggabungkan dua buah proses sekaligus
antara belajar dengan bermain. ‘‘
Tugas siswa tidak hanya berpatokan pada‘bermain teka-teki silang namun
mempelajari materi dari teka-teki silang yang‘disiapkan. Dengan demikian siswa
akan lebih tertarik untuk mengikuti‘pembelajaran. Tidak bisa dipungkiri bahwa
metode pembelajaran crossword puzzle‘memiliki banyak manfaat. Namun
beberapa diantaranya terdapat kekurangan‘dari metode jenis ini, yaitu: Anggapan
siswa bahwa metode ini hanyalah metode‘permainan sehingga banyak diantara
mereka tidak serius mengerjakan‘crossword puzzle ini dan metode ini hanya
mengukur siswa dalam bentuk‘hafalan sehingga pemahaman siswa akan
menganalisis menjadi tidak diperhatikan. ‘‘
Beberapa hal yang menyebabkan‘rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
PPKn diantaranya: ‘‘
(1) dalam proses pembelajaran‘guru lebih banyak menggunakan model
pembelajaran konvensional, belum menerapkan model‘pembelajaran yang
inovatif sehingga pembelajaran menjadi pasif; ‘‘
(2) dalam proses‘pembelajaran siswa hanya‘mendengar, mencatat dan
menghafal materi yang disampaikan oleh‘guru;
(3) kurangnya antusias siswa‘dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
(4) kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok, ‘hal tersebut dapat diamati
pada saat observasi mengenai proses‘pembelajaran di kelas, tugas kelompok
cenderung hanya beberapa siswa‘yang mengerjakannya;
(5) guru kurang memanfaatkan‘media pembelajaran, guru cenderung hanya
menggunakan satu buku dalam proses pembelajaran; ‘‘
(6) guru belum menerapkan‘proses pembelajaran yang berbasis kearifan lokal
Tri Kaya Parisudha sehingga siswa kurang perhatian‘dengan materi yang
dibelajarkan, siswa sulit untuk membayangkan apa‘yang sedang mereka
pelajari serta siswa kurang mampu bersikap‘yang sopan santun.

21
Proses pembelajaran tersebut kurang‘mengaktifkan siswa sehingga
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Untuk‘mengatasi hal tersebut, hendaknya guru
mampu untuk melakukan inovasi dalam‘proses pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang‘inovatif. Pembelajaran inovatif
yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam‘proses pembelajarannya, yang
dikemas dengan aktivitas yang menarik‘menggunakan model pembelajaran dibantu
dengan konsep kearifan lokal. Salah‘satunya yaitu model pembelajaran Word Square.
“Model pembelajaran Word Square‘adalah model yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan‘kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban” (Kurniasih, 2014) ‘Proses pembelajaran dengan menggunakan
model Word Square sangat sesuai dengan‘karakteristik anak SD yang cenderung masih
suka bermain. Kegiatan acak huruf pada‘LKS Word Square memberikan kesan bermain
kepada siswa. Dengan suasana belajar‘sambil bermain akan membuat siswa menjadi
tidak mudah bosan dalam mengikuti proses‘pembelajaran sehingga dapat
menumbuhkan minat dan perhatian‘siswa untuk mempelajari PKn.
Minat dan perhatian siswa akan berpengaruh‘terhadap hasil belajar yang
diperoleh siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat‘Soefandi & Ahmad (Ayu et al.,
2016) yang menyatakan bahwa bermain dapat‘merangsang anak untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan membuat anak‘memahami dunia sekitar, sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar yang‘diperoleh anak. Model pembelajaran Word
Square menjadi pilihan karena relatif‘sederhana dalam penerapannya, tetapi dapat
memberikan nuansa yang menyenangkan‘dan hasil belajar yang lebih baik.
Model ini juga dapat diterapkan‘dengan mata pelajaran apapun tergantung
kemampuan guru dalam berinovasi. Selain dengan‘menerapkan model pembejaran
Word Square, upaya yang dapat dilakukan‘yaitu dengan mengintegrasikan penerapan
model pembelajaran berbasis kearifan‘lokal. Kearifan lokal yang diintegrasikan adalah
Tri Kaya Parisudha. Tri Kaya Parisudha adalah tiga‘dasar perbuatan manusia yang
harus disucikan yaitu manacika, ‘wacika dan kayika” (Astaawan, 2018).
Melalui pengintegrasian materi berbasis‘Tri Kaya Parisudha dalam
pembelajaran PPKn dapat menunjang kegiatan‘pembelajaran PKn yang ada di sekolah.
Hal ini dikarenakan materi PPKn berbasis‘Tri Kaya Parisudha tersebut terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa dalam‘budaya yang religius yaitu berpikir, berbicara dan
bertingkah laku yang baik dan benar, salah satunya‘dengan mempelajari hak dan
kewajiban menjadi warga negara‘yang baik. Dengan proses pembelajaran berbasis Tri

22
Kaya Parisudha siswa mampu‘mengimplementasikan‘secara langsung apa yang sedang
dipelajari sehingga hal ini akan membuat‘siswa‘lebih mudah memahami materi‘yang
diberikan guru. ‘‘
Adapun beberapa desain pembelajaran untuk‘pemelajaran PPKN di SD/MI
kelas tinggi seperti penjelasan diatas bahwa dominasi dari desain‘pembelajaran PPKN
kelas tinggi berupa media yang kompatibel‘pada era saat ini. adapun beberapa yang
penting untuk dipaparkn terkait‘desain pembelajaran PKN kelas tinggi dilihat dari
penggunaan media visual, metode, media‘bergambar, multimedia, pendekatan
pembelajaran serta‘model-model yang relevan. ‘‘‘
Berikut adalah jenis model pembelajaran yang‘cocok dalam PPKn MI/SD di kelas
tinggi yaitu: ‘‘
1. Model Pembelajaran Demonstration‘‘‘
2. Model Pemeblajaran‘Direct intruction
3. Model Pembelajaran‘Group investigation
4. Model Pembelajaran‘Jigsaw
5. Model Pembelajaran‘Inquiry based learning
6. Model embelajaran‘Mind mapping.
G. Peran Pembelajaran‘PPKn di SD Kaitannya‘dengan Karakter dan Moral
Generasi Muda‘
PPKn berfokus pada penanaman pemahaman‘terhadap konsep kenegaraan serta
berisi hal-hal yang sering diterapkan dalam‘kehidupan sehari-hari. Yang selanjutnya,
hal itu diharapkan dapat membentuk‘generasi yang mencintai serta melestarikan
keutuhan dan persatuan bangsanya. Pemahaman dan peningkatan‘sikap serta tingkah
laku yang bersumber pada nilai Pancasila‘dan juga budaya bangsa adalah sesuatu yang
diutamakan pada pendidikan‘kewarganegaraan‘ (Rahmatiani, n.d.). ‘
Mata pelajaran PPKn dan pendidikan‘karakter‘memiliki kaitan yang erat satu
sama lain. Nilai-nilai yang ada pada‘pendidikan‘karakter di Indonesia dirtikan melalui
empat sumber, yaitu Pancasila, tujuan pendidikan‘nasional, agama, dan budaya
(Nugroho et al., 2019). Secara programatik‘pembelajaran pendidikan‘kewarganegaraan
menitik beratkan pada pembekalan‘pengetahuan politik, serta hukum yang diterapkan
dalam masyarakat Indonesia. ‘Bahan ajar secara jelas, berdasarkan teori, ‘terkonsep,
serta normatif mengandung berbagai nilai moral‘dan panduan serta cara penerapannya.
Program PPKn berfokus pada‘pembentukan individu yang memiliki sifat
demokratis, terampil, religius, ‘mencintai bangsa dan negaranya, ‘serta menjunjung

23
tinggi nama baik dan martabat bangsa‘dalam proses pergaulan antar-bangsa yang
sedang dan akan terus terjadi di dunia. Pembelajaran‘PPKn secara prosedural
mengandung materi ajar yang secara‘fungsional membentuk, ‘membina, dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta‘didik baik dalam lingkungan fisik
ataupun nonfisik secara humanis, ‘demokratis, dan fungsional.
Menurut (Riadin & Salahudin Permadi, 2019) ‘PKn pada tingkat sekolah‘dasar
dimaknai sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar‘mengajar yang bertujuan untuk
membantu siswa sehingga siswa tersebut‘mampu belajar dengan layak dan melahirkan
manusia berjiwa nasionalis dalam‘penciptaan karakter bangsa yang berorientasi pada
pembentukan masyarakat yang memposisikan demokrasi‘pada kehidupan berbangsa
dan bernegara yang didasarkan‘pada Pancasila, UUD 1945 serta norma dan yang
diterapkan di masyarakat. ‘‘
Menurut (Nugroho et al., 2019), PKn‘selaku mata pelajaran yang didasarkan
pada pengembangan karakter merupakan jalan keluar‘dari permasalah dalam
penanaman karakter bangsa. Karakter bangsa termasuk‘dalam upaya kolektif
sistematik yang dilaksanakan oleh suatu‘negara kebangsaan dalam rangka menciptakan
kehidupan bangsa serta negaranya‘sejalan dengan konstitusi, dasar, ideologi, haluan
negara, dan kecakapan kolektifnya pada konteks‘kehidupan regional, nasional, serta
global yang beradab dan sesuai aturan. ‘Hal-hal itu ditujukan agar terbentuk suatu
bangsa yang kuat, berakhlak mulia, ‘bertoleran, kompetitif, berkembang dinamis,
berorientasi pada IPTEK, bermoral, ‘bergotong royong, berbudi luhur, berjiwa patriotik,
yang seluruhnya berdasar pada keimanan dan ketakwaan‘terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berlandaskan Pancasila (Tuhuteru, ‘n.d.).
PPKn memegang urgensi‘dalam pembentukan moral generasi muda serta
karakter bangsa. Oleh karena itu, pada‘pengaplikasiannya‘diperlukan pengenalan suatu
materi pendidikan kewarganegaraan yang berkesinambungan dengan nilai-nilai
karakter suatu bangsa. Agar kemajuan‘suatu bangsa dapat tercapai, terdapat karakter-
karakter yang menjadi tolak ukur‘bagi pengembangan karakter pada generasi muda,
yaitu: religius, kerja keras, jujur, semangat kebangsaan‘dan cinta tanah air, kreatif,
peduli lingkungan dan sosial, toleransi, disiplin, ‘tanggung jawab, serta demokratis
(Izma et al., 2019). ‘‘
Pada penerapannya, PPKn meyalurkan konstribusi‘pada pembentukan dan
penanaman moral bangsa lewat beberapa tahapan, yaitu: ‘‘

24
1. Pembelajaran. Sesungguhnya kegiatan‘pembelajaran selain dilaksanakan untuk
membentuk generasi muda yang‘memahami secara utuh kompetensi yang
ditetapkan, juga diprogram untuk‘dapat menciptakan peserta didik yang
memahami, memafhumi, dan mengahayati‘nilai-nilai lalu
mengimplementasikannya sebagai perilaku. ‘v
2. Kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan‘ini harus didukung dengan
tata cara pelaksanaan, pemberdayaan kapasitas SDM‘guna menunjang konkretisasi
pendidikan 18 karakter serta menggiatkan‘kembali kegiatan ko-kurikuler dan juga
ekstra-kurikuler yang telah ada‘menuju pada pengembangan karakter.
3. Alternatif pengembangan‘serta bimbingan karakter di sekolah sebagai
pengaktualisasian budaya. ‘‘
4. Kegiatan sehari-hari di rumah serta di masyarakat. ‘PPKn sangat esensial dalam
pembentukan karakter bangsa. ‘
PPKn merupakan salah satu fondasi pada pembentukan‘karakter serta jati diri
bangsa yang berarti PPKn mengedukasi warga negara‘menjadi good citizen dan smart
citizen untuk bersaing pada perkembangan‘dunia dalam era kompetitif untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan‘sosial pada kehidupan berbangsa dan
bernegara. PPKn adalah salah satu‘cara yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai
karakter pada proses pembelajaran PPKn kepada siswa, karena sejatinya tujuan dari
PPKn sendiri adalah mengembangkan peserta didik‘menjadi generasi muda yang
berakhlak mulia, menjadi warga negara‘yang aktif dalam mengungkapkan aspirasinya
dan memiliki karakter yang sejalan‘dengan nilai-nilai Pancasila. ‘‘
Berdasarkan hasil studi literatur‘yang didapatkan dengan‘menelaah bahan
kajian mengenai permasalahan ini, menegaskan bahwa‘PPKn berisi penanaman konsep
kenegaraan yang berorientasi dalam‘pembentukan generasi yang mencintai serta
melestarikan keutuhan dan persatuan bangsanya. ‘Program PPKn berfokus pada
pembentukan individu yang memiliki sifat‘demokratis, terampil, religius, berorientasi
pada IPTEK, bermoral, mencintai dan‘menjaga nama baik bangsa dan negaranya serta
mengembangkan potensi yang dimiliki‘peserta didik secara optimal. Hal ini sejalan
dengan riset terdahulu yang menyatakan‘bahwa pembelajran PPKn berperan penting
dalam pembentukan karakter moral‘siswa. PPKn sebagai mata pelajaran merupakan
jalan keluar terhadap problematika dalam penanaman‘karakter bangsa. Oleh karena itu,
dalam pengaplikasiannya diperlukan pengenalan‘suatu materi yang berkesinambungan
dengan nilai-nilai karakter suatu bangsa. ‘‘

25
Hal ini menunjukkan bahwa materi‘tersebut dapat digunakan untuk
pembelajaran walaupun masih ada sedikit‘revisi dan saran dari validator. Materi ini
dimaksudkan untuk menambah wawasan‘siswa terhadap materi yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari yang diketahui oleh siswa. ‘pengembangan pendidikan
karakter di sekolah dasar diawali dengan studi‘pendahuluan, studi pengembangan dan
implementasi yang kemudian menghasilkan‘perangkat pendidikan karakter di sekolah
dasar berupa perencanaan pelaksanaan‘pembelajaran.
Nilai-nilai pendidikan karakter‘yang diinterasikan melalui pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain‘meliputi nilai-nilai karakter sebagai
berikut ini: dapat dipercaya (trustworthines), rasa‘hormat dan perhatian (respect), tekun
(dilligence), tanggung jawab (responsibility), ‘berani (courage), integritas (integrity),
peduli (caring), jujur (fairness) dan‘kewarganegaraan (citizenship). Kedua, produk
pengembangan pendidikan‘karakter yang dikembangkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah‘berupa perencanaan pelaksanaan pembelajaran pendidikan
karakter di sekolah dasar yang disusun oleh pengembang‘dengan mengintegrasikannya
dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan‘Kewarganegaraan.
Ketiga, perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang‘dikembangkan sebagai
pendidikan karakter ini terdiri atas komponen-komponen‘sebagai berikut: (1) Standar
Kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, (3) Tujuan‘Pembelajaran, (4) Karakter Siswa yang
Diharapkan, (5) Materi Ajar, (6) Metode‘Pembelajaran, (7) Langkahlangkah Kegiatan,
(8) Sumber/Bahan Belajar, dan (9) Penilaian. ‘‘
Produk pengembangan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam suatu
perangkat perencanaan pembelajaran mata pelajaran‘Pendidikan Kewarganegaraan
untuk siswa Kelas VI di Sekolah Dasar‘yang berupa RPP yang dikembangkan dengan
pendekatan yang komprehensif, seperti penugasan, ‘tugas kelompok, penggunaan
gambar-gambar, klipping koran, dsbnya. ‘‘
Peserta didik memiliki respon‘‘yang sangat positif terhadap rancangan
pelaksanaan pembelajaran, khususnya nilai-nilai karakter‘yang diharapkan yang
diintegrasikan dalam pembelajaran mata‘pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Keempat, pelaksanaan nilai-nilai‘pendidikan karakter yang dilaksanakan oleh guru dan
diintegrasikan dalam pembelajaran mata pelajaran‘Pendidikan Kewarganegaraan
didukung oleh iklim yang kondusif dengan‘menerapkan disiplin, keteladanan, ekstra
kurikuler, kantin kejujuran, kegiatan‘Hari-hari Besar Keagamaan serta pendekatan

26
yang bersifat penanaman (inkalkulatif) ‘dan bukan indoktrinasi serta pembiasaan
(habituation) sehari-hari di sekolah. Manfaat kegiatan tersebut bagi Peserta Didik yaitu:
(4) Peserta didik dapat ikut berperan‘aktif dalam proses pembelajaran sehingga
indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan‘dapat tercapai.
(5) Peserta didik mampu mengembangkan inisiatif‘dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat dan bekerjasama dalam‘proses pembelajaran untuk
menambah pengetahuan sehingga dapat‘meningkatkan hasil belajar.
(6) Sebaiknya peserta didik, harus lebih‘rajin belajar sehingga dapat memperoleh‘hasil
belajar yang optimal.
Manfaat kegiatan tersebut bagi‘sekolah yaitu:
(2) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada‘guru dalam usahanya untuk
mengatasi permasalah dalam kegiatan‘pembelajaran yang dilakukannya, salah
satunya melalui penelitian tindakan kelas.
(3) Sebagai bahan masukan bagi‘sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran PPKn untuk meningkatkan hasil‘belajar siswa sehingga
secara langsung akan berpangaruh positif‘pada penilaian masyarakat terhadap
mutu sekolah.

27
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu
program pendidikan nasional yang menitikberatkan pada pembentukan warga
negara yang dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai
manusia yang berilmu, cakap, berakhlak mulia, dan demokratis sesuai dengan
Pancasila. Bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pola pikir warga
negara terhadap Pancasila dan kehidupan kewarganegaraan yang baik dan benar.
Dengan mempelajari berbagai aspek seperti norma, HAM, politik serta globalisasi
menjadi poin tambahan untuk menjadi warga negara yang paham apa yang terjadi
dalam kehidupan kewarganegaraannya sendiri.
Karakteristik pembelajaran PPKn kelas lanjut adalah materi yang lebih
kompleks dan luas yang akan meningkatkan pola pikir kritis siswa dan pola pikir
analisis siswa secara menyeluruh dengan beberapa jenis model pembelajaran yang
membantu. Pada akhirnya Hakikat PPKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program
pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai pancasila untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan kewarganegaraan.
B. SARAN
Sebagai warga negara yang sangat menjunjung Pancasila diharapkan dapat
mendukung pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan
bisa menerapkan ilmu yang mereka peroleh menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
bangsa dan seluruh warag negaranya. Penerapan pendidikan berkarakter dalam
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) harus ditanamkan sejak dini
agar nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dapat melekat dalam kepribadian dan
karakteristik manusia sehingga dapat menimbulkan ketentraman dalam
melaksanakan kehidupan kewarganegaraan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Angraini, R. (2017). Karakteristik Media yang Tepat dalam Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai. J. Moral Civ. Educ, 14–24.
http://jmce.ppj.unp.ac.id/index.php/JMCE/article/view/16

Aprilia, L. A., Slameto, S., & Radia, E. H. (2018). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) BERBASIS KURIKULUM 2013. WACANA AKADEMIKA: Majalah Ilmiah
Kependidikan, 2(1), 85. https://doi.org/10.30738/wa.v2i1.2530

Asniwati, Fauzi, Z. A., & Rahima, L. (2019). Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Tema
Daerah Tempat Tinggalku Muatan Ppkn Materi Keberagaman Karakteristik Individu
Menggunakan Kombinasi Model Problem Based Learning (Pbl), Numbered Heads
Together (Nht), Dan Make a Match Pada Kelas Iv Sdn Pekauman 3 . Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents.

Baehaqi, M. L. (2020). COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI STRATEGI PENANAMAN


KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH. Jurnal Pendidikan Karakter, 10(1).
https://doi.org/10.21831/jpk.v10i1.26385

Darniyanti, Y., Efriani, N., & Susilawati, W. O. (2021). Pengembangan Media Komik
Penerapan Sila Pancasila PPKn Kelas 3 Di Sekolah Dasar Kabupaten Dharmasraya.
Jurnal Pendidikan, 30(3), 455. https://doi.org/10.32585/jp.v30i3.1789

Dewi, D. A., Hidayat, N. A. S. N., Septian, R. N., Apriliani, S. L., & Purnamasari, Y. F. (2021).
Peran Pembelajaran Pkn SD dalam Membentuk Karakter Moral Siswa untuk
Mempersiapkan Masa Depan Bangsa. Jurnal Basicedu, 5(6), 5258–5265.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1621

Dewi, M. A. C., Asri, I. G. A. A. S., & Suniasih, N. W. (2019). PENGARUH MODEL


QUANTUM TEACHING BERBASIS TRI HITA KARANA TERHADAP
KOMPETENSI PENGETAHUAN PPKN SISWA KELAS V. Jurnal Pendidikan
Multikultural Indonesia, 2(1), 32. https://doi.org/10.23887/jpmu.v2i1.20790

29
Hardini, T. (2015). PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE SOSIODRAMA DI KELAS 5
SD TLOMPAKAN 01 - TUNTANG. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
5(3), 120. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i3.p120-135

Hendrizal. (2019). Permasalahan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sd Dan


Solusinya. Jurnal PPKn & Hukum, 14(2), 54–62. Retrieved from
https://pbpp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/download/7869/6755

Huda, U., & Angraini, R. (2021). Integrasi Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran
PPKn di SD Fransiskus Padang Panjang. Journal of Civic Education, 4(1), 25–31.
https://doi.org/10.24036/jce.v4i1.396

K.A.Y. Kawi, I.W. Lasmawan, & I.M. Gunamantha. (2021). PENGEMBANGAN


INSTRUMEN HASIL BELAJAR PPKN DAN SIKAP SOSIALSISWA KELAS V SD.
Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 11(1), 61–68.
https://doi.org/10.23887/jpepi.v11i1.247

Komariyah, Mrs. (2021). PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP PEMBELAJARAN


PKn PADA SISWA KELAS V SD. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 2(1), 58–
64. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.73

Kusumawati Y. (2019). ANALISIS PEMBELAJARAN PKN SD/MI DALAM


PENDEKATAN SAINTIFIK. eL-Muhbib: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan
Dasar. Retrieved from https://dx.doi.org/10.52266/el-muhbib.v3i1.376

Masrita, M. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV Melalui Pembelajaran
Kooperatif Model Make A Match di SDN 15 Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
BaratMeningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV Melalui Pembelajaran Kooperatif
Make A Match di SDN 15 B. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 4(2), 179.
https://doi.org/10.24235/al.ibtida.snj.v4i2.1526

Nawaji, N. (2016). PENGEMBANGAN RANCANGAN PENDIDIKAN KARAKTER


MELALUI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR. Jurnal Manajemen dan Supervisi
Pendidikan. Retrieved from https://dx.doi.org/10.17977/um025v1i12016p001

30
Nugroho, H. W., Suyahman, S., & Suswandari, M. (2019). PERANAN MATA PELAJARAN
PPKn DALAM RANGKA MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER RELIGIUS
SISWA KELAS IV DI SDN 3 WURYOREJO. CIVICS EDUCATION AND SOCIAL
SCIENCE JOURNAL (CESSJ), 1(1). https://doi.org/10.32585/cessj.v1i1.356

Purmana, P. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Make A Macth Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Pkn Materi Peraturan Perundang-Undangan Pada Peserta Didik Kelas V di
SDN 1 Warukaranganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Malih Peddas
(Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar). Retrieved from
https://dx.doi.org/10.26877/malihpeddas.v8i1.2331

Selly Lindayani, N. P., Putra, M., & Manuaba, I. B. S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran
Value Clrification Technique Bermuatan Nilai Karakter Terhadap Kompetensi
Pengetahuan PPKn. Thinking Skills and Creativity Journal, 2(2), 47.
https://doi.org/10.23887/tscj.v2i2.20709

Sholikhah, H. N. (2017). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS


ANDROID MATERI PPKn KEBERAGAMAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BAGI
SISWA DEVELOPMENT OF ANDROID-BASED INTERACTIVE MULTIMEDIA
CIVIC MATERIALS.

Suarjana, I. W. S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbasis Tri Kaya
Parisudha Terhadap Hasil Belajar PKn. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Retrieved from
https://dx.doi.org/10.23887/jisd.v3i4.21780

Sutrisno, T. (2019). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas VI di SDN
Kota Sumenep ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sekolah Dasar. Retrieved from
https://dx.doi.org/10.30651/else.v3i2.3394

Wandini, R. R., Maghfhirah, S., & Hasibuan, A. T. (2021). ANALISIS DESAIN


PEMBELAJARAN PKN DI SD/MI KELAS TINGGI. MAGISTRA: Media
Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar Dan Keislaman, 12(1), 59.
https://doi.org/10.31942/mgs.v12i1.4377

31
Yusuf, S. (2019). Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn
Kelas V Gugus V Kota Bengkulu. Jurnal PGSD, 12(1), 49–54.
https://doi.org/10.33369/pgsd.12.1.49-54

32

Anda mungkin juga menyukai