Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MATA KULIAH BUDAYA LOKAL

“TRADISI BEGAWE”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Budaya Lokal

DISUSUN OLEH :
FATHURRAHMAN
NISPI RISAWATI
WINDRA PURNAWAN

Dosen Pengampu
MUJMAL, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PGSD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZAR
LOMBOK UTARA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Budaya Lokal yang berdasarkan dari penelitian yang kami dapatkan dari beberapa tokoh
masyarakat yang berjudul “Tradisi Begawe”.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi MUHAMMAD SAW, penulisan
ini bertujuan untuk memahami Budaya Lokal Lombok

Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk
memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga
makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik
dan bermanfaat. Aamiin.

Bilakembar, 29 November 2018

Penyusun

WINDRA PURNAWAN

NIM : 178620620711
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan
bahasa Sasak. Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai
oleh sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal
pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa
dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun.

Menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sèsèk. Kata sèsèk berasal dari kata
sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan benang satu persatu(sak
sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat untuk menjadi
bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun. Uniknya suara yang terdengar ketika
memukul mukul alat tenun itupun terdengar seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua
kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian diambil sebagai nama suku dipulau Lombok.
Orang suku Sasak yang mula mula mendiami pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak
sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima
dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara yang berbahasa Tolaki.

Lombok juga memiliki budaya Begawe yang di tradisikan secara turun temurun
terutama pada saat acara acara besar keluarga seperti pernikahan, khitanan dll yang bertujuan
memperkuat tali silaturrahmi antar sesama.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui kelebihan budaya Begawe Lombok yang berpatokan pada kerja sama
dengan semboyan “Lebur Anyong ta saling sedok”

C. Rumusan Masaah

1) Bagaimana awal mula suku sasak?


2) Bagaimana proses munculnya tradisi begawe?
3) Kenapa budaya begawe di jadikan tradisi turun temurun?
4) Bagaimana hubungan dan timbal balik antra Budaya Begawe dengan Agama Islam?

D. Tujuan Permasalahan

1) Untuk mengetahui asal mula suku sasak


2) Untuk mengetahui asal mula tradisi begawe
3) Untuk mengetahui kenapa budaya begawe tetap di tradisikan
4) Untuk mengetahui timbal balik dan konflik antara tradisi dan agama
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asal Mula Suku Sasak

Suku terbesar yang mendiami Pulau Lombok adalah Suku Sasak dengan presentase
85%, mereka merupakan suku asli dari Pulau Lombok. Selain itu Pulau Lombok juga didiami
oleh suku Bali, Jawa, Bugis, Banjar, Melayu, Cina dan Arab.

Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai oleh
sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal
pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa
dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun. Menenun dalam bahasa orang Sasak
adalah Sèsèk. Kata sèsèk berasal dari kata sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan
cara memasukkan benang satu persatu(sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan
hingga sesak dan padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat
tenun.

Uniknya suara yang terdengar ketika memukul mukul alat tenun itupun terdengar
seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian
diambil sebagai nama suku dipulau Lombok. Orang suku Sasak yang mula mula mendiami
pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat
dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara
yang berbahasa Tolaki.

Di Pulau Lombok agama yang paling besar penganutnya adalah agama Islam, setelah
itu agama Hindu yang dianut oleh orang-orang keturunan bali, barulah agama yang lain
seperti Kristen dan Buddha. Selain keempat agama tersebut juga ada agama yang
berkembang dikalangan Suku Sasak, yaitu Boda. Boda adalah agama tertua suku sasak yang
diwariskan.

Uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam
yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya
berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku
Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda".

Bahasa daerah yang dituturkan di Pulau Lombok oleh Suku asli Sasak disebut dengan
Bahasa Sasak. Bahasa Sasak dapat dikelompokkan ke dalam ragam bahasa yang sama dengan
Bahasa Jawa dan Bali. Banyak sekali kosa kata yang cara pelafalan, penggunaan dan
maknanya sama dengan kosa kata dalam Bahasa Bali dan Jawa. Ini desebabkan oleh
kedekatan geografis dan historis di antara mereka. Bahasa Sasak Bali dan Jawa sama-sama
bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno, Hanacaraka. Aksara Hanacaraka Bali
dan Sasak sama-sama berjumlah 18, sementara Hanacaraka Jawa berjumlah 20 aksara.
B. Munculnya Budaya Begawe

Begawe adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi
nyongkolan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. kegiatan ini berupa arak-
arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan
diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan musik
yang bisa gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang Belek.

Begawe atau dalam bahasa Indonesia di sebut dengan Pesta adalah sebuah kegiatan
untuk memeriahkan suatu acara, namun di Lombok begawe (pesta) memiliki arti tersendiri
sesuai dengan keadaan.

Misalnya pada saat pernikahan begawe bertujuan memperkuat tali silaturrahmi


dengan sesama, serta membangun kekompakan dalam membuat pesta berjalan dengan lancar.
Terbukti dari awal mempersiapkan bahan, orang Lombok bersama sama saling membantu
menebang pohon untuk memasak.

Begitu juga pada saat pembuatan pembuatan bumbu, terlihat kekompakan bergantian
untuk menumbuk semua ragi ragi dan bahan yang telah di racik biasa peracik di sebut Aman
Jangan,begitu juga dengan orang yang menanak nasi dengan kapasitas yang besar jika orang
yang tidak mengerti cara masak nasi ini maka nasinya akan gagal matang, oleh karena itu
hanya orang tertentu yang memegang kendali biasa di sebut Inak atau Aman nasik.

Pada malam hari biasanya setelah shalat isya, orang orang berkumpul untuk
membantu mengupas buah nangka dan memotong batang pisang yang di sebut ares,
kemudian dilanjutkan dengan bersama mengupas kelapa yang berjumlah banyak.

Pada saat istirahat tuan rumah atau yang biasa di sebut dengan epen gawe
menyiapkann makanan seadanya berupa renggi dan peyek di temani dengan kopi hitam, dan
di suguhkan tembakau posot yang di tanam sendiri oleh orang Lombok.

Pada saat memasak nasi dan lauk pauk berupa daging sapi dan ares aman jangan
bekerja lembur secara bergantian sampai pagi memasak dan menjaga api agar stabil. Terlihat
semangat saling tolong orang sasak sangat tinggi. Pada saat pagi hari pelayan atau biasa
disebut pengancang standby di tempat untuk menunjang berjalannya acara.

Peran pengancang sangat penting karna tamu sangatlah banyak sehingga di butuhkan
pelayan yang banyak, biasa tugas ini di berikan kepada para pemuda karna tenaganya masih
kuat dan lincah sehingga dapat melayani dengan cepat.

Sedangkan begawe yang bertujuan untuk menghibur biasa di laksanakan pada saat
suatu keluarga berduka seperti kematian. Sudah tentu keluarga yang berduka butuh empati
dari seseorang agar tidak sedih berlebihan, hasil dari begawe berupa beras dan gula di niatkan
untuk membantu mengurangi biaya dari begawe itu sendiri.
Terlihat orang sasak mengamalkan semboyan”lebur anyong ta saling sedok” pada saat
mengurus mayat, baik dari proses penggalian kubur,membuat keranda ataupun mengantarkan
jenazah ke peristirahatan terakhirnya orang sasak selalu bersatu saling menolong.

C. Budaya begawe yang di tradisikan

Budaya begawe harus di tradisikan dari generasi kegenerasi, karna merupakan


identitas orang sasak asli sebagai pribumi yang ramah dan saling menolong. Budaya begawe
ini tidak boleh pudar walaupun di Era globalisasi ini semua hal yang tradisional di gantikan
oleh hal hal modernisasi.

Sangat sayang jika budaya begawe hilang, maka suku sasak akan kehilangan jati
dirinya hal inilah yang perlu di ajarkan kepada siswa maupun anak anak remaja, akan
mulianya kebersamaan. Maju memang penting, akan tetapi tidak perlu merubah identitas asli
yang mempunyai banyak sifat positif dan mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan
social.

D . Hubungan islam dan budaya begawe

Agama terbesar di Lombok merupakan agama islam, sehingga segala aspek


kehidupan orang sasak pasti berkaitan dengan islam terutama soal budaya, para ulama’ yang
menyebarkan islam di Lombok melalui budaya dengan kesabaran dan penyusunan strategi
dakwah sehingga islam berkembang pesat di Lombok.

Kaitannya dengan begawe, islam menjalani perintah Allah dan Rasulullah SAW untuk saling
menolong dalam kebaikan seperti firmann allah

ِ ‫شدِيد ُ ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َ ‫ّللا‬ ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬
َ َّ ‫ان َواتَّقُوا‬
َ َّ ‫ّللا ِإ َّن‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق َوى َو َل تَ َع َاونُوا‬
ِ ْ ‫ع َلى‬ َ ‫َوتَ َع َاونُوا‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

Dari dalil tersebut begawe terus di tradisikan karna dapat membawa manfaat bagi
persaudaraan seorang muslim.

Dalam konteks bela sungkawa, begawe bertujuan berbelasungkawa yang sudah


dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk
berta’ziah. Apa itu ta’ziah? Ta’ziah adalah mendatangi keluarga yang ditimpa musibah
kematian untuk meringankan dan menghibur keluarganya serta menasehati bahwa musibah
kematian adalah suatu ketetapan Allah SWT.
Hal ini dikuatkan dengan hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ta’ziyah. Diantaranya yaitu
hadits berikut ini:

Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada seorang mukmin yang datang berta’ziah kepada saudaranya yang tertimpa
musibah, kecuali akan diberi pakaian kebesaran di hari kiamat oleh Allah SWT.”

Saat inilah begawe perlu di adakan untuk menghibur yang berduka , berupa membuat
makanan sesuai yang di contohkan pada zaman Nabi

Hisyam bin Ammar serta Mohammad bin Shabah menceritakan, bahwa Sufian bin Uyainah
dari Ja’far bin Khalid dari ayahnya Abdullah bin Ja’far beliau mengatakan: Saat jenazah
Ja’far datang, Rasulullah SAW Bersabda:

“Hendaklah kalian semua membuat makanan untuk keluarga Ja’far. Maka sudah datang pada
mereka sesuatu yang membuat mereka sibuk dengan pekara tersebut.” (HR. Abu Dawud).

Oleh karena itu apabila ada saudara, teman, tetangga, dan orang lain disekitar kita
yang sedang mengalami musibah ditimpa kematian. Sebaiknya kita jangan cuma sekedar
datang dan menyaksikan proses pemakaman/penguburan orang yang meninggal. Tetapi
hiburlah keluarga yang ditinggal suadaranya meninggal dunia dengan menasehati dan
mengucapkan ucapan belasungkawa yang menghibur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Begawe adalah pesta adat suku sasak yang di tradisikan dan di jaga kelestariannya.
2. Begawe merupakan adaptasi dari budaya bali yang di ubah oleh para ulama menjadi
budaya yang berlandaskan sariat islamiyah
3. Begawe implementasi dari anjuran Allah dan Rasulnya Muhammad SAW yang
menganjurkan untuk saling menolong dalam kesuitan dalam konteks kebaikan

B. Saran

Alhamdulilah berkat kesempatan yang diberikan Allah SWT makalah ini dapat
terselesaikan sesuai waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan tulisan dalam
makalah ini , jika ada kekurangan maka kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar
besarnya serta besar harapan kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai