“TRADISI BEGAWE”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Budaya Lokal
DISUSUN OLEH :
FATHURRAHMAN
NISPI RISAWATI
WINDRA PURNAWAN
Dosen Pengampu
MUJMAL, M.Pd
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi MUHAMMAD SAW, penulisan
ini bertujuan untuk memahami Budaya Lokal Lombok
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu untuk
memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima dengan senang hati. Serta semoga
makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik
dan bermanfaat. Aamiin.
Penyusun
WINDRA PURNAWAN
NIM : 178620620711
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan
bahasa Sasak. Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai
oleh sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal
pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa
dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun.
Menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sèsèk. Kata sèsèk berasal dari kata
sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan benang satu persatu(sak
sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat untuk menjadi
bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun. Uniknya suara yang terdengar ketika
memukul mukul alat tenun itupun terdengar seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua
kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian diambil sebagai nama suku dipulau Lombok.
Orang suku Sasak yang mula mula mendiami pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak
sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima
dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara yang berbahasa Tolaki.
Lombok juga memiliki budaya Begawe yang di tradisikan secara turun temurun
terutama pada saat acara acara besar keluarga seperti pernikahan, khitanan dll yang bertujuan
memperkuat tali silaturrahmi antar sesama.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kelebihan budaya Begawe Lombok yang berpatokan pada kerja sama
dengan semboyan “Lebur Anyong ta saling sedok”
C. Rumusan Masaah
D. Tujuan Permasalahan
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Suku Sasak
Suku terbesar yang mendiami Pulau Lombok adalah Suku Sasak dengan presentase
85%, mereka merupakan suku asli dari Pulau Lombok. Selain itu Pulau Lombok juga didiami
oleh suku Bali, Jawa, Bugis, Banjar, Melayu, Cina dan Arab.
Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai oleh
sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal
pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa
dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun. Menenun dalam bahasa orang Sasak
adalah Sèsèk. Kata sèsèk berasal dari kata sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan
cara memasukkan benang satu persatu(sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan
hingga sesak dan padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat
tenun.
Uniknya suara yang terdengar ketika memukul mukul alat tenun itupun terdengar
seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian
diambil sebagai nama suku dipulau Lombok. Orang suku Sasak yang mula mula mendiami
pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat
dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara
yang berbahasa Tolaki.
Di Pulau Lombok agama yang paling besar penganutnya adalah agama Islam, setelah
itu agama Hindu yang dianut oleh orang-orang keturunan bali, barulah agama yang lain
seperti Kristen dan Buddha. Selain keempat agama tersebut juga ada agama yang
berkembang dikalangan Suku Sasak, yaitu Boda. Boda adalah agama tertua suku sasak yang
diwariskan.
Uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam
yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya
berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku
Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda".
Bahasa daerah yang dituturkan di Pulau Lombok oleh Suku asli Sasak disebut dengan
Bahasa Sasak. Bahasa Sasak dapat dikelompokkan ke dalam ragam bahasa yang sama dengan
Bahasa Jawa dan Bali. Banyak sekali kosa kata yang cara pelafalan, penggunaan dan
maknanya sama dengan kosa kata dalam Bahasa Bali dan Jawa. Ini desebabkan oleh
kedekatan geografis dan historis di antara mereka. Bahasa Sasak Bali dan Jawa sama-sama
bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno, Hanacaraka. Aksara Hanacaraka Bali
dan Sasak sama-sama berjumlah 18, sementara Hanacaraka Jawa berjumlah 20 aksara.
B. Munculnya Budaya Begawe
Begawe adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi
nyongkolan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. kegiatan ini berupa arak-
arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan
diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan musik
yang bisa gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang Belek.
Begawe atau dalam bahasa Indonesia di sebut dengan Pesta adalah sebuah kegiatan
untuk memeriahkan suatu acara, namun di Lombok begawe (pesta) memiliki arti tersendiri
sesuai dengan keadaan.
Begitu juga pada saat pembuatan pembuatan bumbu, terlihat kekompakan bergantian
untuk menumbuk semua ragi ragi dan bahan yang telah di racik biasa peracik di sebut Aman
Jangan,begitu juga dengan orang yang menanak nasi dengan kapasitas yang besar jika orang
yang tidak mengerti cara masak nasi ini maka nasinya akan gagal matang, oleh karena itu
hanya orang tertentu yang memegang kendali biasa di sebut Inak atau Aman nasik.
Pada malam hari biasanya setelah shalat isya, orang orang berkumpul untuk
membantu mengupas buah nangka dan memotong batang pisang yang di sebut ares,
kemudian dilanjutkan dengan bersama mengupas kelapa yang berjumlah banyak.
Pada saat istirahat tuan rumah atau yang biasa di sebut dengan epen gawe
menyiapkann makanan seadanya berupa renggi dan peyek di temani dengan kopi hitam, dan
di suguhkan tembakau posot yang di tanam sendiri oleh orang Lombok.
Pada saat memasak nasi dan lauk pauk berupa daging sapi dan ares aman jangan
bekerja lembur secara bergantian sampai pagi memasak dan menjaga api agar stabil. Terlihat
semangat saling tolong orang sasak sangat tinggi. Pada saat pagi hari pelayan atau biasa
disebut pengancang standby di tempat untuk menunjang berjalannya acara.
Peran pengancang sangat penting karna tamu sangatlah banyak sehingga di butuhkan
pelayan yang banyak, biasa tugas ini di berikan kepada para pemuda karna tenaganya masih
kuat dan lincah sehingga dapat melayani dengan cepat.
Sedangkan begawe yang bertujuan untuk menghibur biasa di laksanakan pada saat
suatu keluarga berduka seperti kematian. Sudah tentu keluarga yang berduka butuh empati
dari seseorang agar tidak sedih berlebihan, hasil dari begawe berupa beras dan gula di niatkan
untuk membantu mengurangi biaya dari begawe itu sendiri.
Terlihat orang sasak mengamalkan semboyan”lebur anyong ta saling sedok” pada saat
mengurus mayat, baik dari proses penggalian kubur,membuat keranda ataupun mengantarkan
jenazah ke peristirahatan terakhirnya orang sasak selalu bersatu saling menolong.
Sangat sayang jika budaya begawe hilang, maka suku sasak akan kehilangan jati
dirinya hal inilah yang perlu di ajarkan kepada siswa maupun anak anak remaja, akan
mulianya kebersamaan. Maju memang penting, akan tetapi tidak perlu merubah identitas asli
yang mempunyai banyak sifat positif dan mempunyai manfaat yang besar dalam kehidupan
social.
Kaitannya dengan begawe, islam menjalani perintah Allah dan Rasulullah SAW untuk saling
menolong dalam kebaikan seperti firmann allah
Dari dalil tersebut begawe terus di tradisikan karna dapat membawa manfaat bagi
persaudaraan seorang muslim.
“Tidak ada seorang mukmin yang datang berta’ziah kepada saudaranya yang tertimpa
musibah, kecuali akan diberi pakaian kebesaran di hari kiamat oleh Allah SWT.”
Saat inilah begawe perlu di adakan untuk menghibur yang berduka , berupa membuat
makanan sesuai yang di contohkan pada zaman Nabi
Hisyam bin Ammar serta Mohammad bin Shabah menceritakan, bahwa Sufian bin Uyainah
dari Ja’far bin Khalid dari ayahnya Abdullah bin Ja’far beliau mengatakan: Saat jenazah
Ja’far datang, Rasulullah SAW Bersabda:
“Hendaklah kalian semua membuat makanan untuk keluarga Ja’far. Maka sudah datang pada
mereka sesuatu yang membuat mereka sibuk dengan pekara tersebut.” (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu apabila ada saudara, teman, tetangga, dan orang lain disekitar kita
yang sedang mengalami musibah ditimpa kematian. Sebaiknya kita jangan cuma sekedar
datang dan menyaksikan proses pemakaman/penguburan orang yang meninggal. Tetapi
hiburlah keluarga yang ditinggal suadaranya meninggal dunia dengan menasehati dan
mengucapkan ucapan belasungkawa yang menghibur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Begawe adalah pesta adat suku sasak yang di tradisikan dan di jaga kelestariannya.
2. Begawe merupakan adaptasi dari budaya bali yang di ubah oleh para ulama menjadi
budaya yang berlandaskan sariat islamiyah
3. Begawe implementasi dari anjuran Allah dan Rasulnya Muhammad SAW yang
menganjurkan untuk saling menolong dalam kesuitan dalam konteks kebaikan
B. Saran
Alhamdulilah berkat kesempatan yang diberikan Allah SWT makalah ini dapat
terselesaikan sesuai waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan tulisan dalam
makalah ini , jika ada kekurangan maka kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar
besarnya serta besar harapan kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.