Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATA KULIAH PENGEMBANGAN BAKAT DAN

KREATIFITAS

“MEMUPUK IKLIM BELAJAR KREATIF”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Bakat Dan
Kreatifitas

Disusun Oleh :

Ahmad Husein Arrasyd


Asri Sopian
Eva Roslina Putri
Finayanti
Milan Karmila
Salna Fera Sika
Windra Purnawan

Dosen Pengampu
M. Hafizin, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PGSD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
HAMZAR
LOMBOK UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Pengembangan Bakat Dan Kreatifitas yang
berjudul “Memupuk Iklim Belajar Kreatif”.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,


penulisan ini bertujuan untuk memahami cara membuat lingkungan belajar kretaif

Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan
sangat perlu untuk memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima
dengan senang hati. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi
penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.

Bilakembar, 3 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Permasalahan ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Memupuk Iklim Blajar Kreatif ........................................................... 2


B. Yang Di Harapkan Dalam Belajar Kreatif ......................................... 4
C. Saran Saran Tambahan Memupuk Iklim Belajar Kreatif ................... 4
D. Penerapan Pembelajaran Kreatif ........................................................ 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan wahana pendidikan yang menyediakan tempat terbaik


bagi anak untuk belajar, artinya semua upaya manajemen dan kepemimpinan yang
terjadi di sekolah diarahkan pada usaha membuat seluruh peserta didik belajar
dalam atmosfir/iklim belajar yang kondusif. Dari iklim yang kondusif akan
memotivasi siswa belajar. Semakin tinggi motivasi belajar akan semakin baik pula
prestasi belajar siswa tersebut, oleh karna itu kami akan membahas memupuk
iklim belajar kreatif.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah iklim atau suasana belajar yang kreatif?


2) Apa saja yang di harapkan dalam pembelajaran kreatif?
3) Apakah saran tambahan dalam memupuk iklim belajar kreatif?
4) Bagaimanakah penerapan pembelajaran kreatif?

C. Tujuan Permasalahan

1) Untuk memahami iklim atau suasana belajar yang kreatif


2) Untuk mengetahui apa saja yang di harapkan dalam pembelajaran kreatif
3) Untuk mengetahui saran dalam memupuk iklim belajar kreatif
4) Untuk mengetahui penerapan belajar kreatif

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memupuk Iklim Blajar Kreatif

Ada beberapa istilah yang kadang-kadang digunakan secara bergantian


dengan kata climate, yang diterjemahkan dengan iklim, seperti feel, atmosphere,
tone, dan environment. Dalam konteks ini, istilah iklim kelas digunakan untuk
mewakili kata-kata tersebut di atas dan kata-kata lain seperti learning environment,
group climate dan classroom environment.

Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan


rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang
mempengaruhi peserta didik. Hoy dan Forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim
kelas adalah organisasi sosial informal dan aktivitas guru kelas yang secara
spontan mempengaruhi tingkah laku.

Di samping itu, Hoy dan Miskell (1982) mengatakan bahwa iklim


merupakan kualitas dari lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru-
guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah
laku mereka. Selanjutnya, Hoy dan Miskell (1982) menambahkan bahwa istilah
iklim seperti halnya kepribadian pada manusia. Artinya, masing-masing kelas
mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak sama dengan kelas-kelas yang lain,
meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau arsitektur yang sama.
Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti halnya manusia, ada
yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal, terbuka, atau tertutup.

Dengan berdasar pada beberapa pengertian iklim dan atau iklim kelas di
atas, maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul
akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antarpeserta didik
yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
Situasi di sini dapat dipahami sebagai beberapa skala (scales) yang dikemukakan
oleh beberapa ahli dengan istilah seperti kekompakan (cohesiveness), kepuasan

2
(satisfaction), kecepatan (speed), formalitas (formality), kesulitan (difficulty), dan
demokrasi (democracy) dari kelas.

Faktor penting dalam meningkatkan kreativitas di sekolah adalah peran


guru. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan guru di sekolah untuk merangsang
dan meningkatkan daya pikir siswa, sikap dan perilaku kreatif siswa, melalui
kegiatan di dalam atau di luar kelas. Potensi kreatif siswa di sekolah dapat
ditingkatkan dengan cara mengusahakan iklim di dalam kelas yang dapat
menggugah kreativitas siswa

Dalam melaksanakan pengajaran kreatif, guru harus kreatif dan memiliki


semangat petualang (Torrance, 1967). Hal ini berarti bahwa cara guru mengajar
seharusnya bervariasi, dengan untuk mencoba-coba sesuatu yang baru, tidak kaku
dalam melaksanakan kurikulum atau aturan-aturan yang ada, serta bersikap hangat
kepada siswa. Guru dalam mengajar hendaknya juga menciptakan lingkungan
yang merangsang belajar kreatif, terampil mengajukan dan mengundang
pertanyaan, dan dapat memadukan perkembangan kognitif dan afektif (Munandar,
1987). Munandar (1987) memberikan saran agar guru dapat mengajar secara
kreatif. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru menghargai kreativitas siswa


2. Guru bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru
3. Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual
4. Guru bersikap menerima dan menunjang anak
5. Guru menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi
6. Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak
merasa
7. Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghamabat
pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak
8. Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri
dan pekerjaan kelompok.
9. Guru tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi
menyadari keterbatasannya sendiri.

3
B. Yang Di Harapkan Dalam Belajar Kreatif

Selanjutnya yang diharapkan adalah bagaimana guru dapat memperkaya


dirinya dengan metode atau model pembelajaran kreatif secara mandiri atau
melalui kelompok-kelompok kerja guru yang ada pada daerah masing-masing.
Yang perlu menjadi perhatian bagi guru adalah karena akses yang digunakan guru
dalam mencari informasi sebagai bahan pembelajaran sama saja dengan akses
yang digunakan oleh peserta didiknya, jadi jangan sampai guru tertinggal dari
peserta didiknya.

Jadi kesimpulannya, jika kita kaitkan tuntutan era digital dengan sistem
pendidikan kita saat ini, maka Kurikulum 2013 merupakan jalan keluar dan dapat
dijadikan pedoman bagi guru dan peserta didik kita dalam mewujudkan
pendidikan abad 21 atau ‘Pendidikan Jaman NOW’.

C. Saran Saran Tambahan Memupuk Iklim Belajar Kreatif

Kreatif merupakan salah satu kemampuan yang hendak ditingkatkan


dalam kebanyakan program keterbakatan dan perlu dipupuk iklim kelas yang
menghargai dan memupuk semua kretifitas dalam semua segi.

Kondisi lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam


menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan
menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dalam mengumpulkan ide
cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan
kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Cherry (1976) dan Ayan (2002) mengemukakan beberapa kondisi lingkungan


yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut :

1. Pencahayaan

Cahaya merupakan salah satu sumber energi kreatif paling ampuh, bahkan
cahaya matahari yang terang langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan
pikiran. Kaitan antara cahaya dan energi lahir dan batin ditimbulkan oleh
pengaruh cahaya terhadap kelenjar pineal, para peneliti yakin bahwa melatonin

4
berperan tinggi dalam mengatur kesiangaan san kemampuan kerja fisik dan
mental, sebagaimana unsur kimiawi tubuh lain yang dipengaruhi sinar matahari.

2. Sentuhan warna

Warna memiliki aspek tertentu terhadap lingkungan, dapat membuat kita merasa
penuh energi. Sementara warna lain punya efek menenangkan. Ada beberapa cara
dasar penggunaan warna untuk meciptakan lingkungan kreatif, yaitu

1. Warnailah sebagian besar ruang kelas untuk mendapatkan perasaan siswa


yang di inginkan
2. Buatlah variasi warna sesuatu dengan suasana hati dan kebutuhan yang
berbeda. Banyaknya warna merangsang berbagai pikiran dan perasaan.

3. Seni dalam lingkungan

Istilah seni dalam lingkungan berarti segala sesuatu di dinding, rak dan
semua permukaan sekitar ruangan. Ini meliputi apa saja dimulai dari poster,
hiasang dinding dan foto berbingkai, hingga hiasan kecil, ukiran dan benda seni.

Factor penting dalam meningkatkan kretifitas dikelas adalah peran guru.


Banyak sekali hal yang dapat dilakukan guru disekolah untuk meransang dan
tingkatkan daya pikir siswa, sikap dan prilaku kreatifitas siswa , melalui kegiatan
dalam dan luar kelas. Potensi kreatifitas siswa disekolah dapat ditingkatkan
dengan cara mengusahakan iklim di dalam kelas yang dapat menggugah
kreatifitas siswa. Guru harus menghargai keunikan pribadi dan potensi setiap
siswa dan tidak perlu selalu menuntut dilakukannya hal-hal yang sama ( Utami
munandar 1988).

Pada waktu tertentu siswa diberi kebebasan untuk melakukan atau


membuat sesuatu yang disenangi oleh siswa. Dalam kegiatan belajar berpikir
kreatif dan pemecahan masalah secara kreatif dirangsang dengan mengundang
siswa untuk ajukan pertanyaan, untuk mengemukakan masalah sendiri, untuk
menggunakan imajinasi dalam mengemukakan macam-macam gagasan atau
kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan.

5
Dalam hal ini guru harus banyak member umpan balik dan minta siswa
untuk menilai sendiri produk-produk kreatifitasnya. Guru yang kreatif adalah guru
yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses
kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan
kegiatan kreatif dalam hidupnya.

D. Penerapan Pembelajaran Kreatif

Model pembelajaran Treffingger merupakan model pembelajaran kreatif


yang paling efektif jika diadaptasikan dengan penggunaan kurikulum secara
keseluruhan. Karena memungkinkan modifikasi baik dari materi, proses, produk,
maupun lingkungan. Namun kekuatan yang terbesar adalah modifikasi proses dan
produk.produk belajar juga memmbuka dimensi buku tidak hanya menyangkut
perkembangan keterampilan baru tapi menggunakan keterampilan itu untuk
tantangan kehidupan nyata.

Model Belajar Kreatif paling efektif jika diadaptasi untuk pemggunaan


kurikulum secara menyeluruh, karena memungkinkan modifikasi baik dari materi ,
proses, produk maupun lingkungan. Namun, kekuatannya yang terbesar adalah
dalam modifikasi proses dan produk.

Dalam model ini baik proses kognitif maupun afektif dikembangkan,


dengan rentangan tingkat kompleksitas, dengan rintangan kompleksifitas. Siswa
yang lebih cepat menguasai keterampilan tingkat I atau tingkat II dapat
melanjutkan ke giatan tingkat III, menerapkan apa yang telah mereka ketahui
terhadap masalah atau keadaan baru dan berbeda delam hidupnya. Dengan
demikian siswa belajar keterampilan yang beragam dan mampu menggunakannya
jika diperlukan.

Produk belajar juga membuka dimensi buku. Produk belajar tidak hanya
menyangkut perkembangan keterampilan baru, tetapi menggunakan keterampilan
itu untuk tantangan kehidupan nyata. Jadi, produk belajar adalah masalah yang
dipecahkan dan belajar proses memecahkan masalah. Dengan menggunakan
ketiga tingkat dari model Treffinger, siswa membangun keterampilan

6
menggunakan kemampuan kreatifitas dan menemukan penyaluran untuk
mengungkapkan kreativitas selama hidup.

Teknik pembelajaran kreatif tingkat 1

1. Memberikan pemanasan

Untuk menumbuhkan iklim atau suasana kreatif didalam kelas yang


memungkinkan siswa untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk
mengungkap pikiran dan perasaannya, guru perlu melakukan pemanasan atau
warming up, seperti dilakukan seseorang sebelum berenang, hanya saja disini
pemanasannya adalah secara mental. Jika sebelumnya siswa didalam kelas di
tuntut untuk mengerjakan berbagai tugas yang sangat berstruktur, seperti
mengulang apa yang diucapkan oleh guru, maka siswa memerlukan switch mental
daro proses pemikiran reproduktif dan konvergen ke proses pemikiran divergen
dan imajinatif.

Tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran dan sikap


kreatif menuntut cara dan sikap belajar yang berbeda, lebih bebas, terbuka dan
tertantang untuk berperan secara aktif dan memberanikan diri dan senang
memberanikan diri dan senang memberikan gagasan sebanyak mungkin.

Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tebuka yang


menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa, seperti : “ apa saja yang membuat
kamu merasa senang? Apa saja yang kamu sukai disekolah? Dan apa yang tidak
kamu sukai? “ cara lain yang berhasil adalah dengan mendorong siswa
mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah,seperti misalnya sering terjadi
perkelahian antara siswa.

2. Sumbang saran (brainstroming)

Teknik sumbang saran yang dikembangkan oelh Alex F, Osborn merupakan


teknik yang ampuh untuk meningkatkan gagasan jika diajarkan dan dan
diterapkan dengan tepat. Biasanya sidang sumbang saran dilakukan dalam
kelompok kecil (6-8 orang), meskipun juga dapat sendiri.

7
3. Pertanyaan yang menggangu gagasan

Teknik ini yang juga disebut daftar periksa (check list), dikembangkan oleh
alex osbron meningkatkan tujuan meningkatkan gagasan. Pertanyaan pertanyaan
osbronyang berupa “kata kerja 8 anipulative” membantu seseorang dalam
mengembangkan gagasan kreatif dengan melihat hubungan hubungan baru,
memanipulasi informasi dan gagasan untuk menghasilkan ide ide yang orisinil.

Teknik pembelajaran kreatif tingkat II

1. Synectics

Teknik synectics dikembangkan oleh William J.J Gordon dan merupakan


teknik berfikir kreatif yang menggunakan analogi dan metaphor (kiasan) untuk
membantu pemikir menganalisis masalah dan pengembangan berbagai sudut
tinjau, tidak memerlukan peralatan, kecuali kertas atau papan tulis agar semua
dapat melihatnya. Kegiatan selanjutnya berlangsung dengan seluruh kelas
dipimpin oleh guru atau dalam kelompok kecil dipimpin oleh siswa.

Ada 3 jenis analogi yang digunakan dalam synectics, yaitu analogi fantasi,
analogi langsung, dan analogi pribadi. Yang palingumum digunakan adalah
analogi fantasi, disini siswa mencari pemecahan yang ideal untuk suatu masalah,
termasuk solusi yang aneh dan tidak lazim. Guru dapat meminta siswa
memikirkan bagaimana dapat menggerakkan alat yang berapt dihalaman sekolah.
Siswa dapat menghayalkan analogi seperti makhluk makhluk kecil mengangkat
alat tersebut, menggunakan gajah atau balon raksasa. Seperti pada sumbang saran,
semua gagasan diterima, tidak ada yang di kritik, dan siswa dapat melanjutkan
gagasan siswa lain. Setelah menghasilkan sejumlah fantasi, guru mengajak siswa
melakukan evaluasi praktis dan menganalisis gagasan untuk menemukan yang
mana dapat diterapkan secara praktis.

Bentuk analogi lain adalah analogi langsung. Disini siswa diminta untuk
menemukan situasi masalah sejajar dalam situasi dalam kehidupan nyata,
misalnya bagaimana memindahlan perabot yang berat kedalam ruang kelas.
Membawa anak anaknya. Beda utamanya dengan analogi fantasi dan analogi

8
langsung adalah bahwa analogi fantasi dapat seluruhnya bersifat fiktif, sedangkan
pada analogi langsung masalahnya dikaitkan dengan kehidupan nyata. Juga disini
semua gagasan siswa diterima untuk kemudian ditinjau kemungkinan
penerapannya secara praktis.

Analogi pribadi menurut siswa menempatkan dirinya dalam peran masalah itu
sendiri. Misalnya jika saay sebuah ayunan ditempat bermain dan ingin pindah
ketempat lain, apa yang akan saya lakukan? Saya akan berayun jauh dan tinggi
dan sampai saya dapat meraih pohon (seperti tarzan) saya dapat sampai ditempat
yang saya inginkan”.

Teknik synectics merupakan cara yang menyenangkan untuk melibatkan


siswa dalam diskusi yang imaginatif dan menghasilkan strategi pemecahan
masalah yang tidak lazim tetapi dapat dilaksanakan.

2. Futuristics

Mengajar dengan pandangan masa depan amat penting agar siswa berbakat
kelak dapat menggunakan kemampuan mereka untuk membantu menciptakan
masa depan. Yang termasuk futurist yang paling terkenal di Amerika Serikat,
menyatakan bahwa siswa perlu dibantu dalam mengaitkan perubahan yang akan
terjadi didunia denganperubahan dalam kehidupan mereka sendiri.

Tujuan khusus untuk mengajar dengan pandangan masa depan adalah:

1. Memberikan siswaz cara-cara berpikir tentang masa depan yang lebih baik,
lebih canggih dan lebih positif.
2. Membekali siswa dengan keterampilan dan konsep yang perlu untuk
memahami sistem-sistem yang kompleks.
3. Membanatu siswa menemukali dan memahami masalah-masalah utama
yang timbul pada masa depan
4. Membantu siswa memahami perubahan dan bagaimana menghadapinya.
5. Keterampilan khusus yang dapat digunakan pada futuristics ialah menulis
scenario, menggambar roda masa depan, dan trending yang menggunakan

9
pertanyaan untuk mengidentifikasi kecendrungan yang ada dan ang akan
timbul

Teknik pembelajaran kreatif tingkat III

Jika pada tingkat I siswa perlu belajar untuk membuka dirinya terhadap
pertanyaan pertanyaan yang berakhir terbuka dan terhadap kemungkinan
memberikan banyak gagasan atau pemecahan masalah seperti pada teknik
sumbang saran dan terknik pertanyaan yang memicu gagasan. Pada tingkat II
siswa diajak untuk lebih meluaskan pemikiran mereka dan berperan serta dalam
kegiatan yang lebih majemuk dan menantang, seperti pada teknik synectics dan
futuristic, pada tingkat III siswa dilibatkan dalam tantangan dalam masalah nyata.
Ia menjadi seseorang peneliti dan penelitiannya menggunakan teknik teknik
kreatif yang ada pada tingkat I dan II.

Pemecahan masalah secara kreatif. proses ini meliputi 5 langkah, yakni


menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi,
dan menemukan penerimaan (shallcross)

Proses lima tahap. Teknik pemecahan masalah secara kreatif yang dikemukakan
oleh shallcross meliputi lima tahap, yaitu orientasi, persiapan, pengagasan,
penilaian, dan pelaksanaan atau implementasi.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :

1. Pengajaran kreatif ialah pengajaran untuk mengembangkan kreativitas


siswa, yang meliputi adanya hubunga kreatif guru-siswa dan
digunakannya metode-metode mengajar kreatif.
2. Pengajaran kreatif memungkinkan siswa belajr kreatif, yaitu belajar yang
mengasyikkan, yang menggerakkan potensi kreaitvitas.
3. Kondisi lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam
menumbuh kembangkan kreativitas seperti penataan ruangan kelas baik
warna maupun keadaan alam

11
DAFTAR PUSTAKA

http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/11/model-treffinger-untuk-belajar-
kreatif.html. (di akses pada 3 desember 2019)

http://miazart.blogspot.com/2011/02/pembelajaran-kreatif.html. (di akses pada 3


desember 2019)

http://ribkayovitasyam.blogspot.com/2015/05/makalah-pengembangan-
kreativitas-dan.html. (di akses pada 3 desember 2019)

https://www.kompasiana.com /pembelajaran-kreatif-kebutuhan-pendidikan-
kekinian. (di akses pada 3 desember 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai