Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF


(BELAJAR KONSEP MENURUT BRUNER)

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd.
Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
I Putu Wahyudi Maylastika Utama 1913021004
Putu Indah Aryantini Putri 1913021008
Shaffani Anggia Latifah Taufik 1913021010
Kelas 2A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah dengan judul “Teori Belajar Kognitif (Belajar
Konsep Menurut Bruner)” ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengempu mata kuliah
Wawasan Pendidikan, Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. dan Ni Putu Ayu Hervina
Sanjayanti, M.Pd. yang membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
karya ilmiah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Ibaratkantakadagading yang tak retak,
kamimenyadariketerbatasandarikemampuankamididalampenyusunanmakalahini.
Kamisadarakankekurangan pada
makalahbaikmaterimaupuncarapenyajiantulisannya yang masihjauhdari kata
sempurna. Untukitukamiharapkankritik dan juga saran yang
membangununtukpengembangan dan kesempurnaanmakalahini. Akhir kata
semogamakalahinidapatbermanfaatbagisemuapihak.

Singaraja, 23 Maret 2020


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Teori Belajar Kognitif secara Umum......................................................................4
2.2 Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner...................................................................5
A. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Menurut Bruner.......................................5

B. Fase-Fase dalam Proses Belajar Menurut Bruner...........................................7

C. Prinsisp Teori Belajar Kognitif menurut Bruner............................................8

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner........................9


2.4 Implementasi Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner dalam Proses Pembelajaran
..........................................................................................................................11
PENUTUP........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan
manusia, karena pada hakekatnya manusia terlahir seperti kertas putih yang
masih kosong dan bersih. Kemudian kertas kosong tersebut akan sedikit
demi sedikit terisi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang
diterima selama hidup. Maka dari itu manusia perlu untuk belajar agar dapat
menjalani hidup dengan baik dan dapat bermanfaat di masyarakat.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku hingga
sikap. Berbicara tentang belajar dan pembelajaran merupakan sesuatu yang
tidak akan pernah habis untuk dibahas karena seiring dengan perkembangan
zaman maka konsep tentang belajar dan pembelajaran juga semakin
berkembang. Sampai saat ini, dikenal beberapa teori belajar, antara lain:
teori belajar behavioristik, teori belajar kognitivistik, teori belajar
konstruktivistik maupun teori belajar sosial. Teori-teori tersebut sampai saat
ini masih dapat dirasakan pengaruhnya di dalam praktik belajar secara
nyata. Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan
dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar, penggunaan teori belajar dengan langkah-langkah
pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran serta penggunaan
penyampaian pesan yang baik dapat memberikan kemudahan kepada siswa
dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan
terasa lebih menyenangkan dan santai. Proses belajar pada hakikatnya
adalah kegiatan mental yang tidak tampak. Maksudnya, proses perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat disaksikan
dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan perilaku.
Teori belajar perilaku (Behavioristik) lebih menekankan pada suatu
perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui keterkaitannya
stimulus-stimulus dan respon-respon. Sedangkan pada teori belajar kognitif

1
lebih menekankan pada proses perolehan atau perubahan pemahaman,
pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola berfikir. Salah satu teori
belajar kognitif dikembangkan oleh Jerome Bruner. Untuk dapat lebih
memahami tentang teori belajar kognitif yang dikemukaan oleh Jerome
Bruner ini, maka dari itu penulis mencoba menulis makalah yang berjudul
“Teori Belajar Kognitif (Belajar Konsep Menurut Bruner)”, dengan harapan
dapat menambah pengetahuan penulis dan juga pembaca tentunya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang
diangkat dalam makalah ini adalah:
1). Bagaimana pengertian teori belajar kognitif secara umum?
2). Bagaimana pengertian teori belajar kognitif menurut Bruner?
3). Bagaimana kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif menurut
Bruner?
4). Bagaimana implementasi teori belajar kognitif menurut Bruner dalam
proses pembelajaran?

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari makalah ini
adalah:
1). Memahami pengertian teori belajar kognitif secara umum.
2). Memahami pengertian teori belajar kognitif menurut Bruner.
3). Memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif menurut
Bruner.
4). Mengetahui implementasi teori belajar kognitif menurut Bruner dalam
proses pembelajaran.

1.4 Manfaat
1). Bagi Penulis
Dari penyusunan makalah penulis mendapatkan kesempatan membuat
makalah yang baik, dan diharapkan penulis memiliki pengalaman dalam

2
pembuatan makalah yang dapat dipergunakan untuk keperluan keperluan
lainnya. Melalui pembahasan makalah ini penulis mendapatkan wawasan
tentang teori belajar kognitif khususnya belajar konsep yang dikemukakan
oleh Bruner.
2). Bagi Pembaca
Melalui makalah ini penulis berharap pembaca dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai teori belajar kognitif khususnya
belajar konsep yang dikemukakan oleh Bruner.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Kognitif secara Umum


Sebelum belajar dan memahami lebih jauh teori belajar kognitif menurut
Jerome S. Bruner, alangkah lebih baik jika kita memahami terlebih dahulu
pengertian dari teori belajar kognitif secara umum. Sehubungan dengan
kelemahan teori behavioristik, yang telah dikemukakan banyak para ahli dan
pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap pemahaman teori
behavioristik yang dimana dikatakan belajar sekedar hubungan antara
stimulus dan respon. Menurut teori belajar kognitif perilaku seorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut teori ini belajar merupakan
proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi
dan aspek kejiwaan lainnya.
Teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih memfokuskan proses
belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut aliran kognitif belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Menurut teori
kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan (Siregar dan Hartini,
2015).
Jadi dapat dikatakan, teori belajar kognitif lebih menekankan pada
bagaimana proses dalam belajar daripada hasil dari belajar tersebut. Dimana
proes belajar itu bukanlah suatu hal yang sederhana akan tetapi kompleks,
bisa meliputi proses, bagaimana seseorang itu memperoleh suatu
pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwannya dan respon yang ditimbulkan dari
kegiatan belajar.
Dalam teori belajar kognitif, belajar dipandang sebagai usaha untuk
memahami dan mengerti akan suatu hal. Menghubung-hubungkan informasi
yang baru didapat dengan pemahaman yang sudah adadan tersimpan di dalam
otak. Sehingga dalam teori belajar kognitif ini, peran aktif dan kebebasan
siswa dalam proses belajar sangat diutamakan.

4
Teori belajar psikologi kognitif ini dikemukakan dan dikembangkan oleh
beberapa ahli, diantaranya yaitu: Jean Piaget, Jerome S. Bruner, Ausubel,
Gagne.

2.2 Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner


Jerome Seymour Bruner dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1915 di New
York City. Bruner adalah salah satu ahli psikologi yang paling berpengaruh
pada abad ke-20. Beliau telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang
memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berpikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai
perkembangan kognitif manusia,bagaimana manusia belajar atau memperoleh
pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan.
Dasar pemikirannya menjelaskan bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir
dan pencipta informasi. Terdapat tiga proses kognitif yang terjadi dalam
belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses
mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui
kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang
diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain.
Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan.
Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery learning). Bruner
menganggap bahwa dengan belajar penemuan dimana seseorang menemukan
sendiri tentang suatu pengetahuan, definisi atau pemahaman secara aktif dan
mandiri memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif
dengan konsep dan prisnsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen yang secara tidak langsung mengarahkan mereka
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Didalam proses belajar Bruner lebih mementingkan partisipasi aktif
siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk

5
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “Discovery
learning environment” yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. (Slamet, dalam Jurnal Retno Widyaningrum, 2011:68)
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah
dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu Didalam proses
belajar Bruner lebih mementigkan partisipasi aktif siswa dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
A. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Menurut Bruner
Menurut J. Bruner belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-
tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran
(struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. (Slamet, dalam Jurnal
Retno Widyaningrum, 2011:69) Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh-sungguh, yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal
jika pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap pembelajaran sebagai
berikut:
1) Tahap Enaktif
Merupakan suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari
secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang
nyata. Dimana siswa terlibat secara langsung dalam manipulasi objek,
dengan memanipulasi siswa dapat memegang, menggerakkan, dan
merasakan benda-benda konkret (makin banyak indra yang digunakan
makin baik). Dari pengalaman melakukan aktifitas belajar tersebut
mereka dapat mengingat dan merasakan dalam benak siswa sendiri
terhadap proses kegiatannya, sehingga dapat menemukan ide-ide dan
struktur-struktur tentang konsep.
2) Tahap Ikonik
Merupakan suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual

6
imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret
atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini,
siswa tidak memanipulasi secara langsung objek-objek seperti dalam
tahap enaktif melainkan sudah dapat memanipulasi dengan
menggunakan gambaran dari objek.
3) Tahap Simbolik
Merupakan suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik symbol-
simbol verbal (misalkan hurufhuruf, kata-kata atau kalimat-kalimat),
lambang-lambang Matematika maupun lambang-lambang abstrak
lainnya. Dalam tahap ini, siswa dapat memanipulasi simbol-simbol
secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya denganobjekobjek.

Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran


diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama
ini dirasa cukup, siswa beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap
belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik. Selanjutnya
kegiatan belajar itu dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan
menggunakan modus representasi simbolik. Bruner menegaskan bahwa guru
yang efektif harus membantu pembelajar dan memimbingnya untuk melewati
ketiga fase tersebut, dengan suatu proses yang disebut Scaffolding. Inilah cara
siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding, siswa
dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah bahwa guru harus
memandu para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis
penegtahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan
(rote memorization). Informasi-informasi baru dipahami siswa dengan cara
mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang
dimilikinya. Menurut Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur kognitif, yang
kemudian menciptakan makna dan mengizinkan individu memahami secara
mendalam informasi baru yang diberikan.

7
B. Fase-Fase dalam Proses Belajar Menurut Bruner
Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruk
gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Pembelajar memilih dan mengolah informasi,membangun
hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam struktur
kognitifnya.
Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut
timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya berkaitan secara
berurutan. Menurut Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga
fase, yaitu:
1) Informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada
pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam
pengetauan yang sebelumnya.
2) Transformasi, dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis,
diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual.
3) Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
memecakan masalah yang dihadapi.

C. Prinsisp Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner


Sebagai psikolog Bruner lebih memperhatikan perkembangan
kemampuan mental. Berkaitan masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil
tentang intruksi. Ada dua sifat dalam teori intruksi yaitu preskriptif dan
normative. Preskriptif berhubungan dengan mekanisme penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan tekhnik pengukuran atau evaluasi hasil.
Sedangkan normative berhubungan dengan penguasaan penentuan dan

8
kondisi tujuan. Untuk itu dalam proses belajar discovery memiliki prisnsip-
psinsip sebagai berikut:
1) Semakain tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin
meningkat pula ketidaktergantungan individu terhadap stimulus yang
diberikan.
2) Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan
internal untuk menyimpan dan memproses informasi. Data yang diterima
orang dari luar perlu diolah secara mental.
3) Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk
mengutarakan pendapat dan gagasan melalui simbol.
4) Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang
sistematik antara pengajar dan yang peserta didik.
5) Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memikirkan beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian
kepada beberapa stimulus dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.
(Abdul Halamid, dalam Jurnal Zulfikar Ali Buto, 2010:64)

Prinsip-prinsip di atas dapat terlihat jelas bahwa teori discovery atau


belajar penemuan sangat memberi perhatian tinggi terhadap perkembangan
kognitif peserta didik. Baik secara teori mupun apilikasi yang hendak
dikerjakan di dalam kelas atau lingkungan.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner


Teori adalah hasil kesimpulan yang ditemukan secara ilmiah. Ilmiah
artinya dapat berlaku dalam waktu tertentu sampai ada pembaharuan atau
hasil penemuan yang baru dan teruji kebenarannya secara ilmiah pula. Teori
yang dihasilkan juga tentu ada sisi kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Berikut kelebihan atau keunggulan pengetahuan yang diperoleh dengan
belajar discovery atau penemuan menunjukkan adalah sebagai berikut:

9
1) Pengetahuan itu akan bertahan lebih lama atau lama dapat diingat,
mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dengan cara-cara yang lain.
2) Sebagian itu belajar penemuan memiliki hasil belajar yang mempunyai
efek transfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya. Artinya konsep-
konsep yang ditemukan menjadi milik kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi baru atau pada saat dibutuhkan.
3) Disisi lainnya secara menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan
penalaran belajar suatu topik, meningkatkan kemampuan untuk berpikir
secara bebas dan sistimatis. Khususnya lagi belajar penemuan mampu
melatih keterampilan kognitif pelajar untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. (Abdul Halamid,
dalam Jurnal Zulfikar Ali Buto, 2010:65)
Pendapat lain juga dikemukan bahwa belajar penemuan akan
memberikan keleluasaan siswa dalam memecahkan masalah di bidangnya.
Membiarkan siswa memecahkan masalah dan menentukan makna
memungkinkan mereka belajar konsep dengan bahasa yang diketahui dan
melalui modus representasi yang dimiliki. (Nurhalayati, dalam Jurnal
Zulfikar Ali Buto, 2010:65)
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan
waktu. Karena itu, dalam bukunya the relevance of education (1971) ia
menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan
sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarahkan pada struktur bidang
studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar
dan prinsip-prinsip dari bidang studi. Bila seorang siswa telah menguasasi
struktur atas dasar maka tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan
pelajaran lain dalam bidang studi yang sama, dan ia akan lebih mudah ingat
akan bahan baru itu, hal ini disebabkan karena ia telah memperoleh kerangka
pengetahuan yang esensial dalam bidang studi ini dan dengan demikian dapat
memahami hal-hal yang mendetail. Ini menunjukkan bahwa selain teori ini

10
memiliki sisi keunggulan tersendiri ia juga memiliki kekurangan dari analisis
penulis dari paparan di atas sebagai berikut:
1) Dari sekian bidang studi yang ada tidak semua bidang studi atau sub
judul bidang studi dapat dilakukan dengan teori belajar penemuan.
2) Tidak semua peserta didik mampu diajak kerja sama melakukan proses
berpikir sebagaimana yang diharapkan.
3) Sulitnya teori ini diterapan pada budaya masyarakat yang berlainan
antara satu daerah dengan daerah yang lain.
4) Teori ini relative sulit karena akan memakan waktu yang relative lama,
dikarenakan siswa kurang terbiasa untuk melakukan proses berpikir
individu juga kelompok. (Abdul Halamid, dalam Jurnal Zulfikar Ali
Buto, 2010:66)

2.4 Implementasi Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner dalam Proses


Pembelajaran
Teori belajar discovery yang dihasilkan oleh Bruner dapat memberikan
masukan yang sangat besar bagi perkembangan ranah kognitif siswa. Ranah
kognitif siswa memilki ketergantungan terhadap informasi yang diperoleh
melalui proses yang dijalaninya, semakin banyak informasi yang diserap lalu
mampu dianalisa dengan baik, maka semakin besar pula ranah kognitif yang
ditemukan, sebaliknya semakin kecil ruang lingkup informasi yang
ditemukan maka sungguh semakin kecil kemungkinan ranah kognitif ini
berproses pada diri seseorang (peserta didik). Secara garis besar proses
pengembangan ranah kognitif seseorang dapat diperoleh melalui banyak
strategi, baik secara drill, pemecahan masalah, penugasan sampai pada
strategi inkuiri. Walau staregi inkuiri dikatakan berbeda pada inti tujuannya,
namun menurut penulis strategi inkuiri adalah salah satu cara untuk
memperkaya dan memenuhi perkembangan kognitif seseorang.
Zaman yang semakin canggih dewasa ini memberikan peluang yang luas
untuk pengembangan ranah kognitif tersebut, selain alat teknologi yang telah
mendunia, dari wilayah ibu kota, masyarakat menengah hingga masyarakat
pesisir telah dapat diakses kapanpun mereka inginkan. Tinggal lagi

11
kemampuan, motivasi serta pemberdayaan alat tersebut mampu atau tidak
digunakan sesuai dengan tujuan dan manfaat dari yang sesungguhnya. Bagai
teori Bruner misalkan, jika siswa ingin lebih terbuka untuk mencari melalui
dunia maya sah-sah saja, atau melalui bertanya kepada siapa yang lebih tahu,
dan dapat pula dicari melalui buku-buku klasik (pustaka) untuk memperkaya
pengetahuannya dahulu hingga perkembangan dunia sekarang. Hal ini sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh Bruner tentang pembelajaran sains
misalkan, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup
kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak berpikir secara
matematika bagi dirinya sindiri, berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan. Pengetahuan itu adalah proses bukan suatu produk yang lahir
begitu saja dari diri seseorang. Dalam bidang fisika, penerapan konsep belajar
kognitif Bruner dapat dilihat dari seorang guru yang memberikan pemahaman
suatu rumus kepada muridnya, tidak hanya sampai disitu, guru juga
dianjurkan memberikan praktikum kepada murid agar dapat lebih memahami
rumus yang telah diberikan sebelumnya. Sehingga, melalui pengertian rumus
dan pengenalan praktikum diharapkan murid dapat memahami konsep lebih
dalam.
Ungkapan di atas bertujuan untuk menjelaskan tujuan-tujuan mengajar
hanya dapat diuraikan secar garis besar, dan dapat dicapai dengan cara-cara
yang tidak perlu sama oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama.
Terlihat jelas dari proses belajar discovery Bruner memberikan kebebasan
sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau
kelompok, dalam suatu Tanya jawab dengan guru, atau oleh guru, atau oleh
siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian, proses belajar discovery menjadikan guru sebagai peran
yang penting dalam proses pembelajaran namun tidak hanya mengajar secara
klasikal dengan metode ceramah.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih memfokuskan
proses belajar daripada hasil belajar. Teori belajar kognitif menurut
Jerome Seymour Bruner mengatakan bahwa dengan belajar
penemuan seseorang dapat memahami sendiri tentang suatu
pengetahuan dan pemahaman secara mandiri sehingga dapat
memberikan hasil yang baik.
2. Dalam teorinya, Bruner menganggap seorang guru harus
membangun suatu pengertian kepada muridnya, agar tidak hanya
dihafal namun harus melalui proses pengertian. Maka, dalam proses
pembelajaran harus melewati tiga fase, yaitu informasi, tranformasi
dan evaluasi.
3. Teori belajar kognitif Bruner memilki kelemahan dan kelebihan
dalam pelaksanaannya. Implementasi teori belajar kognitif dalam
bidang fisika misalnya
4.

13
DAFTAR PUSTAKA

Siregar,E dan Hartini Nara. 2015. Teroi Belajar dan Pembelajaran. Bogor :
Ghalia indonesia.
Hawa, Siti.
Widyaningrum, Retno. 2011. “Tahapan J. Bruner Dalam Pembelajaran
Matematika pada Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Sekolah
Dasar (SD/MI)”. Jurnal Cendekia Vol. 9 No. 1. Tersedia:
https://www.google.com/url?q=https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php
/cendekia/article/download/
865/677&sa=U&ved=2ahUKEwj9svfC8rDoAhVTeH0KHZyuDbcQFjAAeg
QIBBAB&usg=AOvVaw0roLlrRxnW1EE_y08a6Bw5. Diakses pada 23
Maret 2020.
Buto, Zulfikar Ali . 2010. “Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam
Nuansa Pendidikan Modern”. Millah Edisi Khusus Desember 2010.
Tersedia:
https://www.google.com/url?q=https://journal.uii.ac.id/Millah/article/
download/
2351/2146&sa=U&ved=2ahUKEwj9svfC8rDoAhVTeH0KHZyuDbcQFjA
CegQICRAB&usg=AOvVaw3yTDR0a6zH0w6uuUHQTvTe. Diakses pada
23 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai