DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd.
Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti, M.Pd.
DISUSUN OLEH:
I Putu Wahyudi Maylastika Utama 1913021004
Putu Indah Aryantini Putri 1913021008
Shaffani Anggia Latifah Taufik 1913021010
Kelas 2A
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Teori Belajar Kognitif secara Umum......................................................................4
2.2 Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner...................................................................5
A. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Menurut Bruner.......................................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih menekankan pada proses perolehan atau perubahan pemahaman,
pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola berfikir. Salah satu teori
belajar kognitif dikembangkan oleh Jerome Bruner. Untuk dapat lebih
memahami tentang teori belajar kognitif yang dikemukaan oleh Jerome
Bruner ini, maka dari itu penulis mencoba menulis makalah yang berjudul
“Teori Belajar Kognitif (Belajar Konsep Menurut Bruner)”, dengan harapan
dapat menambah pengetahuan penulis dan juga pembaca tentunya.
1.4 Manfaat
1). Bagi Penulis
Dari penyusunan makalah penulis mendapatkan kesempatan membuat
makalah yang baik, dan diharapkan penulis memiliki pengalaman dalam
2
pembuatan makalah yang dapat dipergunakan untuk keperluan keperluan
lainnya. Melalui pembahasan makalah ini penulis mendapatkan wawasan
tentang teori belajar kognitif khususnya belajar konsep yang dikemukakan
oleh Bruner.
2). Bagi Pembaca
Melalui makalah ini penulis berharap pembaca dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai teori belajar kognitif khususnya
belajar konsep yang dikemukakan oleh Bruner.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Teori belajar psikologi kognitif ini dikemukakan dan dikembangkan oleh
beberapa ahli, diantaranya yaitu: Jean Piaget, Jerome S. Bruner, Ausubel,
Gagne.
5
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “Discovery
learning environment” yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. (Slamet, dalam Jurnal Retno Widyaningrum, 2011:68)
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah
dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu Didalam proses
belajar Bruner lebih mementigkan partisipasi aktif siswa dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
A. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Menurut Bruner
Menurut J. Bruner belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-
tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran
(struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. (Slamet, dalam Jurnal
Retno Widyaningrum, 2011:69) Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh-sungguh, yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal
jika pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap pembelajaran sebagai
berikut:
1) Tahap Enaktif
Merupakan suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari
secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang
nyata. Dimana siswa terlibat secara langsung dalam manipulasi objek,
dengan memanipulasi siswa dapat memegang, menggerakkan, dan
merasakan benda-benda konkret (makin banyak indra yang digunakan
makin baik). Dari pengalaman melakukan aktifitas belajar tersebut
mereka dapat mengingat dan merasakan dalam benak siswa sendiri
terhadap proses kegiatannya, sehingga dapat menemukan ide-ide dan
struktur-struktur tentang konsep.
2) Tahap Ikonik
Merupakan suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
6
imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret
atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini,
siswa tidak memanipulasi secara langsung objek-objek seperti dalam
tahap enaktif melainkan sudah dapat memanipulasi dengan
menggunakan gambaran dari objek.
3) Tahap Simbolik
Merupakan suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik symbol-
simbol verbal (misalkan hurufhuruf, kata-kata atau kalimat-kalimat),
lambang-lambang Matematika maupun lambang-lambang abstrak
lainnya. Dalam tahap ini, siswa dapat memanipulasi simbol-simbol
secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya denganobjekobjek.
7
B. Fase-Fase dalam Proses Belajar Menurut Bruner
Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruk
gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Pembelajar memilih dan mengolah informasi,membangun
hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam struktur
kognitifnya.
Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan tersebut
timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya berkaitan secara
berurutan. Menurut Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga
fase, yaitu:
1) Informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri sendiri ada
pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam
pengetauan yang sebelumnya.
2) Transformasi, dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis,
diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual.
3) Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
memecakan masalah yang dihadapi.
8
kondisi tujuan. Untuk itu dalam proses belajar discovery memiliki prisnsip-
psinsip sebagai berikut:
1) Semakain tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin
meningkat pula ketidaktergantungan individu terhadap stimulus yang
diberikan.
2) Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan
internal untuk menyimpan dan memproses informasi. Data yang diterima
orang dari luar perlu diolah secara mental.
3) Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk
mengutarakan pendapat dan gagasan melalui simbol.
4) Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang
sistematik antara pengajar dan yang peserta didik.
5) Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memikirkan beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian
kepada beberapa stimulus dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.
(Abdul Halamid, dalam Jurnal Zulfikar Ali Buto, 2010:64)
9
1) Pengetahuan itu akan bertahan lebih lama atau lama dapat diingat,
mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dengan cara-cara yang lain.
2) Sebagian itu belajar penemuan memiliki hasil belajar yang mempunyai
efek transfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya. Artinya konsep-
konsep yang ditemukan menjadi milik kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi baru atau pada saat dibutuhkan.
3) Disisi lainnya secara menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan
penalaran belajar suatu topik, meningkatkan kemampuan untuk berpikir
secara bebas dan sistimatis. Khususnya lagi belajar penemuan mampu
melatih keterampilan kognitif pelajar untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. (Abdul Halamid,
dalam Jurnal Zulfikar Ali Buto, 2010:65)
Pendapat lain juga dikemukan bahwa belajar penemuan akan
memberikan keleluasaan siswa dalam memecahkan masalah di bidangnya.
Membiarkan siswa memecahkan masalah dan menentukan makna
memungkinkan mereka belajar konsep dengan bahasa yang diketahui dan
melalui modus representasi yang dimiliki. (Nurhalayati, dalam Jurnal
Zulfikar Ali Buto, 2010:65)
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan
waktu. Karena itu, dalam bukunya the relevance of education (1971) ia
menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan
sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan mengarahkan pada struktur bidang
studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar
dan prinsip-prinsip dari bidang studi. Bila seorang siswa telah menguasasi
struktur atas dasar maka tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan
pelajaran lain dalam bidang studi yang sama, dan ia akan lebih mudah ingat
akan bahan baru itu, hal ini disebabkan karena ia telah memperoleh kerangka
pengetahuan yang esensial dalam bidang studi ini dan dengan demikian dapat
memahami hal-hal yang mendetail. Ini menunjukkan bahwa selain teori ini
10
memiliki sisi keunggulan tersendiri ia juga memiliki kekurangan dari analisis
penulis dari paparan di atas sebagai berikut:
1) Dari sekian bidang studi yang ada tidak semua bidang studi atau sub
judul bidang studi dapat dilakukan dengan teori belajar penemuan.
2) Tidak semua peserta didik mampu diajak kerja sama melakukan proses
berpikir sebagaimana yang diharapkan.
3) Sulitnya teori ini diterapan pada budaya masyarakat yang berlainan
antara satu daerah dengan daerah yang lain.
4) Teori ini relative sulit karena akan memakan waktu yang relative lama,
dikarenakan siswa kurang terbiasa untuk melakukan proses berpikir
individu juga kelompok. (Abdul Halamid, dalam Jurnal Zulfikar Ali
Buto, 2010:66)
11
kemampuan, motivasi serta pemberdayaan alat tersebut mampu atau tidak
digunakan sesuai dengan tujuan dan manfaat dari yang sesungguhnya. Bagai
teori Bruner misalkan, jika siswa ingin lebih terbuka untuk mencari melalui
dunia maya sah-sah saja, atau melalui bertanya kepada siapa yang lebih tahu,
dan dapat pula dicari melalui buku-buku klasik (pustaka) untuk memperkaya
pengetahuannya dahulu hingga perkembangan dunia sekarang. Hal ini sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh Bruner tentang pembelajaran sains
misalkan, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup
kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak berpikir secara
matematika bagi dirinya sindiri, berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan. Pengetahuan itu adalah proses bukan suatu produk yang lahir
begitu saja dari diri seseorang. Dalam bidang fisika, penerapan konsep belajar
kognitif Bruner dapat dilihat dari seorang guru yang memberikan pemahaman
suatu rumus kepada muridnya, tidak hanya sampai disitu, guru juga
dianjurkan memberikan praktikum kepada murid agar dapat lebih memahami
rumus yang telah diberikan sebelumnya. Sehingga, melalui pengertian rumus
dan pengenalan praktikum diharapkan murid dapat memahami konsep lebih
dalam.
Ungkapan di atas bertujuan untuk menjelaskan tujuan-tujuan mengajar
hanya dapat diuraikan secar garis besar, dan dapat dicapai dengan cara-cara
yang tidak perlu sama oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama.
Terlihat jelas dari proses belajar discovery Bruner memberikan kebebasan
sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau
kelompok, dalam suatu Tanya jawab dengan guru, atau oleh guru, atau oleh
siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian, proses belajar discovery menjadikan guru sebagai peran
yang penting dalam proses pembelajaran namun tidak hanya mengajar secara
klasikal dengan metode ceramah.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Teori belajar kognitif merupakan teori yang lebih memfokuskan
proses belajar daripada hasil belajar. Teori belajar kognitif menurut
Jerome Seymour Bruner mengatakan bahwa dengan belajar
penemuan seseorang dapat memahami sendiri tentang suatu
pengetahuan dan pemahaman secara mandiri sehingga dapat
memberikan hasil yang baik.
2. Dalam teorinya, Bruner menganggap seorang guru harus
membangun suatu pengertian kepada muridnya, agar tidak hanya
dihafal namun harus melalui proses pengertian. Maka, dalam proses
pembelajaran harus melewati tiga fase, yaitu informasi, tranformasi
dan evaluasi.
3. Teori belajar kognitif Bruner memilki kelemahan dan kelebihan
dalam pelaksanaannya. Implementasi teori belajar kognitif dalam
bidang fisika misalnya
4.
13
DAFTAR PUSTAKA
Siregar,E dan Hartini Nara. 2015. Teroi Belajar dan Pembelajaran. Bogor :
Ghalia indonesia.
Hawa, Siti.
Widyaningrum, Retno. 2011. “Tahapan J. Bruner Dalam Pembelajaran
Matematika pada Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di Sekolah
Dasar (SD/MI)”. Jurnal Cendekia Vol. 9 No. 1. Tersedia:
https://www.google.com/url?q=https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php
/cendekia/article/download/
865/677&sa=U&ved=2ahUKEwj9svfC8rDoAhVTeH0KHZyuDbcQFjAAeg
QIBBAB&usg=AOvVaw0roLlrRxnW1EE_y08a6Bw5. Diakses pada 23
Maret 2020.
Buto, Zulfikar Ali . 2010. “Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam
Nuansa Pendidikan Modern”. Millah Edisi Khusus Desember 2010.
Tersedia:
https://www.google.com/url?q=https://journal.uii.ac.id/Millah/article/
download/
2351/2146&sa=U&ved=2ahUKEwj9svfC8rDoAhVTeH0KHZyuDbcQFjA
CegQICRAB&usg=AOvVaw3yTDR0a6zH0w6uuUHQTvTe. Diakses pada
23 Maret 2020.