Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan


diciptakan dan diselenggarakan. Masing- masing pelayanan itu berguna dan
memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak yang positif
terhadap kelangsungan dan perkembangan kehidupan itu, khususnya dalam bidang
tertentu yang menjadi focus pelayanan yang dimaksud. Misalnya pelayanan kesehatan,
pelayanan hokum, pelayanan di restoran/ toko- took.
Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat ataupun
keuntungan yang dapat diberikan oleh pelayanan yang dimaksud. Suatu pelayanan
dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun
tidak bermanfaat.
Bila ditinjau dari segi kegunaan/ manfaat, fungsi- fungsi itu antara lain terdiri:
Fungsi Pencegahan
Fungsi pengentasan/ penyembuhan
Fungsi pengembangan

Fungsi Pencegahan
Pengertian pencegahan
Dalam dunia kesehatan mental, pencegahan didefinisikan sebagai upaya
mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana. Lingkungan yang dapat
menimbulkan kesulitan/ kerugian itu benar- benar terjadi. Dalam definisi itu,
perhatian terhadap lingkungan mendapat perhatian utama. Lingkungan yang baik akan
memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena itu lingkungan harus
dipelihara dan dikembangkan.
Berkenaan dengan upaya pencegahan, George Albee (dalam Horner & Mc Elhanay,
1993) mengemukakan rumus sebagai berikut:
KM = (O+S)/(1+2+3)
Keterangan:
KM: Kondisi masalah
O: Faktor organic
S: Stres
1: Kemampuan memecahkan masalah
2: Penilaian positif terhadap diri sendiri (self- esteem)
3: Dukungan kelompok
Secara verbal rumusan diatas mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan kondisi
factor organic dan sters akan meningkatkan kondisi bermasalah pada diri individu,
apabila factor kemampuan memecahkan masalah, self esteem dan dukungan
kelompok tetap.
Aplikasi rumus tersebbut terhadap upaya pencegahan, bahwa:
Mencegah adalah menghindari timbulnya/ meningkatnya kondisi bermasalah pada diri
klien
Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan factor orgaik dan stress
Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif
terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok
Dikaitkan dengan definisi pencegahan yang menekankan pada aspek lingkungan itu,
rumus George Albee memperlihatkan hal- hal yang lebih spesifik dan lebih luas.
Rumus tersebut menekankan pentingnya baik unsure- unsure lingkungan maupun dari
individu.
Upaya pencegahan
Sejak lama telah timbul dua sikap yang berbeda terhadap upaya pencegahan,
khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptic dan optimistic. Sikap
skeptic, meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu yang bagus namun
meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat dilakukan. Namun sebaliknya,
golongan yang bersikap optimistic menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat
penting dan pelaksanaannya harus diusahakan. Mereka sangat menekankan tentang
pengaruh hubungan timbal balik antara lingkungan dan organism (individu) terhadap
yang bersangkutan.
Upaya yang dilakukan seorang konselor dalam rangka melaksanakan fungsi
pencegahan:
1. Mendorong perbaikan lingkungan yang jika diberikan akan berdampak negative
terhadap individu yang bersangkutan
2. Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien
3. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal- hal yang diperlukan dan
mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya
4. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko
yang besar dan melakukan sesuatu yang akan meberikan manfaat
5. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

Mengubah dan memperbaiki lingkungan seringkali sangat sulit dilakukan oleh


konselor. Namun demikian, upaya pencegahan harus tetap diusahakan. Munro,
Mathey & Small (1979) mengajukan tentang “upaya politik” untuk menggulangi
lingkungan individu yang kurang menguntungkan. Upaya mendorong peningkatan
kondisi pribadi klien dapat diselenggarakan secara langsung terhadap individu/ klien
yang bersangkutan.
Peningkatan kemampuan khusus individu diperlukan untuk memperkuat
perkembangan dan kehidupannya. Peningkatan kemampuan khusus individu tersebut
sangat erat terkait dengan peningkatan kondisi- kondisi pribadi klien yang telah
dikemukakan. Melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu seringkali merupakan
kondisi pada diri individu yang menimbulkan suatu masalah. Individu yang
bersangkutan perlu diajar/ diberi informasi tentang berbagai aspek berkenaan dengan
situasi ataupun hal khusus yang akan ia jalani. Tanpa pengajaran dan informasi yang
diperlukan itu, individu dapat mengalami keterlanjuran tindakan/ tidak melakukan
sesuatu sama sekali yang keduanya berakibat merugikan.
Dukungan di luar individu juga amat besar artinya bagi individu yang bersangkutan.
Dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai jenis dukungan (social- emosional-
material) akan memperkuat semangat dan upaya individu untuk terhindar dari
permasalahn yang mungkin terjadi. Konselor perlu menggalang dukungan semacam
itu untuk memperkuat upaya pencegahan yang dimaksudkan.
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
fungsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa program- program nyata.
Secara garis besar, program- program tersebut dikembangkan, disusun dan
diselenggarakan melalui tahap- tahap:
1. Identifikasi permasalahn yang mungkin timbul
2. Mengidentifikasi dan menganalisi sumber- sumber penyebab timbulnya masalah-
masalah
3. Mengidentifikasi pihak- pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut
4. Menyusun rencana program pencegahan
5. Pelaksanaan dan monitoring
6. Evaluasi dan laporan

Fungsi Pengentasan
Orang yang mengalami masalah akan dianggap berada dalam suatu keadaan yang
tidak mengenakan sehingga perlu diangkut/ dikeluarkan dari bendanya yang tidak
mengenakan. Ia perlu dientas dari keadaan yang tidak disukainya itu. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah upaya pengantasan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling menyelenggarakan fungsi pengentasan.
Langkah- langkah pengentasan
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan, sebab
setiap masalah adalah unik. Masalah- masalah yang diderita oleh individu- individu
yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian penangannannya pun
harus unik dan disesuaikan terhadap kondisi- kondisi masalah itu. Untuk itu konselor
perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan ketrampilan untuk menangani
berbagai masalah yang beraneka ragam itu.
Pengentasan masalah berdasarka diagnosis
Pada umumnya diagnosis dikenal sebagai istilah medis yang berarti proses penentuan
penyakit dengan meneliti gejalanya. Sejak tahun empat puluhan, Bordin memakai
konsep diagnostic yang mirip dengan pengertian medis itu dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Pengertian diagnostic yang dipakai oleh Bordin itu lebih
lanjut dikenal sebagai “diagnostic pengklasifikasian”.
Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
Dari berbagai teori konseling yang ada, telah dilengkapi dengan teori tentang
kepribadian individu, perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai
masalah, tujuan konseling serta proses dan teknik- teknik khusus konseling. Tujuan
teori- teori tersebut tidak lain adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh kien
dengan cara yang paling cepat, cermat dan tepat. Meskipun, tujuan umumnya sama,
namun dari segi teori prinsip- prinsip dan unsure- unsure teknis operasional rasional
masing- masing teori konseling itu seringkali tidak sama bahkan ada yang saling
bertolak belakang.

Fungsi pengembangan
Bimbingan dan konseling mempunyai fungsi pengembangan dalam arti
pengembangan terhadap peserta didik agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik menuju kearah
tindakan yang positif dan produktif.
Dalam fungsinya sebagai pengambangan terhadap peserta didik, maka bimbingan dan
konseling sekaligus melakukan pemeliharaan terhadap hal- hal positif yang telah ada
dalam setiap individu, misalnya sikap sopan santun, kesehatan, intelegensi yang tinggi,
bakat yang istimewa, serta aspek positif lainnya.
Penerapan fungsi perkembangan dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, misalnya
di sekolah dapat dibentuk kegiatan kelompok belajar. Perubahan posisi duduk siswa,
sedangkan diluar sekolah dapat melalui kegiatan yang berkenaan dengan kesehatan,
rumah tangga, keluarga, sarana dan prasarana ruang dari klien kita.

(materi kuliahku)

Diposting oleh Intan Nastiti di 21.51.00

http://intannastitie.blogspot.com/2012/10/fungsi-bimbingan-dan-konseling.html

PEMBAHASAN
Dalam kelangsungan hidup manusia, berbagai pelayanan diciptakan yang
berguna untuk memberi manfaat dan bagi keberangsungan hidup, termasuk dalam
bidang pendidikan, yakni dalam bimbingan di sekolah. Kegunaan atau manfat yang
diperoleh dari adanya suatu pelayan merupakan hasil terlaksananya suatu fungsi
pelayanan. Dengan demikian, fungsi pelayann dapat diketahui dengan melihat
keguanan ataupun manfaat yang dapat diberikan oleh pelayanan di bidang BK itu
sendiri di sekolah. Suatu pelayann dapat diktakan tidak berfungsi apabila ia tidak
memperlihatkan kegunaan ataupun manfaat bagi keuntungan tertentu.

Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang


diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu yakni fungsi pemahaman,
fungsi pencegahan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan serta fungsi advokasi.
Penjelasan masing-masing fungsi itu akan dibahas dalam bab II ini, yakni sebagai
berikut :

A. Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang


dua hal, yakni fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu klien dengan
berbagai permasalahannya dan tujuan-tujuan konseling. Berkenaan dengan dua hal
tersebut, pemahaman yang perlu dicptakan oleh pelayanan bimbingan dan konseling
adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien atau peserta
didik sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien atau peserta didik ,
serta pemahaman tentang lingkungan klien atau peserta didik oleh klien atau peserta
didik itu sendiri. Berikut penjelasannya.

1. Pemahaman tentang klien atau peserta didik


Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan
terhadap klien. Sebelum seorang konselor memberikan bantuannya kepada klien,
maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan di bantu itu.
Bukan hanya sekedar mengenal, namun harus memahami pemahaman yang
menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dank kelemahannya, serta
kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dalam bidang
pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang :
a. Identitas individu/peserta didik. Yakni nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal
lahir, orang tua, status dalam keluarga dan tempat tiggal.
b. Pendidikan.

c. Status sosial-ekonomi.

d. Kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat dan hobi.

e. Kesehatan.

f. Kecenderungan sikap dan kebiasaan.

g. Cita-cita pendidikan dan pekerjaan.

h. Keadaan lingkungan tempat tinggal.

i. Kedudukan atau prestasi yang pernah dicapai.

j. Jurusan/program studi yang diikuti.

k. Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh.

l. Kegiatan ekstrakulikuler.

m. Sikap dan kebiasaan belajar.

n. Hubungan dengan teman sebaya.

Daftar tersebut dapat diperinci lebih jauh sampai dengan peristiwa-peristiwa


khusus yang pernah dialami. Perluasan, spesifikasi atau rincian materi
pemahaman itu dikembangkan sesuai dengan tujuan pemahaman terhadap
klien/peserta didik itu sendiri (Prayitno. 2015 : 197-198).

Pemahaman yang dimaksudkan bukan hanya pemahaman konselor atau guru


terhadap diri klien atau peserta didik saja, namun pemahaman klien terhadap
dirinya sendiri terutama, pemahaman orang sekitar peserta didik seperti orang tua
terhadap diri peserta didik juga, karena orangtua akan lebih memungkinkan untuk
memeberikan perhatian, pelayanan, perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang
lebih besar bagi perkembangan anak secara lebih terarah sesuai dengan kondisi
anak tersebut. Dalam pengajaran, guru perlu memahami peserta didiknya lebih
mendalam demi keberhasilan pembelajarannya. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan materi dan metode pengajarannya terhadap kondisi dan situasi
kelas saat itu agar para peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dnegan
lebih efektif dan efisien, sehingga keberhasilan pembelajaran dapat tercapai.
Fungsi pemahaman penting dipelajari oleh para guru dalam praktik pembelajaran,
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengajaran dan praktik pendidikan dan
bimbingan dalam belajar.

2. Pemahaman tentang masalah klien atau peserta didik


Pemahaman terhadap masalah klien atau peserta didik terutama menyangkut
jenis masalahnya, intensitanya, sangkut-pautnya, sebabnya dan kemungkinan
perkembangannya. Klien atau peserta didik amat perlu memahami masalah yang
dialaminya, sebab dengan dapat memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi
upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah tersebut. Pemahaman
masalah oleh individu sendiri adalah modal dasar bagi pemecahan masalah
tersebut. Banyak individu atau peserta didik tidak memahami bahwa dirinya
tersebut sedang bermasalah. Mereka menganggap masalahnya itu
hanyalah ”ringan saja” atau “tidak berbahaya’, mereka mendiamkan saja
maslahanya tersebut. Pada suatu ketika nanti, masalah-masalah yang tidak
ditanggulangi secara dini itu akan muncul dalam bentuk ketidakimbangan atau
kesuliatn lebih berlarut dengan kemungkinan resiko kerugian yang lebih besar lagi
(Prayitno. 2015 : 198-200).
Bagi pesera didik yang masih banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru
pemahaman masalah juga diperlukan oleh orangtua atau guru yang bersangkutan
(Prayitno. 2015 : 200). Dalam dunia pendidikan contohnya, peserta didik yang
tidak memahami dirinya yang bermasalah dan mengabaikannya, ia akan terhambat
dalam proses belajarnya, karena suatu saat, masalah itu akan mengganggu
fikirannya dan menyebabkan dirinya tidak fokus saat pembelajaran berlangsung.
Untuk itu, guru dan orangtua memiliki tugas penting untuk memahami adanya
permasalahan yang tengah dihadapi oleh peserta didik.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas

Lingkungan dapat diartikan sebagai kondisi disekitar kita yang secara


langsung mempengaruhi individu tersebut. Salah satu lingkungan luas adalah
berbagai informasi yang diperlukan oleh individu (Prayitno. 2015 : 201). Seperti
bagi siswa perlu diberi informasi dan kesempatan mengetahui tentang pendidikan
yang dijalannya dan juga pendidikan yang akan dijalaninya selanjutya.
Para siswa perlu memahami lingkungan sekolahnya dengan baik, baik
lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggungjawab siswa terhadap sekolah,
peraturan yang harus dipatuhi, baik menyangkut kurikulum, pengajaran, penilaian,
kenaikan kelas, hubungan guru dengan siswa, kesempatan-kesempatan yang
diberikan sekolah dan lain sebagainya (Prayitno. 2015 : 201). Jadi pemahaman ini
tidak sekedar memahami diri atau permasalahan yang dialami oleh peserta didik
atau klien tersebut, namun unsur lingkungannya juga difahami.

B. Fungsi Pencegahan

Fungsi pencegahan adalah fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor


untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan
adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah
yang perlu diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)
(Syafruddin. 2011).

Berkenaan dengan pencegahan, George Albee (dalam Prayitno, 2015)


mengemukakan rumus sebagai berikut:

KM =

Keterangan:

KM = Kondisi bermasalah

O = Faktor organik

S = Stress

1 = Kemampuan memecahkan masalah

2 = Penialaian positif terhadap diri sendiri (self-estem)

3 = Dukungan kelompok
Secara verbal rumus ini mengungkapkan bahwa makin kuat gabungan kondisi
faktor organik dan stres akan meningkatkan kondisi bermasalah pada diri individu,
apabila faktr kemampuan memecahkan masalah, self-esteem dan dukungan kelompok
konstan (tetap). Sebaliknya, kondisi bermasalah pada diri klien akan berkurang
apabila gabungan kondisi faktor organik (dapat berupa lingkungan yang kurang
menunjang atau unsur-unsur jasmaniah dalam diri individu) dan stres (kondisi yang
ada pada diri individu) tetap. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah (kondisi
yang ada pada diri individu), self-esteem dan dukungan kelompok (unsur dari luar)
bertambah. Aplikasi rumus tersebut terhadap uapaya pencegahan adalah bahwa:

1. Mencegah adalah menghindari timbulnya/meningkatnya kondisi bermasalah


pada diri klien.
2. Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik dan stres.
3. Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian
positif terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok (Prayitno. 2015:203-204).
Untuk mengurangi atau menghindari keadaan bermasalah pada diri individu,
keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan perlu diperbaiki, keadaan faktor
organik individu yang kurang menunjang (misalnya kesehatan terganggu) perlu
dipulihkan, keadaan stres perlu dikurangi atau bahkan dihilangkan, kemampuan
pemecahan masalah dan self-esteem perlu ditingkatkan dan dukungan kelompok perlu
digalang serta ditingkatkan (Prayitno. 2015:204).

Upaya pencegahan perlu dilakukan oleh konselor, orangtua maupun guru di


lingkungan sekolah. Upaya-upaya ini seperti:

1. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif


terhadap individu yang bersangkutan.
2. Mendorong perbaiakn kondisi diri pribadi terhadap klien.
3. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan
memperngaruhi perkembangan individu dan perkembanganya.
4. Mendorong individu untuk tidak melakuakan sesuatu yang akan memberikan
resiko yang besar dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan
(Prayitno. 2015:206).
Secara operasional, konselor atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut
dalam menganalisis dan melaksanakan program pencegahan. Secara garis besar,
program-program ini antara lain:

1. Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.


Misalnya para siswa yang kurang disiplin, tida belajar secara penuh, gagal
menjawab soal ujian, pertengkaran antarklik, antar kelas, antar sekolah, kurang
menghargai guru, siswa terlibat narkotika,siswa tidak menyukai pelajaran
keterampilan dn lain sebagainya.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya


masalah-masalah.
Dalam hal ini, kajian teoritik dan studi lapangan perlu dilakukan.
3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah
tersebut.
Misalnya kepala sekolah, guru, wali kelas, orangtua, badan atau lembaga
tertentu (sesuai dengan permaalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak tersebut
dengan permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara objektif.
4. Menyusun rencana program pencegahan.
Rencana ini disusun berdasarkan:
a. Spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah timbulnya.

b. Hasil kajian teoritik dan studi lapangan.

c. Peranan pihak-pihak terkait.

d. Faktir-faktor operasional dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya dan


perlengkapan kerja.

5. Pelaksanaan monitoring.
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi
yang tidak mengganggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak yang
terkait.
6. Evaluasi dan laporan.
Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan kepada
pihak-pihak terkait untuk dipeergunakan sebagai masukan bagi program sejenis
lebih lanjut (Prayitno. 2015:208-209).
Kegiatan diatas merupakan kegiatan “resmi” yang biasanya dilakukan oleh
lembaga tertentu. Pecegahan yang lebih sederhana dan bersifat “tidak resmi” dapat
direncanakan alangsung dengna klien yang bersangkutan dan langsung
diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan konseling terhadap lien atau
peserta didik tersebut. Dalam hal ini, pemahman terhadap klien/peserta didik,
permasalahannya, serta unsur-unsur pemahaman terhadap bimbingan yang lebih luas
menjadi dasar dan sesama bagi kegiatan pencegahan yang ingin dicapai (Prayitno.
2015: 209).

C. Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan/penyembuhan adalah fungsi bimbingan dan konseling


yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah teori konseling, dan
remedial teaching. Proses penyembuhan dalam hal bimbingan dan konseling adalah
sama halnya dengan penyembuhan dokter. (Syafruddin. 2011).

Proses pengentasan penyakit melalui pelayanan dokter menekankan pada


penggunaan obat-obat yang menurut keyakinan dokter cukup manjur. Obat-obat itu
merupakan unsur-unsur fisik dari luar pasien. Sedangkan pengentasan masalah
melalui pelayanan konselor tidak menggunakan unsur-unsur fisik dari luar klien
melainkan dari kekuatan-kekuatan dalam diri klien (Lestari,Duwi. 2015).

1. Langkah-langkah pengentasan masalah


Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara
perorangan, sebab setiap masalah individu adalah unik. Dengan demikian
penanganannya pun harus unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing
masalah.
2. Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
Istilah medis “Diagnosis” berarti proses penentuan jenis penyakit dengan
meneliti gejala-gejalanya. Pengertian diagnosis menurut Bordin dikenal sebagai
“diagnosis pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnosis itu masalah-masalah
diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, dan dilihat cara pengentasannya.
Pengklasifikasian masalah diatas itu dirasakan sulit, karena unsur-unsur
masalah yang satu saling terkait satu sama lain, dan lebih penting lagi setiap
masalah klien adalah unik. Pengklasifikasian masalah cenderung menyamaratakan
masalah klien yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan lebih lanjut model
diagnosis yang dapat diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah
model diagnosis pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman terhadap
seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab
timbulnya masalah. Ada tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1. Diagnosis mental/psikologis
Mengarah kepada pemahaman kondisi mental/psikologis klien, seperti:
kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya,
keinginan dan harapan-harapannyasikap dan kebiasaan, tempramen dan
kematangan emosionalnya
2. Diagnosis sosio-emosianal
Mengacu pada hubungan klien dengan orang-orang yang amat besar
pengaruhnya terhadap klien, seperti: orag tua, guru, teman sebaya, suami/istri,
mertua, pejabat yang menjadi atasan langsung, suasana hubungan antar klien
dengan orang-orang ”penting” itu, serta dengan lingkungan sosial pada umumnya.
3. Diagnosi instrumental
Berkenaan dengan kondisi/prasyarat yang diperlukan terlebih
dahulumsebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis
instrumental meliputi aspek-aspek : fisik klien (misal;kesehatan), fisik lingkungan
(misal;keadaan sandang, pangan, papan), sarana,kegiatan (misal;buku-buku
pelajaran, alat-alat kantor), dan pemahaman situasi(misal;untuk bertindak lebih
disiplin).
3. Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
Beberapa teori konseling :Ego-counseling menurut Erickson yang didasarkan
pada tahap perkembangan psikososial, behavioristik oleh B.F Skinner yang
didasarkan pada pemikiran tingkah laku. Tujuan teori-teori tersebut tidak lain
adalah mengentaskan masalah yang diderits oleh klien dengan cara yang paling
cepat, cermat, dan tepat. Untuk semuanya itu konselor dituntut menguasai dengan
sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan konseling (Lestari,Duwi. 2015).

D. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada
pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil
perkembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang
istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan
kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita
yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial
yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainnya dari individu perlu
dipertahankan dan dipelihara (Prayitno.2015:215). Pemeliharaan yang baik bukanlah
sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan
tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar bertambah baik,
kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah dari pada
waktu-waktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharan yang
membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu, fungsi
pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan program.
Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran
tubuh serta sikap tubuh yang diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk dan susunan ruang
kelas diusahakan agar mereka berada diruang itu merasa nyaman, betah dapat
melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuhnya kemampuan (Prayitno.2015:216).
Pengaturan, kegiatan dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi
bimbingan dan konselingtersebut dapat disusun dan kembangkan dalam jenis dan
jumlah yang bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pemeliharaan dan pengembangan,
artinya layanan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan
keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap, terpelihara dan
terkembangankannya berbagai potensi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal
yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan. Dengan
demikian diharapkan agar siswa dapat mencapai perkembangan kepribadian secara
optimal (Aster, Aziyant. 2013).

E. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan
melalui diselenggarakannya berbagai jenis ayanan dan kegiatan bimbingan dan di
dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan
konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih
fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat
diidentifikasi dan dievaluasi (Aster, Aziyant. 2013).
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok
konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan
sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan
mendapatkan masalahyang baru. Bentuk pembelaan bukan berarti membenarkan apa
yang dilakukannya itu benar tetapi memberikan pemahaman/pengarahan terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh konseli, sebagai guru yang melayani setiap
permasalahan yang dihadapi oleh konseli harus memberikan pembelaan agar
mendapatkan kenyamanan itu maka dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada
(Aster, Aziyant. 2013).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang


diperoleh melalui pelayanan yang disediakan oleh sekolah.

Kelima fungsi bimbingan dan konseling yang dibahas, yaitu:


1. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang difokuskan disini adalah fungsi pemahanan tentang
pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta
permasalahannya oleh klien atau peserta didik sendiri dan oleh pihak-pihak yang
akan membantu klien atau peserta didik , serta pemahaman tentang lingkungan
klien atau peserta didik oleh klien atau peserta didik itu sendiri.
2. Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseling.
3. Fungsi pengentasan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada
pada diri individu dilaksanakan melalui berbagai pengetahuan, kegiatan dan
program.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi advokasi memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok
konseli agar konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan
sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk danakan
mendapatkan masalahyang baru.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat kekurangan terutama dari


sumber referensi dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis berharap
penyusunan makalah selanjutnya dengan judul yang sama akan menyempurnakan
kekurangan makalah ini dengan menambah materi yang lebih lengkap maupun
dengan melengkapi bagian materi yang dirasa kurang dalam makalah ini.

https://jellyana73.blogspot.com/2016/11/makalah-fungsi-bimbingan-konseling.html

Anda mungkin juga menyukai