BK perkembangan adalah Proses bantuan yang proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pribadi yang efektif - produktif, dan
keberfungsiannya di dalam lingkungan melalui interaksi yang sehat. Definisi diatas juga
tertuang pada Visi bimbingannya. Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif,
pengembangan dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan bimbingan perkembangan
ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun
layanan tersebut tidak diabaikan. Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan
perkembangan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan
upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui rekayasa lingkungan
perkembangan. Outreach karena target populasi layanan bimbingan perkembangan tidak
terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi semua individu berkenaan dengan semua
aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupan.
Ada tiga fungsi pendidikan yaitu fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan
diri sesuai potensinya, peragaman diferensiasi), membantu individu memilih arah
perkembangn yang tepat sesuai potensinya, dan integrasi,membawa keragaman
perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi
pribadi utuh.
Dalam mewujudkan pribadi utuh, BK perkembangan peduli terhadap pengembangan
kemampuan nalar yang motekar atau kreatif untuk hidup baik dan benar. Upaya bimbingan
dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti disebutkan terarah kepada upaya
membantu individu, dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine),
menginternalisasi, memperbaharui dan mengintegrasi system nilai ke dalam perilaku mandiri.
Secara spesifik, fungsi BK perkembangan diantaranya yaitu
1. Pemahaman. Memahami Karakteristik/Potensi/Tugas-tugas perkem-bangan peserta didik
dan mem-bantu merekauntuk mema-haminya secaraobjektif/realistic
2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani
menghadapi resiko.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai dasar dalam
kehidupan sosial.
7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan kehidupan yang
semakin kompetitif.
9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan kompetensi yang
mendukung pilihan karir.
Filsafat bimbingan konseling bersumber dari filsafat tentang hakikat manusia. Ragam
penafsiran dalam memahami hakikat manusia dapat digolongkan ke dalam tiga model.
Pertama, penafsiran rasionalistik atau klasik, bersumber dari filsafat yunani dan romawi, yang
memandang manusia sebagai makhluk rasional dan manusia dipahami dari segi hakikat dan
keunikan pikirannya. Pandangan ini merupakan pandangan optimistic, terutama mengenai
keyakinan akan kemampuan pikirannya. Kedua, penafsiran teologis melihat manusia sebagai
makhluk ciptaan tuhan dan dibuat menurut aturan tuhan. Manusia hanya akan menemukan
dirinya apabila mentransendensikan dirinya kepada tuhan. Penafsiran ini tidak melihat
manusia dari segi keunikan pikiran atau hubungannya dengan alam. Ketiga, penafsiran ilmiah
yang diwarnai ragam sudut pandang keilmuan, antara lain ilmu-ilmu fisis yang menganggap
manusia sebagai bagian dari alam fisikal sehingga harus dipahami dari segi hokum fisis dan
kimiawi.
Ketiga penafsiran yang disebutkan bukanlah tafsiran komprehensif tentang hakikat manusia.
Tafsiran rasionalistik merupakan unsure kehendak yang ada pada diri manusia dan harapan
social yang harus menjadi rujukan dalam proses berpikir manusia. Tafsiran teologis
meletakan manusia hanya bergantung kepada kekuatan transcendental dan nilai-nilai
ketuhanan menjadi sesuatu yang sempit dan statis karena tidak bias dipikirkan manusia.
Tafsiran ilmiah hanya melihat manusia sebagai serpihan dari dunianya yang harus tunduk
kepada hukum-hukum alam atau manusia sebagai produk sosial belaka.
Unsur pikiran, fitrah, kehendak, kebebasan, harapan social, hokum alam dan nilai-nilai
transcendental adalah faktor-faktor eksistensial yang melekat pada kehidupan manusia.
Memahami hakikat manusia berarti memahami seluruh factor yang disebutkan secara
konprehensif dan utuh. Manusia adalah makhluk Allah yang Maha Kuasa, yang memiliki
kehendak dan kebebasan, manusia patut mengembangkan diri atas kemerdekaan pikiran dan
kehendak yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, dalam
tatanan kehidupan bersama yang tertuju kepada pencapaian kehidupan sejalan dengan
fitrahnya. Kondisi eksistensial manusia mengandung makna bahwa manusia berada dalam
proses menjadi menuju keberadaan diri sebagai makhluk pribadi, social dan makhluk Allah
Yang Maha Kuasa.
Ada tiga fungsi pendidikan yaitu fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan
diri sesuai potensinya, peragaman diferensiasi), membantu individu memilih arah
perkembangn yang tepat sesuai potensinya, dan integrasi,membawa keragaman
perkembangan ke arah tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi
pribadi utuh.
Dalam mewujudkan pribadi utuh, BK peduli terhadap pengembangan kemampuan nalar yang
motekar atau kreatif untuk hidup baik dan benar. Upaya bimbingan dalam merealisasikan
fungsi-fungsi pendidikan seperti disebutkan terarah kepada upaya membantu individu,
dengan kemotekaran nalarnya, untuk memperhalus (refine), menginternalisasi,
memperbaharui dan mengintegrasi system nilai ke dalam perilaku mandiri. Dalam upaya
semacam itu, BK amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis, untuk
memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, akan tetapi tidak berarti bahwa BK
adalah psikologi terapan, karena BK tetap bersandar terarah perkembangan manusia sesuai
hakikat eksistensialitasnya. BK tidak cukup bertopang pada kaidah psikologis melainkan
harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhllluk Allah Yang Maha Kuasa.
Perkembangan kemandirian terarah kepada penemuan makna diri dan dunia, dan pemaknaan
itu akan beragam sesuai dengan denan persepsi manusia akan diri dan dunianya. Proses
memaknai adalah proses selektif, ditentukan melalui proses memilih, dan karena itu bangu
kehidupan setiap diri manusia akan berbeda. Dalam tataran pemaknaan yang lebih tinggi
akan terjadi makna sinoptik atau trasendensi lingkungan, yang menggambarkan interaksi
individu dengan dunianya tidak lagi dalam interaksi subyek-obyek, melainkan merupakan
hubungan antar subyetivitas, yakni proses dialog dalam diri.
Proses memilih adalah proses menimbang berbagai alternatif, sebuah proses reaktif atau
implusif. Kemandirian berkembang melalui pengembangan kemampuan berpikir, kreativitas,
imajinasi, yang akan membawa manusia kepada pemahaman tentang perbedaan diri dengan
lingkungan dan orang lain, dan keterpautan diri dengan lingkungan. Dalam tahapan seperti
ini, individu akan berupaya sedikit demi sedikit malepaskan diri dari ikatan otoritas dan
menuju kepada hubuangan mutualistik, mengambangkan kekhususan diri, mengembangkan
kemampuan instrumental untuk memenuhi sendiri aktivitas hidup.
Visi bimbingan perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif
karena titik berat layanan bimbingan perkembangan ditekankan pada pencegahan dan
pengembangan, bukan korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut tidak diabaikan.
Pengembangan karena titik sentral sasaran bimbingan perkembangan adalah perkembangan
optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan upaya pokoknya memberikan kemudahan
perkembangan melalui rekayasa lingkungan perkembangan. Outreach karena target populasi
layanan bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi
semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua konteks
kehidupan.
Bimbingan dan Konseling Perkembangan
b. Perkembangan pribadi yg optimal terjadi melalui interaksi yg sehat antara individu dengan
lingkungannya.
c. Hakikat BK terletak pada keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan individu.
d. Konseli tidak dipandang sebagai manusia yang sakit mentalnya. Disini Konseli dipandang sebagai
individu yang mampu memilih tujuan, membuat keputusan, dan berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam mencapai perkembangan dirinya.
e. Konseli adalah seorang pribadi yang unik dan berharga yg berjuang untuk mengembangkan dirinya.
Dia adalah anggota kelompoknya, bagian dari budayanya, dan tidak pernah terisolasi dari lingkungan
sosialnya.
f. Konselor tidak bersifat netral, atau a moral, dia memiliki nilai-nilai, perasaan, dan komitmen kepada
dirinya.
Tradisional Perkembangan
Kualitas konselor akan sangat menentukan keberhasilan layanan yang diberikan pada para
konseli. Dengan demikian, para calon konselor dan atau konselor seyogyanya sejak dini
meningkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan pelayanan secara optimal dan
professional. Banyak upaya yang bisa dilakukan, misalnya : mengikuti pendidikan profesi
konselor, mengikuti seminar terkait, praktek langsung di lapangan dan memanfaatkan
perkembangan teknologi sebagai wahana konseling.
ASCA (2000) menitikberatkan kepada para konselor untuk menguasai tiga domain
kompetensi, yaitu: kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi
profesional. Beberapa contoh dari kompetensi pengetahuan adalah: teori perkembangan
manusia dan konsep-konsepnya, pengambilan keputusan karier teori dan teknik, dan model
pengembangan program. Beberapa kompetensi keterampilan meliputi: mendiagnosis kebutuhan
siswa, karir dan perencanaan pendidikan, dan melaksanakan penataran untuk staf. Kompetensi
profesional meliputi: melakukan evaluasi diri untuk menentukan kekuatan dan area yang
memerlukan perbaikan, advokasi untuk negara dan sesuai undang-undang nasional, dan
mengadopsi satu set etika profesional untuk praktek membimbing. Konselor sekolah harus
benar-benar kompeten dalam menciptakan program konseling yang sesuai standard kebutuhan
konseli.
Pemikiran inovatif yang dikembangkan dalam penyusunan program bimbingan konseling yaitu
konselor menyusun program layanan berdasarkan kebutuhan siswa. Bukan semata-mata kebutuhan
konselor untuk memenuhi kriteria dalam tugasnya. Salah satu caranya adalah terlebih dahulu
konselor menyebarkan kuesioner atau angket tentang kebutuhan akan layanan. Dari hasil angket
tersebut, akan dapat diketahui prosentase layanan yang dibutuhkan oleh siswa. Atau membuat
tayangan audio visual tentang kebutuhan siswa di sekolah, dan dari tayangan tersebut siswa disuruh
merefleksi diri tentang apa yang diinginkannya.
Ketentuan yang berlaku terkait dengan prosentase konselor dengan siswa di Indonesia adalah
seorang koselor mempunyai kewajiban terhadap 150 siswa (1:150). Namun yang terjdi di lapangan
adalah ketentuan tersebut belum dapat diimplementasikan secara merata. Hal yang menyebabkan
adalah kemungkinan dalam suatu sekolah guru BK masih kurang atau kapasitas siswanya terlalu
banyak. Salah satu hal inovatif yang bisa dilakukan menjalankan ketentuan tersebut adalah pihak
yang berwenang (pmerintah atau kepala sekolah) melakukan pendataan jumlah guru BK dengan
siswa dan nantinya membuat patokan supaya bisa memenuhi prosentase 1:150.
5. Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1) Bimbingan Klasikal
Pada prinsipnya, layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam
peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung
dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para
siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang
berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan
pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki
pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang
berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan
staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk
SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi
merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek
kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak
langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan
diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk
semua kelas.
2) Bimbingan Kelompok
1) Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah
dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.
2) Konseling Individual atau Kelompok
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah Konseli, maka
sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan Konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang,
seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah
mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba,
dan penyakit kronis.
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai
kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor
membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian
tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan
penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara
positif dan konstruktif.
2) Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil
penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan
karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif
kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki
kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
1) Pengembangan Professional
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah
lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi,
dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan
kualitas programbimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi
pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6)
Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
3) Manajemen Program
a) Kesepakatan Manajemen
b) Keterlibatan Stakeholder
Komite Sekolah sebagai representasi masyarakat atau stakeholder memerlukan penyadaran dan
pemahaman akan keberadaan dan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Program bimbingan dan konseling komprehensif didukung oleh data. Penggunaan data di dalam
layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari layanan
bimbingan dan konseling. Konselor harus menunjukkan bahwa setiap aktivitas diimplementasikan
sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling yang didasarkan atas analisis cermat
terhadap kebutuhan, prestasi, dan data terkait siswa lainnya. Data yang diperoleh dan digunakan
perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara manual maupun
komputer. Dalam era teknologi informasi, manjemen data siswa dilakukan secara komputer.
Database siswa perlu dibangun dan dikembangkan agar perkembangan setiap siswa dapat dengan
mudah dimonitor. Penggunaan data siswa dan lingkungan sekolah yang tertata dan dikelola dengan
baik untuk kepentingan memonitor kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa menerima
apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah. Konselor harus cermat dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan perkembangan siswa dapat
dimonitor dari : prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat
penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.
d) Rencana Kegiatan
e) Pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam
setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan
kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh,
misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai siswa secara langsung dan 20% digunakan untuk
dukungan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran masing-masing komponen program dapat
ditetapkan sesuai dengan pertimbangan sekolah. Misalnya:
Responsif (15-25%),
Ini contoh, dan setiap sekolah bisa mengembangkan sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara terjadwal
untuk layanan bimbingan dan konseling klasikal.
f) Kalender Kegiatan
g) Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak
langsung dengan siswa. Untuk kegiatan kontak langsung yangdilakukan secara klasikal di kelas
(layanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 1 – 2 jam pelajaran per-kelas per-minggu.
Mengenai jadwal kegiatan bimbingan, dewasa ini sudah mendapat legalitas pemerintah, yaitu
dengan terbitnya Peraturan Menteri Diknas No. 22 Tahun 2006. Dalam struktur
kurikulum yang termaktub dalam Permen tersebut, tercantum materi pengembangan diri selama 2
jam/minggu, yang berlaku bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam
implementasinya, materi pengembangan diri dilakukan oleh konselor. Sementara kegiatan
langsung yangdilakukan secara individual dan kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan
menggunakan jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung
dengan siswa dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding),
kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).
h) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling.
Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yangdiperlukan untuk mendukung
implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.
i) Penyiapan Fasilitas
Di dalam ruangan itu hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan
dan konseling, himpunan data siswa, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut
hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan
dan jabatan, informasi tentang kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya. Yang tidak kalah penting
ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling
betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan
pelayanan yang terselenggara. Sarana yang diperlukan untuk penunjang layanan bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut.
Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah,
tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul
data yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian,
alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat
sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan
dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk
masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek
data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat
menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
(3) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan
Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko
konferensi kasus, dan agenda surat.
J ) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam manajemen programlayanan bimbingan dan
konseling. Dalam pengendalian program, koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit
bimbingan dan konseling hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik yang dapat
memungkinkan tercisekolahanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada.
Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung
jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yangdiberikan kepadanya maupun tanggung
jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
REFERENSI
Dirjen PMPTK, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan
Formal (Naskah Akdemik). Jakarta