Anda di halaman 1dari 65

MIFTAHUL JANNAH

Bimbingan Konseling islam


Semester IV
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri
Sumatera Utara
Eric Berne (1910-1970) kelahiran
Montreal, Canada, adalah pelopor
Analisis Transaksional (AT).

Dia mulai mengembangkan AT ini


sebagai terapi, bermula ketika dia
bertugas dalam Dinas Militer Amerika
Serikat diminta membuka program
terapi kelompok bagi para serdadu yang
mendapat gangguan emosional sebagai
akibat Perang Dunia ke-2.
Berne, pada mulanya seorang pengikut Freud dan melakukan

praktik Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu psikoanalisis tengah

mendapat perhatian yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah

mendapat kuliah psikoanlisis di Yale Psychiatric Clinic (1936-1938) dan

New York Psichoanalitical Institute (1941-1943).

Setelah Berne berhenti bekerja pada Dinas Militer itu, dia

mulai melakukan eksperimen yang sungguh-sungguh. Akhirnya pada

pertengahan tahun 50-an baru dia memperkenalkan teorinya, Analisis

Transaksional.
Analisis Transaksional (AT) adalah Psikoterapy transasaksional yang

dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk

digunakan dalam terapi kelompok.

AT berfocus pada putusan-putusan awal awal yang dibuat oleh

klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-

putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral

dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan

mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.


Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan

suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural

dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi

analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu:

orangtua, orang dewasa dan anak.

Teori Berne menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan

suatu kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah.


Pada dasarnya, Analisis Transaksional

berasumsi bahwa orang-orang bisa

belajar mempercayai dirinya sendiri,

berfikir dan memutuskan untuk dirinya

sendiri dan mengungkapkan perasaan-

perasaannya.
B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Pandangan analisis transaksional tentang hakekat


manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan
atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan
atau “stroke”.

Yang menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana


individu memperoleh sentuhan melalaui transaksi.
Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah
hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda.
Menurut AT manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan
pilihannya. Menurut Thomas A. Harris, MD ada tiga perkara mengapa
manusia brubah, yaitu:

1)Manusia adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu
mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.

2)Adanya kebosanan, kejenuhan atau utus asa. Manusia tidak puas


dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan
berkecukupan. Keadaan yang monoton tersebut akan mendorong individu
untuk melakukan perubahan.
3) Manusia bisa berubaah karena adanya penemuan tiba-tiba. Ini merupakan

hasil AT yang dapat diamati.

AT punya pandangan yang optimis atas manusia. Manusia dapat berubah asal

ada kemauan. Perubahan manusia itu persoalan di sini dan sekarang (here and

now). Bagi AT, manusia sekarang punya kehendak, karena itu perilaku

manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini (here and now).
Harris berkata, bahwa kita harus menjawab

masalah ini bukan dengan menolak hubungan sebab

akibat antara alam yak sadar dengan perilaku manusia,

melainkan dengan mencari sebab itu, Sebab seseuatu

perbuatan, justru berada pada masa sekarang bukan di

masa lalu seseorang.


Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri
dari tiga sistem yaitu:

1)Id

Id adalah komponen biologis, Id merupakan sistem kepribadian


yang orisinal. Id tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang
terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak.

Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada


pengurangan tegangan, penghindaran kesakitan dan perolehan
kesenangan. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu
kepentingan “memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan
asas kesenagan.”
Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak

manja dari kepribdian, tidak berpikir dan hanya

menginginkan atau bertindak. Id bersifat tidak sadar.

Freud menggunakan istilah Id untuk menunjukkan

wilayah ketidaksadaran. Id merupakan lapisan paling dasar

dalam strutur psikis manusia. Id meliputi segala sesuatu

yang bersifat tidak disengaja atau tidak disadari.


Bagi Freud, adanya Id telah terbukti terutama melalui
tiga cara, yaitu:

Pertama, Fenomena psikis yang paling jelas


membuktikan adanya Id adalah mimpi.

Kedua, bukti lainnya adalah jika dipelajari perilaku-


perilaku yang sepertinya biasa-biasa saja (tak punya
arti), seperti perilaku keliru, salah ucap, lupa dan
sebagainya. Bagi Freud, perilaku tersebut bukanlah
sesuatu yang kebetulan belaka, tetapi bersumber dari
aktivitas psikis yang tidak disadari.

Ketiga, alasan penting bagi Freud untuk menerima


adanya alam tak sadar ini adalah pengalamannya dengan
pasien-pasien penderita neurosis. Freud menemukan
bahwa neurosis disebabkan oleh faktor-faktor tidak
sadar.
2) Ego

Ego adalah eksekutif dan kepribadian yang


memerintah, mengendalikan dan mengatur. Ego merupakan
mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan
rasional dan realistik.

Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang


timbul karena kebutuhan manusia untuk berhubungan
secara baik. Dalam hubungan antara id dengan ego, ego
dikatakan sebagai tempat bersemayam intelegensi dan
rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-
impuls buta dari Id.
Aktivitas ego ini bisa sadar, pra sadar atau tidak

sadar. Namun sebagian besar adalah disadari.

Menurut Freud, tugas pokok ego adalah menjaga

integritas pribadi dan menjamin penyesuaian dengan alam

realitas. Ego juga mengotrol apa yang akan masuk ke

dalam sadaran dan apa yang akan dilakukan.


3) Super ego
Super ego adalah cabang moral atau hukum dari
keribadian. Super ego berfungsi mengahmbat impuls-impuls
Id, super ego berkaitan dengan imbalan-imbalan, yakni
perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, dan super ego
juga berkaitan dengan hukuman-hukuman, yaitu perasaan
berdosa dan rendah diri.
Super ego merupakan dasar moral dari hati nurani.
Aktivitas super ego terlihat dari konflik yang terjadi dengan
ego, yang dapat dilihat dari emosi-emosi seperti rasa
bersalah, rasa menyesal, juga seperti sikap observasi diri dan
kritik kepada diri sendiri.
D. MOTIVASI HIDUP
Motivasi adalah suatu kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu

yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau

menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.

Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu :

1)Mengarahkan atau directional function

2)Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan atau activating and energizing

function.
Menurut Hamalik (1992), fungsi motivasi ialah:

1)Mendorong timbulnya kelakuan antara suatu perbuatan. Tanpa motivasi

tidak akan timbul perbuatan, misalnya belajar.

2)Sebagai pengarah, yakni mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan.

3)Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya

motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.


Adapun ciri-ciri orang yang memiliki motivasi menurut
Sardiman ialah sebagai berikut:

a.Ulet menghadapi kesulitan

b.Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

c.Lebih senang bekerja mandiri

d.Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin

e.Dapat mempertahankan pendapatnya

f.Tidak cepat menyerah

g.Senang memecahkan masalah


Proses motivasi meliputi tiga langkah sebagai berikut :

a.Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga

pendorong yang menimbulkan suatu ketegangan.

b.Berlangsungnya kegiatan atau tingkah

laku yang diarahkan kepada pencapaian

suatu tujuan yang akan mengundurkan

atau menghilangkan ketegangan.

a.Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan.


Motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan
bilasasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi
berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). Karena motivasi
berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pul aterjadi
bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan
sasaran. Sedangkann motivasi hidup adalah dimana seseorang mempunyai
ketiga poin di bawah ini:

1.Memenuhi kebutuhan fisik

2.Memenuhi kebutuhan psikologis

3.Ingin mengatur waktu, ingin mengisi waktu

4.Ingin memiliki posisi hidup


Transaksi merupakan inti dari konsep Analisis
Transaksional (AT). Istila h transaksi sebenarnya adalah istilah
yang sering digunakan dalam lapangan komunikasi sesuai dengan
teori ini. Transaksi diartikan sebagai hubungan stimulus respons
atau dua ego state.

Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan


rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons
dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan
begitu seterusnya.
Berne mengemukakan adanya 3
jenis transaksi, yaitu :
1) Transaksi Komplementer
Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi
antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang
mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain
meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.

Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap


dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun
komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-
anak.

Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran­saksi


yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami
pesan yang sama dalam suatu makna.

c
Contoh:
Klien berperilaku sebagai anak, Perawat diharapkan berperan sebagai
orangtua.

Stimulus : Silakan tunggu, saya akan hubungi dokter


untuk keluhan Anda ini.

Respon : Terima kasih, saya memang butuh perhatian saat ini


Terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat

respons sewajarnya dari komunikan.

Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi

karena kesalahan dalam memberikan makna pesan.

Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah­

pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.


Contoh: 
Isteri : Mengapa pulang lambat?
Suami : Kalau orang baru plg jangan ditanya macam-macam.
Ambilkan minum!
Contoh lain :
Stimulus : Dimana yg nyeri?
Respon : Jika anda tidak keberatan, saya ingin bicara dengan
dokter tentang hal ini.
.
3) Transaksi Tersembunyi

Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator

dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan

sikap yang lainnya.

Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan

respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima.


Contoh :

Pada suatu petang Dudung berkunjung ke rumah


Nunung. Mereka asyik sekali ngobrol karena ada bahan
percakapan yang sangat menarik. Ayah Nunung melihat ke
arah jam dinding & berkata, “Hmm... sudah pukul 11 mlm.”

Pernyataan tentang fakta yang disampaikan terang-


terangan. Pesan tersembunyinya ialah “bukankah sudah
waktunya kau pulang, Nak?
F. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG
SEHAT

Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai beberapa

konsep yang sering dikaitkan dengan self (diri). Konsep tersebut

merujuk pada perkembangan kepribadian seseorang. Orang

dengan self yang positif akan nampak sebagai orang dengan

kepribadian yang sehat.


Berikut adalah perkembangan self yang merupakan suatu
prasyarat terbentuknya kepribadian yang sehat dan unik, yaitu:

1)Physical self (diri jasmaniah)

2)Self Identity (Identitas diri)

3)Self Esteem (Harga Diri)

4)Self Extension (Perluasan Diri)

5)Self Image (Gambaran Diri)

6)Rasional Self (Diri Rasional)

7)Propriate Striving of Self (Perjuangan Diri yang Menentukan Tujuan


Hidup Selanjutnya)
Karakteristik kepribadian yang sehat menurut para Ahli
Menurut Allport kepribadian yang sehat ialah :
Memiliki kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta menyukai
tantangan-tantangan baru
Mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal-hal baru
Aktivitas yang mengahasilkan ketegangan
Melalui tantangan dan pengalaman baru manusia dapat bertumbuh dan
berkembang
Pribadi yang sehat berfungsi secara sadar dan menyadari sepenuhnya kekuatan-
kekuatan yang membimbing dan dapat mengontrol kekuatan yang dimiliki
Pribadi yang matang tidak dikontrol oleh trauma dan konflik masa kanak-kanak
Kebahagiaan bukan suatu tujuan hidup melainkan hasil dari keberhasilan
integrasi kepribadian dalam mengejar inspirasi dan tujuan hidupnya
Kepribadian yang sehat memiliki prinsip penguasaan dan kemampuan
Karakteristik kepribadian yang sehat
menurut B.F Skinner :
Seseorang yang tingkah lakunya tidak dipengaruhi
oleh reinforcement.
Orang yang mampu mengkontrol faktor eksternal
sehingga bisa mengkontrol tingkah laku.
Orang yang mampu mengkontrol variabel yang
berlebihan yang mempengaruhi prilaku.
Karakteristik kepribadian yang sehat menurut Julian Rotter :
Memiliki freedom of evement yang tinggi - bersifat optimis
karena berharap untuk sukses.
Memiliki minimal goal level yang realistis, artinya kita menyusun
(meletakkan) minimal goal level sesuai dengan kemampuan dan
keadaan kita yang sebenarnya.
Memiliki locus of control internal - memiliki kontrol yang kuat
terhadap diri sendiri, biasanya lebih bertanggung jawab pada tingkah
lakunya, lebih percaya diri, lebih tanggap terhadap stimulus
lingkungan dan nilai yang tinggi pada keahlian dan prestasi.
Memiliki interpersonal trust yang tinggi, dapat dipercaya.
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut
Hansen
Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes

sesuai dengan tempat ia berada


Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara

bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan


secara bebas pula.
Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok

Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul

cair.
Keterlambatan pencapaian kematangan rohani menurut ahli
psikologi sebagai keterlambatan dalam perkembangan kepribadian.
Faktor-faktor ini menurut Dr. Singgih D.Gunarsa dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
Faktor Intern, meliputi konstitusi tubuh, struktur dan keadaan fisik,
koordinasi motorik, kemampuan mental, bakat khusus (intelegensi tinggi,
hambatan mental, bakat khusus), emosionalitas.
Faktor ekstern (lingkungan), meliputi kebudayaan tempat dimana
seseorang dibesarkan yang menekankan pada norma, yang didasarkan
pada nilai-nilai luhur seperti kejujuran, loyalitas dan kerja sama.
G. PERKEMBANGAN KEPRIBDIAN YANG
ABNORMAL
Perkembangan kepribadian yang abnormal adalah merupakan suatu
kepribadian yang memiliki kelainan, gangguan dan hambatan, baik berupa
fisik maupun psikis.

Bentuk-bentuk kepribadian Abnormal yaitu:

1)Gangguan kecemasan (anxietas), seperti fobia, obsesif kompulsif dan


neurosis.

2)Gangguan psikologis (jiwa), meliputi gangguan isi berfikir, persepsi dan


gangguan emosi yang tidak stabil.

3)Gangguan disasosiatif, yaitu melarikan diri dari inti kepribadian, sehingga


kepribadian terpisah dari kesadaran. Seperti kepribadian ganda dan amnesia.
4) Gangguan somatoform, yaitu psikis yang berwujud ke dalam kondisi
fisik (penyakit yang dipengaruhi oleh pola pikir, meliputi:
 Gangguan conversion, seperti gugup dan keringat dingin
 Gangguan somatozation
 Gangguan body dismorphis, seperti tidak percaya diri
 Gangguan hipochiondriasis, seperti kepercayaan bahwa seseorang
memiliki penyakit serius pada dirinya padahal tidak
5) Gangguan mood atau bunuh diri, meliputi:

 Gangguan depresi mayor, seperti merasa rendah diri


 Gangguan distimik/pola pikir singkat, seperti melampiaskan amarah pada
alkohol (mabuk)
 Gangguan bipolar/gangguan perasaan yang berubah, seperti kadang-
kadang percaya diri kadang-kadang minder

6) Gangguan seksualitas

 Gangguan seks yang disebabkan oleh dorongan abnormal


 Gangguan seksualitas yang disebabkan oleh partner yang salah
 Gangguan seks yang disebabkan cara-cara yang abnormal
Ciri-ciri kepribadian abormal menurut Hansen ialah :
 Terjadinya ketidak-seimbangan antara id, ego dan super ego.

 Ketidakmampuan seseorang dalam mengurangi ketegangan.

 Terjadinya complexes pada masa lalu yang tidak menyenangkan.

 Terjadinya pengalaman buruk pada masa lalu yang berpengaruh


terhadap masa sekarang.
 Memiliki abilities dan achievement yang rendah.

 Kepribadiannya menetap dan tidak berkembang.


Ciri-ciri kepribadian abormal menurut Julian Rotter ialah :
 Memiliki tingkah laku psychopathologic yang dirancang untuk
menghindari konflik di antara tujuan-tujuan penting dan kebebasan untuk
bergerak (freedom of movement) yang rendah.
 Memiliki minimal goal level yang terlalu tinggi dan tidak realistik.

 Memiliki locus of control external - kurang percaya pada kemampuan


sendiri dalam mengkontrol hidupnya, baik sekarang maupun besok.
 Memiliki inter personal trust yang rendah, sehingga tidak bisa
dipercaya.
 Biasanya hidupnya tidak bahagia, maladaptif, dipersulit oleh konflik-
konflik yang ia buat sendiri.
H. TUJUAN DAN PROSES
KONSELING

Proses konseling Analisis Transasional (AT)


bertujuan untuk membantu klien
mengembangkana status egonya sehingga
dapat berfungsi lebih baik dengan cara
menganalisa transaksi yang dilakukannya.
Adapun tujuan dari konseling ini ialah:
 Mendekontaminasikan ego state yang terganggu

 Membantu mengunakan ketiga ego state yang terganggu

 Membantu menggunakan ego state adult secara optimal

 Mendorong berkembangnya life position SOKO dan life


script baru dan produktif.
Selain itu, tujuan konseling ialah sebagai berikut:
Membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan

Membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan status


ego yang cocok
Membantu klien dalam mengembangkan status ego dewasanya

Membnatu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang
cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru
Membantu individu mencapai ekonomi, kesadaran, spontanitas keakraban.
Menurut Harris, proses konseling Analisis Transaksional
(AT) pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan
kontrak dengan klien,baik mengenai masalah maupun tanggung
jawab pada kedua pihak. Pada bagian kedua, baru mengajarkan
klien tantang ego statenya dengan diskusi bersama klien.

Kontrak bagi Dusay adalah berbentuk pernyataan-


pernyataan klien-terapis untuk bekerja sama mencapai tujuan dan
masing-masing terikat untuk saling bertanggung jawab, karena
terapis bukanlah orang yang menanti mukjizat terapis.
Kontak dalam Analisi Transaksioanan menurut Dusay mencakup empat
komponen :
Saling menyetujui, yakni terjadinya persetujuan dalam keadaan ego state antra
klien-terapis untuk melakukuan perubahan yang spesifik
Kompetensi, yakni kesediaan terapis untuk memberikan layanan yang
menggunakan kompetensi yang dimilikinya
Tujuan yang legal, yakni menyangkut materi dan tujuan dari kontrak yang
bersifat legal
Konpensasi, yakni menyangkut imbalan bagi terapis yang telah mengorbankan
waktu dan kemampuannya
Teknik yang sering digunakan dalam Analisi Transaksional (AT)
ialah :
1)Analisis struktur
Maksudnya adalah analisi terhadap status ego yang
menjadi dasar stuktur kepribadian klien. Analisi hendaknya bisa
mengenal :
 Apakah klien menggunakan ego state tertentu
Apakah ego state klien normal, terkontaminasi atau ekslusif
Bagaimanakah energi egogram klien
2) Analisi Transaksional
Transaksi antara konselor-klien pada hakikatnya adalah transaksi antar
status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari
respons atau stimulus klien.

3) Analisis Mainan

Yaitu analisi hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan


konselor atau dengan lingkungannya

Analisis Skript

4) Merupakan usaha terapis yang terakhir yang diperlukan mengenal


proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini
hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan
standar sukses yang telah ditanamkan orangtuanya.
Selain itu, teknik konseling yang juga digunakan ialah :

1)Permission

Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh


dilakukan oleh orang tuanya

2)Protection

Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh


melanggar terhadap peraturan orang tuanya.

3)Potency

Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction


yang diberikan orang tuanya.
4) Operation
 Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada
diri klien sehingganya berkembang  respon adult dalam dirinya.
 Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien
paham tentang ego statenya.
 Confrontation
Menunjukkan  kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
 Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien
untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar
klien)
 Illustration

Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya


digunakan  secara tepat.  
 Confirmation

Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.


 Interpretation

Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya


 Crystallization

Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti


games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
1. Kekuatan AT (Analisis Transaksioanal)
 Punya pandangan optimis dan realistis tentang manusia

AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia


punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang
memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia
bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya
dapat tumbuh. Karena itu AT lebih Optimis dan realistis
memandang manusia.
 Penekanan waktu sekarang dan di sini

Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia


punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan
pilihannya. Untuk mengatasi masalah klien itu, AT berusaha
membangkitkan kemauan dan kemampuan orang dengan
melakukan analisis interaksinya dengan orang lain. Hal ini
dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist
adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and
now). 
 Mudah Observasi

AT adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap


interaksi atau komunikasi manusia.
 Meningka
tkan kete rampilan berkom
unikasi
Fokus AT terpus
at pada cara bag
aimana klien ber
maka treatment ju interaksi,
ga mengacu pad
a interaksi, cara
kata-kata yang d bebicara,
ipergunakannya
dalam berkomun
Analisis terhada ikasi.
p interaksi klien
pada ruangan ko
memberi kesemp nseling,
atan kepada klie
n untuk memper
baiki cara i
nteraksinya dan
komunikasinya.
Menurut Muhammad Surya kekuatan konseling analisis
transaksional yaitu :

1)Terminology yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah


diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks

2)Klien diharapkan dan didorong untuk moncoba dalam hubungan


di luar ruang konseling untuk mengubah tingkah laku yang salah

3)Perilaku klien disini dan sekarang, merupakan cara untuk


membawa perbaikan klien.

4)Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial.


2. Kelemahan AT
 Kurang Efisien terhadap kontrak treatment

AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien.


Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara
realistis, sebagai orang yang membutuhkan pertolongan.  Hal
semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya,
karena memerlukan beberapa kali pertemuan.
 Subjektif dalam menafsirkan status ego

Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang


tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang
subyektif.
Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam
menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam
status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara
orang yang satu dengan yang lainnya.
 Kurang petunjuk mengenai tingkah laku konselor

Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk


bagaimana menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat.
Karena belum adanya petunjuk khusus, orang menganggap AT
kurang terinci, karena tidak ada petunjukanya
K. ANALISIS KASUS BERDASARKAN
Ka KONSTRAN
Tr sus A
an
sak nalis
sio is
an
l:

Hasta adlah anak yang patuh dan penurut


kepada orangtuanya. Baginya, orangtua adalah
orang yang selalu dihormati dan ditaati.
Sejak kecil, Hasta memang selalu diarahkan
orangtuanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu,
harus yang ini, harus yang itu.
Ia jarang sekali dibiarkan membuat pilihannya sendiri. Hal itu juga
terjadi dalam pemilihan arah pendidikan. Dari TK, SD hingga SMA semua
ditentukan oleh orangtua. Tidak ada yang dipilih sendiri oleh Hasta. Dia
selalu menurut saja.
Orangtuanya ingin Hasta menjadi seorang dokter. Hasta merasa
tidak ingin menjadi dokter, tapi tidak mau dan tidak bisa melawan
keinginan orangtua, dia merasa tidak meimiliki kekuatan atas jalan
hidupnya sendiri.
Hasta menurut saja jika dipersipkan untuk menjadi seorang dokter
dengan les tambahan di bimbingan belajar, baik klasikal maupun
privat. Kemudian Hasta berhasil diterima di jurusann kedokteran
umum. Orangtuanya senang sekali, merasa telah sukses
mengarahkan anakanya. Tetapi Hasta tidak nyaman, sebenarnya ia
ingin belajar sastra. Hasta pernah sekali mengungkapkannya
kepada orangtuanya tentang keinginannya itu. Tetapi orangtuanya
tidak mau tahu dan melarang Hasta untuk belajar sastra. Menurut
Hasta, orantuanya berpikir bahwa pilihan terbaik adalah apa yang
diputuskan oleh orangtua, bukan Hasta yang hanya seorang anak.
Hasta menjalani kuliah di kedokteran
dengan tidak semangat dan tertekan.
Dia merasa bukan ini yang ingin ia
lakukan. Dia ingin sekali keluar dari
jurusan kedokteran. Akibatnya pada
semester pertama, nilainya sudah
jeblok.
Orangtua hanya bisa marah-marah, menyuruh Hasta serius

kuliah, tidak memikirkan hal lain apalagi sastra. Karena hal itu,

Hasta semakin merasa tertekan dan stres. Dia ingin memiliki

kekuasaan atas pilihan jalan hidupnya sendiri, tetapi ia tak

sanggup melawan ego orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai