“KONSELING INDIVDUAL”
DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh
Kelompok 2;
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya yang senantiasa melimpah pada kita semua Shalawat serta Salam Semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya yang senantiasa
menjadi teladan bagi kita semua
Dalam rangka memenuhi tugas mata kullah Assesment Test dan Non Test. kami kelompok 1
menyusun makalah dengan tema "Hubungan dan Proses Konseling” Melalui makalah ini
kami berharap dapat memahami lebih dalam mengenai Hubungan konseling.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini, kami tidak bisa mengesampingkan bimbingan dan
arahan dan dosen pengampu mata kuliah Konseling Individul Ibu Siska Mendes., S.Pd. M.Pd,
Kons. Kami ucapkan terima kasih atas bimbingannya yang telah memberikan banyak ilmu
dan pengetahuan mengenai Hubungan dan proses Konseling.
Hami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok Kami yang telah
bekerja sama dan saling membantu dalam penyelesaian tugas ini
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi ilmu yang
sangat membantu kita yang baik bagi pembaca
Hormat kami
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
cover
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
III. Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
D. Menciptakan Rapport...................................................................................................9
G. Proses Konseling..........................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
III. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Agama amat menyentuh iman, taqwa dan akhlak, Jika iman kuat maka ibadah
akan lancar termasuk berbuat baik dengan sesama manusia, karena telah terbentuk
akhlak yang mulia. Dengan kata lain kuatnya iman, lancarnya ibadah, serta baiknya
akhlak, akan memudahkan seorang individu untuk mengendalikan dirinya dan untuk
selalu beramal terhadap masyarakat serta alam sekitar.
5
Seorang konselor yang telah lama dilingkungi referensi dari Barat besar
kemungkinan akan mempengaruhi perilakunya, terutama terhadap agama Mungkin dia
tidak akan mempercayai bahwa jika seorang konselor yang muslim akan bisa
mengembangkan konseling Islami Padahal, banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadis
Rasulullah yang dapat memberikan banyak kontribusi terhadap proses konseling, dan
terhadap klien. Sebagai contoh. Allah berfirman dalam Surat Saba ayat 28: “Dan Kami
tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali kepada seluruh umat manusia sebagai
pembawa gembira dan peringatan.” Dari Erman ini dapat kita ambil makna bahwa:
(1) Ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah sebagai bimbingan kepada seluruh
umat manusia.
(2) Dalam bimbingan Rasul tersebut, pertama sekali haruslah dengan memberi
kegembiraan Arti kegembiraan adalah bahwa orang yang dibimbing itu harus merasa
senang dengan pembimbing. Jika dia sudah merasa senang, maka dia akan suka atau
senang mengemukakan semua perasaannya, termasuk masalahnya, dan potensinya.
(3) Selanjutnya oleh Rasulullah akan diberikan bantuan sesuai dengan masalah saatnya
diberi peringatan, mungkin berupa nasehat, pikiran, atau aturan-aturan agama harus
dipatuhinya.
Karena itu harus ada upaya yang baru yang bertujuan agar klien senang berbicara
dengan konselor yaitu memulai treatment dari hal yang menggembirakannya. Sebagai
contoh jika seorang klien mempunyai kelemahan 75% dan potensinya hanya 25%,
maka konselor akan memberikan perlakuan utama terhadap potensi 25%. Alasannya
adalah jika konselor berdialog dengan klien tentang potensi yang 25%
menggembirakan) maka klien akan senang membicarakan hal tersebut, misalnya
6
tentang prestasi olahraga yang pernah diraih klien. Pembicaraan itu terus berkembang
sehingga pada gilirannya klien secara jujur dan terbuka mengungkapkan hambatan-
hambatan dan masalah-masalah dirinya yang menyebabkan prestasi belajarnya
menurun.
Sampai disini secara objektif konselor tidak pernah mengungkit masalah klien,
akan tetapi klien sendiri yang mengemukakannya. Pada giliran selanjutnya tanpa
disengaja diskusi telah beralih pada masalah utama klien yang merupakan titik
kelemahan mendasar yang selama ini jarang diungkapkannya kepada siapapun. Dengan
mendiskusikan potensi klien yang 25% berarti potensi ini membesar mungkin mencapai
50%. Sebaliknya, dengan mendiskusikan kelemahan yang 75% maka angka ini
menurun lebih kurang 25% sehingga menjadi 50%.
Dalam hubungan konseling yang terjadi antara pembimbing atau konselor dengan klien
akan ditemukan karakteristik hubungan sebagai berikut:
(1) Hubungan konseling itu sifatnya bermakna, terutama bagi klien, demikian pula bagi
konselor
7
Dalam hubungan konseling tidak saja faktor afek yang ada, akan tetapi juga kognitif.
Namun suasana afeklah yang menonjol. Agar kognitif muncul dengan baik, maka
tekanan-tekanan emosi harus dibongkar atau dieksplorasi terlebih dahulu sehingga
membuat klien menurun tingkat kecemasannya dan muncul pikiran-pikiran jernih untuk
membuat rencana tentang pemecahan masalah dan pengembangan diri.
(5) Kebutuhan
Hubungan dan proses konseling akan berhasil mencapai tujuan bila klien datang
meminta bantuan atas dasar kebutuhannya. Klien mungkin butuh akan informasi,
instruksi, nasehat, pemahaman, rencana, bantuan, dan treatment dari konselor. Orang
yang datang meminta bantuan disebabkan dia merasa kekurangan pengetahuan dan
kemampuan, merasa dalam keadaan yang menderita, kesulitan atau bahaya (distress)
juga mungkin merasa ketakcocokan/kejanggalan, cemas, dan tidak efektif.
8
Orang yang meminta bantuan dengan sukarela berarti dia dewasa, sadar, dan mau
percaya pada orang lain yang mau membantu. Sedangkan konselor yang mau
memberikan bantuan akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut: memiliki kekuatan
pribadi, ramah, energik, skill, berwawasan, dan teliti. Dengan sifat-sifat ini konselor
akan mendapat kepercayaan dari klien dan kepercayaan diri klien juga makin
meningkat.
Orang yang membantu orang lain harus pula dapat membaca bahasa tubuh (body
language), membaca pribadi dan perilaku, memahami apa yang terjadi. Dia paham apa
kenyataan dan apa dibalik kenyataan itu (membaca perilaku nonverbal).
Pengetahuan dan latihan mengenai bahasa dan perilaku nonverbal amat penting
bagi konselor, namun agak sukar dilakukan. Sebab itu dituntut ketekunan. Dengan
membaca perilaku nonverbal. Maka konselor akan akurat memahami keseluruhan
persoalan klien.
(6) Struktur
(7) Kerjasama
Kerjasama antara konselor dan klien amat diperlukan, karena akan mempercepat
tercapai tujuan konseling. Jika sekiranya klien bertahan (resisten) maka ia menolak dan
tertutup terhadap konselor. Akibatnya, hubungan konseling akan macet. Demikian juga
jika konselor kurang wawasan dan kurang terampil akan berakibat klien tidak
berpartisipasi, sehingga menghambat tujuan konseling.
9
(8) Konselor mudah didekati, klien merasa aman
Konselor harus dirasakan oleh orang lain sebagai orang yang mudah didekati. Dia
mudah menerima orang lain serta mudah memberi ide, saran, dan bantuan Disamping
itu klien merasa aman bersamanya. Konselor bebas dari rasa cemas, ragu-ragu. Dan
takut. Dia memperlihatkan penampilannya yang selalu prima, stabil, dan siap.
Faktor iman dan taqwa amat mendukung terhadap kehidupan emosional konselor. Jika
kurang iman, mungkin konselor akan mengalami gejolak emosi yang tak karuan
sebagai dampak negatif keadaan rumah tangga atau karir yang kacau.
(9) Perubahan
Tujuan hubungan konseling adalah perubahan positif yang terjadi pada diri klien.
Perubahan itu dapat dirinci yakni: terjadi pemahaman potensi dan kelemahan diri.
Selanjutnya adanya rencana untuk pengembangan potensi diri dan mengatasi masalah
yang dihadapi.
10
Menurut Barbara Okun (1987:22) jika terjadi hubungan konseling maka yang
berhadapan adalah helper’s environment dengan helpee’s environment, dimana terdapat
aspek-aspek: sikap. Kebutuhan, nilai, keyakinan, dan kepedulian (concern) pada diri
klien. Sedangkan pada diri konselor terdapat aspek sikap, kebutuhan. Nilai, keyakinan,
dan keterampilan.
D. Menciptakan Rapport
Didalam kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain. Pertama,
melihat dari perbedaan. Cara melihat ini diwarnai oleh perasaan egosentrisme yakni
melihat orang lain dari kelemahannya kesalahannya, atau keburukannya. Dan
menganggap diri sendiri adalah yang serba hebat, pandai, terhormat, mulia dan
sebagainya. Akibatnya orang ini hanya melihat perbedaan, sehingga menjurus kepada
individualistik. Kedua, memandang orang lain dari segi persamaan. Pandangan ini
melahirkan sikap ingin berbagi (sharing) dengan orang lain Dan orang itu dianggap
saudara, Islam mengajarkan bahwa “Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah perselisihan diantara saudara-saudaramu (QS.Al-Hujurat: 100).
Jika anda menekankan pada perbedaan, maka anda akan sulit mencapai rapport.
Sebaliknya jika anda menekankan pada pandangan persamaan dan rasa berbagi maka
sikap resisten dan berlawanan akan hilang. Jika sikap dan perasaan ini tumbuh maka
terjadilah rapport.
11
Didalam konseling, seorang konselor harus mampu menciptakan rapport. Bagaimana
caranya?
1) Pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang dirasakan kliennya. Dia juga harus
terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa hormat dan menghargai.
2) Konselor harus mampu membaca perilaku nonverbal klien. Terutama yang
berhubungan dengan bahasa lisannya.
3) Adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya
ada keikhlasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri konselor.
Jika terjadi rapport dalam hubungan konseling, berarti hubungan tersebut telah
mencapai puncak. Artinya dalam kondisi ini, kondusif sekali bagi keterbukaan klien.
Klien telah mulai membuang selubung resistensinya dan keengganannya, dan
memasuki keterbukaan (disclosure). Jika klien sudah terbuka, maka dia akan terlibat
dengan diskusi bersama konselor. Sebab dia sudah mempunyai rasa mempercayai
konselor.
Ada beberapa hal yang perlu dipelihara dalam hubungan. Konseling yakni
a. Kehangatan, artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu demikian hangat
bergairah, bersemangat. Kehangatan disebabkan adanya rasa bersahabat, tidak formal,
serta membangkitkan semangat dan rasa humor.
b. Hubungan yang empati, yaitu konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan
memahami akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya.
c. Keterlibatan klien, yaitu terlihat klien bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling
dengan jujur mengemukakan persoalannya, perasaannya, dan keinginannya.
Selanjutnya dia bersemangat mengemukakan ide, alternatif dan upaya-upaya.
Yang menjadi pemikiran adalah, apa sebab seseorang begitu resistensi? Mungkin ada
beberapa sebab seperti:
A. Klien dihadirkan secara paksa, mungkin atas desakan orang tua atau guru.
B. Konselor bersikap kaku, curiga, kurang bersahabat, atau konselor terlalu mendominasi
proses konseling dengan banyak nasehat dan kata-kata yang kurang disenangi klien.
C. Situasi ruang konseling kurang mendukung klien untuk terbuka. Misalnya dekat dengan
ruang lain yang mudah mendengarkan pembicaraan, atau tempat lalu lalang orang, atau
ruangan di sebelah bising, dan sebagainya.
D. Faktor pribadi klien seperti keangkuhan karena jabatan, titel (gelar), kekayaan dan
sebagainya. Biasanya seorang pejabat yang terbiasa didengarkan, sulit baginya untuk
didengarkan orang lain, alias tidak mau terbuka.
Jika klien itu resistensi, perlu ada upaya konselor untuk mengatasinya seperti
mengalihkan topik, memberi motivasi, atau menurunkan dan menaikkan level diskusi
tergantung tingkat kemampuan klien. Akan tetapi jika klien terus juga resistensi
walaupun telah diupayakan maka sebaiknya klien itu di DO secara baik dengan istilah
Okun (1987) adalah A sabbatical leave from helping (di-cutipanjang-kan alias di drop
atau dialihkan kepada konselor yang cocok).
(1) Kecemasan, mungkin dari kekalutan pikiran karena masalah keluarga, Pekerjaan dan
uang
13
(2) Konselor yang sedang mengalami frustrasi dan konflik
(3) Konselor yang merangkap pejabat, biasa memerintah, menasehati dan mengatur. Dia
melihat hubungan konseling sebagai hubungan bawahan dan atasan. Klien adalah
bawahan, karenanya layak dinstruksi, dinasehati bahkan dimarahi Mungkin guru yang
merangkap jadi konselor adalah contoh yang demikian.
Respon tidak sama dengan reaksi. Karena itu keterampilan komunikasi dapat
dipelajari oleh siapa saja apapun tingkat pendidikannya. Karena hal itu adalah ski maka
latihan yang terus menerus amat diperlukan.
Banyak orang yang mengenal masalahnya, atau mengetahui secara baik, akan
tetapi mengalami kesulitan secara verbal mengkomunikasikannya. Ada pula klien yang
dapat mengkomunikasikan ide atau kepeduliannya, akan tetapi gagal mengidentifikasi
dan menggarisbawahi masalahnya. Ada lagi yang punya masalah akan tetapi enggan
untuk mengkomunikasikan padahal dia perlu mendapat bantuan (reluctant client).
G. Proses Konseling
14
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.
Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung
dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).
1. Awal Konseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling
sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu,
kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling Tahap Awal dilakukan
konselor sebagai berikut.
Hubungan konseling yang bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan
konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working relationship hubungan yang
berfungsi. Bermakna, berguna Keberhasilan proses konseling amat ditentukan oleh
keberhasilan Tahap Awal ini.
15
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah
melibatkan diri, berarti kenasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat
isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada klien.
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi kontrak
waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh klien dan apakah konselor
tidak keberatan; kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya, dan klien apa pula;
kontrak kerjasama dalam proses konseling.
16
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada Tahap Awal,
kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada:
(1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh
Hal ini bisa terjadi jika: pertama, klien merasa senang terlibat dalam
pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk
mengembangkan potensi diri dan memecahkan masalahnya. Kedua, konselor berupaya
kreauf dengan keterampilan yang bervariasi, serta memelihara keramahan, empati,
kejujuran, keikhlasan dalam memberi bantuan. Kreativitas konselor dituntut pula untuk
membantu klien menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun
rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri.
17
Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.
Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat
dalam pikirannya. Pada Tahap Pertengahan konseling ada lagi beberapa strategi yang
perlu digunakan konselor yaitu: Pertama, mengkomunikasikan nilai-nilai inti, yakni
agar klien selalu jujur dan terbuka, dan menggali lagi lebih dalam masalahnya. Karena
kondisi sudah amat kondusif, maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan
tertantang untuk memecahkan masalahnya Kedua, menantang klien sehingga dia
mempunyai strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dan beberapa alternatif,
untuk meningkatkan dirinya.
Klien belajar dari preses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang
membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses konseling, Artinya
klien mengambil makna dari hubungan konseling antuk kebutuhan akan suatu
perubahan.
18
Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan perilakunya. Sebab
ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya perubahan pada dirinya.
(4) Mengakhiri hubungan konseling
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kelompok kami ambil dari materi mengenai hubungan dan
proses konseling ini adalah hubungan konseling adalah hubungan membantu
memecahkan permasalahan klien yang dipusatkan pada perubahan perilaku dan
tindakan klien serta mengidentifikasi pemahaman klien terhadap perasaan, perilaku dan
tindakannya juga pemahaman klien terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya.
Adapun hubungan antara konseling dengan agama itu Agama amat menyentuh iman,
taqwa dan akhlak, Jika iman kuat maka ibadah akan lancar termasuk berbuat baik
dengan sesama manusia, karena telah terbentuk akhlak yang mulia. Dengan kata lain
kuatnya iman, lancarnya ibadah, serta baiknya akhlak, akan memudahkan seorang
individu untuk mengendalikan dirinya dan untuk selalu beramal terhadap masyarakat
serta alam sekitar.
20
Daftar Pustaka
Willis . S . Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabet: Bandung. 2011
21