Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KODE ETIK BIMBINGAN BELAJAR DAN


KONSELING

Oleh:

KELOMPOK 1

1. SERLY INTAN KUMALA SARI NPM. 2026040001.P


2. CHOLIKA WULANDARI NPM. 2026040002.P
3. YELEN YULANDA NPM. 2026040012.P
4. WINDA SARI NPM. 2026040013.P
5. PELITA JUNIARTI NPM. 2026040014.P
6. ETI RESTIANI NPM. 2026040015.P
7. LOZALIA NPM. 2026040016.P
8. ASMARITA NPM. 2026040017.P
9. ELSA DIANA NPM. 2026040018.P
10. MELATI FAJRIANI NPM. 2026040019.P
11. DELI CITRA PURNAMA NPM. 2026040020.P

DOSEN : Suhita Tri Oklaini, MTr.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, hidayah, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk ,
maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami tentang intervensi Negara
dalam bisnis. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Bimbingan Belajar............................3
B. Pengembangan dan Perkembangan Bimbingan Belajar dan
Konseling..............................................................................................7
C. Kode Etik Bimbingan belajar dan konseling........................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan belajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan
secara keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki
tujuan khusus, yaitu membantu individu mengembangkan dirinya secara
optimal sehingga ia dapat menemukan dirinya dan dapat mengadakan pilihan
keputusan dan penyesuaian diri secara efektif. Oleh sebab itu bimbingan
belajar wajib dilaksanakan bagi setiap sekolah dalam upaya mencapai
keberhasilan belajar siswa secara keseluruhan. Dalam kenyataannya, pada
saat siswa melakukan kegiatan belajar sebagai bagian proses pembelajaran
banyak timbul permasalahan.
Dalam proses menjalani program pengajaran di sekolah siswa tidak
jarang menghadapi kesulitan berupa keraguan memilih bidang studi yang
sesuai, memilih mata pelajaran yang cocok, memilih ekstrakurikuler,
memilih kegiatan-kegiatan non akademis yang menunjang pendidikan,
menyusun jadwal kegiatan/ belajar menurut kebutuhannya dan sebagainya.
Pada tahun terakhir mereka dalam suatu sekolah seringkali menghadapi
kesulitan-kesulitan berupa konflik dalam pilihan sekolah lanjutan,
memilih jenis-jenis latihan atau keterampilan tertentu, dan memilih tempat
“bimbingan tes’ yang memadai. Termasuk pula dalam bagian ini adalah
kesukaran-kesukaran penguasaan bahan pelajaran yang semestinya digunakan
untuk menghadapi ujian akhir, timbulnya rasa penyesalan, tidak siap ujian,
dan rasa tidak percaya diri yang menyertai masalah ini.
Terkait dengan beberapa permasalahan tersebut, maka sekolah
mempunyai tanggung jawab untuk membantu permasalahan siswa dalam hal
belajar, agar mereka dapat berhasil dalam belajarnya. Karena bimbingan
belajar sebagai salah satu usaha untuk membantu permasalahan siswa dalam
hal belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar
yang kondusif agar siswa terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing

1
membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, mengambangkan cara
belajar yang efektif, membantu siswa agar sukses dalam belajar dan agar
mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/ pendidikan.
Dalam bimbingan belajar, para pembimbing berupaya memfasilitasi siswa
dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Bimbingan Belajar
2. Bagaimana Pengembangan dan Perkembangan Bimbingan Belajar dan
Konseling
3. Bagaimana Kode Etik Bimbingan belajar dan konseling

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Bimbingan Belajar
2. Untuk mengetahui Pengembangan dan Perkembangan Bimbingan Belajar
dan Konseling
3. Untuk mengetahui Kode Etik Bimbingan belajar dan konseling

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Profesi Bimbingan Belajar


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai dengan
keahliannya. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori
dan penerapan dalam praktek.
Profesi sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari.
Tetapi dalam kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon
tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan
tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan,
tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”.Dengan begitu,
maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsure keahlian dan
kedua unsur panggilan
Prayitno (2004) menyatakan bahwa profesi merupakan suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan
yang disebut profesi tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan
tidak disiapkan khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.
Sebuah profesi harus memenuhi etika atau memiliki ciri-ciri tertentu.
Bimbingan konseling hanya bisa dilakukan oleh seorang konselor.
De George juga menyatakan bahwa profesi, adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian.Profesi merupakan pekerjaan yang di dalamnya
memerlukan sejumlah persyaratan yang mendukung pekerjaannya. Karena
itu, tidak semua pekerjaan menunjuk pada sesuatu profesi.
Pengertian profesi secara singkat juga dikemukakan Kenneth Lynn dalam
M. Nurdin (2004) bahwa profesi adalah menyajikan jasa berdasarkan ilmu

3
pengetahuan. Mc Cully dalam M. Nurdin (2004) menggambarkan bahwa
profesi adalah Menggunakan teknik dan prosedur dg landasan intelektual.
Sedangkan menurut Sudarwan Danim (1995) profesi adalah pekerjaan yang
memerlukan spesialisasi akademik. (Pantiwati : 2010)
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut keahlian, ilmu pengetahuan,
menggunakan teknik yang relevan serta harus berkependidikan yang spesifik.
Sehingga tidak semua pekerjaan adalah suatu profesi.
Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua
sekolah diperuntukkan bagi keberhasilan proses belajar bagi setiap siswa
yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu memberikan pelayanan
atau bimbingan di sekolah berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi
setiap siswa. Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab
semua sekolah diperuntukkan bagi keberhasilan proses belajar bagi setiap
siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Bimbingan belajar merupakan
salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di
sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang
dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabakan oleh kebodohan atau
rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabakan mereka
tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Dalam bidang layanan bimbingan belajar, yaitu untuk membantu
siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik utuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bimbingan belajar terdiri dari :
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian yang
berbeda-beda mengenai bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang
merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan kelainan
pandanagn dan titik tolak, tetapi perbedaan tersebut hanyalah perbedaan
tekanan atau dari sudut mana melihatnya. Berdasarkan pasal 27 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 dinyatakan bahwa : “ Bimbingan merupakan

4
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenali lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Bimbingan di sekolah merupakan aspek program pendidikan yang
berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang dihadapinya dan untuk merencanakan masa
depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan sosialnya.
Bimbingan dalam arti yang luas inheren dengan pendidikan. Banyak ahli
yang sependapat bahwa pengertian tentang bimbingan pada pokoknya hampir
bersesuaian satu sama lain. Terbukti definisi-definisi bimbingan yang ada
sekarang.
Sebagaimana landasan pengertian mengenai apa yang dimaksud
dengan belajar terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi: Menurut
Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah, M. ED. dalam bukunya Psikologi Belajar
mengemukakan: “Belajar merupakan tahapan perubahan tingkah individu
yang relatif menutup sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”
Dari pengertian di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
terjadi dalam diri seseorang karena adanya usaha. Perubahan itu dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, sikap pengertian
pengetahuan yang dapat mengubah situasi-situasi dalam hidupnya.
Berdasarkan dari definisi di atas yaitu “Bimbingan dan Belajar”, maka
dapatlah disimpulkan bahwa bimbingan belajar itu adalah proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam belajarnya,
untuk mencapai kehidupan yang tambah baik sesuai dengan cita- citanya.
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya yang berjudul
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, bimbingan belajar diartikan sebagai

5
suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam
memecahkan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah, agar
peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk
kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai
prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-peruibahan kualitatif individual
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja
menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman,
belajar adalah suatu suatu proses dan bukan suatau hasil. Karena itu,
belajar berlangsung secara aktif dan intergratif dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, bimbingan
belajar ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi
kesukaran - kesukaran yang timbul berkaiatn dengan tuntutan-tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan.
Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-
syarat atau ciri-ciri tertentu. Syarat -syarat atau ciri-ciri utama dari suatu
profesi sebagai berikut (Prayitno : 2004):
1. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki
fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
2. Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas para anggotanya
(petugasnya dalam pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan yang
khusus yang didasarkan atas teknik-teknik intelektual, dan ketrampilan-
ketrampilan tertentu yang unik.
3. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja,
melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis
yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

6
4. Pada anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas
ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit; bukan hanya didasarkan atas
akal sehat (common sense) belaka.
5. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan
latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
6. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum
melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau
sertifikasi.
7. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihan yanng dilayani, para
anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam
memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan
tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan
pelayanan profesional yang dimaksud.
8. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih
mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang
mengejar keuntungan yang bersifat ekonomi.
9. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat
(eksplisit) melalui kode etik yang benar-benar diterapkan; setiap
pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.
10. Selama berada dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus-menerus
berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan
mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu,
menyelenggarakan dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta
secara aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota.

B. Pengembangan dan Perkembangan Bimbingan Belajar dan Konseling


Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu
diperkembangkan. Pengembangan profesi bimbingan konseling antara lain
melalui (a) standarisasi untuk kerj profesional konselor, (b) standarisasi
penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d) stratifikasi dan lisensi, dan (e)
pengembangan organisasi profesi.

7
1. Standarisasi Unjuk Kerja Profesional konselor
Rumusan tentang unjuk kerja itu mengacu kepada wawasan dan
keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para lulusan
program studi bimbingan dan konseling. Keseluruhan rumusan unjuk
kerja itu meliputi 28 gugus yang masing-masing terdiri atas sejumlah
butir yang berjumlah 225 butir. Ke-28 gugus itu adalah:
a. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan serta konseling.
b. Mengorganisasi program bimbingan dan konseling.
c. Menyusun program bimbingan dan konseling.
d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Mengungkap masalah klien.
f. Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat,
kemampuan, dan kondisi pribadi.
g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data.
h. Menyelenggarakan konseling perorangan.
i. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok.
j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa.
k. Menyelenggarakan kegiatan ektrakurikuler.
l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar
siswa.
m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajan
perbaikan dan program pengayaan.
n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar,
o. Menyelenggaakan pelayanan penempatan siswa.
p. Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi
pendidikan/jabatan.
q. Menyelenggarakn konferensi kasus.
r. Menyelenggarakan terapi perpustakaan.
s. Melakukan kunjungan rumah.
t. Menyelenggarakan lingkungan klien.
u. Merangsang perubahan lingkungan klien.

8
v. Menyelenggarakan konsultasi khusus.
w. Mengantar dan menerima alih tangan.
x. Menyelenggarakan diskusi profesional.
y. Memahami dan menulis karya-karya dalam bidang bimbingan dan
konseling.
z. Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dalam bidang BK.
aa. Menyelenggarakan kegiatan BK pada lingkungan/lembaga yang
berbeda.
bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.
Walaupun rumusan butir-butir tersebut itu sudah tampak terperinci,
namun pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan untuk menguji
apakah butir-butir tersebut memang sudah tepat sesuai dengan kebutuhan
lapangan, serta cukup praktis dan memberikan arah kepada para konselor
bagi pelaksanaan layanan terhadap klien. Hasil pengkajian itu
kemungkinan besar akan mengubah, menambah merinci rumusan-
rumusan yang sudah ada itu.
2. Standarisasi Penyiapan Konselor
Tujuannya ialah agar ( calon ) konselor memiliki wawasan dan
menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik – baiknyamateri dan
ketrampilan yang terkandung didalam butir – butir rumusan untuk kerja.
Konselor Amerika Serikat ( dalam Mortensen & Schmuller, 1976 )
mengemukakan syarat – syarat pribadi yang harus dimiliki oleh konselor
sebagai berikut:
a. Memiliki bakat skolastik yang memadai untuk mengikuti pendidikan
tingkat sarjana atau yang lebih tinggi.
b. Memiliki minat dan kemauan yang besar untuk bekerja sama dengan
orang lain.
c. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang – orang dari
berbagai latar belakang.
d. Memiliki kematangan pribadi dan social, melipupi kepekaan terhadap
orang lain, kebijaksanaan, rasa humor, bebas dari kecenderungan –

9
kecenderungan suka menyendiri, mampu mengambil pelajaran dari
kesalahan – kesalahan, dan mampu menerima kritik, berpenampilan
menyenangkan, sehat, suara menyenangkan, memilki daya tarik, dan
bebas dari tingkah laku yang tidak menyenangkan.
3. Pendidikan konselor
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang bimbingan dan
konseling, yaitu unjuk kerja konselor secara baik para (calon) konselor
dituntut memiliki pengetahuan, keteranpilan dan sikap yang memadai,
maka dari itu memerlukan pendidikan khusus.
Dari sisi keilmuannya, perlu diperhatikan betapa besarnya urgensi
dasar keilmuan terhadap kompetensi bimbingan dan konseling. Dalam hal
itu perlu dikatakan bahwa prakter konseling harus berakar secara kokoh
pada ilmu.
Kurikulum program pendidikan konselor mengacu kepada standar
kemampuan konselor yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
dilapangan. Materi kurikulum program studi meliputi:
a. Materi inti, yaitu tentang pertumbuhan dan perkembangan individu,
dasar-dasar ilmu sosial dan kebudayaan, teori tentang pemberi bantuan,
dinamika kelompok, gaya hidup dan perkembangan karier, pemahaman
individu, riset dan evaluasi, dan orientasi propesional.
b. Studi lingkungan dan studi khusus, yaitu materi tentang studi
lingkungan dan materi khusus sesuai dengan keperluan mahasiswa
dalam lingkungan tertentu.
c. Pengalaman tersupervisi, yaitu kegiatan praktek langsung layanan
bimbingan dan konsling baik melalui kegiatan laboraturium,
praktikum, dan intership, maupun praktek pengalaman lapangan yang
sesuai dengan cita-cita karier mahasiswa dan kesempatan beribteraksi
dengan sejawat dan organisasi propesional.
4. Akreditasi
Akreditasi merupakan prosedur yang secara resmi diakui bagi suatu
profesi untuk mempengaruhi jenis dan mutu anggota profesi yang

10
dimaksud. Tujuan pokok akreditasi adalah untuk memantapkan
kredibilitas profesi. Tujuan ini lebih lajut dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar yang
ditetapkan oleh profesi.
b. Untuk menegaskan misi dan tujuan program.
c. Untuk menarik calon konselor dan tenaga pengajar yang bermutu
tinggi.
d. Untuk membantu para lulusan memenuhi tuntutan kredensial, seperti
lisensi.
e. Untuk meningkatkan kemampuan program dan pengakuan terhadap
program tersebut.
f. Untuk meningkatkan program dari penampilan dan penutupan.
g. Untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi memakai
program pendidikan konselor.
h. Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam
evaluasi pogram secara intensif.
i. Membantu para pemakai lulusan untuk mengetahui program mana
yang telah standar.
j. Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pada umumnya
tentang kemantapan pelayanan bimbingan dan konseling.
5. Sertifikasi dan Lisensi
Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapkan
dan menjamin profesionalisasi bimbingan konseling. Para lulusan
pendidikan konselor yang bekerja dilembaga-lembaga pemerintah,
misalnya disekolah-sekolah, diharuskan menempuh program sertifikasi
yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan pemerintah diwajibkan
memperoleh lisensi dan sertifikat kreditasi dari organisasi profesi
bimbingan dan konseling. Hal ini semua dimaksud untuk menjaga
profesionalitas para petugas yang akan menangani pelayanan bimbingan
dan konseling.

11
Untuk dapat diselenggarakan program akreditasi, sertifikasi, dan
lisensi itu harus terlebih dahulu disusun dan diberlakukan undang-undang
atau peraturan pemerintah. Mentri peraturan perundangan ini disusun
bersama antara pejabat pembuat undang-undang/peraturan dengan
organisasi profesi. Dengan prosedur seperti itu, kerjasama antara
pemerintah dan organisasi profesi untuk menjadi bidang gerakannya dapat
terpenuhi secara mantap.
6. Pengembangan Organisasi Profesi
organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang berprofesi
yang sama. Organisasi profesi tidak berorientasi pada keuntungan
ekonomi atau penggalangan politik juga bukan bersifat material lainnya.
Tujuan organisasi tersebut dinamakan “ tri darma organisasi profesi” yaitu
:
1) Pengembangan ilmu
2) Pengembangan pelayanan
3) Penegakan kode etik profesional
Organisasi profesi bimbingan dan konseling dikehendaki dapat
menjalankan ketiga darmanya itu sebagai mana yang diharapkan. Keiut
sertaan dalam program akreditasi lembaga pendidikan konselor, sertifikasi
dan pemberian lisensi tidak lain adalah wujud dari pelaksanaan ketiga tri
darma. Demikian juga perumusan untuk kerja dan pembinaan serta
pengembangan melalui pendidikan konselor tidak terlepas dari upaya
pengembangan profesi yang menjadi sisi organisasi profesi bimbingan
dan konseling.
IPBI sebagai organisasi profesi bidang bimbingan dan konseling
sejak awal telah berusaha melaksanakan tri darma itu. Selain untuk kerja
konselor, IPBI telah menyusun kode etik anggota IPBI dan bekerjasama
dengan lembaga pendidikan konselor dalam rangka penyusunan
kurikulum pendidikan konselor, berpartisipasi dalam penataran para
petugas bimbingan disekolah, dan melaksanakan upaya-upaya lainya.

12
C. Kode Etik Bimbingan belajar dan konseling
Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan
konselingIndonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 20006 tentang penetapan
kode etikprofesi bimbingan dan konsseling, maka sebaian dari kode etik itu
adalah sebagai berikut:
1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan
wawasan.
a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai
dirinya. Ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengarui hubunganya
dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan
profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati,
sabar, menepati jajni, dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan –rekan
seprofesi dalam hubunyanga dengan pelaksanaan ketentuan-
keteentuaan tingkah laku profesional sebagaimana di atur dalam Kode
Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material,
finansial, dan popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan
prosedur khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas
dan kaidah-kaidah ilmiah.
2. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,
surat menyurat, perekaman dan data lain, semuanya merupakan
informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk
kepentingan klien. Penggunaan data/ informasi untuk keperlian riiset

13
atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas
kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota
profesi lain membutuhka persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama
atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan
tidak meruikan klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.
3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam
hubungan antara klien dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit.
Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubugan apabila klien
ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.
4. Hubungan dengan Klien.
a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan
keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan
pribadinya.
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan
klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial
ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada
seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-lebih
dalam keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang
dikehendaki oleh klien.

14
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang
dibinadan batas-batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan
profesional.
h. Kon selor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul
masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan
pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai
konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga,
teman-teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau
konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi
dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk hal itu ia harus mendapat izin
terlebih dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat
dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat
mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
pelakunya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih
dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Sebagai profesi yang handal,
bimbingan dan konseling masih perlu diperkembangkan. Pengembangan
profesi bimbingan konseling antara lain melalui (a) standarisasi untuk kerj
profesional konselor, (b) standarisasi penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d)
stratifikasi dan lisensi, dan (e) pengembangan organisasi profesi. Rumusan
tentang unjuk kerja itu mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang
hendaknya dapat ditampilkan oleh para lulusan program studi bimbingan dan
konseling. Keseluruhan rumusan unjuk kerja itu meliputi 28 gugus yang
masing-masing terdiri atas sejumlah butir yang berjumlah 225 butir.

B. Saran
Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prayinto. Amti, Erman. 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur


Balitbang.

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Rineka Cipta

Syamsu Yusuf L.N. (2005). Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah/Madrasah. Bandung : CV Bani Qureys.

17

Anda mungkin juga menyukai