Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR

“ BIMBINGAN KARIR DI SMA DAN PERGURUAN TINGGI “

DI SUSUN OLEH :

MAYA PUTRI NAGADING (A50118075)

FILKA ADELAH (A50118073)

FADILAH EGITYA (A50118079)

RAHMANIA (A50118019)

DEVI AULIA B (A50118081)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Pada makalah ini
Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak. oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca.

Palu, 03 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB I : PEMBAHASAN

A. BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR DI SMA/SMK


B. BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR DI PERGURUAN TINGGU

BAB III : SIMPULAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karier merupakan serangkaian urutan (sequences) pekerjaan atau okupasiokupasi
pokok/utama yang dilaksanakan atau dijabat seseorang sepanjang kehidupannya. Selain itu
dapat juga dikatakan bahwa karier seseorang terlambang pada urutan (sequences) jabatan-
jabatan utama yang ditekuni seseorang selama hidupnya.
Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen terpenting
dari kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen
tersebut sangat menentukan kebahagian hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika
masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu orang
dewasa.
Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat
besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan
psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang yang
bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada
orang yang menganggur.
Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job, employment)
menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985);
sedangkan kata karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan
diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan
seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan
karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar
mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu.
Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini
anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah,
dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud bimbingan karir di SLTA/SMA/SMA?
2. Apa yang dimaksud bimbingan karir di Perguruan Tinggi?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui maksud dari Bimbingan karir di SLTA/SMA/SMK dan di Perguruan
tinggi
BAB II

PEMBAHASAN

BIMBINGAN KARIR DI SMA DAN PERGURUAN TINGGI

A. BIMBINGAN KARIR DI SLTA/SMA/SMA


Menurut A. Muri yusuf (2002:59) Dunia pendidikan adalah awal yang ikut menentukan
karier seseorang. Bimbingan karir merupakan media untuk menyelaraskan dunia pendidikan
dan dunia kerja. Bimbingan karir dapat diperoleh sejak duduk dibangku SD, SMP, SMA
sampai ke Perguruan Tinggi. Manrihu (1992:143-144) menjelaskan bahwa dari seluruh masa
pendidikan, masa sekolah menengah inilah yang memiliki rentang taraf-taraf kematangan
karier. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling karier untuk remaja lebih
mengutamakan tentang pemahaman dirinya dan lingkungan sekitar dalam membuat dan
menentukan rencana pilihan-pilihan kariernya. Dalam bimbingan karir perkembangan
individu menjadi hal yang penting dalam segala aspek untuk menuju kearah pribadi yang
utuh. Referensi yang dapat dijadikan acuan dalam pemberian layanan dalam bimbingan dan
konseling yaitu Modul Sanggar Bimbingan dan Konseling DKI Jakarta (2003).
Muri Yusuf (2002:60) pemberian informasi karier pada siswa SMU/SMK atau sekolah
menengah atas lainnya, dilakukan dengan eksplorasi berbagai jenis pekerjaan, sesuai dengan
tahap perkembangannya. Bagi siswa sekolah menengah atas ini, fungsi informasi karier
adalah sebagai persiapan untuk memilih pekerjaan.

1. Karakteristik Perkembangan Karier Remaja (SMA/SMK)

ASPEK Indikator
Pengetahuan Diri  Memperoleh pengetahuan tentang
pentingnya konsep perkembangan karier.
 Mengembangkan keterampilan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
 Mengembangkan kesadaran tentang
pentingnya perkembangan emosional dan
fisik dalam pengambilan keputusan karier.

Pengembangan Pendidikan Kejuruan  Mengembangkan kesadaran tentang


pentingnya prestasi pendidikan untuk
melihat peluang karir.
 Mengembangkan kesadaran tentang
hubungan belajar dengan pekerjaan.
 Mengembangkan kesadaran tentang
hubungan timbal balik tanggung jawab
pribadi, kebiasaan bekerja yang baik, dan
peluang karier.
 Memperoleh keterampilan untuk memahami
dan menggunakan informasi karier.
 Memperoleh kesadaran bagaimana karier
berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan
masyarakat.

Perencanaan dan Eksplorasi Karier  Mengembangkan kesadaran hubungan


timbal balik antara peran hidup, gaya hidup,
dan karier.
 Mengembangkan kesadaran perbedaan
jabaan dan perubahan peran laki-laki dan
perempuan.

Sumber diadaptasi dari : Uman Suherman. 2009. Konseling Karir Sepanjang Rentang
Kehidupan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesi

2. Tugas Perkembangan Siswa SLTA


Prayitno, dkk (2014:319) usia SLTA adalah mereka yang telah menamatkan
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, pada umunya berusia sekitar 16-
18 tahun yang sedang menjalani tahap transisi perkembangan. Dari perkembangan masa
Remaja Awal ke masa Remaja Akhir, yang selanjutnya memasuki masa Dewasa Awal.
Tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai untuk nantinya mampu dengan
sukses menjalani tahap perkembangan lebih lanjut, pada garis besarnya adalah:
a) Mencapai kematangan dan perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun
wanita, serta kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita.
c) Mencapai kematangan emosional.
d) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
e) Mencapai kematangan dan pilihan karier yang akan dikembangan lebih lanjut.
f) Mampu mencapai gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri dan mampu
mengendalikan diri baik secara emosional, intelektual, maupun ekonomi.
g) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga.
h) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual.
i) Mencapai kematangan dan sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai
individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa, serta sebagai warga negara.

3. Materi BK Karier di SLTA/SMA/SMK


Menurut Sciarra (dalam Uman Suherman 2009:279) menjelaskan bahwa komponen dan
kompetensi yang akan diberikan kepada siswa SMA/SMK meliputi:
 Identifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki untuk memilih karier yang
sesuai dengan bidangnya atau yang diminati.
 Pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karier yang telah dibuat.
 Mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk membuat rencana karier.
 Memahami potensi, bakat, dan minat yang dimiliki.
 Membuat keputusan terhadap pilihan kariernya.
 Memahami bahwa perkembangan karier merupakan suatu proses yang harus
dijalani selama hidup.
4. Tujuan Bimbingan karir di SLTA/SMA/SMK
Menurut ABKIN (2007:21-22) dalam Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, Bimbingan dan Konseling karier di sekolah
(SMA/SMK) ditujukan untuk memfasilitasi siswa agar:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang
menunjang kematangan kompetensi karier.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.
4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita kariernya masa depan.
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier.
6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan.
7) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. 8.
8) Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.
9) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.

5. Karakteristik Perkembangan Karir Siswa SMA/SMK Dihubungkan Dengan Teori Super


Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, siswa SMA/SMK berada pada tahap
perkembangan remaja. Oleh karenanya, Grand Theory perkembangan karir remaja yang
dikemukakan oleh Super dalam konsep life-stages. Super meringkas konsep lifestages
dan membaginya menjadi lima tahap perkembangan karir, yaitu :
1.      Tahap pertumbuhan (growth)
2.      Tahap Eksplorasi (exploration)
3.      Tahap Pendirian (stabilishment)
4.      Tahap Pemeliharaan (maintenance)
5.      Tahap Kemunduran (decline)
menurut pendapat Super diatas, maka tahap perkembangan karir remaja berada pada
tahap Eksplorasi (exploration).
Berdasarkan uraian diatas, karakteristik perkembangan karir siswa SMA/SMK sesuai
dengan karakteristik perkembangan karir remaja, yaitu berada pada tahap Eksplorasi
(usia 15-24 tahun). Tahap Eksplorasi ditandai dengan mulai melakukan Penelaahan diri
(self examination), mencoba berbagi berbagai peranan, serta melakukan penjelajahan
pekerjaan atau jabatan baik di sekolah, apda waktu senggang, maupun melalui sistem
magang. Level
Eksplorasi meliputi tiga sub tahapan yaitu:
1) Pertama, Sub Tahap Tentatif (Usia antara 15-17 tahun)
Tahap ini dikarakteristikan dengan mulai dipertimbangkannya aspekaspek
kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh.
Pilihan pada masa tentatif ini mulai diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik
melalui diskusi, bekerja, maupun aktivitas lainnya. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat dimaknai bahwa tugas perkembangan karir pada masa remaja sub tahap
tentatif adalah Kristalisasi Preferrensi Karir.
2) Kedua, Sub Tahap Transisi (Usia antara 18-21 tahun)
Tahap ini dikarakteristikan dengan menonjolkan pertimbangan yang lebih realistis
untuk memasuki dunia kerja atau latihan profesional serta berusaha
mengimplementasikan konsep dirinya. Tugas perkembangan pada sub tahap
transisi adalah spesifikasi preferensi karir.
3) Ketiga, Sub Tahap Mencoba (Trial) dengan sedikit Komitmen (Usia antara 22-24
tahun)
Dikarateristikan dengan mulai ditemukannya lahan atau lapangan pekerjaan yang
dipandang cocok, serta mencobanya sebagai sesuatu yang sangat potensial.
B. BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Perguruan tinggi identic dengan Mahasiswa, Mahasiswa merupakan individu yang
sedang menempuh pendidikan tinggi, berumur antara 18-21 tahun (Herr, dkk., 1996:2004).
Pada awal abad 19 mahasiswa di perguruan tinggi didominasi oleh mahasiswa yang berjenis
kelamin laki-laki, namun pada akhir-akhir ini justru persentase mahasiswa perempuan
meningkat sangat pesat, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Herr, 1996:293).
Berkenaan dengan itu, berdasarkan Ginzberg periode mahasiswa dianggap sebagai
periode realistic, selanjutnya, Super menjelaskan bahwa berkenaan dengan karir individu
seusia mahasiswa (18-25 tahun) telah sampai pada tahap spesifikasi dan implementasi
preferensi dalam pekerjaan.
1. Bentuk bimbingan karir di perguruan tinggi
Pelayanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, khususnya bimbingan
konseling dan karir, pada prinsipnya telah dilaksanakan sejak tahun 1981. Pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling ini diawali dengan pelatihan dosen perguruan tinggi
negeri di dua fakultas psikologi yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran
selama tiga bulan.
Dalam pelatihan tersebut masing-masing dosen perguruan tinggi telah menyusun
program bimbingan dan konseling untuk perguruan tinggi masing-masing.
Pelaksanaannya belum seperti yang diharapkan, karena pimpinan perguruan tinggi
ataupun pemerintah belum mampu memfasilitasi berdirinya biro atau pusat pelayanan
bimbingan dan konseling.
Suatu yang menggembirakan, beberapa IKIP waktu itu telah melaksanakannya
termasuk IKIP Padang yang sekarang beralih nama menjadi Universitas Negeri Padang
(UNP). Biro Bimbingan dan Konseling inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Unit
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (UPBK).
Tahun 1996, UPBK berkembang dengan adanya Proyek Dirjen Dikti Depdikbud 3 SCP
D. Pelaksanaan di tingkat Departemen adalah Dosen PTN, khususnya dari IKIP Padang
(Prof.Dr. A.Muri Yusuf, dkk). Proyek ini mengembangkan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Perguruan Tinggi Negeri se Indonesia yang langsung melibatkan mahasiswa
dengan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling.
Sesuai dengan nama proyeknya, di samping mambantu masalah akademik
mahasiswa, juga membantu rencana pengembangan karier mahasiswa. Tahun 2000-an
proyek ini berakhir, pengembangan selanjutnya diserahkan kepada perguruan tinggi
masing-masing.
Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan
tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa,
yaitu :
1. Komitmen Institusi Agar mahasiswa memiliki perencanaan yang baik
terhadap karir dan kehidupannya di masa akan dating, dibutuhkan
komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari lembaga
pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon,
dkk(dalam Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir
yang dibutuhkan mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi
pekerjaan, informasi pendidikan yang sedang ditempuh, informasi
pengungkapan diri mahasiswa, pelatihan pengambilan keputusan,
konseling kelompok berkenaan dengan karir, dsb. Hal ini tentunya
membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di perguruan
tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan
karir mahasiswanya.
2. Pertimbangan Perencanaan Berhubungan dengan kesegeraan bimbingan
karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan sampai
informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh
mahasiswa dalam rangka pengembangan dirinya.
3. Pelayanan yang Komplek Meliputi hal hal sebagai berikut :
a. Career Advising : Hal ini berkaitan dengan peran penasehat
akademis dalam mencapai tujuan pendidikan yang sedang
ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang
ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
b. K o n s elin g Karir Konseling karir merupakan bantuan yang
diberikan oleh konselor dalam rangka membantu mahasiswa
untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang
berkenaan dengan karir.
c. Perencanaan Karir Merupakan arahan yang akan dipakai
mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah
kepadanya.
Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan
pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu :
a. Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur dan
komprehensif
b. Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam
rangka informasi karir dan penempatan karir
c. Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya. d. Pusat adminsitrasi
pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki waktu dan kemauan
yang tinggi untuk membantu mahasiswa
d. Badan/unit konseling dan penasehat akademik. Tujuan bimbingan karier adalah untuk
membantu mahasiswa memahami perencanaan karier dan proses penempatan setelah
mereka menamatkan perguruan tinggi. untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
adanya:
1. Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2. Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3. Bantuan dalam memahami dunia karier
4. Bantuan dalam pengambilan keputusan
5. Bantuan dalam memasuki dunia kerja D.

2. Program Bimbingan Karir di Perguruan Tinggi


Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok,
konseling individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak
dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur dan
kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling
mahasiswa perguruan tinggi ialah:
1. Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja
(konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
2. Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa
disiplin ilmu.
3. Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya
pemahaman dirinya.
4. Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu
pekerjaan.
5. Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang
banyak dilakukan pengusaha.
6. Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam
pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
Jenis Konseling yang dapat digunakan dalam konseling/bimbingan karir di perguruan
tinggi adalah :
1. Layanan Orientasi Dalam layanan ini mahasiswa bisa diperkenalkan terhadap
lingkungan kerja dengan cara melakukan kunjungan-kunjungan ke dunia usaha dan
dunia industri.
2. Layanan Informasi Konselor bekerja sama dengan program studi perlu memberikan
dan menyediakan layanan informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa
mampu mengenal secara jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan
sekaligus memandang ke depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan
setelah lulus nantinya. Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan
bahwa 85% dari mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan
informasi karier, berkenaan dengan :
a. Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
b. Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
c. Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang
pekerjaan yang diyakininya.
d. Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang
sesuai dengan pensifatan yang dimilikinya.
e. Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
f. Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih
beberapa pekerjaan yang berbeda
Selanjutnya, informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir
yang memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya
tentangjumlah posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat
terhadap karir tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan
karir yang dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7).
Lebih jauh, informasi setiap karir dapat diuraikan lebih rinci lagi dengan
mengembangkan berbagai tuntutan ataupun kondisi yang dikehendaki dari orang-
orang atau tenaga yang memiliki kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang
dimaksudkan itu, seperti persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan
keterampilan dan pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan
khusus dan lulus seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat
memberikan arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa
saja yang akan diampu
Selain informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada
mahasiswa secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh
: Layanan informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan
berkenaan dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur
diri, pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif,
motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri secara
berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang telah anda
mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri kepada tuhan
yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Bagi mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada
program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan
program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka tidak
berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu Konselor
melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
4. Konseling Perorangan
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil
kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri
mengikuti persaingan untuk masuk kerja.
5. Bimbingan dan Konseling Kelompok
Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya takut menjadi
pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif pekerjaan, upaya
mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami potensi diri dan
sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa dilaksanakan konseling
kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di lapangang tentang suatu
hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS, pelayanan konseling yang
dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok, baik topic tugas maupun topic
bebas.
6. Instrumentasi
Penggunaan instrument untuk pengungkapan potensi dasar individu, minat dan
kecendrungan pribadi, sikap dan kebiasaan bertingkah laku dapat diberikan kepada
mahasiswa sehingga konselor akan mengetahui arah pengembangan karir mahasiswa,
yang terutama mahasiswa memahami potensi dasarnya.

7. Lembaga Khusus
Untuk mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi
mahasiswa sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan
tinggi perlu membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno
(2007:135) mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan
Konseling (UPK) yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan
klienkliennya, baik dari dalam maupun dari luar kampus.
UPK ini akan mengelola pelayanan kepada mahasiswa dalam arti luas yaitu,
pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era perguruan tinggi dan pelayanan pasca
perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan tinggi diperlukan untuk menjangkau
siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT sebagai informasi awal tentang program
studi yang akan diikuti sehingga mampu merencanakan karir yang lebih baik dan
sesuai dengan potensinya, pelayanan era perguruan tinggi diberikan kepada
mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan di kampus, untuk lebih memantapkan
pengembangan keilmuannya, sedangkan pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan
terhadap alumni-alumni sebagai upaya untuk memasuki dunia kerja.
Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga kerja, yang berusaha
untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga kerja di lapangan (Herr,
1996:307).
BAB III
KESIMPULAN

Program bimbingan dan konseling karier untuk remaja lebih mengutamakan tentang
pemahaman dirinya dan lingkungan sekitar dalam membuat dan menentukan rencana pilihan-
pilihan kariernya. Dalam bimbingan karir perkembangan individu menjadi hal yang penting
dalam segala aspek untuk menuju kearah pribadi yang utuh. Dengan adanya bimbingan karir di
perguruan tinggi akan lebih memantapkan mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja.

Anda mungkin juga menyukai