Anda di halaman 1dari 20

PERAN KONSELOR DALAM BIMBINGAN KONSELING

Makalah Ini Dibuat Guna Untuk


Mata Kuliah Bimbingan Konseling

DISUSUN
OLEH

Siti Nur Azizah 1830202300


Venti Juliana 1830202316
Wira Kurnia Tedi 1830202323

DOSEN PENGAMPU:

Rohmadi, M. Pd. I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan konseling sangat diperlukan bagus setiap orang, lebih khusus lagi
bagi remaja, baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Para konselor
dituntut untuk memiliki persyaratan mental tertentu, apalagi bagi konselor agama
yang bertugas memberikan pencerahan jiwa hingga kepada pengalaman agama
kepada para anak bimbing. Maka sudah tentu konselor agama hendaknya memiliki
persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat mengarahkan nilai-nilai positif kepada
anak bimbing.
Kepribadian seorang konselor merupakan faktor yang paling penting dalam
konseling. Seperti yang dinyatakan Peres, temuan penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman, orientasi teoretis, dan teknik yang digunakan bukanlah penentu utama
efektivitas seorang terapis, melainkan kualitas pribadi konselor itu sendiri dan bukan
pendidikan ataupun pelatihnya sebagai kriteria dalam evaluasi kefektifannya.1
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai
penyeimbangan antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan
terapeutik. Pembahasan mengenai kualitas konselor mencakup alasan pentingnya
kualitas ittu bagi konseling, deskripsi mengenai bagaimana kualitas itu
dimanifestasikan, dan hambatan-hambatan dalam mewujudkan kualitas itu. Berikut
ini akan dikemukakan beberapa peran konselor dalam bimbingan konseling.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peran konselor?
2. Jelaskan beban tugas guru pembimbing atau konselor!

1
Rasimin dan Muhammad Hamdi, Bimbingan dan Konseling Kelompok, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2018), hlm. 18
2
Ibid., hlm. 18

1
3. Apa saja persyaratan untuk menjadi konselor sekolah?
4. Jelaskan peranan bimbingan dalam keseluruhan pendidikan sekolah!
5. Sebutkan fungsi pembimbing di sekolah!
6. Apa saja kewajiban dan tanggung jawab konselor?
7. Apa saja kriteria konselor dalam konteks Islami?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian peran konselor.
2. Untuk mengetahui beban tugas guru pembimbing atau konselor.
3. Untuk mengetahui persyaratan untuk menjadi konselor sekolah
4. Menjelaskan peranan bimbingan dalam keseluruhan pendidikan sekolah.
5. Menjelaskan fungsi pembimbing di sekolah.
6. Memaparkan kewajiban dan tanggung jawab konselor.
7. Untuk mengetahui kriteria konselor dalam konteks Islami

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran konselor
1. Pengertian Peran Konselor
Tentang peran (role) konselor dalam literatur konseling kerap kali ditemukan
bergandengan dengan pembahasan fungsi (function) konselor. Bahkan, tidak jarang
kedua istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan maksud dan pengertian yang
sama. Dalam pemikiran Wrenn, peran dengan fungsi konselor berbeda. Peran
dikonseptualisasikan ke dalam suatu tujuan, sedangkan fungsi berarti proses. Konsep
peran lebih ditekankan pada suatu bagian akhir yang dituju, sedangkan fungsi
menegaskan kegiatan atau aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan. Bagi Wrenn,
peran didefinisikan sebagai harapan-harapan (ecpectations) dan perilaku yang
dikaitkan dengan suatu posisi; sedangkan fungsi diartikan sebagai aktivitas yang
ditujukan bagi suatu peran. Dengan kata lain, peran berkaitan dengan suatu posisi;
sementara rincian perbuatan dalam menjalankan posisi berarti fungsi.3
Peran sering kali ditunjukkan melalui perilaku individu didalam penampilam hak
dan kewajiban yang berkaitan dengan suatu posisi. Ketika seorang konselor sekolah
menempati posisi kepala sekolah, maka penampilan tugas ke-kepala-sekolah-an lah
yang dominan dibandingkan sebagai seorang konselor sekolah. Tujuan institusional
pendidikan harus diselaraskan dengan tujuan Pendidikan Nasional dan merupakan
suatu konkretisasi yang harus membawa kepada tercapainya tujuan Pendidikan
Nasional.4
Dalam hal ini terdapat beberapa aspek yang bersama-sama merupakan suatu
kebutuhan. Ada aspek intelektual yang meliputi pengetahuan serta pemahaman; ada
aspek sikap terhadap belajar di sekolah dan kehidupan bermasyarakat; ada aspek

3
Mochamad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), hlm. 78
4
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2016), hlm. 300

3
nilai-nilai hidup yang mengandung penghargaan terhadap hal-hal tertentu dan
dinyatakan pula dalam suatu sikap; ada aspek keterampilan yang meliputi banyak hal,
misalnya berbahasa secara lisan maupun tulisan.5

2. Beban Tugas Guru Pembimbing/Konselor


Sesuai dengan keputusan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor:
0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas
yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu guru pembimbing/konselor dengan rasio
satu orang guru pembimbing/konselor untuk 150 orang siswa.6
Oleh karena kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab guru
pembimbing/konselor sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas
sebagai guru mata pelajaran, maka beban tugas atau penghargaan jam kerja guru
pembimbing ditetapkan 36 jam/minggu, beban tugas tersebut meliputi:7
a. Kegiatan penyusunan program pelayanan dalan bidang bimbingan pribadi-sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan, termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
b. Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan
pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
c. Kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi
sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yagn dihargai sebanyak 6 jam.
d. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing/konselor yang membimbing
150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai bonus dengan
ketentuan sebagai berikut:

5
Ibid., hlm. 301
6
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 96
7
Ibid., hlm. 97

4
1) 10-15 orang siswa : 2 jam
2) 16-30 orang siswa : 4 jam
3) 31-45 orang siswa : 6 jam
4) 46-60 orang siswa : 8 jam
5) 61-75 orang siswa : 10 jam
6) 76-atau lebih : 12 jam
Apabila peran sebagai konselor telah dilaksanakan dengan baik, maka tujuan
dan bimbingan dan konseling akan tercapai. Hal ini sangat memungkinkan karena
konselor, sebelum ia melaksanakan tugas-tugasnya, terlebih dahulu harus mengetahui
kondisi sekolah dan berbagai aspeknya. Konselor juga wajib menginformasikan
kepada seluruh anggota sekolah sebagaimana kondisi sekolah yang sebenarnya.
Selain itu tugas yang tak kalah pentingnya bagi seorang konselor di sekolah yakni
menyelenggarakan bimbingan saat ia dihadapkan pada masalah-masalah ataupun
kesulitan-kesulitan ia sudah dapat mengatasinya sendiri.8
Namun sebaliknya, apabila seorang konselor tidak dapat membantu siswa keluar
dari permasalahan yang dihadapinya maka ia dapat menyerahkan permasalahan
tersebut kepada orang tua atau lembaga-lembaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Hal ini sesuai dengan ada alih tangan.9

3. Persyaratan Konselor Sekolah


Untuk dapat mengemban tugas-tugas sebagaimana disebutkan di atas dengan
optimal, konselor harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu, antara lain:10
a. Syarat pendidikan formal, artinya seorang guru pembimbing/konselor harus
benar-benar seorang sarjana bimbingan dan harus memiliki ijazah dari
sekolahnya serta mengatasi berbagai bidang ilmu. Karena mereka telah

8
Ermis Suryana, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Di Madrasah, (Palembang: NoerFikri,
2019), hlm. 212
9
Ibid., hlm. 212
10
Ibid., hlm. 206-208

5
mempunyai dasar dalam hal pembinaan dan penanganan masalah bimbingan dan
konseling.
b. Di dalam segi psikologi, seorang konselor harus mempunyai kemantapan di
dalam psikologinya terutama dalam segi emosinya, karena seorang konselor
dituntut untuk bertindak secara bijaksana dalam memberikan bantuan kepada
klien, sesuai dnegan kondisi klien yang dihadapinya, sehingga bantuan yang
diberikan dapat memberikan arah yang lebih baik dalam perkembangan klien.
c. Harus sehat jasmani dan rohani.
d. Harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau
individu yang dihadapinya.
e. Harus memiliki inisiatif yang cukup baik, sehingga diharapkan adanya kemajuan
di dalam usaha bimbingan dan konseling kearah keadaan yang lebih sempurna
demi kemajuan sekolah.
f. Harus supel dalam setiap perbuatannya, sehingga mampu bekerjasama dengan
pihak lain dan dapat membantu kepentingan siswa.
g. Seorang konselor harus mempunyai sifat yang mampu menjalinkan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling.

4. Peran Konselor Di Sekolah


Peran utama konselor di sekolah adalah memberikan layanan konseling,
konsultasi, dan koordinasi. Sementara itu, Barruth dan Robinson serta Gibson dan
Mitchell mengemukakan beberapa peran utama konselor di sekolah, yakni sebagai
konselor, konsultan, koordinator, agen perubahan, assessor, pengembangan karier,
dan agen pencegahan. Berikut adalah deskripsi singkat masing-masing peran konselor
tersebut.11
a. Konselor sebagai Terapis/Pewawancara
Konselor sebagai terapis atau pewawancara berarti bahwa usaha membantu
(menyembuhkan) orang lain dilakukan konselor melalui suatu proses wawancara

11
Mochamad Nursalim, Log.Cit.

6
konseling. Inilah mengapa ada beberapa orang yang menyatakan bahwa konseling
merupakan jantung dari bimbingan sehingga ketidakmampuan konselor melakukan
proses konseling akan meghilangkan ciri khas atau keunggulan dari profesi
bimbingan konseling.
Oleh karena itu, pemaknaan konseling sebagai suatu layanan bagi siapapun yang
mencari bantuan dari individu secara profesional (konselor/guru pembimbing) dan
layanan yang dapat diberikan kepada individu atau kelompok dengan cara
mengarahkan konseling untuk memahami dan menghadapi situasi kehidupan nyata
adalah peranan kunci bagi konselor profesional di semua setting layanan. Dalam
setting sekolah, kemampuan guru pembimbing untuk melaksanakan kegiatan
konseling secara profesional tidak dapat ditawar. Kompetensi untuk melaksanakan
konseling secara singkaat. Tetapi efektif sangat diperlukan.
Fokus konseling dalam pengertian tradisional ini bermakna membantu individu
atau sekelompok individu untuk; (1) mencapai tujuan-tujuan intrapersonal dan
interpersonal, (2) mengatasi kekurangan pribadi dan kesulitan-kesulitan
perkembangan, (3) membuat keputusan dan perencanaan untuk perubahan dan
perkembangan, (4) meningkatkan kesehatan fisik maupun mental dan kebahagiaan
untuk mencapai kebahagiaan kolektif. Peran tersebut mengimplikasikan perlunya
keahlian konselor dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia,
penguasa keterampilan interpersonal, penguasaan keterampilan pembuatan keputusan
dan pemecahan masalah, penguasaan intervensi krisis dari berbagai orientasi
teoretis.12
b. Konselor sebagai Konsultan
Untuk menolong siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, seorang
guru pembimbing harus melakukan konsultasi baik dengan guru mata pelajaran,

12
Ibid., hlm. 78

7
dengan orang tua murid maupun dengan orang lain atau petugas yang ahli dalam
bidang tersebut.13
Peran kedua yang harus dilakukan oleh seorang konselor/guru pembimbing
adalah sebagai konsultan. Untuk dapat dipercaya sebagai seorang konsultan yang baik
tidaklah mudah karena tidak sembarang orang mampu melakukannya. Oleh karena
itu, tidak sembarang orang diperbolehkan melaksanakan tugas dan peran konselor
sebagai konsultan. Menurut Dinkmeyer dan Carlson, ada beberapa karakteristik dan
kompetensi harus dikuasai oleh seorang konsultan yaitu:14
1) Bersikap empati dan memahami bagaimana orang lain merasa dan mengalami
dunianya
2) Mampu berhubungan dengan peserta didik dan guru (orang dewasa lainnya)
dalam suatu hubungan yang bertujuan/bermakna
3) Sensitif terhadap kebutuhan orang lain
4) Menyadari adanya dinamika psikologis, motivasi, dan tujuan dari tingkah laku
manusia
5) Memahami dinamika kelompok dan kelompok dan kebermaknaannya bagi
pelaksanaan pendidikan
6) Mampu membangun hubungan yang ditandai dengan saling memercayai dan
saling menghormati
7) Mampu mempertanggungjawabkan masalah-masalah penting
8) Mampu menetapkan penting tidaknya suatu hal dan persyaratan bagi suatu
hubungan yang menolong
9) Mampu memberikan inspirasi bagi sejumlah tingkat kepemimpinan
Kenyataan ini berimplikasi bukan hanya keterampilan sebagai konselor semata,
melainkan juga keahlian dalam proses konsultasi (consulting process). Terdapat tiga
elemen konsultasi, yaitu : (1) konsultasi melibatkan tiga pihak; (2) tujuan konsultasi
adalah untuk menyelesaikan masalah; (3) tujuan lain dari konsultasi adalah untuk

13
Ermis Suryana, Op.Cit., hlm. 209
14
Ibid., hlm. 79

8
meningkatkan kinerja konseli dan klien yang nantinya akan meningkatkan
kesejahterraan klien. Untuk lebih jelasnya, implementasi ketiga elemen tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
Konsultasi melibatkan tiga pihak, yaitu konselor sebagai konsultan, guru atau
orang tua sebagai pihak ketiga (klien) dan peserta didik yang memiliki masalah
sebagai konseli. Tujuan utama konsultasi adalah untuk memecahkan masalah konseli.
Hal senada disampaikan oleh Brown, Pryzwansky, dan Schulte yang menyatakan
bahwa konsultasi adalah suatu proses pemecahan masalah secara sukarela yang dapat
dimulai atau diakhiri oleh konsultan maupun konseli. Hal itu terjadi dnegan tujuan
membantu klien mengembangkan sikap dan keterampilan yang memungkinkannya
berfungsi lebih efektif dalam berhubungan dengan konseli yang secara individual,
kelompok, atau organisasi menjadi tanggung jawabnya.15
Jadi, tujuan dari proses ini memiliki beberapa sudut pandang. Pertama,
meningkatkan pelayanan kepada konseli; kedua, memperbaiki pelayanan pihak ketiga
(guru atau orang tua); ketiga, memfasilitasi klien agar dapat meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan tugasnya dalam berhubungan dnegan konseli.
Fungsi yang perlu dilakukan konselor atau guru pembimbing antara lain melakukan
evaluasi, fasilitas, informaasi, negoisasi, alih tnagan, dan hubungan masyarakat.
c. Konselor sebagai Agen Perubahan
Peran sebagai agen perubahan bermakna bahwa keseluruhan lingkungan konseli
harus dapat berfungsi sehingga dapat menmpengaruhi kesehatan mental konseli agar
menjadi lebih baik dan dapat digunakan konselor untuk memperkuat atau
meningkatkan keberfungsian konseli. Dalam hubungan ini, maka diperlukan keahlian
untuk memahami sistem lingkungan dan sosial. Keterampilan tersebut, kemudian
dikembangkan untuk merencanakan dan menerapkan perubahan dalam lembaga,
masyarakat, dan sistem tertentu.

15
Ibid., hlm. 79

9
Untuk dapat melaksanakan peran sebagai agen perubahan, guru pembimbing
harus menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan guru, orang tua, kepala
sekolah, komite sekolah, dan masyarakat sekitar. bentuk kerja sama diwujudkan
melalui dialog serius untuk menciptakan sistem pendidikan yang efektif sebelum
merancang program bimbingan dan konseling yang dapat merubah keadaan. Berbekal
dengan jalinan kerja sama dengan berbagai pihak, guru pembimbing dapat
merancangn program kegiatan yang melibatkan benyak pihak. Keterlibatan berbagai
pihak dalam suatu kegiatan akan memungkinkan terjadinya suatu kepahaman
terhadap suatu keadaan yang memerlukan intervensi secara integral dari berbagai
pihak.
Kesediaan semua pihak untuk terlibat dalam suatu proses
kegiatanmemungkinkan terwujudnya perubahan yang didukung oleh banyak pihak.
Fungsi yang berkaitan dnegan peran ini antara lain analisis sistemn, testing dan
evaluasi, perencamaam program, perlindungan klien (client advocacy), dan
pengembangan jaringan kerja sama (networking).16
d. Konselor sebagai Agen Pencegahan
Sebagai agen pencegahan, guru pembimbing berperan untuk mencegah
perkembangan yang salah dan/atau mencegah terjadinya masalah. Peranan sebagai
agen pencegah dapat dilakukan melaui kegiatan/program yang bersifat antisipatif
(minimal usaha-usaha yang bersifat preventif), misalnya layanan informasi,
penempatan, dan penyaluran. Oleh karena itu, keterampilan mengembangkan
program yang dapat memfasilitasi perkembangan dan kebutuhan peserta didik sangat
diperlukan. Penekanan dilakukan terutama dengan memberikan strategi dan pelatihan
pendidikan sebagai cara untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan
interpersonal. Utnuk itu, guru pembimbing membutuhkan pemahaman dan keahlian
tentang dinamika kelompok, perkembangan normal manusia, psikologi belajar,
teknologi pembelajaran, dan sebagainya.

16
Ibid., hlm. 80

10
e. Konselor sebagai Koordinator
Konselor selalu memiliki peran sebagai seorang koordinator. Sehubungan dengan
itu, konselor harus sanggup menangani berbagai segi program pelayanan yang
memiliki ragam variasi pengharapan dna peran yang beragam seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya. Untuk itu, konselor perlu memiliki keahlian dalam
perencanaan program, penilainan kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan,
tujuan, pembiayaan, dan pembuatan keputusan. Oleh karena itu, beberapa fungsi
konselor yang terkait dengan hal tersebut adalah menjadwalkan kegiatan, melakukan
testing penelitian, melakukan penilaian kebutuhan, sampai dengan menata file data.
Peran konselor sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para
konselor sekolah juga perlu mengkoordinasikan kontribusi dari profesional lain yang
terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikolog, pekerja sosial, dan
sebagainya.
f. Konselor sebagai Agen Orientasi
Konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen orientasi. Sebagai fasilitator
perkembangan manusia, para konselor sekolah perlu mengakui pentingnya orientasi
peserta didik terhadap tujuan dan lingkungan sekolahnya. Penting untuk dipahami
bahwa pengalaman anak terkait pendidikan awal merupakan suatu pengalaman positif
bagi mereka. Berkenaan dengan ini, konselor sekolah dapat merencanakan suatu
kegiatan konsultasi dengan para guru untuk belajar dan mempraktikan berbagai
keterampilan linterpersonal dan interaksional di sekolah.17
g. Konselor sebagai Assessor
Konsleor sekolah juga memiliki peran assessor, yakni melakukan penilainan
kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non-tes. Data hasil
pengukuran tersebut diinterprestasikan untuk memperoleh pemahaman akurat tentang

17
Ibid., hlm. 81

11
konseli beserta dengan potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan
konseli, dan pengaruh faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku konseli.
h. Konselor sebagai Pengembangan Karier
Peran lain yang tak kalah penting bagi konselor sekolah adalah sebagai
pengembangan karier. Pentingnya pendidikan di sekolah sebagai landasan
pengambilan keputusan peserta didik menegaskan pentingnya memberikan perhatian
pada perkembangan karier peserta didik.
Konselor dapat membuat penting sebagai koordinator dan konsultan dalam
mengembanglan program pendidikan karier yang terintegrasi, berkesinambungan, dan
terus-menerus.

5. Fungsi Pembimbing di Sekolah


Fungsi seorang pembimbing di sekolah yaitu membantu kepala sekolah beserta
stafnya menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (school welfare). Sehubungan
dengan fungsi ini maka seorang pembimbing mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu
sebagai berikut:18
a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah,
baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan, maupun aktivitas-aktivitas
yang lain.
b. Berdasarkan atas hasil penelitian atau observasi tersebut, pembimbing
berkewajiban memberikan saran-saran ataupun pendapat kepada kepala sekolah
ataupun staf pengajar yang lain demi kelancaran dan kebaikan sekolah.
c. Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak baik yang bersifat preventif,
preserventif, maupun yang bersifat korektif atau kuratif.
1) Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai anak-
anak mengalami kesulitan-kesulitan, dan menghindarkan anak dari hal-hal
yang tidak diinginkan.

18
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir-karir Di Sekolah-sekolah, (Jakarta:Yudistira, 1994),
hlm. 235

12
2) Bersifat preservatif yaitu suatu usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik
agar tetap baik, jangan sampai yang telah baik menjadi tidak baik.
3) Yang bersifat korektif yaitu mengadakan konseling kepada anak-anak yang
mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang
membutuhkan pertolongan dari pihak lain.19
4) Kecuali hal-hal tersebut diatas, pembimbing dapat mengambil langkah-langkah
lain yang dipandang perlu untuk kesejahteraan sekolah atau persetujuan kepala
sekolah.

6. Kewajiban dan Tanggung Jawab Konselor


Konselor sekolah sebagai petugas yang profesional dalam pelaksanaan
bimbingan karir disekolah-sekolah dapat pula berfungsi sebagai koordinator
bimgingan karir. Konselor sekolah yang profesional dan berfungsi sebagai
koordinator bimbingan disekolah dalam pelaksanaan bimbingan karir memiliki tugas-
tugas, tanggung jawab atau wewenang sebagai berikut :
a. Menyusun program bimbingan karir secara menyeluruh dan terpadu.
b. Meaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbignan individual.
c. Menkoordinasikan pelaksanaan program bimbingan pada umumnya, bimbingan
karir umunya pada khususnya.
d. Membantu para siswa ysng menghadapi kesulitan dalam membuuat rencana
pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir.
e. Membantu siswa untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri
sendiri, dan lingkungan.
f. Menyelengarakan pertemuan dan mengadakan konsultasi dengan guru bidang
studi, wali kelas, dan staf sekolah lainnya berkenaan dengan perkembangan diri
siswa.
g. Memberikan berbagai informasi kepada para siswa tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan, jabatan/karir

19
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 306

13
h. Merkordinasikan pelaksanaan program pengumpulan data, penyusunan, data,
pengolahan data, yang kemudian dapat dipergunakan oeleh semua staf sekolah
dan pihak yang berkepentingan.
i. Membantu tugas bimbingan lainnya untuk mengumpulkan, menyusun dan
mempergunakan berbagai jenis sumber informasi pendidikan, pekerjaan, jabatan
atau karir yang di butuhkan oleh guru bidang studi dalam kegiatan proses belajar
mengajar.
j. Mengadahkan bentuk-bentuk kerja sama dengan instasi pemerintah maupun
swasta dalam rangka mejunjang peryataan bimbingan karir di luar sekolah atau
masyarakat. Misalhnya dengan perguruaan tinggi yang ada. Departemen tenaga
kerja, departemen perindustrian, sekolah ke juruan dan pusat latihan, kursus,
pemerintah daerah, BAPPEDA, perusahaaan-perusahaan, dan lainya
k. Memilih dan mempergunakan berbagai intrumen tes pisikologi untuk
memperoleh berbagai informmasi mengenai bakat khusus, minat, intlegensi,
kepribadian dan potensi-potensi lainya yang di miliki oleh masing-masing siswa
terutama dalam proses pemahaman diri siswa.
l. Membantu para siswa dalam menentukan rencana pengambilan program studi
pilihan (program B), kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, yang sesuai dengan
petensi yang di milikinya.
m. Mengorganisir dan melaksanakan bimbingan karir ke kelas dengan sistem paket
atau mode.
n. Melayani orang tua / wali siswa yang ingin mengadakan konsultasi tentang anak-
anaknya.
o. Memberikan pertanggung jawaban terhadap prlaksanaan bimbingan pada
umunya, dan bimbingan karir pada khususnya kepada kepala sekolah.
p. Menyelenggarakan layanan referaal (rujuk) terhadap masalah-masalah yang tidak
bisa ditangani sendiri oleh staf bimbingan dan merujuk kepada petugas / ahli
yang memiliki wewenang untuk menaganinya.

14
q. Mengadahkan studi tindak lanjut dalam rangka mengadahkan perbaikan tertentu
terhadap program bimbingan karir terdahulu atau yang telah berjalan.
r. Dengan seluruh staf bimbingan pelaksanakan program bimbingan secara
keseluruhan20

7. Kriteria Konselor Islami


Landasan religius dalam bimbingan dan konseling Islami mengimplikasikan
bahwa konseling sebagai “helper”, pemberi bantuan dituntut untuk memiliki
pemahaman akan nilai-niai agama dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan
nilai-nillai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling pada klien atau peserta. Konselor Islami
sepertinya menyadari makna memberikan pelayanan dan konseling pada klien
meruakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah karena dalam proses bantuannya
terkandung nilai menegakan “amar ma’ruf munkar (memerintakan kebaikan dan
mencegah kemungkaran). Agar layanan bantuan yang diberikan itu mengandung nilai
ibadah, maka akifitas bimbingan dan konseling tersebut harus didasarkan kepada
keihklasan dan kesabaran.
Kaitannya dengan persyarataan bagi seorang konselor bagi seorang (Islam),
menurut hemat penulis, harus diperhatikan kriteria-kriteria berikut ini.21
a. Konselor Islami hendaklah orang yang menguasai materi materi khususnya
dalam masalah keilmuan agama Islam, sehinga pengetahuannya mencukupi
dalam hal yang berkaitan dengan masalah keagmaan
b. Konselor Islami hendaklah orang yang mengalamkan nilai-nilai agama Islam
dengan baik dan konseuen, tercermin melalui ke imanan, ketakwaan dan
koagamaan dalam kehidupan sehari-hari

20
Ibid., hlm. 236
21
Ibid., hlm. 269

15
c. Konselor Islami sedapat mungkin mungkin mampu mentrasnfer kaidah-kaidah
agama Islam secara garis bersar yang lerefan dengan masalah yang dihadapi
klien.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tentang peran (role) konselor dalam literatur konseling kerap kali ditemukan
bergandengan dengan pembahasan fungsi (function) konselor. Bahkan, tidak jarang
kedua istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan maksud dan pengertian yang
sama. Dalam pemikiran Wrenn, peran dengan fungsi konselor berbeda. Peran
dikonseptualisasikan ke dalam suatu tujuan, sedangkan fungsi berarti proses. Konsep
peran lebih ditekankan pada suatu bagian akhir yang dituju, sedangkan fungsi
menegaskan kegiatan atau aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan. Bagi Wrenn,
peran didefinisikan sebagai harapan-harapan (ecpectations) dan perilaku yang
dikaitkan dengan suatu posisi; sedangkan fungsi diartikan sebagai aktivitas yang
ditujukan bagi suatu peran.
Sesuai dengan keputusan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor:
0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas
yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu guru pembimbing/konselor dengan rasio
satu orang guru pembimbing/konselor untuk 150 orang siswa. Untuk dapat
mengemban tugas-tugas sebagaimana disebutkan di atas dengan optimal, konselor
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
Peran utama konselor di sekolah adalah memberikan layanan konseling,
konsultasi, dan koordinasi. Sementara itu, Barruth dan Robinson serta Gibson dan
Mitchell mengemukakan beberapa peran utama konselor di sekolah, yakni sebagai
konselor, konsultan, koordinator, agen perubahan, assessor, pengembangan karier,
dan agen pencegahan. Fungsi seorang pembimbing di sekolah yaitu membantu kepala
sekolah beserta stafnya menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (school welfare).
Konselor Seekolah sebagai petugas yang profesional dalam pelaksanaan bimbingan

17
karir disekolah-sekolah dapat pula berfungsi sebagai koordinator bimgingan karir.
Konselor sekolah yang profesional dan berfungsi sebagai koordinator bimbingan
disekolah dalam pelaksanaan bimbingan karir memiliki tugas-tugas, tanggung jawab
atau wewenang.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi khalayak umum. Penulis
sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, maka dari itu saran bagi pembaca sangat membantu untuk
menyempurnakan makalah ini. Wallahu A’lam Bishshoab.

18
Daftar Pustaka
Munir Amin, Samsul. 2016. Bimbingan Dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.
Nursalim, Mochamad. 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Erlangga.
Rasimin dan Muhammad Hamdi. 2018. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sukardi Ketut, Dewa. 1994. Bimbingan Karir-karir di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Yudistira.
Sukardi Ketut, Dewa. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suryana, Ermis. 2019. Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Di Madrasah.
Palembang: NoerFikri.

19

Anda mungkin juga menyukai