Anda di halaman 1dari 25

RUKUN IMAN

Makalah Ini Dibuat Guna Untuk


Mata Kuliah Materi Aqidah Akhlak

DISUSUN
OLEH

Siti Fatimah 1830202299

Siti Nur Azizah 1830202300

Siti Rahma 1830202301

DOSEN PENGAMPU:

Ahmad Syarifuddin, M. Pd. I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2019
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan aqidah adalah iman dengan semua rukunnya
yang enam, seperti dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dan Abu Hurairah r.a.1
“...Ia bertanya, „Wahai Rasulallah, beritahukanlah padaku tentang iman?‟
Rasulallah menjawab, “Iman adalah engkau yakin dan percaya kepada Allah
SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan akan berjumpa dengan-
Nya, dan pada sekalian rasul-Nya dan engkau percaya pada hari
kebangkitan dan beriman pada Qadha dan Qadhar-Nya.‟” (Sahih Muslim,
Vol.I/31)
Iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan perbuatan
dengan anggota-anggota badan.2 Iman yaitu apa yang diikrarkan, ditetapkan
dengan hati dan dibenarkan dengan perbuatan. Suatu golongan yang mengaku
beriman tetapi tidak mengamalkannya maka mereka berarti berdusta dan
Allah akan mengesampingkan mereka.3
Iman itu bukanlah merupakan peringatan dan pembangkitan kembali
kecuali apabila pemiliknya menolak untuk mengabdi kepada agama dan tanah
airnya dengan maksud untuk memajukan kemashlahatan umum diatas
kemashlahatan pribadi yang bersifat khusus. Adapun imannya orang lalai dan
takut-takut atau ragu-ragu itu termasuk penyakit yang sangat membahayakan
pada masa kita ini. Oleh karena itu, perbaikilah hubungan Anda dengan Allah
niscaya Anda akan mendapatkan keabadian petunjuk-Nya dan kelangsungan
pertolongan-Nya.4

         

1
Abdullah Azzam, Aqidah Landasan Pokok Membina Ummat, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1993), hlm. 17
2
Mustafa Al „Alim, Aqidah Islam Ibnu Taymiyah, ( Bandung: PT Alma „Arif, 1982),
hlm. 117
3
Ibid., hlm. 16
4
Ibid

1
Artinya: “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

B. Beriman Kepada Allah


1. Iman Kepada Allah SWT.
Pokok ajaran akidah islam adalah beriman kepada Allah SWT. yang
berpusat pada pengakuan terhadap eksistensi dan kemahaesaan-Nya.
Keimanan kepada Allah merupakan keimanan yang menduduki peringkat
pertama, dan akan melahirkan keimanan pokok-pokok (rukun) iman yang
lain.5
Pengakuan terhadap kemahaesaan Allah adalah Esa dalam segalanya dan
Esa dalam Dzat-Nya. Dia Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia Maha Esa
dalam Wujud-Nya, artinya hanya Allah yang memiliki sifat wajibul wujud,
sedangkan yang lainnya hanya mumkinul wujud.
Kemahaesaan Allah terdapat dalam:

                  

Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
(Q.S. Al-Ikhlas: 1-4)
Hal ini diperkuat oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
dan Al-Hakim dari Abu Sai‟id Al-Khudri dair Rasulallah SAW. bahwa beliau
bersabda yang artinya:
“Musa berkata, „Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat
kupergunakan untuk menguji dan menyebut-Mu.‟ Allah menjawab, „Wahai
Musa, ucapkanlah kalimat La Illaha Illallah!‟ Musa berkata, „Wahai
tuhanku, semua hamba-Mu telah mengucapkannya.‟ Tuhan berkaata, „Tidak

5
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hlm.
93

2
apa-apa. Sekiranya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta isinya,
selain Aku, diletakkan pada satu sisi timbangan dan pada sisi timbanan
lainnya diletakkan kalimat La Ilaha Illallah, niscaya timbangan yang berisi
klaimat itu akan lebih berat daripada sisi timbanan yang satunya lagi‟.”
(H.R. Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
2. Metode dan Argumentasi Adanya Allah
Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Qur‟an menunjukkan suatu
metode, yakni dengan menyelidiki hakikat kejadian manusia dan alam sekitar.
Karena dengan mengkaji dan meneliti hal tersebut, dapat mengantarkan kita
pada pembuktian akan keberadaan Allah SWT.6
Dalam membuktikan wujud Allah, Sayid Sabiq menjelaskan tiga teori
yang menjelaskan teori asal pweristiwa alam semesta yang mendukung
keberadaan Allah. Ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut.
a. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ada dari yang tidak ada
(creation ex-nihilo) atau terjadi dengan sendirinya.
b. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel (jauhar)
yang merupakan inti karena dari sanalah muncul segala sesuatu yang
terdapat alam semesta.
c. Paham yang menyatakan bahwa alam semesta ada yang menciptakan,
yaitu Allah SWT. Yang Maha Pencipta.
Teori pertama tampaknya sudah sangat tidak relevan. Ia dapat ditolak
dengan teori sebab-akibat (causality theory). Dengan demikian, menurut teori
kausalitas ini, alam semesta tidak terjadi denga sendirinya, tetapi melalui
proses penciptaan, yang karenanya tentu ada yang menciptakan.
Demikian pula, teori kedua yang mengatakan bahwa alam semesta
berasal dari sel. Dalam hal ini, Sayid Sabiq melihatnya sebagai teori yan lebih
sesat daripada yang pertama. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa sel tidak
mungkin mampu menyusun dan memperindah sesuatu seperti yang terjadi
pada struktur alam semesta.

6
Ibid., hlm. 95-96

3
Adapun teori ketiga yan gmenyatakan bahwa alam semsta ada yang
menciptakan adalah teori yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang sehat.
Oleh karena itu, teori ini dapat diterima, baik secara aqli maupun naqli. Akan
tetapi, masalah yang muncul kemudian adalah siapkah yang menciptakan
alam semesta ini? Menurut doktrin umat Islam, bahwa yang menciptakan
alam semesta ini adalah Allah SWT. sehingga jawaban tersebut membawa
pada pengertian bahwa Tuhan itu ada.
Ibnu Rusyd memberikan dan cara untuk membuktikan keberadaan
Allah.7
Pertama, dalil al-„inayah, intinya bahwa kesempurnaan struktur susunan
alam semesta menunjukkan adanya tujuan tertentu pada alam. Tidak mungkin
alam semesta yang kita lihat terjadi secara kebetulan, pasti telah ditentukan
tujuannya. Alam adalah natijah dari hikmah ketuhanan yang sangat
mendalam.
Kedua, dalil ikhtira‟. Intinya bahwa yang ada (maujud) adalah makhluk
(dijadikan), terutama pada makhluk hidup.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan tentang bukti-bukti
adanya Allah SWT., yaitu sebagai berikut:
a. Manusia pada Hakikatnya adalah Makhluk Bertuhan
Pada hakikatnya manusia membutuhkan Dzat Yang Mahakuasa sebagai
tempat berlindung. Allah SWT. berfirman:

               

            

Artinya:”Dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami


dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami

7
Ibid., hlm. 97

4
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang
selalu mereka kerjakan.” (Q.S. Yunus: 12)
b. Pernyataan Ayat-ayat Al-Qur‟an
Dalam Al-Qur‟an dijumpai ayat-ayat yang menyebutkan keberadaan
Allah. Karena Al-Qur‟an merupakan Kitab yang sumber kebenarannya
mutlak, wajib kita percayai.

          

Artinya:”Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Q.S.
Al-Baqarah: 163)
c. Keberadaan Alam Semesta
Alam semesta ini membuktikn bagi orang-orang yang mempunyai akal
sehat adanya Tuhan yang telah menciptakan semuanya. Allah SWT.
berfirman:

             

             

Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan
itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai.” (Q.S. Ibrahim: 32)
d. Kejadian Manusia
Manusia dengan segala kelebihan dan keunikannya tidak mungkin ada
dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. Manusia pasti diciptakan

5
oleh suatu Dzat yang Mahasempurna.8 Manusia diciptakan Allah dari bahan
yang sederhana dan rendah nilainya, yakni unsur tanah. Manusia menjadi
makhluk yang terbaik di antara makhluk lainnya. Allah SWT. berfirman:

                

            

       

Artinya:“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.” (Q.S. Al-Mu‟minun: 12-14)
e. Keberadaan Al-Qur‟an
Sejak Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., tidak ada
yang mampu menandinginya, baik dari segi sastra, bahasa, maupun isi
kandungannya. Hal ini membuktikan bahwa ada Dzat yang Mahabesar dan
Mahasempurna yang telah mewahyukan Al-Qur‟an. Melihat fakta-fakta
tersebut, Al-Qur‟an merupakan kalamullah Allah SWT. berfirman:

       

Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan


Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr: 9)

8
Ibid., hlm. 101

6
Lima landasan pokok tersebut telah mampu membuktikan bahwa Allah
itu wujud (ada).9

C. Beriman Kepada Malaikat


1. Definisi dan Jumlah Malaikat
Secara bahasa kata malaikat merupakan bentuk jamak dari kata malak
yang berarti kekuatan. Ada juga megatakan bahwa malaikat berasal dari kata
alukah (risalah) atau menyampaikan pesan. Ada juga menyatakan bersala dari
kata alaka, malakah yang berarti mengutus atau perintah (risalah). Malaikat
juga seing disebut al-mala‟ (kelompok tertinggi). Menurut terminologi,
mlaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan Allah SWT. yang berasal dari
nur atau cahaya yang memiliki kekuatan dengan wujud dan sifat tertentu dan
senantiasa mengabdi dan taat kepada Allah.10
Allah SWT. berfirman:

...      ...

Artinya:“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia


sendiri....”(Q.S.
jumlah malaikat tidak bertambah ataupun berkurang dan tidak akan mati
sebelum tibanya hari kiamat. Berkaitan dengan hal ini, perhatikan hadits yang
terdapat dalam shahihain bahwa Rasulullah SAW. bersabda ketika peristiwa
Isra‟pada saat melewati langit ketujuh yang artinya:
“Kemudian aku diangkat menuju Baitul Makmur. Padanya masuk (datang)
setiap hari 70.000 malaikat yang tidak akan kembali lagi. Mereka beribadah
dan berthawaf sebagaiman penduduk bumi melakukannya di Kabah.” (H.R
Bukhari dan Muslim)

9
Ibid., hlm.102
10
Ibid., hlm. 133-134

7
“pada hari itu neraka jahannam didatangkan. Ia mempunyai tujuh ribu tali
kekang terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang akan menyeretnya.” (H.R.
Muslim)
2. Hakikat Iman Kepada Para Malaikat
Keimanan kepada malaikat secara Naqli didasarkan pada firman Allah
SWT., yaitu:11

              

               

Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya


dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285)
Adapun maksud iman kepada makhluk adalah menyakini adanya
malaikat walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah
salah satu makhluk ciptaan Allah. Keimanan kepada para malaikat ini lebih
bercorak dogmatis. Artinya, kita yakini berdasarkan firman Allah yang ada
dalam AL-Qur‟an (dalil naqli) dan selama ini belum daapt dibuktikan melalui
rasio (dalil aqli).
Adapun keberimanan kita kepada malaikat Allah mencakup empat hal,
yaitu sebagai berikut.12
a. Beriman kepada keberadaan mereka.

11
Ibid., hlm. 135
12
Ibid., hlm. 136-137

8
b. Beriman kepada mereka yang kita ketahui nama-namanya dan terhadap
mereka yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita beriman kepada
mereka secara global.
c. Beriman kepada apa yang kita ketahui dari sifat-sifat mereka.
d. Beriman kepada apa yng kita ketahui dari tugas-tugas yang mereka
lakukan atas petintah Allah SWT. seperti bertasbih dan beribadah
kepada-Nya siang dan malam tanpa lelah ataupun jenuh.
Dalam AL-Qur‟an, Allah SWT. menjelaskan para malaikat sebagai
berikut:13
a. Malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.
b. Malaikat diciptakan untuk taat kepada Allah SWT.
c. Malaikat dapat menyerupai bentuk materi dan kadang-kadang muncul
dalam rupa manusia.

3. Sifat-sifat Para Malaikat


Allah SWT. menggambarkan bahwa Dia menjadikan sayap-sayap untuk
para malaikat yang jumlah bilangannya berbeda-beda sesuai dnegan
kemampuan dan kapasitasnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Qur‟an:

             

            

Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan
Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,
tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (Q.S. Fatir: 1)

13
Ibid., hlm. 137-139

9
Selain itu ada juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan
Muslim bahwa malaikat Jibril memiliki 600 sayap. Malaikat-malaikat itu
disesuaikan dari kesyahwatan hawawaniah, terhindar dari keinginan hawa
nafsu, dan terjauh dari perbuatan dosa dan salah.
Sifat-sifat malaikat secara terperinci adalah sebagai berikut:14
a. Diciptakan dari nur (cahaya), seperti yang diberitakan dalam sebuah
hadits
b. Taat dan berbakti kepada Allah SWT., apapun yang diperintahkan-Nya
selalu dikerjakan. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur‟an
c. Dapat menjelma atau berubah bentuknya, seperti manusia sebagaimana
diterangkan di muka, dalam Al-Qur‟an surat Maryam ayat 16-17 dan
Hud ayat 69.
d. Selalu bersujud kepada Allah SWT. sebagaimana ditegaskan dalam Al-
Qur‟an
e. Senantiasa bertasbih, menyucikan Allah SWT. Ditegaskan dalam Al-
Qur‟an surat Al-Anbiya ayat 20.
f. Tidak merasa letih untuk menyembahAllah SWT. sesuai dalam firman-
Nya
g. Tidak sombong (takabur)
h. Memberi salam kepada ahli surga
i. Memohon ampunan untuk orang-orang beriman
j. Ikut bahagia dan mendo‟akan orang yang mendapatkan lailatul.
k. Malaikat itu tidak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
l. Tidak memiliki hawa nafsu, tidak makan, minum, dan tidur.
m. Tidak mati sebelum datangnya kiamat.
Dari sekian banyak malaikat, ada sepuluh malaikat yang harus diketahui
berkaitan dengan tugas-tugas mereka. Adapun malaikat lainnya tidak wajib
diketahui, hanya cukup diyakini dan dipercaya.
Allah SWT. berfirman:

14
Ibid., hlm. 141-145

10
            

Artinya: “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,


rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah
adalah musuh orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah: 28)
Dengan demikian, beriman kepada malaikat adalah memercayai bahwa
Allah SWT. telah menciptakan malaikat, yang hidup di alam tersendiri
(ghaib) dan memiliki sifat-sifat serta pekerjaan yang berbeda dengan
manusia.15

D. Beriman kepada kitab Allah


1. Pengertian Kitab dan Shuhuf
Iman kepada kitab-kitab Allah ialah mempercayai adanya kitab-kitab
suci yang diturunkan Allah kepada Rasul-rasul-Nya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup, menjadi tempat
mengambil pelajaran, aturan dan undang-undang. Setiap utusan Allah
membawa ajaran yang diwahyukan oleh Allah kepadanya untuk disampaikan
kepada umatnya. Wahyu Allah yan disampaikan kepada Rasul Allah untuk
disampaikan kepada umatnya disebut “Kitab Suci”.16 Shuhuf ialah wahyu
Allah yang diturunkan kepada para Nabi, berisikan pujian-pujian dan nasihat-
nasihat.

2. Iman Kepada Kitab-kitab Allah


Islam mengajarkan bahwa memercayai dan mengimani semua kitab
Allah itu wajib. Tidak sepantasnya seorang muslim mengingkari kebeadaan
kitab-kitab tersebut. Adapun jumlahnya tidak ada yang mengetahui karena
hanya Allah yang mengetahuinya.
Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya
yan wajib diketahui oleh umat Islam adalah sebagai berikut:

15
Ibid., hlm. 146-147
16
Mukhlis, Aqidah Akhlak , (Bandung: CV Armico, 1987), hlm. 35

11
a. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. pada sekitar abad 12 SM
di daerah Israil dan Mesir.
b. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. pada sekitar abad 10 SM
di daerah Israil.
c. Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s. di daerah Yerusalem pada
permulaan abad pertama.
d. Kitab Al-Qur‟an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. di
daerah Mekkah dan Madinah pada abad ke-6 M.17
Selain itu, Allah SWT menurunkan Shuhuf kepada Nabi terdahulu, ialah:
a. Nabi Adam a.s. menerima 10 Shuhuf (10 lembar naskah)
b. Nabi Ibrahim a.s. menerima 30 Shuhuf (30 lembar naskah)
c. Nabi Idris a.s. menerima 30 Shuhuf (30 lembar naskah)
d. Nabi Syits a.s. menerima 50 Shuhuf (50 lembar naskah)
e. Nabi Musa menerima 10 Shuhuf sebelum diturunkan kitab Taurat
kepadanya.
Kitab-kitab ini semuanya berisikan anjuran untuk menyembah Allah
SWT. hanya cara dan waktunya yang berlainan, disesuaikan dengan keadaan
saat kitab itu diturunkan. Dari keempat kitab suci, yang masih ada dan tetap
murni isinya, adalah Al-Qur‟an. Sedangkan yang lain, sudah musnah dan
dipalsukan orang.
Kitab sebagai umat Islam wajib mengikuti ajaran Kitab Suci Al-Qur‟an.
Yakni Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kesempurnaan Agama Islam ini dicapai pada masa Rasul yang terkahir, yaitu
Muhammad SAW. sebagai Nabi penutup dan akhir zamn. Islamlah satu-
satunya agama yang besar dan diterima di sisi Allh. Barang siapa yang
mengambil agama selain Islam, maka dia kana termasuk orang-orang yang
merugi kelak pada hari kiamat.
Bukti Allah menurunkan Shuhuf ditegaskan di dalam Al-Qur‟am surat
Al-A‟la: 18-19:

17
Op.Cit., hlm.155

12
         

“ Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Shuhuf yang dahulu, (yaitu)


Shuhuf Ibrahim dan Musa” (Q.S. Al-A‟la: 18-19)

Adapun kedudukan Al-Qur‟an terhadap kitab-kitab suci yang lain adalah


sebagimana termuat dalam surat AL-Maidah ayat 48. Al-Qur‟an
membenarkan apa yang termausk dalam kitba-kitab suci yan glain. Tetapi
juga menguji kemurnian dari kitab-kitab suci itu. Al-Qur‟an memuat kisah-
kisah dari Nabi-nabi yang terdahulu, selain itu mengambil pelajaran, juga
menundukkan kejadian yang sebenarnya.

3. Cara beriman kepada kitab Allah


Sebagaimana umat Islam kita wajib beriman kepada suci Al-Qur‟an
dengan cara:18
a. Kita berusaha belajar agar dapat membacanya dengan benar.
b. Al-Qur‟an dibaca setiap hari dengan baik dan sungguh-sungguh.
c. Al-Qur‟an dipahami isinya dan diamalkan isinya dalam kehidupan sehari-
hari.

E. Beriman kepada Rasul Allah


1. Pengertian Nabi dan Rasul
Secara etimologis kata “nabi” berasal dari kata „naba‟ yang artinya
berita. Nabi adalah seseorang yang diberi berita atau wahyu dari Allah.
Adapun kata rasul berasal dari kata irsal yang demikian bermakna perutusan
atau pengarahan (tawjih). Dengan demikian, secara etimologis rasul adalah
yang menyampaikan pesan dari pihak yang mengutusnya.
Para ulama mengartikan pengertian nabi dan rasul secara terminologis ke
dalam tiga kelompok:

18
Mukhlis, Aqidah Akhlak,.... hlm. 41

13
1. Baik rasul maupun nabi sama-sama menerima wahyu yang harus
disampaikan kepada umatnya.
2. Nabi derajatnya lebih rendah daripada rasul. Setiap rasul adalah nabi,
tetapi tidak sebaliknya.
3. Nabi derajatnya lebih tinggi daripada rasul. Setiap nabi adalah rasul, tetapi
tidak sebaliknya.
2. Iman Kepada Para Rasul Allah
beriman kepada rasul-rasul Allah sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah
SWT.19

             

              



Artinya: “Katakanlah: „Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami
menyerahkan diri.‟” (Q.S. Al-Imran: 84)
Adapun pengertian beriman kepada para nabi dan rasul Allah menurut
Imam Al-Jazairi adalah sebagai berikut:
“percaya bahwa sesungguhnya allah SWT. mempunyai utusan yang diutus
karena belas kasih Allah SWT. dan keutamaan yang mana para utusan
membawa kabar gembira berupa pahala bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan, dan kabar buruk berupa siksaan bagi orang-orang yang berbuat
keburukan (maksiat) dan menerangkan kepada manusia tentang sesuatu yang
dibutuhkan mereka dari beberapa kenikmatan agama dan dunia, dan

19
Rosihon Anwar dan Saehudun, Akidah Akhlak... hlm. 170-171

14
memberikan manfaat kepada mereka tentang apa yang disampaikan para
utusan dengan pangkat yang mulia, dan Allah SWT. telah memberikan
kekuasaan kepada mereka berupa ayat-ayat (tanda) yang tampak, dan
mukjizat-mukjizat yang jelas di mana Nabi Adam sebagai Nabi pertama dan
Nabi Muhammad SAW. sebagai penutup.”
Dari sekian banyak jumlah rasul dn nabi hanya 25 orang yang disebutkan
didalam Al-Qur‟an sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui
hanya 25 orang. Diantara 25 rasul dan nabi ada yang disebut dengan Ulul
Azmi. Hanya 5 nabi dan rasul mendapatkan julukan tersebut.20
Allah SWT. berfirman:

               

               

Artinya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada


Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak
cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya
tunduk patuh kepada-Nya".” (Q.S. Al-Baqarah: 136)
Syekh Muhamad ibn Sholeh Al-Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya
syarh Tsalatsatul Ushul, keimanan kepada rasul mengandung empat unsur,
yaitu sebagai berikut:21
1. Mengimani bahwa risalah mereka berasal dari Allah SWT. barang siapa
yang mengingkari risalah mereka walaupun hanya seorang, menurut
pendapat seluruh ulama dikatakan kafir.
2. Mengimani orang-orang yang sudah dikenali nama-namanya misalnya
Muhammad, Ibrahim, Musa, Isan dan Nuh. Kelima nabi ini adlaah rasul

20
Ibid., hlm. 172
21
Ibid., hlm. 177-180

15
Ulul Azmi. Allah SWT. telah menyebtu mereka dalam dua tempat dari Al-
Qur‟an yaitu dalam surat Al-Ahzab dan Asy-Syura.
3. Membenarkan berita-berita mereka yang benar.
4. Mengamalkan syariat Nabi yang diutus kepada kita. Beliau adalah Nabi
Muhammad SAW. yang diutus Allah kepada seluruh manusia.
3. Fungsi Utama Para Rasul
A. Hafizh Dasuki dalam Ensiklopedia Islam mneyebutkan bahwa fungsi
para rasul adalah sebagai berikut.22
a. Mengajarkan tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya.
b. Mengajak manusia agar hanya menyembah dan beribadah kepada Allah
sebagaimana ditegaskan dalam AL-Qur‟an surat AL-Anbiya‟ ayat 25.
c. Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau akhlak yang
mulia. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh allah SWT. surat Al-
Ahzab ayat 21.
d. Memberikan petunjuk menuju jalan yang benar kepada manusia.
e. Menyampaikan perintah dan larangan Allah.
f. Memberi peringatan tentang adanya hari kebangkitan, siksa yang berat
setelah mati.
g. Mengalihkan perhatian manusia dari kehidupan yang fana [ada
kehidupan yang kekal.
h. Agar tidak ada alasan lagi bagi manusia kelak di hadapan Allah.
i. Mengajak manusia agar semangat dalam bekerja dan berusaha serta
menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan antar
kehidupandunia dan akhirat.
j. Meyampaikan berita-berita yang bersifat gaib, seperti malaikat, surga dan
neraka, alam kubur dan alam akhirat.

4. Sifat-sifat rasul Allah


Adapun sifat-sifat yang diberikan Allah kepada rasul adalah sebagai
berikut:23

22
Ibid., hlm. 180-184

16
a. Shiddiq, artinya jujur, benar dalam segala ucapanny, mustahl bersifat
kidzib (dusta).
b. Amanah, artinya terpercaya mustahil bersifat khianat (curang).
c. Tabligh, yakni menyampaikan hal-hal yang datang dari Allah.
d. Fathanah, yakni cerdas/pandai.

5. Buah Iman Kepada Rasul-rasul


Ada beberapa pengaruh iman kepada anbi dlaam kehidupan. Hal ini
dapat diambil dari tujuan diutusnya para nabi kepada semua manusia. Adapun
buah dari iman kepada para nabi dan rasul adalah sebagai berikut.24
a. Mengetahui rahmat serta perhatian Allah SWT., kepada hamba-hamba-
Nya sehingga mengutus para rasul untuk menunjuki mereka pada jalan
Allah SWT, serta menjelaskan cara menyembah Allah SWT.
b. Mensyukuri nikmat Allah SWT.
c. Mencintai para rasul, mengagungkannya, serta memujinya karena mereka
adalah para rasul Allah SWT.

F. Beriman Kepada Hari Akhir (Kiamat)


1. Pengertian dan Nama-nama Hari Akhir (Kiamat)
Hari kiamat sering juga disebut hari akhir (al-yaum al-akhir). Kata ini
menunjuk hari terakhir dan penghabisan dari hari-hari kehidupan dunia ini,
sekaligus hari pertama dari kehidupan kedua, dan mempunyai makna
kebinasaan alam semuanya dan terhentinya kehidupan ini secara total. Selain
itu, kata ini juga mengandung pengertian memsuki kehidupan akhirat dan
dimulainya kehidupan tersebut. Hari kiamat adalah hari dibinasakan dan
dihancurkan alam semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan
dunia menuju kehidupan kekal di akhirat. Terjadinya peritiwa ini dimulai
dengan peniupan sangkakala yang pertama saat terjadinya hari kiamat, yang
pada saat itu pula seluruh makhluk mengalami kerusakan dan kematian,

23
Ibid., hlm. 184-186
24
Ibid., hlm. 190

17
kecuali malaikat Israfil yang akan meniup sangkakala yang kedua. Setelah
itu, Allah SWT menciptakan alam lain, yaitu alam akhirat.
Ada lebih dari 80 nama hari kiamat, dan terdapat lebih 20 namanya yan
gtermahsyur dan diabadikan dalam Al-Qur‟an. Akan tetapi, AL-Ghazali dan
Al-Qurtubhi hanya menyebut 50 nama.25

2. Iman kepada hari akhir


Iman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau sendi dari
bagian rukun keimanan (arkanul iman) dan bagian utama dari beberapa
aqidah. Iman kepada Allah mengharuskan membenarkan semua yang
diberitahu-Nya, di antaranya kedatangan hari Kiamat. Iman kepada hari
Kiamat berarti menyakini dengan sepenuh hati akan datangnya hari kiamat
dan munculnya alam akhirat tempat manusia mempertanggungjawabkan di
hadapan Allah SWT. segala amal perbuatan ketika hidup di dunia.
Berikut ini dalil naqli yang mengharuskan kita mengimani hari Kiamat.26
a. Q.S. AL-Baqarah [2]: 4
b. Q.S. An-Nisa‟: 136
c. Q.S. Al-Baqarah: 62
d. Q.S Al-Hajj: 7
e. Q.S. Al-Ahzab: 21
Selain dalil-dalil naqliah tersebut, berikut ini dikemukakan alur
pemikiran yan gmenjelaskan keharusan beriman kepada hari Kiamat.27
a. Renungan terhadap alam semesta dan kehidupan manusia mengantarkan
pada keimanan kepada Sang Pencipta Yang Mahaagung.
b. Renungan terhadap relai keteraturan alam semesta beserta sistemnya
mengantarkan pada kesimpulan bahwa alam ini tidak diciptakan dengan
sia-sia, tetapi dengan kesungguh-sungguhan.
c. Renungan terhadap relasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakan-Nya
yang mendorong manusia melakukan kebaika-mengantarkan kesimpulan

25
Ibid., hlm. 196
26
Ibid., hlm. 200-203
27
Ibid., hlm. 203-204

18
bahwa manusia diciptakan di dunia dengan tujuan untuk menerima ujian
dari-Nya.
d. Renungan terhadap relasi antara ujian Allah dan balasannya di dunia
menyimpulkan bahwa balasan yang sempurna bagi yang berhak
menerimanya tidak terjadi di dunia ini.

3. Tanda-tanda Hari kiamat


Terjadinya hari kiamat merupakan sebuah misteri dan hanya Allah yang
mengetahui waktunya. Hal ini sebagaimana dijelaskan melalui firman-Nya:

                  

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah


terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang
kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.”
Walaupun kedatangan hari kiamat masih dirahasiakan, kedatangannya
merupakan sebuah kepastian. Walaupun demikian, Allah SWT. menjelaskan
berbagai tanda atau ciri menunjukkan peristiwa itu sudah dekat. Allah SWT.
berfirman:

                 

Artinya: “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat


(yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena
Sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah
faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah
datang?”
Adapun tanda-tanda kiamat sebagaimana Rasulallah SAW bersabda yang
artinya:28

28
Ibid., hlm. 211

19
“‟apa yang sedang kalian perbincangkan?‟ jawab para sahabat „Kami
sedang berbinang-bincang mengenai hari Kiamat,‟ beliau bersabda,
„Kiamat tidak akan terjadi sebelum terlihat sepuluh macam tanda (1) Ad
Dukhon/ asap atau kabut, (2) Dajja/ si penipu besar, (3) Dabbah/
binatang melata, (4) Matahari terbit di barat, (5) Turunnya Isa anak
Maryam, (6) Ya‟juj dan Ma‟juj, (7) Gerhana di timur, (8) Gerhana di
barat, (9) Gerhana di Jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman
mengahalu manusia ke mahsyar/tempat berkumpul.‟” (H.R. Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

4. Peristiwa Setelah Hari Kiamat


Peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah hari kiamat adalah sebagai
berikut:29
a. Alam Barzakh
b. Hari Kebangkitan (Al-Ba‟ats)
c. Mahsyar
d. Hisab (Perhitungan Amal)
e. Mizan (Timbangan Amal)
f. Al-Kautsar
g. Ash-Shirath
h. Surga/ Neraka

5. Hikmah Iman Kepada Hari Akhir


Hikmah kepada hari akhir, diantaranya sebagai berikut:30
a. Meneguhkan tujuan hidup seorang hidup seorang Muslim meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Menjadi sumber inspirasi untuk melahirkan etos beramal saleh dnegn
sebaik-baiknya. Karena hidup di dunia ini sangat singkat, kesempatan,
waktu, tenaga, pikiran, dan peluang yang terbatas tersebut harus dapat

29
Ibid., hlm. 212-225
30
Ibid., hlm. 226-227

20
dijadikan modal sebaik-baiknya untuk meraih kepuasan, kelezatan dan
kenikmatan dan kebenaran.
c. Sumber generator yang senantiasa membangkitkan kekuatan moral dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran.

G. Beriman Kepada Qadha dan Qadar


1. Pengertian Qadha dan Qadar
Yang dinamakan qadha, ialah ketentuan atau ketetapan Allah terhadap
suatu rencana yang sudah ditentukan. Sedangkan yang dimaksud dnegan
qadar ialah kehendak Allah untuk menjadikan sesuatu, pada zaman azali.
Yakni sebelum terjadi sesuatu. qadha dan qadar termasuk salah satu Rukun
Iman yang ke-enam. Karena itu kita wajib percaya atas qadha dan qadar
Tuhan, yakni takdir Allah yang berlaku bagi semua makhluk. Orang yang
tidak percaya pada takdir Tuhan dinamakan kafir.31
Allah telah berfirman dalm Al-Qur‟an:

    

Artinya: “Dan segala sesuatu di sisi Allah telah ditentukan” (Q.S Ar-Ra‟ad:
8)
Apabila Allah menetapkan (menentukan) seorang hamba termasuk dalam
kategori orang yang mengharapkan kecintaan dan keridhaan dari Allah
niscaya ia akan mendapatkan kecintaan dan keridaan iktu. Dan apabila Allah
menetapkan seorang hamba itu termasuk dalam kategori orang yang dibenci
dan tertutup dari keridhaan Allah niscaya ia akan menerima keduanya itu.32
Jadi segala sesuatu yang ada di alam dunia ini telah ditentukan Allah
SWT. Allah telah menentukan perjalanan alam ini sejak zaman azali, zaman
dahulu, sebelum dunia ini ada. Ketentuan-ketentuan tentang umur manusia,
laki-laki atau perempuan, warna kulit, putih, atau hitam, kaya atau miskin,

31
Mukhlis, Aqidah Akhlak... hlm. 63
32
Mustafa Al „Alim, Aqidah Islam Ibnu Taymiyah... hlm. 115

21
susah atau senang, sehat atau mati, semuanya adalah berjalan menurut takdir
dari ketentuan-ketentuan Allah.
2. Beriman Kepada Qadha, Qadar, dan Takdir
Beriman kepada qadha dan qadar yang selanjutnya disebut takdir
termasuk hal pokok dalam akidah Islam, bahkan termasuk salah satu dari
rukun iman. Hal tersebut dijelaskan oleh Rasulallah SAW. dalam haditsnya
yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab.33
Beriman kepada qadha dan qadar adalah setiap manusia wajib
mempunyai iktikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja maupun
tidak sengaja yang sebagaimana telah ditetapkan Allah SWT dalam Al-
Qur‟an.

                  

   

Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Beriman kepada qadha‟ dan qadar terdiri atas empat rukun. Pertama,
beriman kepada ilmu Allah yang komprehensif dan meliputi semua makhluk.
Kedua, beriman kepada catatan Allah di Lauh Mahfuz. Ketiga, beriman
kepada kehendak Allah yang beraku pada setiap makhluk. Keempat, beriman
kepada kesendirian Allah dalam menciptakan makhluk.

33
Rosihon Anwar dan SaehudinAkidah Akhlak...hlm. 233

22
H. Kesimpulan
Iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan perbuatan dengan
anggota-anggota badan. Iman yaitu apa yang diikrarkan, ditetapkan dengan hati
dan dibenarkan dengan perbuatan. Suatu golongan yang mengaku beriman tetapi
tidak mengamalkannya maka mereka berarti berdusta dan Allah akan
mengesampingkan mereka.
Iman itu bukanlah merupakan peringatan dan pembangkitan kembali kecuali
apabila pemiliknya menolak untuk mengabdi kepada agama dan tanah airnya
dengan maksud untuk memajukan kemashlahatan umum diatas kemashlahatan
pribadi yang bersifat khusus. Adapun imannya orang lalai dan takut-takut atau
ragu-ragu itu termasuk penyakit yang sangat membahayakan pada masa kita ini.
Oleh karena itu, perbaikilah hubungan Anda dengan Allah niscaya Anda akan
mendapatkan keabadian petunjuk-Nya dan kelangsungan pertolongan-Nya.
Rukun iman terdiri dari 6 macam yaitu
1. Beriman kepada Allah SWT.
2. Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah.
3. Beriman kepada Kitab-kitab Allah.
4. Beirman kepada Nabi dan Rasul Allah.
5. Beriman kepada Hari Akhir atau Kiamat
6. Beriman kepada Qadha dan Qadar Allah.

23
Daftar Pustaka

Al „Alim, Mustafa. 1982. Aqidah Islam Ibnu Taymiyah. Bandung: PT Alma „Arif.

Anwar, Rosihon dan Saehudin 2016. Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.

Azzam, Abdullah. 1993. Aqidah Landasan Pokok Membina Ummat.Jakarta:


Gema Insani Press.

Mukhlis. 1987. Aqidah Akhlak. Bandung: CV Arcimo.

24

Anda mungkin juga menyukai