DISUSUN
OLEH
DOSEN PENGAMPU:
A. Latar Belakang
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk
mufradatnya“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.1
Dengan demikian, secara etimologi, akhlak dapat diartikan sebagai budi pekerti,
watak, tabiat. Dalam bahasa Inggris, istilah ini sering diterjemahkan sebagai
character.2
Seorang muslim, artinya ialah orang yang bercita-cita menjadi manusia yang
sempurna. Islam dalam sejarahnya telah melancarkan cahayanya ke seluruh alam.
Islam telah berjasa telah membawa prikemanusiaan dari gelap gulita kejahilan kepada
pengetahuan yang terang.3
Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulallah SAW. akhlak mulia adalah
faktor penting dalam membina suatu ummat atau membangun suatu bangsa.4
Perumusan pengertian akhlak menjadi media memungkinkan adanya hubungan baik
antara Khaliq dan makhluq, dan antara makhluq dengan mahkluq. Istilah ini dipetik
dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW.:5
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-
Qalam [68]: 4)
1
Syarifah Habibah, Akhlak dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1, No. 4,
Oktober 2016, hlm. 73
2
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), hlm. 1
3
Moh. Amin, 10 Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 1
4
Ibid., hlm. 8
5
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 2
1
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia”
(H.R. Ahmad)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak?
2. Apa pentingnya kejujuran?
3. Jelaskan kejujuran membawa kebajikan!
4. Jelaskan orang yang jujur dapat pertolongan Allah SWT.!
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak Terpuji
1. Pengertian Akhlak Secara Etimologi
Secara etimologi, kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jamak dari kata khuluq.
kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak adalah
sifat-sifat manusia yang terdidik. Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.6
Dalam Al-Qur’an, kata khuluq yang merujuk pada pengertian perangai, disebut
sebanyak dua kali, salah satunya tertera pada surah Asy-Asyu’ara’ ayat 137 yaitu:7
“(Agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.” (Q.S.
Asy-Syu’ara’ [26]: 137)
بلي يا: اال ادلك خصلتين هما اخف علي الظهر و اثقل في الميزان؟ قال،يا ابا ذر
عليك بحسن الخلق و طول الصمت فوالذي نفسي بيده ما عماللخالئق: قال.رسول هللا
.بمثلهما
“Wahai Abu Dzar, maukah aku tunjukkan dua hal yang sangat ringan
dipunggung, tetapi sangat berat ditimbangan?” beliau melanjutkan, “hendaklah
kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang jiwaku yang
6
Bukhori Umar, Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: Amzah,
2012), hlm. 42
7
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 1
8
Ibid., hlm. 181
3
berada di genggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat berhias dengan
kedua hal tersebut.” (H.R Al-Baihaqi)
Ajaran-ajaran agama Islam, merupakan tuntunan yang ditunjukan kepada
manusia agar hidup di dunia menurut aturan dan norma yang terpuji. Karena itu,
akhlak dalam ajaran Islam memiliki kandungan untuk berbuatbaik dan terpuji, baik
kepada Tuhan sebagai hablumminallah maupun kepada sesama manusia sebagai
hablumminannas.9
Allah SWT, mengutus Rasulullah SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Pendidikan akhlak mengutaman nilai-nilai universal dan fitrah yang dapat diterima
oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan Nabi Muhammad SW di
antaranya adalah menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir, tidak berkeluh
kesah, tidak mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian perlu diajarkan dan
dicontohkan orang tua kepada anak-anaknya, karena sangat penting dan dapat
membahagiakan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.10
9
Ibid., hlm. 181
10
Bukhori Umar, Op.Cit., hlm. 44
11
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 3
4
terbagi dua, ada yang berasal dari tabi’at aslinya. Adapula yang diperoleh dari
kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui
pikiran dan pertimbangan. Kemudian dilakukan terus-menerus, maka jadilah
suatu bakat dan akhlak.
c. Dr. Ahmad Muhammad Al-Hufi
Akhlak adalah adat yang dengan sengaja dikehendaki keberadaannya.
Dengan kata lain, akhlak adalah azimah (kemauan yang kuat) tentang suatu yang
dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi adat (kebiasaan) yang mengarah
kepada kebaikan dan keburukan.
Dari beberapa definisi diatas, menjadi jelas bahwa akhlak sesungguhnya berasal
dari kondisi mental yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Ia telah menjadi
kebiasaan, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, seseorang tidak perlu
lagi memikirnya. Bahkan seolah perbuatan tersebut telah menjadi gerak refleks.12
Jadi, dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa, akhlak adalah suatu perbuatan
atau perilaku yang merujuk pada tingkah laku seseorang baik maupun buruk. Jika
perbuatan seseorang dikatakan baik, itu dinamakan akhlakul karimah (perbuatan yang
terpuji), namun jika perbuatan seseorang tersebut buruk, maka itu dinamakan
akhlakul madzmumah
12
Ibid., hlm. 6
13
Rois Mahfud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gapprint, 2011), hlm. 98-99
5
c. Bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh
seluruh umat manusia kapan pun dan di mana pun mereka berada, serta dalam
keadaan apapun dan bagaimanapun.
d. Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan
mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan
manusia.
Seperti halnya ibadah dan muamalah, akhlak dalam Islam juga mempunyai ruang
lingkup, yaitu akhlak manusia terhadap Allah SWT., akhlak manusia terhadap sesama
manusia, dan akhlak manusia terhadap lingkungan.
14
Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hlm.
292
15
Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 205
6
memberikan manfaat atau bahaya hanyalah Allah SWT., sedangkan makhluk tidak
dapat memberikan apa-apa.
Jika kebenaran dan kejujuran telah membudaya dalam suatu masyarakat, akan
telihat kehidupan yang serasi, aman, dan damai dalam masyarakat itu. Seseorang
yang benar-benar mukmin selalu berkata benar dan berpegang teguh pada apa yang
diucapkannya. Sementara itu, Allah SWT. akan meneguhkan pendiriannya.
Menurut Al-Muhasiby, ciri benar/jujur adalah mengharapkan keridaan Allah
SWT. dalam semua perbuatan, tidak mengharapkan imbalan dari makhluk, dan benar
dalam ucapan. Al-Ghazali menegaskan bahwa benar/jujur yang sempurna adalah
menghilangkan sifat riya.
Dasar perintah berlaku jujur adalah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah SWT, dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah [9] : 119)
16
Mustafa Sa’id Khan, dkk, Syarah Riyadush Shalihin Sabar dan Jujur, (Solo: Al-Qowam,
2004), hlm.133-134
7
menumbuhkan keraguan, kebimbangan, kekhawatiran, kerendahan, kehinaan,
dan kenistaan pada diri pelakunya serta ketidakpercayaan manusia kepadanya.
Berdasarkan uraian diatas maka ciri-ciri sifat jujur adalah sebagai berikut:17
a. Suka berbuat kebajikan, berbuat kebajikan maksudnya senantiasa selalu baik dan
benar dalam ucapan maupun perbuatan.
b. Suka menepati janji, orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatan tidak
akan membuat orang celaka. Rasulallah SAW. menyuruh kita memerhatikan
kejujuran karena didalam kejujuran terdapat keselamatan.
Jika kebenaran dan kejujuran telah membudaya dalam suatu masyarakat, akan
terlihat kehidupan yang serasi, aman, dan damai dalam masyarakat itu. Seseorang
yang benar-benar mukmin selalu berkata benar dan berpegang teguh pada apa yang
diucapkannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jujur adalah suatu perbuatan yang dikategorikan
baik dalam perbuatan maupun ucapan. Jujur dapat menjadikan seseorang tersebut
selalu melakukan kebajikan, dicintai Allah SWT., orang tua maupun masyarakat
lingkungan.
a. Pentingnya Kejujuran
Jujur merupakan sikap yang ada pada diri manusia. Akan tetapi kebanyakan
manusia sulit menerapkan sikap jujur pada dirinya, serta saat ini jarang sekali
orang yang benar-benar jujur. Sikap jujur atau amanah merupakan salah satu
sikap yang ada dan dimiliki Nabi Muhammad SAW. Nabi sendiri menerapkan
kejujuran sejak beliau masih kecil. Bahkan pada saat nabi berdagang, beliau lebih
mementingkan kejujuran di bandingkan dengan keuntungan. Bahkan dengan
17
Ahmad Kusaeri, Akidah Akhlak untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah, (Bandung: Grafindo
MediaPratama, 2016), hlm. 110
8
kejujuran Nabi selalu mendapatkan keberkahan dan keuntungan yang tak
terhingga. Karena dengan kejujuran pasti akan membuahkan hasil yang baik.18
Memiliki sikap yang jujur sangatlah penting, karena dengan kejujuran akan
banyak hikmah yang bisa didapat. Ada beberapa contoh hikmah dari kejujuran
salah satunya, apabila dalam pekerjaan kita selalu mengutamakan kejujuran,
maka orang akan mempercayai dan menghargai kita.19
Kejujuran merupakan tiang utama bagi manusia untuk menegakkan
kebenaran dan segala sesuatu yang haq di muka bumi. Allah SWT. pun
berfirman dalam al Quran surat al Ahzab ayat 70
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt.
dan ucapkanlah perkataan yang benar”.
Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan
berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:20
1) Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk
berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah SWT.
2) Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang
dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut
merupakan kejujuran.
3) Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-
sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
4) Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan
kepada manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.
18
Nidaul Hasanah, Pentingnya Kejujuran, http://www.kompasiana.com/amp/nidaulhasanah/
pentingnya-kejujuran_54f7c3331661b8b490b, diakses pada tanggal 15 september 2019, pukul 23:13
WIB
19
Ibid.
20
Khanza Safitra, Kejujuran Dalam Islam dan Dalilnya, https://dalamislam.com/akhlaq/
amalan-shaleh/kejujuran-dalam-islam, diakses pada tanggal 16 September 2019, pukul 13.04 WIB
9
5) Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala
hal yang dia alami di hidupnya.
Sebagai manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha untuk
menerapkan kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun penerapannya pasti
sungguh sulit, kita harus selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat dusta
atau khianat. Begitu banyak godaan ataupun cobaan yang mendorong kita untuk
berbuat tidak jujur. Namun, kita harus ingat bahwa barang siapa yang mampu
mewujudkan sifat jujur dalam segala aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat
sebagai seorang hamba yang shiddiqin dan kehidupan dunia akan membawanya
ke surga di akhirat kelak.21
Jujur sangatlah penting bagi kehidupan manusia, jika kita tidak menerapkan
sifat jujur, maka kita akan selalu melakukan perbuatan tercela, yaitu bohong. Jika
seseorang tidak menanamkan sifat jujur, maka ia akan dibenci oleh Allah SWT.,
dan juga orang disekitarnya.
21
Ibid.
22
Samsur Munir Amin, Op.Cit., hlm. 205
10
Hadits diatas menjelaskan bahwa kejujuran atau kebenaran membawa pada
kebajikan. Dan jika kebajikan telah kita lakukan maka Allah SWT. akan
memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Itulah manfaat terbesar dalam bersikap
jujur. Walau memang cukup sulit untuk kita lakukan, namun ternyata efeknya
pun sangat baik untuk kita dapatkan. Hanya segelintir orang saja yang mampu
melakukan hal ini, dan tetap istiqamah untuk berbuat jujur.23
Pelajaran yang terkandung dalam hadits tersebut ialah sebagai berikut:24
1) Anjuran untuk berlaku jujur, karena ia merupakan penyebab semua
kebajikan serta peringatan terhadap tindakan dusta karena ia merupakan
penyebab penyebab semua bentuk kejahatan serta bahwa barangsiapa yang
terkenal dengan suatu hal, maka ia layak disifati dengan hal itu.
2) Pahala dan hukuman merupakan akibat dari apa yang dilakukan oleh
seseorang berupa kebaikan maupun kejahatan.
3) Pahala kejujuran adalah surga.
4) Kejujuran kadang diwujudkan dengan perkataan yang sesuai dengan
kenyataan atau perbuatan yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
23
Aldy Rahadian, Kejujuran Membawa Kebajikan, https://www.islampos.com/kejujuran-
membawa-kebajikan-103491/, diakses pada tanggal 17 September 2019, pukul 08.50 WIB.
24
Mustafa Sa’id Khan, dkk, Op.Cit., 130-131
11
sebagai penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT.
akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.25
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang
yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja
dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan
pemilik modal karena akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk
membiayai keluarganya.26
Orang yang jujur senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah, baik itu
dalam bentuk lahiriah maupun bathiniah. Allah SWT. menjanjikan bagi orang
yang jujur akan masuk surga-Nya sebagaimana Nabi Muhammad SAW.
menyebutkan dalam hadits. Jika kita selalu menanamkan sifat jujur, maka kita
akan selalu mengarah pada kebaikan, Allah SWT. akan membalas setiap
kebaikan kita walaupun itu sekecil biji jagung, sebagaimana yang telah
disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Zalzalah ayat 7:
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.”
25
Sa Lina, Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah, https://id.scribd.com/document/
369343064/Orang-Yang-Jujur-Mendapat-Pertolongan-Allah, diakses pada tanggal 17 September 2019,
pukul 11.02 WIB
26
Ibid.
12
BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Secara etimologi, kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jamak dari kata khuluq.
kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak adalah
sifat-sifat manusia yang terdidik. Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Istilah akhlak sebenarnya merupakan istilah yang netral, yaitu mencakup
pengertian perilaku baik dan buruk seseorang. Jika perbuatan yang dilakukan
seseorang itu baik, disebut dengan istilah akhlakul karimah (akhlak yang mulia).
Namun jika perbuatan yang muncul dari seseorang itu buruk, disebut dengan akhlakul
madzmumah (akhlak tercela).
Salah satu akhlak terpuji yaitu jujur atau shiddiq. Shidqu secara etimologi berarti
jujur, benar. Adapun yang dimaksud jujur, adalah memberitahukan, menuturkan
sesuatu dengan sebenarnya, sesuai dengan fakta (kejadiannya). Pemberitahuan ini
tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam perbuatan. Dengan demikian, shidqu
adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan
berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:
13
2. Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk
berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah SWT.
3. Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia
ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut
merupakan kejujuran.
4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
5. Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada
manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.
6. Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal
yang dia alami di hidupnya.
14
Daftar Pustaka
Anwar, Rosihon dan Saehudin. 2016. Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.
Habibah, Syarifah. 2016. Akhlak dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar. Vol.
1. No. 4.
Hasanah, Nidaul. Pentingnya Kejujuran. http://www.kompasiana.
com/amp/nidaulhasanah/pentingnyakejujuran_54f7c3331661b8b490b. diakses
pada tanggal 15 september 2019. pukul 23:13 WIB.
Kusaeri, Ahmad. 2016. Akidah Akhlak untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Lina, Sa. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah. https://id.scribd.
com/document/ 369343064/Orang-Yang-Jujur-Mendapat-Pertolongan-Allah,
diakses pada tanggal 17 September 2019. pukul 11.02 WIB.
Mahfud, Rois. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gapprint.
Munir Amin, Samsul. 2019. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah.
Rahadian, Aldy. 2018. Kejujuran Membawa Kebajikan, https://www.islampos.com/
kejujuran-membawa-kebajikan-103491/. diakses pada tanggal 17 September
2019. pukul 08.50 WIB.
Sa’id Khan, Mustafa, dkk. 2004. Syarah Riyadush Shalihin Sabar dan Jujur. Solo: Al-
Qowam
15