Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Pendidikan Akhlah Emroni, Drs, M.Ag

AKHLAK ISLAMI

OLEH
AULIA NOVA SAFITRI : 200101100541
RINI WULAN SARI : 200101100253

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
BANJARMASIN
TAHUN 2022 M/1444 H
A. PENDAHULUAN
Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul yang diutus pada saat itu
terjadi kehancuran akhlak, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk
menyempurnakan akhlak. Ajaran-ajaran akhlak dari Rasulullah SAW adalah
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an, yang mana didalamnya mengajarkan
bagaimana moral individu terhadap kehidupan sosial dan kehidupan agamanya. 1
Akhlak islami merupakan akhlak yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam
dengan menjadikan Al-quran dan sunnah sebagai pedoman hidupnya. Akhlak
islami menuntut seseorang pada perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan
buruk.
B. METODE
Metode yang digunakan pada makalah ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi literatur. Teknik pengambilan data dengan
mengumpulkan berbagai sumber literatur yang bersumber dari berbagai buku.
Pembahasan yang dilakukan terhadap literasi yang berasal dari beberapa buku.
Pemakalah juga menambahkan penjelasan danpenarikan kesimpulan pada
pembahasan pada yang dibaca sebelumnya.

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlak Islami


Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa arab, ‫ أخالق‬yang mengandung
arti “budi pekerti, tingkah laku, adab, sopan santun, perangai, dan tabiat”.
Menurut istilah akhlak adalah suatu sifat yang melekat dalam jiwa dan
menjadi kepribadian dan memunculkan perilaku yang spontan, mudah, dan
tanpa memerlukan pertimbangan. Akhlak menurut istilah juga dikemukakan
oleh ulama-ulama akhlak dengan cara yang berbeda-beda seperti:
a. Al-Jaziri

1
Rahmadani Pohan, “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Islami Anak”,
dalam Jurnal Pendidikan Islam, 7.1 (2018), 168-186
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, melahirkan perbuatan-
perbuatan yang diinginkan dan diusahakan seperti perbuatan baik dan
perbuatan yang buruk, perbuatan yang indah dan perbuatan yang jelek.
b. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pemikiran.
c. Abdul Hamid Yunus
Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik.
d. Ibdu Maskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mengajaknya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.
e. Ahmad Amin
Akhlah adalah kehendak yang dibiasakan. 2
Dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang kemudian mempengaruhi sikap, tindakan serta perbuatan
tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. sehingga, akhlak islami yaitu akhlak
atau perilaku seseorang sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang tercermin
dalam kehidupan sehari-harinya baik memalui pemikiran, perkataan maupun
perbuatan dan menjadikan Al-Qur’an serta As-Sunnah sebagai pedoman
hidupnya.
Akhlak islami dapat menjadi bekal seseorang baik di dunia maupun di
akhirat. karena seseorang yang berakhlak islami memiliki
keutamaan.3Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
‫َع ْن ىأَع ِب ْن ى ا َّدل ْن َع ِباى َع ْن ى الَّد ِب ِّي ى صَّد ى َّد ُلى َع صَع ْن ِب ى َع َع صَّد َع ى َع َعاى َع ى ِب ْن ى َع ْن ٍءاىىأَع ْن َع ُلى ِب ْن ى ْنا ِب ْن َع ِباى ِب ْن ى ُل ْن ِب ى ْنا ُل صُل ِبى‬
Artinya:

2
Suhayib, “ Studi Akhlak”, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016).
3
Rimasasi, Dwi Suryani, And Anita Puji Astutik. "Integrasi Akhlak Islami Dalam Seni
Teater." Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan Dan Hukum Islam 19.1 (2021):
042-049.
“Dari Abu Darda’, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Tiada suatu yang lebih
berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat kelak daripada
akhlak yang mulia”. (HR.At-Tirmidzi)
2. Tujuan dan Dasar Akhlak

Tujuan Akhlak menurut Al-Ghazali ialah terbentuknya suatu sikap batin


yang mendorong munculnya keutamaan jiwa, dan biasa disebut Al-Ghazali
dengan Sa’adat al-Haqiqiyat (kebahagiaan yang haqiqi). Dikatakan sebagai
kebahagiaan yang haqiqi karena akhlak merupakan pusat yang menjadi dasar
penilaian keutamaan pada manusia. Dan keutamaan jiwa menjadi salah satu
jalan ketenangan batin manusia sehingga tercapai tujuan hidup sebenarnya.
Dasar akhlak adalah Al-Quran dan Hadits. 4dengan kata lain dasar-dasar yang
lain senantiasa dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits.

3. Pembagian Akhlak Islami

Pembagian akhlak dibagi menjadi dua bagian, antara lain :

1) Akhlak yang Baik (Khuluq al-Hasan)

Hakikat dari akhlak yang baik dan mulia ialah ada tiga; pertama menjauhi
larangan Allah SWT, kedua mencari yang halal dan berlapang dada kepada
sesama manusia, dan ketiga tidak ada suatu keinginan bagi seorang hamba selain
hanya bergantung kepada Allah SWT.

Jadi, untuk mencapai akhlak yang baik hanya dapat diraih dengan selalu
menjauhi segala larangannya dan menjalankan segala perintahnya. Standarisasi
yang merupakan ciri akhlak baik adalah pengendalian dalam menahan, mengatur,
dan mendidik agar tidak berlebihan. Misalnya pada sifat dermawan merupakan
akhlak yang terpuji, dan perbuatan tersebut berada di tengah-tengah diantara sifat
kikir dan mubadzir.

4
Mz, Syamsul Rizal. "Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf." Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 7.01 (2018): 67-100.
Akhlak terpuji disebut juga dengan akhlaqul karimah (akhlak yang mulia)
atau akhlaq munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya). Adapun macam-
macam akhlak terpuji lainnya, yaitu sebagai berikut :

a. Menauhidkan Allah SWT, pengakuan bahwa Allah SWT adalah


satu-satunya yang memiliki sifat rububiyah dan uluhiyah, serta
kesempurnaan nama dan sifat.
b. Berbaik Sangka
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan akhlak terpuji.
c. Zikrullah
Berzikir atau mengingat Allah SWT adalah asas dari setiap ibadah kepada
Allah SWT.
d. Tawakkal
Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT, yang
mulanya dimulai dengan ikhtiar.
2) Akhlak yang Buruk (Khuluq al-Sayyi’)

Akhlak yang buruk merupakan kebalikan atau lawan dari perbuatan yang
mana kekuatan-kekuatan yang ada pada manusia tidak seimbang. Misalnya emosi
yang berlebihan (tidak dapat mengendalikan emosi), maka hal itu disebut
Tahawwur, semberono, nekat tanpa ada perhitungan tanpa pemikiran yang
matang. Apabila kekuatan syahwat cenderung terlalu berlebihan maka akan
muncul sifat rakus (Syarah).

Setiap manusia memiliki memiliki nafsu, seperti nafsu makan, minum dan
lain-lain, demikian itu adalah hal yang normal pada setiap manusia. Akan tetapi,
manusia dianjurkan untuk tidak berlebihan atau rakus sebagaimana firman Allah
SWT dalam QS. Al-A’raf : 31) “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-
lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” 5

5
Syamsul Rizal Mz, “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf”, dalam Jurnal
Pendidikan Islam, 07. 1(2018) : 067-100
Akhlak yang buruk disebut juga akhlak tercela, segala bentuk akhlak yang
bertentangan dengan akhlak terpuji. Akhlak tercela merupakan perilaku tercela
yang dapat merusak keimanan seseorang.

Adapun macam-macam akhlak tercela lainnya, yaitu sebagai berikut :

a. Syirik
Syirik secara bahasa menyamakan dua hal. Adapun secara istilah syirik
adalah menyamakan sesuatu dari Allah SWT.
b. Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi, kufur merupakan sifat dari kafir.
Kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’
kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya baik dengan
mendustakan atau tidak.
4. Prinsip dan Keutamaan Akhlak Islami

Prinsip atau dasar dari keutamaan akhlak antara lain :

1) Al-Hikmah (Bijaksana)

Adapun yang dimaksud dengan hikmah adalah suatu keadaan jiwa yang
dapat dipergunakan untuk mengatur sifat marah atau mengendalikan sifat nafsu.
Adapun pada pemakaian dan pengendaliannya dapat diatur dengan kondisi jiwa
yang memahami benar dari yang salah pada semua perilaku. Kemudian, hikmah
atau kebijaksanaan merupakan salah satu keutamaan jiwa rasional (al-Aqliyah)
yang dapat memelihara jiwa serta memungkinkan seseorang dapat membedakan
yang benar dari yang salah dalam perbuatan.

Jenis-jenis keutamaan kebijaksanaan ini adalah dengan pemikiran yang


baik Husn al-Tadbir, pemikiran yang jernih Judat al-Zihn,dan selalu sadar
terhadap perbuatan kejahatan.

Kemudian ada “hikmah Khulukiyah” adalah suatu tingkah dan keutamaan


jiwa, dan dengan jiwa tersebu dapat mengatur kekuatan marah dan dapat
membatasi pergerakannya.
2) Ass-Syaja’ah (Keberanian)

Akhlak yang berhubungan dengan sikap keberanian, maka akan dapat


menimbulkan sifat pemurah, tegas, mengekang hawa nafsu, penyantun,
berpendirian teguh, menahan sikap kasar, berhati tenang, dan lain sebagainya.

Secara garis besar, yang dibutuhkan pada sikap as-Syaja’ah adalah sebuah
pengendalian, di mana seseorang harus pandai memposisikan sikap tersebut.
Apabila seseorang membiarkan sikap tahawwur (berani tanpa perhitungan, dan
pemikiran yang matang, atau nekat), maka dalam jiwanya tumbuh akhlak yang
buruk, seperti sombong, hilang rasa malu, dan bertindak tanpa
mempertimbangkan kerugian orang lain.

Adapun macam-macam dari sifat keberanian di sini yaitu al-Karam


(Kemuliaan), al-Najdat (Pantang takut), al-Syahamat (Perkasa), Kibar al-Nafs
(Berjiwa besar), al-Ihtimal (tahan uji), al-Hilm (murah hati), al-Sabat (Ulet),
Kazhm al-Gahizh (tahan marah), al Waqar (tahu diri), dan al-Tawaddud (ramah).

D. KESIMPULAN

Akhlak islami merupakan akhlak atau perilaku seseorang sesuai dengan


ajaran-ajaran islam yang tercermin dalam kehidupan sehari-harinya baik
memalui pemikiran, perkataan maupun perbuatan dan menjadikan Al-Qur’an
serta As-Sunnah sebagai pedoman hidupnya.
Tujuannya ialah agar terbentuknya suatu sikap batin yang mendorong
munculnya keutamaan jiwa.
Pembagian akhlak islami terbagi menjadi dua yaitu akhlak yang baik atau
terpuji dan akhlak yang buruk atau tercela. Contoh dari akhlak terpuji seperti
menauhidkan Allah SWT, berzikir, bertawakkal, dan sifat dermawan. Adapun
contoh akhlak tercela yaitu seperti tidak dapat menahan amarah, sombong,
dan sebagainya.
Prinsip dan keutamaan akhlak terbagi menjadi dua yaitu Al-Hikmah
(Bijaksana) dan Ass-Syaja’ah (Keberanian).
DAFTAR PUSTAKA

Suhayib, “ Studi Akhlak”, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016).


Rimasasi, Dwi Suryani, And Anita Puji Astutik. "Integrasi Akhlak Islami Dalam Seni
Teater." Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan Dan Hukum
Islam 19.1 (2021): 042-049.
Rahmadani Pohan, “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Islami Anak”, dalam
Jurnal Pendidikan Islam, 7.1 (2018), 168-186.
Mz, Syamsul Rizal. "Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf." Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 7.01 (2018): 67-100.
https://www.academia.edu/35236030/Makalah_akhlak_islami_kelompok_

Anda mungkin juga menyukai