Anda di halaman 1dari 10

Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Oleh :

Nurul Nisya putri Andasari (105611117819)

Muhammad fadlan Maulana (105611118919)

Riswandi (105611119019)

Usnul (105611118319)

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

            Bismillaahirrahmaanirrahiim,
            Segala Puji bagi ALLAH, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya dan
Karunia-Nya, Shalawat serta Salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.,
keluarganya, para sahabat, dan seluruh umatnya. Kami bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga Makalah yang berjudul: “Akhlak
Terhadap Sesama Manusia” dapat terselesaikan.

            Materi dalam Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pustaka dan Referensi-referensi yang
sesuai dengan tujuan, agar pada umumnya dapat lebih memahami tentang Akhlak, dan Manusia
dalam Akhlak tersebut. Kami menyadari, bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kepada para pembaca khususnya, kami mengharapkan Saran dan Kritik
demi kesempurnaan Makalah ini.

            Semoga Makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya. Amin.

                                                                                                                            

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang

            Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan dan
menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan
dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat
berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari
perbuatan, misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang
dilihat dari kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya dengan
perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa
yang telah diberikan, bukan apa yang diterima.

            Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam
sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan
sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata
kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata
kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib)
dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran (sunat) dan larangan anjuran (makruh).
            Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah
akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama
ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang
diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan
awam, seperti ungkapan, “wah…udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua”, atau ucapan:
“dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak pedulian…..”, dan lain-lain.

            Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita
untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam, bukanlah agama yang mengabaikan akhlak,
bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai sisi pokok atau inti,
Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara
penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak
seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang
bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik manusia.    Semakin sempurna tauhid
seseorang, maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang mywahhid memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah tauhidnya.

3
            Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan dititikberatkan pada “Akhlak
Terhadap Sesama Manusia”.

B.     Rumusan Masalah

Dalam makalah ini pemakalah merumuskan masalah yakni:

1. Apa definisi akhlak?


2.  Bagaimana hubungan akhlak terhadap sesama manusia?

C.     Tujuan Makalah

            Dari rumusan masalah yang telah kami buat, pemakalah dapat mengambil tuuan dalam
pembuatan makalah ini yakni:

1. Untuk mengetahui definisi akhlak.


2.  untuk mengetahuihubungan akhlak terhadap sesama manusia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Akhlak

            Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya tabiat, budi pekerti,
watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama, kesusilaan, sopan santun (Bahasa
Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos, ethikos (Bahasa Yunani).

            Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

a) Ibnu Maskawaih mendefinisikan


Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang      mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui      pertimbangan (terlebih dahulu)
b) Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan,
sementara orang membuat definisi Akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinamakan Akhlak;
c) Al-Qurthuby mendefinisikan
Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya yang
disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darinya;
d) Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan
baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain);
e)  Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan,
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan
perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja;
f) Imam Al-Ghazali mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu
perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama).
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan
norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang
jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.

            Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. Oleh
karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu fitrah
yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.

5
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang
dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.

            Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang
dilakukan. Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber timbulnya akhlak, namun
dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu:

 Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang disebutnya
akhlak;
 Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebutnya akhlak;
 Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk yang disebutnya akhlak.

B.     Akhlak  Terhadap Sesama Manusia

            Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial (al insanu ijtima'iyyun bi at tob'i). Integritas
manusia dapat dilihat secara bertingkat, integritas pribadi, integritas keluarga dan integritas sosial.
Diantara ketiga lembaga; pribadi, keluarga dan masyarakat terdapat hubungan saling
mempengaruhi. Masyarakat yang baik terbangun oleh adanya keluarga-keluarga yang baik, dan
keluarga yang baik juga terbangun oleh individu-individu anggauta keluarga yang baik, sebaliknya
suasana keluarga akan mewarnai integritas individu dan suasana masyarakat juga mewarnai
integritas keluarga dan individu.

            Hubungan antar anggota masyarakat ada yang diikat oleh faktor domisili pertetanggaan, ada
juga yang diikat oleh kesamaan profesi, atau kesamaan asal usul dan kesamaan sejarah. Oleh karena
itu disamping ada masyarakat lingkungan juga ada masyarakat pers, masyarakat pendidikan,
masyarakat ekonomi, masyarakat politik dan sebagainya, juga ada masyarakat etnik dan masyarakat
bangsa.

            Dalam perspektip ini kita mengenal ungkapan yang mengatakan bahwa seorang pemimpin
adalah anak zaman, artinya kualitas masyarakat seperti apa akan melahirkan pemimpin seperti apa.
Seorang penulis juga anak dari zamannya, artinya pemikiran yang muncul dari seorang penulis
mencerminkan keadaan masyarakat zamannya. Bagi orang yang sadar akan makna dirinya sebagai
makhluk sosial maka ia bukan hanya dibentuk oleh masyarakatnya, tetapi secara sadar berusaha
membangun masyarakat sesuai dengan konsep yang dimilikinya.

            Secara berencana ia membangun institusi-institusi yang akan menjadi pilar terbangunnya


masyarakat yang diimpikan, satu pekerjaan yang sering disebut dengan istilah rekayasa sosial, social
enginering. Islam mengajarkan bahwa antara individu dengan individu yang lain bagaikan struktur

6
bangunan (ka al bun yan), yang satu memperkuat yang lain. Masyarakat yang ideal adalah yang
berinteraksi secara dinamis tetapi harmonis, seperti yang diumpamakan oleh Nabi bagaikan satu
tubuh (ka al jasad al wahid), jika satu organ tubuh menderita sakit maka organ yang lain ikut
merasakannya dan keseluruhan organ tubuh melakukan solidaritas.

            Dari sudut tanggung jawab anggauta masyarakat, suatu masyarakat itu diibaratkan Nabi
dengan penumpang perahu, jika ada seorang penumpang di bagian bawah melubangi kapal karena
ingin cepat memperoleh air, maka penumpang yang di bagian atas harus mencegahnya, sebab jika
tidak, yang tenggelam bukan hanya penumpang yang di bawah, tetapi keseluruhan penumpang
perahu, yang bersalah dan yang tidak.

            Jadi disamping setiap individu memiliki HAM yang perlu dilindungi, dan setiap keluarga
memiliki kehidupan privacy yang perlu dihormati, maka suatu masyarakat juga memiliki norma-
norma dan tatanan sosial yang harus dipelihara bersama. Pelanggaran atas norma-norma sosial akan
berakibat terjadinya kegoncangan sosial yang dampaknya akan dirasakan oleh setiap keluarga dan
setiap individu. Akhlak terhadap masyarakat adalah bertujuan memelihara keharmonisan tatanan
masyarakat agar sebagai lembaga yang dibutuhkan oleh semua anggauta masyarakat ia berfungsi
optimal.

            Di dalam lingkungan masyarakat yang baik, suatu keluarga akan berkembang secara wajar,
dan kepribadian individu akan tumbuh secara sehat.

Diantara akhlak terhadap masyarakat adalah:

 Memelihara perasaan umum. Masyarakat yang telah terjalin lama akan memiliki nilai-nilai
yang secara umum diakui sebagai kepatutan dan ketidakpatutan. Setiap individu hendaknya
menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dapat melukai perasaan umum, meski perbuatan
itu sendiri halal, misalnya berpesta di tengah kemiskinan masyarakat, memamerkan
kemewahan di tengah masa krisis ekonomi, menunjukkan arogansi kekuasaan di tengah
masyarakat yang lemah, menyelenggarakan kegiatan demontratif yang mengganggu
kekhustyu'an orang beribadah, dan sebagainya.
 Berperilaku disiplin dalam urusan publik. Disiplin adalah mengerjakan sesuatu sesuai dengan
kemestiannya, menyangkut waktu, biaya, dan prosedur. Seorang yang disiplin, datang dan
pulang kerja sesuai dengan jadwal kerja, membayar atau memungut bayaran sesuai dengan
tarifnya, menempuh jalur urusan sesuai dengan prosedurnya. Pelanggaran kepada disiplin,
misalnya' menyuap atau menerima suap, meski dirasa ringan secara ekonomi, tetapi
bayarannya adalah rusaknya tatanan dan sistem kerja. Demikian juga nepotisme dalam
menggolkan urusan, meski tidak terbukti secara administratip, tetapi sebenarnya merusak
aturan main, yang pada gilirannya akan menjadi bom waktu. Korupsi waktu sebenarnya juga
suatu perbuatan yang merugikan orang lain, meski tak diketahui secara pasti siapa yang

7
dirugikan. Mark up atau manipulasi biaya/kualitas dari suatu proyek pelayanan publik pada
dasarnya merupakan perbuatan penghancuran terhadap masa depan generasi.
 Memberi kontribusi secara optimal sesuai dengan tugasnya. Ulama dan cendekiawan
menyumbangkan ilmunya, Pemimpin (umara) mengedepankan keadilan dan
tanggungjawab(amanah), pengusaha mengutamakan kejujuran, orang kaya
mengoptimalkan infaq dan sedekah, orang miskin mengutamakan keuletan, kesabaran dan
doa, politisi memelihara kesantunan dan kelompok profesional mengedepankan
profesionalitasnya.
 Amar makruf nahi munkar. Setiap anggauta masyarakat harus memiliki kepedulian terhadap
hal-hal yang potensil merusak masyarakat, oleh karena itu mereka harus aktip
menganjurkan perbuatan baik yang nyata-nyata telah ditinggalkan masyarakat dan
mencegah perbuatan buruk yang dilakukan secara terang terangan oleh sekelompok
anggota masyarakat.

Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan atau hal negatif,
seperti membunuh, mencuri, menyakiti badan atau yang lainnya. Namun disisi lain al-qur’an
menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar, tidak masuk ke rumah orang
lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan
baik, benar dan tidak mengucilkan orang lain atau kelompok, tidak wajar pula berprasangka buruk
tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, memanggil dengan sebutan buruk. Lalu
dianjurkan untuk menjadi orang yang pandai memaafkan, pandai menahan hawa nafsu, dan
mendahulukan kepentingan orang daripada kepentingan kita.  Allah berfirman dalam QS. An-Nur,
24: 58, QS. Al-Baqarah, 2: 83

      “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani
kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam agama islam di wajibkan untuk berbuatan baik kepada sesama muslim Islam
sebagai agama yang paling sempurna dan agama kasih sayang mengutamakan hubungan
persaudaraan sesama muslim diantara sesama pemeluknya . Sehubungan dengan itu Islam
mensyari’atkan bagaimana seharusnya sikap dan akhlak seseorang muslim terhadap
saudaranya sesama muslim yang lain, agar terbina hubungan harmonis dan saling
menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi dan saling tolong menolong dan saling
cinta mencintai karena Allah.

Dalam melakukan hubungan sosial kemasyarakatan yang diantaranya dalam pergaulan


sehari-hari sesama saudara muslim haruslah selalu dilandasi kepada akhlak terpuji yang
sesungguhnya tiada lain adalah akhlak yang mulia yang sangat dipuji oleh Allah subhanahu
wa ta’ala, sehingga setiap muslim diwajibkan dalam dirinya untuk merasa dan menganggap
bahwa sesama muslim lainnya saling bersaudara satu lainnya sebagai saudara seagama.
Yang dalam kesehariannya perlu ditindak lanjuti dengan segala sesuatunya selalu 
berorientasi kepada akhlak Muslim. Setiap muslim yang menyadari keutamaan 
persaudaraan sesama muslim , bahwa persaudaraan tersebut perlu terus dibina dengan
mengacu kepada hal-hal yang bersifat positif yaitu akhlak yang terpuji Demi menciptakan
Ukhuwah Islami yang hakiki.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Djanika, Rachmat. 1996. Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas

Mahyudin. 1999. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia

10

Anda mungkin juga menyukai