Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam

Akhlak dalam Islam


Kelas B (Adm.Publik)

Nama Kelompok 1 :

1. Aditya Chisabul Amali (21031000038)

2. Fifiandina Yudha Ramadhanty (21031000117)

3. Lina Aprilia (21031000065)

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

Malang, 13 Maret 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul "Akhlak
dalam Islam" sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat mata kuliah Pendidikan Agama
Islam.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas kepada kami.
Penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dan semangat
dari berbagai pihak dan orang-orang terdekat.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis maupun
pembaca. Kami pun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
rendah hati kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.

Malang, 13 Maret 2022

Penulis

2
Daftar Isi

Halaman Judul..................................................................................i

Kata Pengantar .................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................iii

Pemabahasan.....................................................................................4

A.Pengertian Akhlak......................................................................4

B.Macam-Macam Akhlak..............................................................7

C.Pentingnya Akhlak Dalam Kehidupan.......................................8

Daftar Pustaka...................................................................................12

3
PEMBAHASAN

A. Pengetian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-Indonesiakan.
Yang merupakan akhlaaq jama dari “khuluqun” yang berarti “perangai, tabiat, adat,
dan sebagainya. Kata akhlak ini mempunyai akar kata yang sama dengan kata khaliq
yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan, yang diciptakan,
dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak yang
mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk di
dalamnya kejadian manusia.

Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah adalah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak menjelaskan tentang baik dan buruk
(benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari
usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang,
bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka
disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan
pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga
tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak merupakan perilaku yang
tampak( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang
memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang
berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan
dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola
perilaku kepada alam. Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami
adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator
seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah
dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya
dengan kejadian manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki
hubungan makhluq ( manusia ) dengan khaliq ( Allah Ta’ala ) dan hubungan baik

4
antara makhluq dengan makhluq. Kata “menyempurnakan ” berarti akhlak itu
bertingkat, sehingga perlu disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak
bermacam-macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga
sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri
sudah berakhlak sempurna.

Dijelaskan difirman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam [68]: 4 : “ Dan sesungguhnya
engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang agung ”. Dalam ayat diatas,
Allah Swt. sudah menegaskan bahwa Nabi Muahammad Saw. mempunyai akhlak
yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa pun yang bertugas untuk
memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya, tidak mungkin bisa memperbaiki akhlak
orang lain kecuali dirinya sendiri sudah baik akhlaknya.

Karena akhlak yang sempurna, Rasulullah Saw patut dijadikan uswah al- hasanah
( teladan yang baik ). Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab [33] : 21 :

“ Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk kamu dan
untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhirat dan mengingat
Allah sebanyak-banyaknya”.

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah
bersabda:

‫ِإ َّن ِم ْن َأْخ َیِر ُك ْم َأْح َس َنُك ْم ُخُلًقا‬

“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian yang paling baik adalah akhlaknya.”
(HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)

Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak


sebagai berikut :

1) Ibnu Mazkawaih,

Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk


melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran dan
perencanaan.

2) Imam Al-Ghozali

5
Dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka
disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka
disebut akhlak yang buruk.

3) Rosihan Anwar

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk


berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.

4) Ibrahim Anas

Akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan


dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.

5) Ahmad Amin

Akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan


memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlakul karimah dan bila
perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.

6) Aminuddin

Mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030 M) yang memaparkan


defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa mempengaruhi untuk
bertingkah laku tanpa pemikiran dan pertimbangan.

7) F. Gabriele

Pengertian akhlak adalah moral di dalam diri manusia yang sering kita sebut
dengan adab, berasal dati terminologi arab yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, etika atau sopan santun. Inilah tatanan yang seringkali digunakan
manusia dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas mengenai pengertian
akhlak. Dapat ditarik kesimpulan menurut pendapat penulis akhlak merupakan
tingkah laku yang melekat dan dimiliki pada diri setiap orang, untuk menentukan
baik dan buruknya sifat seseoraang. Tingkah laku tersebut secara tidak disadari akan

6
berbentuk pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-harinya.

B. Macam-Macam Akhlak

Dalam ajaran Islam, akhlak terbagi menjadi dua jenis, yaitu akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Akhlak terpuji (akhlakul kharimah) adalah tingkah laku yang menimbulkan
perbuatan baik, sesuai dengan akal sehat dan ketentuan syariat.

Akhlak terpuji bersumber dari dua hal, yaitu agama dan tradisi (adat kebiasaan).
Akhlak yang bersumber dari agama berasal dari ayat suci Alquran. Sementara tradisi
atau adat kebiasaan yang bisa dijadikan sumber akhlak terpuji, tidak boleh
bertentangan dengan agama.

Akhlak Terpuji (Akhlakul Mahmudah)

Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, jujur, rendah
hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun,
tawakal, dan masih banyak lagi. Berikut penjelasan mengenai beberapa contoh
Akhlak terpuji :

1. Sikap jujur; yaitu perilaku di dalam diri seseorang yang mau mengungkapkan
sesuatu yang sebenarnya dengan tujuan tidak mendatangkan kerugian bagi
dirinya dan orang lain.

2. Perilaku baik; yaitu reaksi psikis seseorang dalam merespon hal-hal yang
berada di sekitarnya dengan cara yang terpuji.

3. Rasa malu; yaitu bentuk emosi negatif di dalam diri seseorang sehingga
membuat orang tersebut meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela yang
dapat membuatnya malu.

4. Rendah hati; yaitu sifat pribadi seseorang yang selalu memposisikan dirinya
sederajat dengan orang lain dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

5. Murah hati; yaitu sifat seseorang yang mudah memberi kepada orang lain
tanpa ada keinginan untuk pamer atau pamrih.

7
6. Sabar; yaitu sifat di dalam diri seseorang yang dapat bersikap bijak atau
menahan diri dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

7. Seorang muslim yang memiliki akhlakul mahmudah, dalam kehidupan


sehari-hari akan menjaga tutur kata dan perbuatannya. Sebagai seorang
muslim, sudah menjadi sebuah keharusan untuk menjaga akhlakul mahmudah
dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)

Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau tindakan buruk
yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi
karena dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain. Berikut
penjelasan mengenai beberapa contoh akhlak tercela :

1. Suka mencuri; yaitu sifat dan perbuatan seseorang yang mengambil hak milik
orang lain tanpa seijin dari pemiliknya.

2. Pemarah; sifat seseorang yang mudah marah ketika sesuatu tidak sesuai
dengan keinginannya.

3. Pembohong; sifat seseorang yang suka berbohong kepada orang lain dengan
tujuan tertentu.

4. Fitnah; komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk
memberikan stigma negatif terhadap pihak lain berdasarkan atas fakta palsu
yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang

C. Pentingnya Akhlak dalam Kehidupan

Akhlak merupakan hal yang amat sangat fundamental dalam Islam. Akhlak dapat
digunakan sebagai garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak
samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Karena salah satu misi yang dibawa oleh
Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak
zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan berhala oleh
pengikutnya yang telah menyeleweng. Penerapan akhlak yang mulia sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari mengingat kemuliaan orang ditentukan oleh kemuliaan

8
akhlaknya. Begitu pun dengan sebuah sistem akan berjalan dengan baik apabila diisi
dengan orang-orang yang memiliki akhlak baik.

Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan kita dari siksa api neraka.
Dalam Islam mereka yang tidak berakhlak tempatnya di dalam neraka. Umpamanya
seseorang itu melakukan maksiat, durhaka kepada kedua orang tuanya, melakukan
kezhaliman dan sebagainya, sudah pasti Allah akan menolak mereka untuk dijadikan
ahli syurga. Selain itu, akhlak juga merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia
karena akhlak merupakan lambang kesempurnaan iman, ketinggian taqwa dan
kealiman seseorang manusia yang berakal. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda
yang bermaksud : “Orang yang sempurna imannya ialahmereka yang paling baik
akhlaknya.”

Kekalnya suatu ummah (masyarakat atau bangsa) juga karena kokohnya akhlak dan
begitulah juga runtuhnya suatu ummah itu karena lemahnya akhlaknya. Hakikat
kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah sejarah dan tamadun manusia melalui
al-Quran seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi Ibrahim, Bani Israel dan lain-
lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah keridhoan dan
perlindungan Allah ialah ummah yang seperti pada zaman Rasulullah saw. Tidak
adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan
manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang tentunya hal seperti ini
dapat membawa kehancuran dari suatu negara.

Dengan akhlak, seseorang akan mengetahui bagaimana cara berakhlak yang baik
terhadap orang lain, menerapkan akhlak sesungguhnya tidaklah gampang. Apabila
seseorang mempunyai ilmu yang sangat tinggi namun akhlaknya kurang maka akan
sia-sia. Begitupun dengan orang yang tidak mempunyai ilmu yang tinggi tapi
akhlaknya baik itu akan membuat ilmu yang dia miliki itu sangat bermanfaat.
Sesungguhnya salah satu manfaat dari ilmu adalah dengan akhlak, dan rahasia ilmu
adalah sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepada Allah swt. Ada sebuah contoh
bagaimana duduk di depan guru atau contoh dari akhlak yaitu: sebaik-baiknya duduk
di hadapan guru dengan tahiyat akhir dan sejelek-jeleknya ialah dengan duduk
bersila. Kedua contoh tersebut adalah sebuah akhlak duduk di hadapan seorang guru.
Oleh sebab itu, sebagai manusia haruslah berakhlak baik sesuai dengan al-Qur’an
dan hadits, karena akhlak seseorang itu tercermin dalam kepribadian seseorang.

9
Akhlak merupakan sifat dasar manusia yang telah dibawa sejak lahir, baik laki-laki
maupun perempuan.

Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan suatu mata uang apapun, akhlak
merupakan wujud di dalam diri seseorang yang merupakan hasil didikan dari kedua
orang tua serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita
kenalkan, didik serta diarahkan pada akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung
akan mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari hingga seterusnya.
Proses pembentukan sebuah masyarakat adalah sama seperti membina sebuah
bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu,
begitu juga dengan membentuk masyarakat mesti di mulai dengan pembinaan
asasnya terlebih dahulu. Jika kukuh asas yang dibina maka tegaklah masyarakat itu.
Jika lemah maka robohlah apa-apa yang telah dibina diatasnya.

Akhlak tentu amat penting karena merupakan asas yang dilakukan oleh Rasulullah
saw ketika memulai pembentukan masyarakat Islam. Sheikh Mohamad Abu Zahrah
dalam kitabnya Tanzimal-Islam Li al- Mujtama’ menyatakan bahawa budi pekerti
atau moral yang mulia adalah satu -satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan
manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada
kebaikan dan benci kepada kejahatan. Sungguh akhlak itu sangat penting artinya
dalam kehidupan bermasyarakat. Dapat dibayangkan seperti apa jadinya bila suatu
masyarakat tidak di bangun dengan asas akhlak yang mulia? Sungguhakan terjadi
suatu kehancuran pada masyarakat itu.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap akhlak seseorang :

1. Lingkungan (masyarakat)
Karena lingkungan termasuk konsekwensi pada akhlak sesorang, jika Allah l
mengadzab suatu kaum, maka bisa saja orang yang soleh sekalipun apabila
Allah berkehendak, makaia juga takkan luput dari adzab tersebut. Oleh
karena itu, perhatikan dan mawas lingkunganlah selalu agar tidak terjadi apa
yang ditakutkan dari buruknya akhlak seseorang.
2. Sifat sombong
Sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallâhu'Alaihi Wasallam : “
Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”
Mengapa sifat ini berpengaruh pada buruknya akhlak? Ya, karena jika

10
seseorang telah menolak kebenaran, berarti ia telah membuang akhlak
baiknya dan menampakkan keburukan akhlaknya. Dan melecehkan atau
meremehkan orang yang menyampaikan kebenaran merupakan akhlak yang
sangat buruk sekali, dan tak ada yang memungkiri hal ini.
3. Ilmu yang benar
Inilah faktor yang paling berpengaruh dalam baiknya akhlak seseorang. Jika
seseorang telah membekali dirinya dengan ilmu yang benar, maka
konsekwensinya adalah mengamalkan ilmu tersebut. Semakin berilmu
seseorang, semakin tawadhu’ pula sifatnya. Dan ini mendorongnya untuk
selalu mengintropeksi akhlaknya dengan ilmu-ilmu yang telah ia dapatkan.
Karena konsekwensi dari ilmu adalah amal, maka demikian pula sebaliknya,
jika seseorang tidak membekali dirinya dengan ilmu, maka ia akan buta
terhadap akhlak yang baik, ia tidak dapat membedakan antara yang buruk
dengan yang baik. Sebagaimana orang dungu yang tidak mengetahui antara
siang dan malam. Inilah yang akan menjerumuskannya ke dalam jurang
keburukan akhlak. Wal’iyadzu billah.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona


Dasar, 1(4).

 https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-
islam-manfaat-serta-macam-macamnya.html#:~:text=Terdapat
%202%20macam%20akhlak%20yaitu%20akhlakul
%20mahmudah%20dan%20akhlakul%20mazmumah.

 https://www.kumpulanpengertian.com/2016/01/pengertian-akhlak-
menurut-para-ahli.html

 http://etheses.iainkediri.ac.id/113/3/BAB%20II.pdf

 http://repository.uinsu.ac.id/4867/4/BAB%20II.pdf

 https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-akhlak.html

12

Anda mungkin juga menyukai