Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AKHLAK DALAM BERAQIDAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengajar : Drs. IMAM PATUROJI , M.Ag.

KELAS B (KELOMPOK 2)

Disusun oleh :

RAFI RIZKY PRASETYA ( 19031000091 )


LILI KARMILA ( 21031000047 )
FIRDA MAHARANI ( 21031000048 )

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021

1
ABSTRAK

Akidah akhlak merupakan pondasi yang penting dalam membentuk insan yang berakhlak
mulia, dan menciptakan manusia yang bertaqwa. Dengan adanya pembelajaran akidah akhlak
dosen dapat menanamkan rasa disiplin yang baik kepada mahasiswanya. Dengan adanya
pembelajaran akidah akhlak maka mahasiswa mampu membedakan nilai baik dan buruk dari
sikap dan perbuatan dengan sesama manusia. Akhlaqul karimah merupakan akhlak yang
ditananamkan sejak dini dan diajarkan sejak dini untuk mempunyai perilaku yang baik
danmempunyai akhlak yang baik. Dengan akhlak yang baik seseorang akan tidak terpengaruh
terhadap hal-hal yang negatif. Akhlakul karimah adalah akhlak perilku yang terpuji yang
bersumber dari ajaran Islam yaitu Al Quran dan As-sunnah. Nilai-nilai tesebut memiliki nilai
yang terpuji (mahmudah). Orang yang mempunyai akhlak yang baik maka akan disukai Allah
dan manusia. akhlakul karimah adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan pola hubungan. Yang
dimaksud pola hubungan tersebut adalah mencakup akhlak terhadap Allah, sampai akhlak
terhadap alam yang diciptakan Allah Swt. Hubungan antara aqidah dan akhlak dalam ajaran
Islam. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sedangkan akhlak sebagai sistem etika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Akhlak dalam pandangan Islam
harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Aqidah erat
hubungannya dengan akhlak, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh
karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, maka akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah, maka akhlaknya pun akan salah.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………..1

Kata Pengantar………………………………………………………………………2

Daftar Isi………………………………………………………………………………..3

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Abstrak…………………………………………………………………………………4
1.2 Latar Belakang…………………………………………………………………………5
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………………6
1.4 Tujuan……………………………………………………………………………………7

BAB II Pembahasan

2.1 Mengesakan Allah dan menghindari perbuatan sirik……………………………………8


2.2 Menyankini Bahwa dunia hanya sebagian sarana dan bukan
tujuan…………………………………………………………………………………………….9

2.3 Berbaiksangka dan tidak ber putus asa terhadap takdir Allah…………………………10

BAB IV

Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..11
3.2 Daftar Pustaka…………………………………………………………………….12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-
petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam
sumber ajarannya, Al-Quran dan Hadits, tampak amat ideal dan agung. Sedangkan akal
pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Quran dan Hadits. Ketentuan ini sesuai dengan
agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT. Hal demikian
dinyatakan dalam Al-Quran Surah An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi: “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(QS. An-Nisa’: 59).
Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sedangkan akhlak sebagai
sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yang
baik adalah yang memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk
melaksanakan syariat yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga tergambar kesalehan
akhlak yang terpuji pada dirinya. Aqidah, syariat dan akhlak dalam Al-Quran disebut
iman dan amal shaleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal shaleh
menunjukkan pengertian akhlak (Supadie, dkk, 2015).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mengesakan Allah dan menghindari perbuatan syirik?

4
2. Bagaimana cara untuk menyakini bahwa dunia hanya sebagai sarana dan bukan
tujuan?
3. Bagaimana cara berbaiksangka dan tidak berputusasa terhadap taqdir Allah?

C. TUJUAN
Untuk menumbuh kembangkan Akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
siswa tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang
keimanan dan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun
sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. MENGESAKAN ALLAH DAN MENGHINDARI PERBUATAN SYIRIK


Mengesakan berarti mengimani bahwa Allah SWT itu Maha Esa; tiada tuhan selain-Nya;
tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah tidak diduakan dan tidak pula memiliki mitra setara
dengan-Nya. Allah itu tidak melahirkan atau tidak mempunyai istri; dan tidak pula
dilahirkan atau mempunyai ayah. Allah itu benar-benar unik, tidak ada yang sesuatu pun
yang setara dengan-Nya.
Syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni. Oleh sebab itu, tuduhan syirik adalah
tuduhan yang gawat dan besar. Maka kita harus berhati-hati untuk tidak sembarangan
menuduh orang lain syirik. Karena hakikat syirik itu ada di dalam hati dan yang tahu persis
urusan hati hanya Allah. Sebaliknya, jika kita dituduh syirik, jangan serta merta menolak
keras sebelum memeriksa hati dengan saksama, jangan -jangan ada kandungan syiriknya di
dalam hati kita. Secara bahasa syirik berasal dari Bahasa Arab as-syirku, yang artinya (1)
ta’addudul aalihati (kemusyrikan), (2) al-musyariku (sekutu, peserta), an-nashibu (bagian),
dan asy-syirkatu wasysyarikatu (persekutuan, perseroan). Secara istilah syirik adalah
perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan Allah Swt. dengan yang lain, seakan-
akan ada yang maha kuasa di samping Allah Swt. Orang yang menyekutukan Allah disebut
musyrik. Syirik merupakan dosa besar yang tidak terampuni, seperti difirmankan oleh Allah
Swt.
Cara Menghindari Perbuatan Syirik. Di antara perilaku atau hal-hal yang bisa dilakukan
agar seseorang terhindar dari perbuatan syirik adalah sebagai berikut:
 Selalu menegakkan shalat, karena dengan melakukan salat yang benar akan terhindar
dari perbuatan keji dan munkar.

6
 Selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah, karena dengan begitu akan
selalu diberikan jalan keluar terhadap segala masalah yang dihadapi.
 Selalu berusaha melatih diri untuk senantiasa ingat bahwa syirik itu adalah dosa yang
paling besar di antara dosa-dosa yang ada dan tidak akan diampuni oleh Allah Swt.
Jika kita selalu berada di dalam kesadaran bahwa syirik itu akan menyeret pelakunya
ke neraka, maka kita akan berusaha menghindari perbuatan syirik tersebut.
 Selalu mengingat Allah di manapun berada. Dengan selalu mengingat Allah hati akan
tenang dan selalu berada dalam suasana kontak batin dengan sang Khaliq. Ibadah
merupakan salah satu komponen paling mendasar dalam membangun kedekatan
dengan Tuhan. Semakin banyak melakukan ibadah semakin terbuka kesempatan
untuk bisa dekat dengan Tuhan.
B. MEYAKINI BAHWA DUNIA HANYA SEBAGAI SARANA DAN BUKAN TUJUAN
Kehidupan di dunia hanya sebagai sarana atau ladang untuk mempersiapkan kehidupan
yang sebenarnya di akhirat kelak sehingga kehidupan di dunia bukanlah tujuan akhir dari
kehidupan umat manusia. Orang yang selalu melakukan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah selama hidup di dunia maka akan bahagia ketika hidup di akhirat kelak.
Sebaliknya Orang yang tidak mau atau tidak melakukan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah selama hidup di dunia maka akan sengasara ketika hidup di akhirat kelak.
Kehidupan didunia bersifat sementara dan pasti akan binasa pada waktnya. Sedangkan
kehidupan akhirat tidak akan binasa sehingga kehidupan akhirat bersifat kekal.

Dalam Agama Islam, peristiwa berakhirnya kehidupan dunia ini dinamai dengan “Kiamat
Besar” atau Kiamat Kubro. Percaya terhadap datangnya hari akhir, atau Kiamat Kubro
tersebut, merupakan rukun iman yang kelima. Dengan demikian, hal tersebut menjelaskan
jika umat Islam harus percaya dan yakin akan kebenaran mengenai hari kiamat. Berikut ini
merupakan tahapan-tahapan kehidupan manusia dan makhluk Allah Swt. lainnya setelah
terjadinya kiamat, menuju kehidupan kekal di akhirat:

 Alam Barzakh (Alam Kubur)

Alam barzakh, atau yang disebut juga sebagai alam kubur, merupakan pintu gerbang
menuju akhirat. Ia menjadi batas antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam kubur ini,
manusia akan bertemu, ditanyai, dan diperiksa oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang

7
segala amal perbuatannya ketika menjalani kehidupan di dunia. Sebagaimana sekat antara
dunia dan akhirat, di dalam alam kubur nanti akan dapat melihat alam dunia dan akhirat.
Di alam barzakh ini, manusia yang telah meninggal tidak dapat membawa gelar, jabatan,
bahkan harta yang selama hidupnya dikejar. Tetapi, yang dapat dibawa sebagai bekal
yang dapat menyelamatkannya hanyalah amalan ibadah dan perbuatan baik selama hidup
di dunia.

 Yaumul Ba’ats

Yaumul ba’ats dapat juga diartikan sebagai hari kebangkitan, yakni kehidupan setelah
mati. Dalam Agama Islam, kehidupan selanjutnya akan dijalani setelah malaikat Israfil
meniupkan sangkakala yang pertama, dan semua makhluk akan binasa. Kemudian, ia
akan meniupkan untuk yang kedua kalinya, sehingga semua makhluk akan hidup kembali
tanpa terkecuali. Pada saat itu, manusia dibangkitkan dari alam kubur atau alam barzakh.
Ruh-ruh yang bangkit ini akan bersatu kembali dengan jasadnya, dan akan dikumpulkan
di tempat luas bernama Padang Mahsyar.

 Padang Mahsyar (Yaumul Mahsyar)

Setelah semua makhluk dibangkitkan ulang, termasuk jin, manusia, dan hewan, di
Padang Mahsyar ini semuanya dikumpulkan untuk diadili. Setiap manusia yang
berkumpul untuk diadili pada hari itu akan berjalan dengan diiringi oleh 2 malaikat. Satu
malaikat sebagai pengiringnya, dan satu lagi sebagai saksi atas semua perbuatannya di
dunia. Peristiwa ini disebutkan dalam QS. Al-Kahfi: 47, yang artinya: “dan (ingatlah)
akan hari (yang ketika itu) kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat
melihat bumi itu datar dan kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan
seorangpun dari mereka.” Waktu penantian di Padang Mahsyar tersebut akan terasa
singkat bagi mereka yang beriman dan bertakwa. Namun, mereka yang memiliki banyak
dosa akan merasa menunggu sangat lama, dan merasakan panas yang begitu berlebih.

 Yaumul Mizan

Secara bahasa, yaumul mizan dapat diartikan sebagai “hari penimbangan”, yakni hari
di mana manusia akan ditimbang amalnya untuk menentukan apakah mereka akan masuk

8
surga atau neraka. Ketika semua makhluk ciptaan Allah Swt. telah terkumpul di Padang
Mahsyar, tibalah saat untuk memperlihatkan “buku catatan amal”. Kemudian, amal
mereka akan ditimbang dan dihitung, mana yang lebih banyak, amal baik atau amal
buruk. Setiap makhluk akan memperoleh balasan yang sesuai dengan amalannya. Jika
amalan mereka baik, maka akan memperoleh balasan berupa surga. Sebaliknya, jika
mereka memiliki amalan buruk, maka neraka-lah balasannya.

 Yaumul Hisab

Secara bahasa, hisab berarti “perhitungan”. Dengan demikian, yaumul hisab adalah
peristiwa di mana manusia satu per satu akan dipanggil dan diperlihatkan segala amal
perbuatan mereka selama di dunia. Setiap perbuatan manusia di dunia, baik yang haq dan
yang bathil, akan ditampakkan, diakui, dan diperiksa secara sungguh. Peristiwa ini
tercerimin dalam QS. Al-Ghashiyah ayat 25-26, yang artinya: “Sesungguhnya kepada
kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban kami-lah menghisab
mereka.”

 Surga atau Neraka

Setelah dihisab, maka tahapan terakhir adalah penentuan, apakah manusia akan
berakhir di tempat yang indah bernama surga atau akan disiksa di neraka yang begitu
mengerikan. Sebelum mencapainya, manusia terlebih dahulu harus melewati Shirath atau
jembatan shiratal mustaqim. Dalam melintasi jembatan ini, proses hisab yang sebelumnya
dijalani sangat menentukan nasib manusia. Bagi makhluk dengan kondisi amalan yang
sangat buruk, jembatan ini akan menjadi sangat kecil, hingga disebutkan ukurannya
sekecil rambut dibagi tujuh dan tajamnya melebihi samurai. Sedangakan, untuk orang
dengan amalan baik yang banyak, ia akan melewatinya dengan tenang, ada yang secepat
kilat, ada yang menunggang onta, kambing atau sapi dari sapi dari hasil kurbannya ketika
di dunia. Orang-orang soleh yang berhasil melewati shiratal mustaqim, ia akan
ditempatkan di surga atas rahmat Allah. Sementara bagi mereka yang gagal, neraka
adalah tempat baginya.

C. BERBAIKSANGKA DAN TIDAK BERPUTUS ASA TERHADAP TAKDIR ALLAH

9
Husnudzon atau prasangka baik berasal dari kata Arab yaitu “husnu” yang artinya baik,
dan “zan” yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive thinking dalam
terminologi Islam dikenal dengan istilah husnudzon. Secara istilah, husnudzon adalah sikap
orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan
dari sifat ini adalah buruk sangka (suudzon), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal
buruk tanpa adanya bukti yang benar. Husnuzan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

 Husnuzan terhadap Allah SWT

Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka kepada apa pun yang telah
diberikan Allah SWT kepada kita. Semua nikmat yang pemberian Allah SWT harus kita
terima dan kita sikapi dengan baik sangka sehingga kita rela dan ikhlas menerima nikmat-
nikmat-Nya. Jika kita selalu berbaik sangka kepada Allah Swt., niscaya akan selalu
bersyukur atas apa yang Allah Swt.berikan kepada kita, dan kita yakin bahwa itu adalah
yang terbaik bagi kita menurut Allah Swt., sebab yang baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah Swt.

 Husnuzan terhadap Diri Sendiri

Husnuzan terhadap diri sendiri artinya berbaik sangka terhadap kemampuan yang
dimiliki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah
di hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap perilaku husnuzan terhadap diri sendiri,
niscaya memiliki semangat tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Contoh
perilaku husnuzan terhadap diri sendiri antara lain sebagai berikut.

o Tidak bergantung kepada orang lain.


o Gigih, artinya berkemauan kuat dalam usaha mencapai suatu cita-cita.
o Berinisiatif, artinya selalu memiliki ide, gagasan, atau pendapat untuk mencapai
kemajuan.
o Rela berkorban, artinya bersedia dengan ikhlas, tidak mengharapkan imbalan atau
dengan kemauan sendiri.
o Memiliki semangat kompetitif.
 Husnuzan terhadap Sesama Manusia

10
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya berprasangka baik terhadap semua orang dan
tidak meragukan kemampuan orang lain atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang
baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya sehingga tidak menimbulkan kekacauan
dalam pergaulan. Husnuzan terhadap sesama juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan,
baik pergaulan di sekolah, di tempat bermain, di rumah, maupun di tempat bekerja, sebab
tidak akan ada pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa ada baik sangka antara satu
individu dan individu lainnya.

Hikmah selalu ber-husnudzon antara lain :


1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini
berjalan sesuai dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah
SWT.
2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dan mengikuti hukum sebab akibat
yang berlaku sesuai ketetapan Allah SWT.
3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang
memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak dan memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan
kasih sayang kepada makhluk-Nya
4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia karena menyadari bahwa manusia
hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT sebagai
zat yang menciptakan dan mengatur kehidupan manusia.
5. Sikap husnudzon mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena
meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak Allah
Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Karena
rahmat Allah sangat luas. Bahkan rahmat-Nya melebihi murka-Nya. Tidak berputus asa dari
rahmat Allah artinya yakin sepenuh hati bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-
Nya. Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya tetap melakukan ikhtiar maksimal dalam
menjalani hidup ini, meskipun serangkaian ujian dan cobaan selalu datang menghadang.
Tidak berputus asa dari rahmat Allah artinya selalu berbaik sangka kepada Allah, bahwa
setiap kenyataan hidup yang kita hadapi pasti menyimpan hikmah serta pelajaran yang
sangat berharga yang hendak disampaikan Allah kepada kita. Tidak berputus asa dari rahmat
Allah artinya bahwa rencana Allah pasti yang terbaik. Tidak berputus asa dari rahmat
Allah adalah salah satu ciri keimanan seseorang. Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya
untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Karena putus asa adalah sikap orang-orang kafir.

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Akidah erat hubungannya dengan akhlak, karena akhlak tersarikan dari akidah dan
pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beerakidah dengan benar, maka akhlak nya pun
akan benar, baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidah salah, maka akhlak nya pun akan
salah. Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan
untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seorang mukalaf, baik
hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan hidupnya. Berbagai amal
perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol dari berbagai penyimpangan jika
diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan,
seperti halnya antara jiwa dan raga. Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak
setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan
dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain
halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan
diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan

12
demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa
iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalikah, Ani. 2020. “Tauhid Uluhiyyah’


https://www.republika.co.id/berita/qhu3wr366/tauhid-uluhiyyah. Diakses pada 12 Maret 2022.

Efendi. Ahmad. 2021. “Tahapan Menuju Akhirat: Yaumul Barzakh hingga Surga dan Neraka”
https://tirto.id/tahapan-menuju-akhirat-yaumul-barzakh-hingga-surga-dan-neraka-gjl3. Diakses
pada 13 Maret 2022.

Junaedi. Didi. 2020. “Surat Al-Ankabut Ayat 2: Agar Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah
Swt” https://tafsiralquran.id/surat-al-ankabut-ayat-2-tidak-berputus-asa-dari-rahmat-allah-swt/.
Diakses pada 13 Maret 2022.

”Husnuzan adalah : Pengertian, Macam, Hikmah dan Manfaat”. Freedomsiana. Id. 15 Agustus
2021. 13 Maret 2022. https://www.freedomsiana.id/husnuzan-adalah/ .

“Makalah Aqidah”. Jejak Pendidikan.com. 20 April 2016. 13 Maret 2022.


https://123dok.com/document/qvlgen1y-bab-seharusnya-kita-menghindari-perbuatan-syirik.html

13

Anda mungkin juga menyukai