Anda di halaman 1dari 23

Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq MTs Kelas VII Semester I

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Materi Aqidah
Akhlak di MTs-MA

Dosen Pengampu :
Imroatus Sholihah

Disusun oleh:
1. Dewi Anjani 201210101
2. Dyah Ayu Pangestuti 201210110
3. Fanisa Asifayani 201210131

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Dasar dan Tujuan Akidah Islam ........................................................... 3
B. Sifat-sifat Allah (Salbiyah, Nafsiyah, dan Ma‟ani) .............................. 5
C. Akhlak Terpuji (Ikhlas, Taat, Khauf, dan Taubat) ............................... 7
D. Adab Sholat dan Dzikir ........................................................................ 12
E. Keteladanan Nabi Sulaiman A.S dan Umatnya ................................... 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akidah Akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam
yang berfokus pada bagaimana nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan
harus ditanamkan dan dikembangkan dalam siswa. Ini memungkinkan
siswa untuk tidak hanya berfokus pada masalah teoritis yang bersifat
kognitif, tetapi juga untuk membuat pengetahuan kognitif tentang akidah
akhlak menjadi signifikan dan dapat diinternalisasikan dan diaplikasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari. Komponen efektif, kognitif, dan
psikomotorik merupakan indikator keberhasilan pembelajaran Akidah
Akhlak.
Materi akidah akhlak sudah diterapkan pada jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA yang mana pada setiap sub babnya berbeda-beda di
setiap jenjangnya. Pada tinkat SMP/MTs kelas VII bab yang akan dibahas
meliputi pengertian akidah dan tujuannya, sifat-sifat Allah Swt, akhlak
terpuji, adab sholat dan dzikir, dan keteladanan Nabi Sulaiman dan
umatnya. Oleh karena itu, penulis akan membahas lebih detailnya pada
makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dasar dan tujuan akidah islam?
2. Apa yang dimaksud dengan keimanan melalui pemahaman sifat-sifat
Allah (salbiyah, nafsiyah, ma‟ani)?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak terpuji (ikhlas, taat, khauf dan
taubat)
4. Apa yang dimaksud dengan adab sholat dan dzikir?
5. Apa yang dimaksud keteladanan Nabi Sulaiman As. dan umatnya?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dasar dan tujuan akidah islam
2. Untuk mengetahui keimanan melalui pemahaman sifat-sifat Allah
(albiyah, nafsiah, ma‟ani)
3. Untuk mengetahui pengertian akhlak terepuji (ikhlas, taat, khauf, dan
taubat)
4. Untuk mengetahui pengertian adab sholat dan dzikir
5. Untuk mengetahui pengertian keteladanan Nabi Sulaiman As. dan
umatnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar dan Tujuan Akidah Islam


1. Dasar – dasar akidah islam
Dasar hukum akidah Islam adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Karena itu, akidah Islam bersifat tauqifi artinya tidak dapat ditetapkan
kecuali berdasarkan dengan dalil syar‟i yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Selain itu, tidak seorangpun mengetahui tentang Allah. Tentang segala
yang wajib bagi-Nya dan yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah
sendiri. Dan tidak seorangpun setelah Allah yang mengetahui tentang
Allah selain Rasulullah. Karena itu, pengambilan sumber dan dasar akidah
hanya terbatas Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah Saw. :
Artinya: “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan
sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi,
Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)
Maka, apapun yang ditunjukkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah harus diimani,
diyakini dan diamalkan dalam perbuatan. Sedangkan yang tidak
ditunjukkan oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah maka harus ditinggalkan.
Karena itu, Allah menjamin orang-orang yang berpegang teguh terhadap
Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya, berjalan dengan kesatuan kata dalam
manhaj yang benar, dan tidak bercerai-berai. Allah berfirman:
َ‫ّللَِج ًِيعًأََلَتف َشقُٕا‬
ََ ‫ص ًُٕاََبِح ْب ِمَٱ‬
ِ ‫َٔٱعْت‬
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai”. (QS. Ali-Imran [3] : 103).
2. Tujuan akidah islam
Akidah Islam sangat penting dipelajari dan dipahami bagi setiap
muslim, sehingga akan menjadi sebab kuat imannya dan istiqamah
mengamalkan Islam. Dengan demikian tujuan mempelajari akidah Islam
sebagai berikut:

3
1) Untuk memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang telah ada
sejak Manusia lahir
Dengan mengetahui dasar ketuhanan manusia yang telah memberikan
kesaksian sejak lahir bahwa Allah Swt. sebagai tuhannya, maka
perlunya kita meningkatkan keimanan melalui amal kebaikan agar
senantiasa mendapatkan ridha Allah Swt. serta diberikan keselamatan
di dunia dan akhirat.
2) Untuk menghindarkan diri dari kemusyrikan
Di antara tujuan seseorang mempelajari aqidah yang benar adalah agar
tidak terjadi penyimpangan dan tersesat dari jalan yang telah Allah
tentukan. Untuk mencegah manusia dari kesyirikan perlu adanya
tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Kemungkinan manusia terperosok ke dalam kesyirikan selalu
terbuka, baik syirik jaly (terang-terangan) berupa perbuatan, maupun
syirik khafy (tersembunyi) di dalam hati. Dengan mempelajari akidah
Islam, manusia akan terpelihara dari perbuatan syirik.
3) Untuk menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang
menyesatkan
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal
pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata
didasarkan pada akal manusia,kadang-kadang menyesatkan manusia
itu sendiri oleh karena itu akal fikiran perlu dibimbing oleh akidah
Islam agar manusia terhindar dari kehidupan yang sesat.
4) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.
Secara fitrah manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak
dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya Tuhan. Dengan naluri
berketuhanan, manusia berusaha untuk mencari Tuhannya.
Kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan
manusia akan keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah Islam, naluri
atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang
Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.

4
5) Menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal
pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata
didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia
itu sendiri. Oleh sebab itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah
Islam agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.1

B. Keimanan Kepada Allah Melalui Pemahaman Sifat-sifat-Nya


1. Pengertian sifat wajib bagi Allah Swt
Yang dimaksud sifat wajib Allah Swt. ialah sifat-sifat yang pasti
dimiliki oleh Allah Swt. yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai
Pencipta alam seisinya. Sifat-sifat wajib dikelompokkan menjadi
empat, yaitu :
a. Sifat nafsiyah adalah sifat untuk menegaskan adanya Allah Swt. Di
mana Allah Swt. menjadi tidak ada tanpa adanya sifat tersebut.
Contohnya yaitu sifat wujud.
b. Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang digunakan untuk meniadakan
sesuatu yang tidak layak bagi Allah Swt.. sifat Itu sifat salbiyah
tersebut terdiri atas lima sifat, yaitu: Qidam, Baqa, Mukhalafatu Li
al-Hawadis, Qiyamuhu bin nafsih, dan Wahdaniyah.
c. Sifat Ma‟ani, yaitu sifat yang pasti ada pada Dzat Allah Swt. Sifat-
sifat ma‟ani ini adalah sifat-sifat yang juga dimiliki oleh makhluk.
Bedanya, jika yang memiliki sifat ini Allah, maka sifat ini tidak
tebatas, sedangkan jika yang memiliki sifat ini makhluk, maka sifat
ini terbatas. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, yaitu: al-Hayah, al-
„Ilmu, al-Qudrah, al-Iradah, as-Sama‟, al-Basharu, dan al-Kalam.
Contohnya : Allah Maha hidup artinya selamanya dan tidak akan
mati. Sedangkan makhluk-Nya juga hidup, tapi suatu saat akan
mati.

1
Akhmad Fauzi, AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah
2020), hal.

5
d. Sifat Ma‟nawiyah, yaitu sifat yang selalu tetap ada pada dzat Allah
dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian.
Sifat ma‟nawiyah itu terdiri dari: al-Hayyun, al-„Alimun, al-
Qadirun, al-Muridun, as-Sami‟, al-Bashirun dan al-Mutakallimun.
2. Pengertian Sifat Mustahil Bagi Allah Swt. Yang dimaksud sifat
mustahil Allah adalah kebalikan dari sifat wajib Allah, yaitu sifat yang
tidak mungkin ada dan tidak layak disandarkan pada Dzat-Nya sebagai
Pencipta alam semesta. Sifat mustahil Allah yaitu:
a. „Adam artinya Tiada
b. Hudūts artinya Baru (ada mempunyai permulaan)
c. FanƗ‟ artinya Binasa (ada mempunya kesudahan)
d. MumƗtsalatuhu lilhawƗdits artinya Bersamaan Allah bagi segala
Yang baru
e. Al-layakuna QƗiman Binafsihi artinya Tiada berdiri Allah
Dengan sendirinya (berhajat kepada makhluk)
f. At-Ta‟addut artinya Berbilang-bilang / banyak (dua,tiga dst.)
g. Al-Ajzu artinya Lemah
h. Al-KarƗhatu artinya Tertegah (tidak bisa menentukan)
i. Al-Jahlu artinya Bodoh / Tidak mengetahui
j. Al-Mautu artinya Mati
k. Ash-shamamu artinya Tuli
l. Al-„AmƗ artinya Buta
m. Al-Bakamu artinya Bisu
n. Kaunuhu „Ɩjizun artinya Keadaannya yang Lemah
o. Kaunuhu Mukhrohun artinya Keadaannya yang Terpaksa
p. Kaunuhu JƗhilun artinya Keadaannya yang Bodoh
q. Kaunuhu Mayitun artinya Keadaannya yang Mati
r. Kaunuhu Ash-shamun artinya Keadaanya yang Tuli
s. Kaunuhu „AmƗ artinya Keadaannya yang Buta
t. Kaunuhu Abkamun artinya Keadaannya yang Bisu.

6
3. Sifat Jaiz Bagi Allah Swt. Yang dimaksud sifat jaiz Allah Swt. adalah
sifat kebebasan Allah, yakni kebebasan yang dimiliki-Nya sebagai
Tuhan semesta alam. Sifat jaiz Allah Swt. ialah kebebasan untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-
Nya yang mutlak. Sifat jaiz isinya fiklu Kulli mumkini autarkuhu.2

C. AKHLAK TERPUJI KEPADA ALLAH Swt


1. Taubat
Dalam bahasa Arab, kata tobat diambil dari huruf ta‟, wawu, dan
ba‟, yang menunjukkan pada arti pulang dan kembali. Adapun maksud
dari tobat kepada Allah adalah pulang kepadanya, kembali
keharibaannya, dan berdiri di depan pintu surga-Nya. Adapun dalam
kitab Misabahul Munir di situ dijelaskan, bahwa kata taaba min dzalika
bermakna, dia telah meninggalkan perbuatan dosa, kemudian kalimat
taaba „alaihi bermakna, Allah SWT telah mengampuninya dan
menyelamatkannya dari kemaksiatan. Selanjutnya dalam kitab
Mu‟jammul-Wasiit, diterangkan sebagai berikut: taaba,bermakna
kembali dari kemaksiatan, taaba Allah „ala „abdihi, bermakna Allah
telah memberikan taufiq kepada hamba-Nya itu untuk bertaubat.
“Taubat adalah pengakuan, penyesalan sebagai upaya untuk
meninggalkan dosa serta berjanji tidak akan mengulangi berbuat dosa
lagi”.3
Taubat merupakan hal yang wajib dilaksanakan dari setiap dosa-dosa,
maka jika maksiat (dosa) itu hanya antara ia dengan Allah, tidak ada
hubungan dengan manusia. Ada beberapa syarat sah atau diterimanya
taubat, yaitu :
a. Harus menghentikan maksiat.
b. Harus menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.

2
Hamida Faiqiyal Husna, Skripsi: MATERI AKIDAH DALAM KITAB FATH AL-MAJID KARYA
SYEIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-JAWI DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI AKIDAH
AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH, (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018).
3
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad Saw.,terjemahan oleh Ali Audah,
(Jakarta; PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000)

7
c. Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan itu
kemali. Dan apabila dosa itu ada hubungannya dengan hak
manusia maka taubatnya ditambah dengan syarat keempat, yaitu
d. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak dengan minta
maaf atas kesalahannya atau mengembalikan apa yang harus
dikembalikannya.
Tingkatan Taubat. Mengenai tingkatan taubat, Zainul Bahri
menyebutkan dalam bukunya mengutip dari pendapat Al-Sarraj, taubat
terbagi kepada beberapa bagian ;
a. Taubatnya orang-orang yang berkehendak (muriddin), para
pembangkang (muta‟aridhin), para pencari (thalibin), dan para
penuju (qashidin).
b. Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus). Yakni taubatnya
orang-orang yang ahli hakikat, yakni mereka yang tidak ingat lagi
akan dosa-dosa mereka karena keagungan Allah, telah memenuhi
hati mereka dan mereka senantiasa ingat (dzikir) kepadanya.
c. Taubatnya ahli ma‟rifat, dan kelompok istimewa. Pandangan ahli
ma‟rifat, wajidin (orang-orang yang mabuk kepada Allah), dan
kelompok istimewa tentang pengertian taubat adalah engkau
bertaubat (berpaling) dari segala sesuatu selain Allah.
Terlepas dari mengenai tingkatan taubat, perlu diketahui bahwa taubat
yang diperintahkan kepada orang-orang mukmin adalah taubat an-
nasuha. Taubatan Nasuha artinya taubat yang sebenar-benarnya dan
pasti, yang mampu menghapus dosa-dosa sebelumnya, menguraikan
kekusutan orang yang bertaubat, menghimpun hatinya dan
mengenyahkan kehinaan yang dilakukannya. Muhammad bin Ka‟ab
al-Qurthuby berkata : “Taubatan nasuha menghimpun empat perkara ;
memohon ampun dengan lisan, membebaskan diri dari dosa dengan

8
badan, tekat untuk kembali melakukannya lagi dengan sepenuh
perasaan dan menghindari teman-teman yang buruk.4
2. Ikhlas
Ikhlas adalah kata dalam bahasa arab yang mrmiliki arti “
sungguh-sungguh” atau "dengan tulus". Dalam konteks agama Islam,
ikhlas sering kali diartikan sebagai keikhlasan hati dalam beribadah
kepada Allah SWT tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari
manusia. Ikhlas juga dapat merujuk pada niat yang murni dan tulus
dalam melakukan suatu amal baik tanpa ada motif atau kepentingan
yang tersembunyi.
Keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT adalah sikap tulus dan
ikhlas dalam menerima segala keputusan dan ketetapan dari Allah
SWT. Ini mencakup baik keputusan yang menyenangkan maupun yang
menyakitkan hati, karena seorang yang ikhlas percaya bahwa segala
yang Allah tetapkan pasti memiliki hikmah dan kebaikan yang tak
terlihat.
Dalam agama Islam, keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT
merupakan salah satu prinsip dasar iman. Hal ini tercermin dalam
firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya
"Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan
mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui". Dengan memiliki
keikhlasan terhadap ketetapan Allah SWT, seorang muslim dapat
merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hati dan selalu merasa
yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah
kehendak Allah yang pasti membawa kebaikan.5

4
M. Abduh Amrie, “Meneladani Kesabaran dan Ketabahan Rasul Ulul „Azmi dalam
Berdakwah: Studi Kisah-Kisah dalam Al-Qur‟an” dalam Alhadharah; Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 11 No. 22, Juli –Desember 2012, h. 97-117.
5
Yunahar Ilyas, Akidah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam
(LPPI)2005)

9
Ketetapan Allah adalah segala yang telah Allah tetapkan atau putuskan
untuk terjadi dalam kehidupan manusia dan alam semesta ini, baik itu
yang bersifat kebaikan ataupun bencana. Setiap ketetapan Allah SWT
pasti memiliki hikmah dan kebaikan yang mungkin tidak bisa kita
pahami secara langsung. Hal ini tercermin dalam banyak ayat dalam
Al-Quran, di antaranya adalah Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menempatkan di
dalamnya orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji-Mu dan mensucikan-Mu?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui'."
Dengan memahami bahwa ketetapan Allah SWT adalah suatu yang
pasti memiliki hikmah dan kebaikan, seorang muslim dapat merasa
lebih tenang dan yakin dalam menghadapi segala ujian hidup yang
diberikan oleh-Nya. Hal ini juga dapat membantu seseorang untuk
tetap berusaha dan berdoa agar dapat menerima ketetapan Allah SWT
dengan ikhlas dan sabar.6
Dalam Islam, seseorang yang memiliki sifat ikhlas akan mendapatkan
keutamaan yang sangat penting, di antaranya:
a. Mendapat Pahala dari Allah: Orang yang ikhlas dalam melakukan
amal baik, baik itu ibadah atau amal kebajikan lainnya, akan
mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Karena amal
yang dilakukan dengan ikhlas, disertai dengan niat yang tulus dan
ikhlas, dianggap lebih bernilai di hadapan Allah SWT.
b. Meningkatkan Kualitas Ibadah: Ikhlas juga membantu
meningkatkan kualitas ibadah seseorang, karena dengan melakukan
ibadah hanya untuk Allah SWT, tanpa ada motif atau kepentingan

6
Kementerian Agama RI, Buku Siswa, Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013
Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, (Jakarta; Kementerian Agama RI, 2015).

10
lain, maka ibadah tersebut akan menjadi lebih khusyuk dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c. Meningkatkan Kepercayaan Diri: Orang yang memiliki sifat ikhlas
cenderung memiliki kepercayaan diri yang kuat, karena ia tidak
terpengaruh oleh pandangan atau penilaian orang lain. Ia
melakukan apa yang dianggap benar karena ikhlas kepada Allah
SWT, bukan karena ingin dipuji atau mendapat pengakuan dari
orang lain.7
3. Khouf
Secara bahasa, kata 'khauf' berasal dari bahasa Arab yang artinya
ketakutan. Dalam istilah tasawuf, khauf adalah sikap mental merasa
takut kepada Allah SWT karena kurang sempurna pengabdiannya dan
rasa takut atau khawatir apabila Allah SWT tidak senang padanya.
Rasa khauf dapat timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah
yang mendalam sehingga ia merasa khawatir apabila Allah SWT
melupakannya atau takut dengan siksa-Nya.
Melansir dari buku Hakekat Tasawuf oleh Abdul Qadir Isa, Imam Al-
Ghazali pernah berkata, "Ketahuilah bahwa hakikat dari khauf adalah
kepedihan dan terbakarnya hati karena memperkirakan akan tertimpa
sesuatu yang tidak menyenangkan di masa yang akan datang."8
Khauf kepada Allah SWT dapat timbul karena dosa maupun telah
mengetahui sifat-sifat-Nya yang membuat seseorang diharuskan untuk
takut kepada-Nya. Inilah merupakan tingkatan khauf yang paling
sempurna. Ketika seseorang telah mengenal dan mengetahui kebesaran
Allah, maka dia akan takut kepadanya. Perintah untuk takut kepada
Allah juga telah tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 40:
ْ ‫ٔفَ ِبع ْٓ ِذ ُك ْىَٔ ِإ َّٰيََٗف‬
َِ ‫َٱسْب‬
ٌُٕ ِ ُ ‫َِٖأ‬
ٓ ‫َّٰيبُِ َٓٗ ِإس َّٰ ْٓش ِءيمَٱرْ ُك ُشٔاََ َِ ْعًتَِٗٱنَتِ ََٓٗأ َْع ًْتُ َعه ْي ُك ْىَٔأ ْٔفُٕاَ ِبع ْٓذ‬

7
Asy-Syeikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al-Malybari, Irsyadul ‘Ibad, terjemahan oleh H.M. Ali,
(Surabaya; Mutiara Ilmu, 2018).
8
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani, Al-Ghunyah, terjemahan oleh Ust. Masrohan Ahmad,
(Yogyakarta; Citra Risalah, 2010).

11
Artinya: Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya
Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus
takut (tunduk).
4. Taat
Taat secara bahasa adalah senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah
taat adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah SWT.,
Rasul-Nya, maupun ulil amri (pemimpin).
Firman Allah :

َُُِّٔ‫ََيُ ُك ْىََۖفئٌَِت َُّٰز ْعت ُ ْىَفَِٗش ْٗءٍ َف ُشد‬ ْ ‫سٕلََٔأُٔ ِن‬


ِ ‫َٗٱْل ْي ِش‬ ُ ‫َٱنش‬
َ ‫َٱّللََٔأ ِطيعُٕا‬َ ‫َّٰ ٓيأيُّٓاَٱنَزِيٍََءايُُ ٕٓاَأ ِطيعُٕا‬
َ ً ِٔ ْ ‫َۚر ِنَََيْشَٔأَْْسٍََُتأ‬
‫يل‬ َّٰ َ‫اَ َش‬ ْ ََِٔ‫َٱّلل‬
ْ ‫َٱني ْٕ ِو‬ َ ِ‫سٕ ِلََإٌَِ ُكُت ُ ْىَتُؤْ ِيٌَُُٕب‬ َ ‫إِن‬
ِ ِ ‫ََٱلء‬ ُ ‫َٱنش‬
َ ََِٔ‫َٗٱّلل‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Taat kepada Allah SWT. berarti setiap mukmin harus melaksanakan


segala perintah-Nya sebagaimana yang terdapat di dalam Al Quran dan
menjahui larangan-Nya. Karena apa pun yang diperintahkan Allah
SWT. itu mengandung maslahat (kebaikan) dan apa yang dilarang
oleh-Nya mengandung mudarat (keburukan).

D. ADAB SHALAT DAN DZIKIR


1. Pengertian Sholat dan Dzikir
a. Pengertian Sholat
Shalat secara bahasa Arab berasal dari kata (shala,yushalli,
shalatan) yang memiliki arti doa. Menurut istilah syara' shalat
adalah suatu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan di
akhiri dengan salam dan memenuhi syarat dan rukun tertentu.9
Sholat merupakan rukun islam yang ke- 2 , sehingga tidak
sempuran islam seseorang apabila tidak melaksanakan sholat.
Dasar sholat di dalam surat al-ankabut : 45.

9
Akhmad Fauzi, AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah
2020), hal.70

12
ََۗ‫صه َّٰٕةََت ُْٓ ََّٰٗع ٍَِٱ ْنفحْ شَا ٓ َِءََٔٱ ْن ًُُك َِش‬
َ ‫صه َّٰٕةَََۖإِ ٌََٱن‬ َِ ‫َيٍَٱ ْن ِك َّٰت‬
َ ‫بَٔأقِ ِىَٱن‬ ِ َْ‫َْٔٗإِني‬ ِ ُ ‫مَيآَأ‬ َُ ْ‫ٱت‬
ٌَُٕ‫صُع‬ ْ ‫ّللَُي ْعه ُىَياَت‬ ََ ‫ّللَِأ ْكب ُشَََۗٔٱ‬
ََ ‫ٔن ِز ْك ُشَٱ‬

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu


Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Salat merupakan amal yang dihisab paling awal pada yaumul
hisab. Jika salatnya baik maka baik pula seluruh amalnya,
namun jika nilai salatnya rusak maka seluruh amalnya dianggap
rusak. Allah Swt. mewajibkan kepada setiap muslim salat lima
waktu dalam sehari semalam, yang sudah ditentukan waktunya.
Salat lima waktu terdiri atas, Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan
Isya.10
b. Pengertian Dzikir
Secara etimologi, - perkataan dzikir berakar pada kata dzakara,
artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil
pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan.11 Sedangkan
secara terminologi mengingat Allah dengan cara menyebut sifat-
sifat keagungan Allah Swt. dan memuliakan-Nya. Dzikir dalam
istilah agama Islam berarti mengingat Allah (dengan cara
menyebut sifatsifat keagungan-Nya atau kemuliaan-Nya, seperti
membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.12
c. Adab sholat
Setiap muslim yang telah baligh dan berakal sehat memiliki
kewajiban untuk melakukan shalat. Pada dasarnya, shalat adalah
cara seorang hamba berbicara dengan Allah Swt. Shalat tetap

10
Ibid.
11
Farida Husin, Dzikir dalam Islam, Volume XI No.2, ( Jurnal Ilmiah: 2019), hal. 6
12
Akhmad Fauzi, AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah
2020), hal. 71

13
menyenangkan bagi banyak orang. Ini mungkin karena beberapa
alasan. Salah satunya adalah dia percaya bahwa shalatnya tidak
memengaruhi kehidupannya karena hanyalah rutinitas.
Meskipun demikian, Allah menyatakan bahwa shalat yang
khusyu akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan
buruk dan kemunkaran.
Berikut adab – adab shalat:
 Hati yang ikhlas
َ‫صه َّٰٕةََٔيُؤْ تُٕا‬ ََ ‫ٔيآَأ ُ ِي ُش ٓٔاَ ِإ ََلَ ِني ْعبُذ ُٔاَٱ‬
ِ ‫ّللَ ُي ْخ ِه‬
َ ‫صيٍَنَُّٱنذِّيٍََ ُُْفآءَٔيُ ِقي ًُٕاَٱن‬
‫نزك َّٰٕةَََۚٔ َّٰر ِنََ ِديٍُ َٱ ْنق ِيًّ َِت‬
َ ‫ٱ‬
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S Al-
Bayyinah:5)
Dan Allah Subhanahu wa Ta‟ala tidak akan menerima
kecuali amal yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan.
Riya‟ dan sum‟ah termasuk penghalang diterimanya amal
seorang hamba.13
 Khusyuk
Khusyuk adalah adab terpenting dalam salat dan dzikir
karena itu adalah inti dan roh dari keduanya. Jika salat dan
zikir tidak diiringi dengan kekhusyukan, maka badan tidak
memiliki roh. Oleh karena itu, khusyuk berarti
menghadirkan hati dan pikiran dalam setiap lafal dzikir
yang diucapkan dalam salat, baik di dalam maupun di luar
salat. Selain itu, orang yang salat dan berzikir harus
berusaha untuk terwarnai olehnya dan berusaha untuk

13
Abdullah Bahmman, Adab- adab shalat, tt. Hal. 94

14
menepati maksud dan tujuan dari melakukannya.14
Berdasarkan firman Allah Swt:
َّٰ ‫ٱنَزِيٍََ ُْ ْىَفَِٗصلتِ ِٓ ْى‬
ٌَُٕ‫ََ ِشع‬
Artinya: (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya,(Q.S Al-Mu‟minun: 2)
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, makna dasar
khusyuk adalah kelembutan hati, kerendahan, ketenangan,
dan ketundukannya. Jika hati telah merasakan
kekhusyukan, anggota tubuh yang lain akan khusyuk pula
seperti prajurit taat pada komandannya.
 Menjaga waktu dan batas-batasannya
Ketika waktu shalat masuk, bersegera menunaikannya
dengan penuh semangat saat kewajiban itu tiba. Nabi
bersabda pada Bilal: Wahai Bilal, hiburlah kami dengan
shalat! (Maksudnya: beradzanlah lalu kita melaksanakan
shalat dan menikmati shalat).
 Menjaga kebersihan dan kesucian tempat sholat dari
najis-najis yang ada.
 Menyingkirkan gambar, tulisan atau apa saja yang
mengganggu kekhusyu‟an shalat.
 Memakai pakaian kita yang terbaik, saat panggilan sholat
telah tiba.
 Menyesal serta bersedih, jika tidak dapat menunaikan dan
menikmati shalat dengan baik dan sempurna. Di antara inti
shalat adalah berdzikir di dalam shalat. Allah berfirman
pada Nabi Dawud: “Dan dengan berdzikir padaKu,
hendaklah mereka merasa ni‟mat”.
 Melakukan dengan khusyu‟, Nabi memerintah: “shalatlah
seperti shalatnya orang yang berpamitan (dari dunia ini)”.

14
Akhmad Fauzi, AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah
2020), hal. 74

15
Maksudnya shalatlah seakan-akan ini adalah shalat kalian
yang terakhir di dunia.15
d. Adab Dzikir
Ketika seseorang melakukan shalat dan kemudian berdiri
pulang tanpa berdzikir, itu tidak masuk akal. Akibatnya,
seseorang dianjurkan untuk berdzikir bakda shalat.
Dikir dalam bahasa berarti ingat. Dalam hal ini, yang dimaksud
adalah mengingat Allah dengan mengucapkan kalimat-kalimat
thayyibah dengan lebih banyak, seperti yang diajarkan oleh
Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang yang shalih
sebelumnya.
Berikut adalah adab-adab dzikir:
 Ikhlas dalam berdzikir mengharap ridho Allah dengan
membersihkan amal dari campuran sesuatu.
Menghadirkan makna dzikir dalam hati.
 Merendahkan suara
Dalam berdzikir hendaknya merendahkan suara agar
tidak mengganggu orang lain. Apalagi dalam berdzikir
harus memusatkan konsentrasi keagungan Allah Swt.
 Berdzikir dengan dzikir dan wirid yang telah
dicontohkan Rasulullah, karena dzikir adalah ibadah.
Membaca al-Qur‟an dengan niat berdzikir juga
dianjurkan.
 Mencoba memahami maknanya dan khusyu‟ dalam
melakukannya.
 Duduk disuatu tempat atau ruangan yang suci seperti
duduk dalam shalat juga dianjurkan.
 Mewangikan pakaian dan tempat dengan minyak
wangi, pakaian yang bersih dan halal.

15
Ibid

16
 Memilih tempat yang agak sunyi. Boleh memejamkan
dua mata, karena dengan mata terpejam itu, tertutup
jalan-jalan panca indra lahir, sehingga mengakibatkan
terbukanya panca indra hati.16
E. KETELADANAN NABI SULAIMAN AS
Nabi Sulaiman bin Dawud adalah satu-satunya raja dan nabi yang diberi
keistimewaan oleh Allah SWT untuk memahami bahasa hewan. Nabi
Sulaiman As. adalah Nabi yang dipilih Allah untuk menjadi kekasihnya.
Di antara karunia besarnya adalah:
1. Mengetahui bahasa semua binatang.
2. Nabi yang paling kaya di antara manusia sepanjang sejarah peradaban.
3. Mempunyai pasukan yang paling kuat dalam sejarah manusia, yaitu
pasukan manusia dan para jin yang bekerja menuruti perintahnya.
4. Ia juga dapat mengendarai angin sesuai perintahnya. Kemampuan
mengendarai angin ini merupakan kendaraan yang paling cepat di
antara kendaraan manapun. Walaupun kekuasaannya yang sangat
agung dan besar seakan tidak terbatas, hal ini membuat Nabi Sulaiman
As. merasa rendah hati di hadapan makhluk-Nya yang lain, di
antaranya adalah:
1) Rasa malu terhadap Allah
Nabi sulaiman merasa bahwa karunia yang diberikan Allah besar,
dan beliau selalu merasa kurang dalam menjalankan ibadah kepada
Allah Swt.
2) Mau berdialog denga rakyat kecil Nabi Sulaiman As. senang
berkomunikasi dengan rakyatnya, walaupun rakyatnya (hanya)
beberapa ekor semut.
3) Nabi sulaiman senang bekerja sebagai wujud syukur nabi Sulaiman
termasuk sebagian nabi yang paling pandai bersyukur seperti
diungkap dalam al Qur‟an.

16
Ibid. hal, 71

17
4) Juga kehebatan kekhusyu‟an shalat nabi Sulaiman : sampai-sampai
beliau meninggal dalam posisi sedang berdiri shalat.17

17
Akhmad Fauzi, AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah
2020), hal. 84

18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dasar akidah Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, yang bersifat
tauqifi artinya tidak ditetapkan kecuali berdasarkan dengan syar‟i.
Tujuan akidah islam Untuk memupuk dan mengembangkan dasar
ketuhanan yang telah ada sejak Manusia lahir
2. Sifat – sifat Allah Swt terdiri dari sifat wajib, mustahil, jaiz.
a. Sifat wajib ada 4 nafsiyah, salbiyah, ma‟ani dan ma,nawiyah
b. Sifat nafisyah, yaitu wujud
c. Sifat salbiyah terdiri atas lima sifat, yaitu qidam, baqa,
mukhalafatu li al-hawadis, qiyamuhu bin nafsih, dan wahdaniyah
d. Sifat ma‟ani terdiri atas tujuh sifat, yaitu qudrat, iradat, alim, hayat,
sama‟, bashar, kalam
e. Sifat ma‟nawiyah juga terdiri atas tujuh sifat, yaitu qadiran,
muridan, aliman, hayyan, sami‟an, bashiran, mutakaliman
3. Akhlak terpuji bagi Allah Swt ada ikhlas, tobat, khauf, taat
a. Ikhlas adalah niat yang murni dan tulus dalam melakukan suatu
amal baik tanpa ada motif atau kepentingan yang tersembunyi.
b. Tobat adalah pengakuan, penyesalan sebagai upaya untuk
meninggalkan dosa serta berjanji tidak akan mengulangi berbuat
dosa lagi
c. Khouf adalah sikap mental takut kepada Allah Swt karena kurang
sempurna pengabdiannya dan rasa takut atau khawatir apabila
Allah Swt tidak senang padanya
d. Taat adalah mengikuti dan melaksanakan segala tuntunan Allah
yang ada di dalam Al Quran, baik tu dalam bentuk perintah
maupun larangan.
4. Adab sholat dan dzikir
a. Adab sholat, yaitu hati yang ikhlas, khusyuk, dll
b. Adab dzikir, yaitu ikhlas,merendahkan suara, dll.

19
5. Keteladanan Nabi Sulaiman as
a. Rasa malu terhadap Allah
b. Mau berdialod dengan rakyat kecil
c. Senang bekerja, dll

20
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Akhmad. 2020. AKIDAH AKHLAK MTs KELAS VII. Jakarta: Direktorat
KSKK Madrasah .
Bahmman, Abdullah. Adab- adab shalat.
Husin, Farida. 2019. Dzikir dalam Islam. Volume XI No.2. (2019). Jurnal
Ilmiah : hal, 6.
Abdul Aziz Al-Malybari , Asy-Syeikh Zainuddin . 2018. Irsyadul ‘Ibad,
terjemahan oleh H.M. Ali. Surabaya; Mutiara Ilmu.
Al-Jilani, Abdul Qadir. 2010. Al-Ghunyah, terjemahan oleh Ust. Masrohan
Ahmad. Yogyakarta: Citra Risalah.
Ilyas, Yunahar. 2005. Akidah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam (LPPI)
Kementerian Agama RI. 2015. Buku Siswa Akidah Akhlak Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. Jakarta: Kementerian
Agama RI.

21

Anda mungkin juga menyukai