Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................
1.1 Latar Belakang …………………...…………………………………….…..
1.2 Rumusan Masalah …………….…………………………………….…….
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………….....

BAB II PEMBAHASAN.......................................................
2.1 Aqidah……………………..…………………………………………..….
2.1.1 ruang lingkup aqidah……………………………………...…….
2.1.2 fungsi dan peranan akidah.......................................
2.1.3 rukun iman.............................................................
2.1.4 tauhid.............................................................................
2.1.5 syirik.....................................................................................

2.2 Syariah …………………….…….……………………….…......…..


2.2.1 Perbedaan Syari’ah dan Fiqh……………………….……………...
2.2.2 Ibadah dan Mu’amalah dalam Kehidupan Manusia…………….………..………..

2.3. Akhlak…………………………………………………………………….......
2.3.1 Karakteristik Akhlak
2.3.2 Jenis-jenis Akhlak

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan …………………………………………………..………………….
3.2 Saran …………………….……………………………………………….…...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna dihadapan Allah SWT.
Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran agama Islam diseluruh penjuru
dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu tidak terlepas dari
perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sehingga, perkembangan agama Islam masih ada
sampai sekarang dan berkembang pesat. Namun, perkembangan itu berbanding terbalik
dengan akhlaq. Penurunan akhlaq disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang
mendalam tentang Islam. Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah
SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang
bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi terkadang manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah
memberi segala kenikmatan. Manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuaidengan bimbingan Allah SWT. Oleh karena itu
perlunya pemahaman tentang Kerangka Dasar Agama Islam yang meliputi aqidah,
syari’at, dan akhlaq. Sehingga kita bisa lebih mudah untuk memahami Islam lebih
jauh.Kerangka dasar ajaran Islam merupakan dasar-dasar pokok ajaran Islam yang
membekali setiap orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan mendalam.
Memahami dan mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan keniscayaan bagi
setiap Muslim yang menginginkan untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah. Tiga
kerangka dasar Islam, yaitu Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang
sangat erat, bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh
karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya
adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan
buahnya adalah akhlak.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud akidah ?
2.bagaimana ruang lingkup akidah ?
3.apa fungsi dan peranan akidah ?
4.apa yang dimaksud rukun iman ?
5.apa yang dimaksud tauhid ?
6.apa yang dimaksud syirik ?

1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui apa yang dimaksud akidah
2. untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup akidah
3. untuk mengetahui apa fungsi dan peranan akidah
4. untuk mengetahui apa yang dimaksud rukun iman
5. untuk mengetahui apa yang dimaksud tauhid
6. untuk mengetahui apa yang dimaksud syirik
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aqidah
Dalam bahasa Arab, pengertian aqidah adalah kata yang berasal dari al-'aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang
artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat
dengan kuat. Sederhananya, pengertian aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang.
Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap
sesuatu.

2.1.1 Ruang lingkup aqida

Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman. Karena itulah, secara formal,
ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu, sebagian
para ulama dalam pembahasan atau kajian aqidah, mereka mengikuti sistematika rukun
iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang
makhluk ruhani seperti jin, iblis, dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
Nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah swt.
ementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan sistematika sebagai
berikut:
1.Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan,
Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatan-perbuatan (af’al)
Allah dan sebagainya.
2.Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan
sebagainya.
3.Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya.
4.Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur’an dan as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya.

2.1.2 fungsi dan peranan akidah


Berikut ini beberapa fungsi dan peran akidah dalam kehidupan.Sebagai petunjuk hidup yang
tepat sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
1.Melindungi diri agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat.
2.Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
3.Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
4.Memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul-Nya.
5.Memurnikan niat ibadah hanya untuk mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
6.Mengokohkan keimanan terhadap Islam,Mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Akidah tidak hanya berperan dalam kehidupan seseorang, tetapi juga berpengaruh
dalam perkembangan agama Islam yakni ;
1.Pondasi yang kokoh dalam membangun tiang Agama Islam. Awal dari pembentukan
akhlak yang mulia. Seseorang yang berakidah tentu melaksanakan ibadah dengan tertib,
sehingga akan tertanam dalam dirinya akhlak yang baik.
2.Dasar penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
sehingga ilmu akidah wajib untuk dipelajari setiap umat Islam.Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman,
‫َوَم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل ْنَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (QS. adz-Dzariyat : 56)
3.Akidah seorang hamba menentukan kualitas ibadahnya diterima atau tidak oleh
Allah subhanahu wa ta’ala.
4.Menampaikan akidah mulia merupakan misi awal para rasul-Nya

2.1.3 rukun iman


1. Iman kepada Allah SWT Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan
meyakini bahwa Allah itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-
Nya atau mendengar suara-Nya.
2. Iman kepada Malaikat Allah SWT Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan
mempercayai bahwa malaikat itu benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya
malaikat kendati tidak pernah melihat wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh
zatnya.
3 Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan
mempercayai bahwa Allah menurunkan kitab kepada utusan-Nya.
Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk kebenaran dan kebahagiaan, baik itu di dunia
maupun akhirat.
Keberadaan kitab-kitab Allah SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca [keadilan] supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan,” (QS.Al-Hadid [57]: 25).
Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara mutlak bahwa
kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang wajib diikuti dan
dilaksanakan.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan
mempercayai bahwa Allah benar-benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat
tertentu untuk menyampaikan ajaran-Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan
memperoleh hidayah dan petunjuk. Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan tersesat.
5. Iman kepada Hari Kiamat Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa
suatu hari kehidupan di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari
kubur, dikumpulkan di padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka.
6. Iman kepada Qada dan Qadar Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang
tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu
sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa
(qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir
yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya
ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.

2.1.4 tauhid
Menurut bahasa, tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti mengesakan atau menganggap
sesuatu itu esa atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah
keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan
menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini.
Tauhid ada tiga macam;
Tauhid rububiyah merupakan mengesakan Allah dengan meyakini seluruh kejadian-kejadian
yang hanya Allah bisa lakukan sebagai satu-satunya Dzat yang berhak disembah. Dalam
tauhid rububiyah seseorang menyatakan dengan tegas bahwa Allah adalah Tuhan,RAJA,
Pemilik, Pencipta atas seluruh makhluk yang ada. Dengan begitu pula seseorang meyakini
bahwa hanya Allah Dzat yang mengatur dan yang bisa merubah segalan
Contohnya seperti menciptakan makhluk, menghidupkan makhluk, mematikan makhluk,
memberi serta membagi rizki kepada seluruh makhluk, mengubah takdir, atau
mendatangkan manfaat dan pertolongan kepada makhluk bahkan menolak dan
mendatangkan segala mudharat atau kerusakan.
Tauhid uluhiyah merupakan bentuk ibadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan
sesembahan selain-Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun atas dasar cinta dan peng-
Agungan kepadaNya. Contoh tauhid uluhiyyah yaitu beribadah hanya kepada Allah, takut
hanya kepada Allah, mencintai juga karena Allah. Penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari seperti kita hanya melakukan ibadah hanya untuk Allah, tidak untuk manusia atau hal
lainnya.
tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya
sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an dan sunah Rasul-Nya. Tujuan tauhid asma wa
sifat adalah agar mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk dirinya adalah haq
(benar) dan mutlak.Perilaku seorang anak yang tidak mencuri walaupun ada peluang karena
yakin bahwa Allah melihat apa yang manusia lakukan

2.1.5 syirik
Syirik adalah istilah dalam agama Islam yang mengacu pada tindakan atau keyakinan menyekutukan
Allah dengan sesuatu atau seseorang lain dalam ibadah atau pengabdian. Dalam Islam, syirik
dianggap sebagai dosa besar yang paling serius dan tidak dapat dimaafkan, karena
bertentangan dengan prinsip dasar tauhid (keyakinan akan keesaan Allah).
1.Syirik dalam Ibadah (Syirik Akbar)
Bentuk syirik ini terjadi ketika seseorang menyekutukan Allah dalam ibadah langsung, yaitu
beribadah kepada selain Allah atau menganggap ada tuhan selain Allah. Contohnya adalah
menyembah berhala, berdoa kepada makhluk lain seperti jin atau orang-orang suci, atau
menganggap bahwa Nabi, wali, atau tokoh agama tertentu memiliki kekuatan ilahi.Syirik
Kecil (Syirik Asghar)
Syirik kecil merupakan penyekutuan dalam hal-hal yang lebih kecil atau tidak langsung
dalam ibadah. Contohnya adalah riya’ (beribadah untuk pamer kepada orang lain), takabbur
(sombong atas amal ibadah), dan khawarij (kelompok yang mengkafirkan Muslim lainnya
karena dosa-dosa tertentu).
2.Syirik dalam Niat (Syirik dalam Hati)
Bentuk syirik ini terjadi ketika seseorang menyekutukan Allah dalam niat atau motivasi
dalam beribadah. Misalnya, beribadah atau beramal hanya untuk mendapatkan pujian atau
pengakuan dari orang lain, bukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3.Syirik dalam Asma dan Sifat (Syirik Fi Asma wa Sifat)
Bentuk syirik ini terjadi ketika seseorang memberikan atribut atau sifat yang seharusnya
hanya dimiliki oleh Allah kepada selain-Nya. Contohnya adalah menganggap bahwa makhluk
memiliki pengetahuan mutlak, kekuasaan yang absolut, atau pengawasan yang sempurna
seperti yang hanya dimiliki oleh Allah.
4.Syirik dalam Pengabdian (Syirik Fi Al-‘Ibadah)
Bentuk syirik ini terjadi ketika seseorang mengabdikan diri secara eksklusif kepada selain
Allah atau menganggap bahwa selain Allah memiliki kuasa yang sama atau lebih tinggi
dalam mengatur urusan hidup. Contohnya adalah menyembah, meminta bantuan, atau
mempersembahkan kurban kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa mereka dapat
memberikan manfaat atau menolak bencana.
5.Syirik dalam Tawassul
Bentuk syirik ini terjadi ketika seseorang mencari perantara atau perantaraan dalam ibadah
kepada Allah dengan keyakinan bahwa perantara tersebut memiliki kekuatan atau pengaruh
yang independen dalam mendapatkan rida (keridhaan) Allah. Meskipun tawassul sendiri
bisa diterima jika dilakukan dengan cara yang benar, jika dipahami secara keliru dan
menyebabkan seseorang menyekutukan Allah, maka itu menjadi syirik

2.2 Syariah
Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu
sendiri (42 :13). Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran
Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam
merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah sebagai
fondasi dan akhlaq yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.
Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi pengembangan diri
manusia dan pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban
(masyarakat madani).
Syariah meliputi 2 bagian utama :
1. Ibadah ( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal).
Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. Misalnya : salat, zakat, puasa
2, Mu'amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) . Dalam
hal ini aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang,
bernegara, dll.
Syariah Islam secara mendalam dan mendetil dibahas dalam ilmu fiqh.
Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan :
a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan as Sunnah (24 :51, 4:59) menjauhi bid'ah (perkara
yang diada-adakan)
b. Syariah Islam telah memberi aturan yang jelas apa yang halal dan haram (7 :33, 156-157),
maka :
- Tinggalkan yang subhat (meragukan)
- ikuti yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele
c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan manusia (2:286), dan menghendaki
kemudahan (2 :185, 22 :78). Sehingga terhadap kekeliruan yang tidak disengaja & kelupaan
diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan
d. Hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi perpecahan dalam syari’ah (3:103,
8:46).Syari’ah harus ditegakkan dengan upaya sungguh-sungguh (jihad) dan amar ma'ruf
nahi munkar
2.2.1. Perbedaan Syari’ah dan Fiqh
Sepintas kita melihat bahwa syari’ah dan Fiqh tidak jauh berbeda, Ilmu Fiqh memang
membahas tentang tata cara beribadah yang termasuk dalam syari’ah. Keduanya ada
untuk saling melengkapi. Namun, tetap ada perbedaan diantara keduanya.
Berikut ulasannya, Syari’ah terdiri dari dua bagian yaitu:
(1). Ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya
(2). Muamalah yang mengatur hubungan dengan sesama dan makhluk lainnya (binatang
dan tumbuhan). Sedangkan Fiqh menurut bahasa berarti ‘paham’ dan secara istilah adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan dan
perkataan mukallaf dan mengkaji secara mendalam ilmu Syari’ah yang terdiri dari ibadah,
baik yang bersifat mahdhah maupun ghairmahdhah. Syari'ah memiliki pengertian yang amat
luas. Tetapi dalam konteks hukum Islam, makna Syari'ah adalah Aturan yang bersumber dari
nash yang qat'i. Sedangkan Fiqh adalah aturan hukum Islam yang bersumber dari nash
yang zanni.

2.2.2 Ibadah dan Mu’amalah dalam Kehidupan Manusia


Fiqh Muamalah artinya yaitu aturan Allah yang mengatur masalah hubungan manusia dan
usaha mereka dalam mendapatkan kebutuhan jasmani dengan jalan yang terbaik.
Sedangkan dalam arti luas, Muamalah merupakan kegiatan tukar menukar suatu barang
dengan sesuatu yang bermanfaat menggunakan cara-cara yang sesuatu aturan islam. Ruang
lingkup muamalah sendiri meliputi Muamalah Adabiyah atau muamalah yang dilihat dari
pelaku ataupun subjeknya. Muamalah ini membahas tentang Akad, harta, hak dan juga
pembagiannya.sedangkan ruang lingkup yang kedua adalah Muamalah madiyah atau
Muamalah yang dilihat dari sisi objeknya. Muamalah madiyah ini mengatur tentang Jual
beli, kerjasama, gadai, Syirkah, tanggungan atau jaminan, utang piutang, pemindahan utang,
gugatan, sayembara, sewa, menyewa, titipan, hiwalah, ihyaul mawat atau menghidupkan
tanah yang mati, dan masalah kontemporer lainnya
Muamalah dalam islam memiliki peranan yang sangat penting, karena muamalah berisi
tentang aturan-aturan dan hukum sesuai syari’at islam yang mengatur tentang urusan
dunia. Kita harus mempelajari muamalah agar dapat menjalani hidup yang sesuai dengan
syari’at islam. Allah menciptakan manusia dan dunia ini bukan tanpa aturan, ada huku-
hukum yang harus dipatuhi dalam menjalani hidup di dunia ini. Nantinya manusia yang
berhasil menjalani hidup sesuai dengan syari’at islam akan diberikan imbalan yang setimpal
di akhirat. Namun muamalah ini dipelajari tidak semata mata untuk kehidupan akhirat yang
damai, tapi juga kehidupan di dunia agar kita terhindar dari kemudharatan. Dalam
kehidupan sehari-hari seperti memenuhi kebutuhan jasmani kita butuh yang namanya
aturan agar yang kita dapatkan tidak memberikan kita akibat buruk. Islam juga mengatur
hukum jual beli dengan berbagai syarat dan rukun untuk menghindari mudharat dan
kerugian.

2.3. Akhlak
Kata "akhlak" berasal dari bahasa arab yaitu " Al-Khulq" yang berarti perangai, tingkah laku,
kebiasaan, kelakuan. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara tidak sadar untuk melakukan suatu perbuatan. Dalam
KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.

2.3.1 Karakteristik Akhlak


Pada dasarnya, konsep akhlak dalam Islam -yang menjadi rujukan akhlak santri, kiai (guru)
dan wali santri- memiliki cakupan yang sangat luas, karena akhlak berarti agama itu sendiri.
Di antara ciri-ciri khas atau karakteristik akhlak Islam yang membedakan dengan moral dan
etika adalah sebagai berikut:
1. Bersumber dari wahyu al-Qur'an dan al-Sunnah. Akhlak Islam bersumber dari wahyu al-
Qur'an dan al-Sunnah yang memiliki kebenaran mutlak dan berlaku sepanjang masa, dimana
saja dan kapan saja. Hal ini berbeda dengan moral dan etika yang bersumber dari adat
istiadat suatu masyarakat yang bersifat relatif dan boleh jadi berbeda standartnya antara
satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
2. Berhubungan erat dengan aspek Aqidah dan Syari'ah. Akhlak dalam Islam tidak berdiri
berdiri, tetapi berhubungan erat dengan aspek aqidah (keimanan) dan syari'ah (hukum-
hukum Islam yang bersifat praktis, baik dalam bidang ibadah, mu'amalah, jinayah maupun
lainnya).
3. Bersifat Universal. Akhlak dalam Islam, bersih dan bebas dari tendensi (kecenderungan)
rasialisme. Apa yang berlaku bagi umat Islam berlaku pula bagi non muslim.Mencuri
hukumnya haram, baik terhadap harta orang muslim maupun harta non muslim. Zina
hukumnya haram, baik terhadap orang Islam maupun non muslim. Seorang muslim dan non
muslim sama-sama berhak mendapatkan keadilan di depan pengadilan.
4. Bersifat Komprehensif (menyeluruh). Akhlak dalam Islam mencakup akhlak terhadap diri
sendiri; hubungan dengan Allah SWT; dengan sesama manusia dan alam lingkungan. Hal ini
berbeda dengan moral dan etika yang hanya menekankan hubungan baik dengan sesama
manusia dan lingkungannya. 5. Bersifat Tawazun (keseimbangan).
5 Islam menghendaki agar umatnya tidak melampaui batas dalam segala hal. Keseimbangan
merupakan sifat dasar ajaran Islam, baik keseimbangan antara jasmani dan rohani;
keseimbangan antara hubungan dengan Allah (hablun min Allah) dan hubungan sesama
manusia (hablun min al-nas); maupun keseimbangan antara urusan dunia dengan akherat.
Keseimbangan mencakup hak dan kewajiban, tidak boleh memberikan kepada individu hak-
hak yang berlebihan yang mengakibatkan kebebasan tanpa batas, juga tidak boleh
memberikan kewajiban kepada individu yang berlebihan sehingga sangat memberatkan.
Keseimbangan dan keserasian, merupakan sifat dasar akhlak dalam Islam.
6. Sesuai dengan Fitrah. Islam datang dengan membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah
manusia, karena agama Islam datang dari Allah, sedangkan manusia dengan segala macam
fitrahnya juga diciptakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sangat mustahil jika ajaran-ajaran
agama Islam bertentangan dengan fitrah manusia. Islam mengakui eksistensi manusia apa
adanya dengan segala dorongan kejiwaannya, kecenderungan fitrahnya; Islam
menghaluskan fitrah dan memelihara kemuliaan manusia dengan hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Jika manusia melampui hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan
Allah SWT, maka dapat dipastikan mereka akan terjerumus ke dalam lembah yang hina.

7. Bersifat positif dan optimis. Islam mengajarkan, bahwa kehidupan adalah sebuah
anugerah Allah yang harus diisi dengan amal shaleh. Oleh karena itu, manusia harus
mengaktualisasikan dan memanfaatkan segala macam potensi yang dianugerahkan oleh
Allah SWT untuk melakukan amal kebaikan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan
masyarakat luas, dengan penuh keyakinan dan optimisme, serta melawan pesimisme
(keputusasaan), kemalasan dan segala bentuk penyebab kelemahan.Rasulullah SAW
berpesan kepada umatnya agar bekerja keras untuk memakmurkan kehidupan sampai detik
terakhir usia dunia. Rasulullah SAW bersabda: "Jika kiamat telah (hampir) terjadi sedangkan
di tangan salah seorang di antara kamu sekalian ada anak pohon yang ingin ditanamnya,
maka hendaklah dia menanamnya hingga kiamat benar-benar terjadi".

2.3.2 . Jenis-jenis Akhlak


Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut pandang
Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak
mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak
madzmumah.
1. Akhlak Mahmudah Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat
yang terpuji pula. Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta
kepda Rasulullah, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu', taat dan
patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah
dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana'ah, khusyu dalam beribadah
kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain,
menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang
lemah, rajin belajar dan bekerja. hidup bersih, menyayangi inatang, dan menjaga kelestarian
alam.

2. Akhlak Madzmumah Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau
perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat
yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak
mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik. murtad, takabbur, riya, dengki, bohong,
menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati'urrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak
mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain.
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Jadi, perbedaan antara aqidah, syari’ah, dan akhlak adalah aqidah yang merupakan
pegangan seorang muslim dalam meyakini dan mengimani Allah SWT dan Islam. Syari’ah
sebagai jalan, aturan, dan tindakan konkret berupa ibadah kepada Allah SWT setelah
meyakini dan terbentuknya aqidah yang benar. Akhlak adalah perilaku, kebiasaan, dan budi
pekerti sebagai aplikasi aqidah dan syari’ah dalam kehidupan sehari-hari.
Kaitan antara aqidah, syariat dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon, terdapat akar, batang
dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak maka akan terjadi kehancuran
untuk pohon tersebut. Aqidah merupakan pilar utama untuk menumbuhkan syariat dan
akhlak. Tanpa aqidah, syariat dan akhlak yang baik akan menjadi percuma, atau pun
sebaliknya. Rasulullah pernah menjelaskan tentang pegertian ketiganya ketika Jibril datang
kepadanya sebagai seorang manusia.
Rasulullah sangat menekankan hubungan antara ketiganya. Tidak boleh dilepas satu sama
lain. Rasulullah menegaskan barang siapa meninggalkan syariat dan akhlak akan kehilangan
keimanannya, ataupun sebaliknya. Dan Rasulullah menegaskan untuk memelihara ketiganya
dalam tubuh seorang mukmin dan muslim.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
membangun penulisan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai