AKIDAH ISLAM
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama
Disusun oleh:
UNIVERSITAS KUNINGAN
2024
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah agama yang berjudul “Akidah Islam” dengan
lancar dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Agama, Dra. Rivanti Muslimawaty, M. Ag.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari buku dan
jurnal artikel yang berkaitan dengan Agama Islam, serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan materi Akidah Islam.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahun bagi para pembacanya.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Sehingga orang
yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih
bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Akidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah rusak,
bagian yang harus direhabilitasi adalah akidahnya terlebih dahulu. Di sinilah pentingnya
akidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan ruang lingkup akidah Islam?
2. Apa sajakah dalil-dalil akidah Islam?
3. Apa tujuan akidah dalam Islam?
4. Bagaimanakah akidah Ahlussunah wal Jama‟ah?
5. Bagaimanakah manfaat akidah bagi umat Islam?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami definisi dan ruang lingkup akidah Islam.
2. Mengetahui dalil-dalil yang memuat akidah Islam.
3. Mengetahui dan memahami tujuan akidah dalam Islam.
4. Mengetahui akidah Ahlussunnah wal Jama‟ah.
5. Mengetahui manfaat dari akidah Islam bagi umat Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Akidah atau aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di
dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih padanya (Hasbi, 2009: 32). Akidah Islam
adalah keimanan yang bersifat teguh dan pasti kepada Allah SWT, dengan
segala kewajiban, bertauhid, dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-
malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk,
dan mengimani seluruh apa-apa yang telah sahih tentang prinsip-prinsip agama
(Ushuluddin).
Akidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada al-Qur’an dan
sunnah Rasul. Akidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang
Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam.
2
kepada Allah SWT. Meng-Esa-kan Allah SWT dalam ibadah, yakni beribadah
hanya kepada Allah dan semata karena-Nya.
Akidah Uluhiyah membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ilah (Tuhan, Allah). Seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,
perbuatan-perbuatan (af’al) Allah dan sebagainya. Ruang lingkup akidah atau
aqidah ini tertuang dalam al-Qur’an surat al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas ayat 3.
b. Ruhaniyyah atau Ruhaniyat
Ruhaniyat adalah keyakinan atas satu-satunya pencipta di dunia ini hanyalah
Allah SWT. Ruhanniyah yang membahas tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan
sebagainya. Akidah ini merepresentasikan rukun iman yang kedua, yakni iman
kepada malaikat Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Maryam ayat 65:
Artinya: “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?”
(QS. Maryam: 65)
c. Nubuwwah atau Nubuwat
Nubuwat adalah keyakinan yang membahas tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan nabi dan Rasul. Mulai dari pembicaraan mengenai kitab-
kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya. Akidah ini menunjukkan bagian
dari rukun iman yang ketiga dan keempat, yaitu iman kepada kitab dan rasul
Allah. Ruang lingkup akidah ini tertuang dalam al-Qur’an surat al-Fatihah ayat 2,
dan an-Nas ayat 1.
d. Sam’iyyah atau Sam’iyyat
Sam'iyyat adalah keyakinan yang membahas tentang segala sesuatu yang
hanya bisa diketahui lewat sama’. Mulai dari dalil naqli berupa al-Qur’an dan As-
sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga,
neraka dan sebagainya. Akidah ini merupakan representasi dari rukun iman
kelima dan keenam, yaitu iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan
qadar. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 187.
3
تِ ُٰ َٰي اسـَٔـــَُ اُو ََك َع ِه السَّا َع ِة اَيَّانَ ُم ارَٰ ٮ ٍَاؕ ُُ اۡ اِوَّ َما ِع اَ ُم ٍَا ِع اىدَ َر ِبّ اۡ ۚ َۡل يُ ََ َِّ اي ٍَا ِل َُ اُ ِح ٍَا ا َِّۡل ٌ َُُؕ ََََُُ اث ِفۡ السَّم
اِ َۡل يَعا ََ ُم اُ َن ِ ضؕ َۡل ج اَاجِ اي ُُ اُ ا َِّۡل بَ اۡح َة ؕ يَ اســـََُٔ اُو ََك ََاَوَّ َك ََ ِِۡ َع اى ٍَاؕ ُُ اۡ اِوَّ َما ِع اَ ُم ٍَا ِع اىدَ ه
ِ َّّٰلل ََ ٰلـ ُِ َّه ا َ اََ َ َر الى ِ ََ ااۡلَ ار
"Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas, niscaya akan
masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Risalah (Kenabian)
Risalah atau kenabian mengacu pada keyakinan bahwa Allah mengutus para nabi dan
rasul untuk membimbing manusia dan menyampaikan wahyu-Nya. Para nabi dan
4
rasul ini adalah utusan-utusan Allah yang dipilih untuk menyampaikan pesan-Nya
kepada umat manusia.
a. Firman Allah
ت َّ ّللَا َواجۡ تَنِبُوا ال
ُ طا
َ غ ۡو َ اعبُدُوا ه ُ َولَـقَ ۡد بَعَ ۡثنَا فِ ۡى ُك ِّل ا ُ َّم ٍة َّر
ۡ س ۡو ًَل ا َ ِن
"Sesungguhnya, telah diutuskan kepada setiap umat seorang rasul (dengan
menyampaikan kebenaran)..." (QS. An-Nahl: 36)
b. Hadis
"Sesungguhnya, perumpamaan aku dengan para nabi adalah seperti seorang yang
telah membangun sebuah bangunan, kecuali satu tempat di sudutnya yang kosong
untuk sebuah batu yang sudah lama diabaikan." (HR. Ahmad)
3. Akhirat
Keyakinan dalam kehidupan setelah kematian, pembalasan atas perbuatan manusia,
dan kehidupan abadi di surga atau neraka merupakan bagian integral dari akidah
Islam. Akhirat adalah tahap akhir dari kehidupan manusia, di mana segala perbuatan
akan dipertanggungjawabkan.
a. Firman Allah
ً اَّلل َو ِك
ٌَل َّ َوت ََو َّك ْل َعلَى
ِ َّ ّللَاِ َو َكف َٰى ِب
"Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung." (QS.
Al-Baqarah: 197)
b. Hadis
"Setiap umatku akan masuk Surga kecuali orang yang menolak." Para sahabat
bertanya, "Siapa yang menolak?" Nabi menjawab, "Barangsiapa yang taat padaku,
dia masuk Surga, dan barangsiapa yang tidak taat padaku, dia telah menolak."
(HR. Muslim)
4. Takdir
Keyakinan tentang takdir, yaitu ketetapan Allah atas segala sesuatu, adalah bagian
penting dari akidah Islam. Takdir mengacu pada kepercayaan bahwa Allah telah
menentukan segala sesuatu dengan pasti, termasuk segala peristiwa yang terjadi di
dunia ini.
a. Firman Allah
5
ًٍَِ َخلَقْنَاهُ ِبقَ َدر
ْ ِإنَّا ُك َّل ش
b. Hadis
"Perbuatan manusia telah ditetapkan di dalam rahim ibunya dalam masa empat
puluh hari." (HR. Muslim)
5. Tanda-tanda Alam
Alam semesta menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah yang harus diperhatikan
oleh manusia. Tanda-tanda ini mencakup segala hal di alam semesta yang
menunjukkan kekuasaan, kebijaksanaan, dan keesaan Allah.
a. Firman Allah
ِ ّ ض بِ ْال َح
ق ۖ َوٌَ ْو َم ٌَقُو ُل ُك ْن فٌََ ُكو ُن ِ َوه َُو الَّذِي َخلَقَ ال َّس َم َاوا.
َ ت َو ْاْل َ ْر
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan pada hari Dia
mengatakan 'Kun' (jadi), maka terjadilah." (QS. Al-An’am: 99)
b. Hadis
ِّللَا
َّ تِ س َو ْالقَ َم ُر آ ٌَت َا ِن ِم ْن آ ٌَا
ُ ِإنَّ َما ال َّش ْم...
“Sesungguhnya, matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda Allah...”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam didasarkan pada prinsip-
prinsip tauhid, risalah, akhirat, takdir, dan tanda-tanda alam. Memahami dan menghayati
prinsip-prinsip ini adalah penting bagi umat Islam untuk memperkuat keyakinan mereka
dalam ajaran agama Islam serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
6
syirik akbar (besar) yang tidak akan memperoleh pahala dari Allah, melainkan
menjadi dosa bagi pelakunya.
2. Memerdekakan akal dan pikiran. Ketika seseorang tidak berakidah Islamiyyah, ia
akan menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang hakikatnya sesuatu itu tidak akan
memberikan manfaat dan madlorot (bahaya) bagi pelakunya. Contohnya orang yang
menyembah pohon, kuburan, matahari, atau menyembah akalnya sendiri.
3. Menenangkan jiwa dan pikiran, sehingga tidak ada kebingungan dalam jiwa dan tidak
ada guncangan dalam pikiran.
4. Selamatnya tujuan dan perbuatan dalam menyembah Allah SWT atau dalam
bermu’amalah dengan makhluk-Nya.
5. Adanya keteguhan dan kesungguhan dalam setiap perkara.
6. Membangun umat yang kuat, yang rela mengorbankan setiap yang murah maupun
berharga demi menegakkan agamanya.
Demikianlah beberapa tujuan dari akidah Islamiyyah yang menuntut manusia agar
dapat meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Berpegang teguh pada akidah
sangat penting bagi umat Islam sehingga kita tidak akan kebingungan hidup di dunia dan
tidak menyesal ketika hidup di akhirat yang kekal.
7
menjadi golongan mayoritas umat Islam di dunia yang secara konsisten mengikuti ajaran
dan sunnah Nabi dan para sahabatnya.
1. Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah
Kalimat Ahlusunnah wal Jama‟ah terdiri dari kata Ahlussunnah yang berarti
ahli mengamalkan sunnah, penganut sunnah, atau pengikut sunnah, serta wal Jama‟ah
yang berarti dan jama’ah. Ahlussunnah adalah mereka yang dengan konsisten
mengikuti semua jejak yang berasal Nabi Muhammad SAW.
Ahlussunnah terdiri dari beberapa sub-aliran dan faksi di dalamnya. Hadits
yang menerangkan akan terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan:
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 agama. Dan umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan, semuanya akan binasa, kecuali satu. Para sahabat bertanya:
“siapakah yang satu itu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: yaitu orang-
orang yang berpegang teguh pada i‟tiqadku dan yang berpegang teguh pada i‟tiqad
yang dipegang oleh sahabat-sahabatku.”
2. Doktrin-doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah
a. Pahamnya tentang Seorang Muslim dan Hal yang Dosa
Golongan Ahlusunnah wal Jama‟ah berpendapat bahwa suatu golongan diakui
sebagai muslim apabila memenuhi tiga syarat:
1). Mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisannya.
2). Ucapan itu diikuti dengan keyakinan di hatinya.
3). Dibuktikan dengan amal yang nyata.
Adapun tentang dosa, Ahlusunnah wal Jama‟ah berpendapat bahwa orang
yang meninggalkan kewajiban dan mengerjakan dosa yang sampai ia mati belum
bertaubat, maka orang ini dihukum dengan orang mu’min yang mengerjakan
maksiat. Orang tersebut apabila tidak diampuni Allah akan masuk neraka tetapi
tidak abadi. Ia akan lepas dari siksa neraka setelah menjalani hukumannya, dan
merasakan nikmat karena imannya.
b. Tentang Sifat-Sifat Allah SWT
Menurut Ahlussunnah, Allah itu satu, unik, qadim dan wujud. Dia bukan
substansi, bukan tubuh, bukan oksigen, tidak terbatasi oleh arah dan oleh ruang.
Dia memiliki sifat-sifat seperti mengetahui, hidup, berkuasa, berkehendak,
mendengar, melihat dan lain-lain. Menurutnya prinsip-prinsip bahwa Tuhan itu
unik dan pada dasarnya berbeda dari sifat-sifat makhluk dan dengan doktrin
“mukhalafah”, atau perbedaan mutlak. Berdasarkan doktrin ini, bila suatu sifat
8
diaplikasikan kepada Tuhan, maka sifat tersebut mesti dipahami secara unik dan
jangan dipahami seperti kita memahaminya terhadap makhluk. Karena doktrin
“mukhalafah” inilah, Ahlussunnah berpendirian bahwa kita tidak boleh
menyebutkan sifat Tuhan selain daripada yang termaktub secara jelas di dalam al-
Qur’an. Sifat-sifat Tuhan berbeda dari sifat makhluk, bukan dalam tingkatan tetapi
dalam jenisnya yakni dalam segenap hakikatnya.
c. Tentang Keadilan Allah SWT
Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah SWT pencipta segala perbuatan
hamba-Nya. Dia berkehendak atas terjadinya segala perbuatan makhluk-Nya baik
maupun buruk. Apabila seorang hamba bermaksud akan berbuat sesuatu, maka
Allah menentukan apa yang dikerjakan oleh hamba tersebut, atas perbuatannya itu
si hamba mempunyai kasab. Menurut Ahlussunnah, kasab ialah berbarengannya
kemampuan si hamba dengan perbuatannya. Jadi hamba hanya punya kasab,
sedangkan perbuatannya sendiri diciptakan Allah SWT.
Dalam uraian tersebut nampaklah bahwa aliran ini bersikap tengah-tengah
antara pendapat Qadariah dan Jabariah. Allah menciptakan kemamapuan dan
kemauan si hamba yang keduanya berperan dalam berlangsungnya perbuatan,
sehingga perbuatannya itu makhluk Allah. Jadi makhluk Allah itu ada yang
tercipta tanpa perantara seperti batu, pohon-pohon dan sebagainya. Ada yang
memakai perantara yaitu segala makhluk yang dihasilkan kerja manusia. Karena
si hamba merupakan perantara itulah maka dia bertanggung jawab dan mendapat
balasan baik atau buruk. Dengan demikian, maka Allah itu bersifat adil, yaitu
memberi pahala kepada seorang hamba sesuai dengan apa yang diusahakannya.
d. Tentang Janji dan Ancaman
Menurut Ahlussunnah, tidak ada yang kekal dalam neraka, kecuali orang yang
mati dalam keadaan kufur. Dan Allah berkuasa untuk mengampuni orang yang
dikehendaki-Nya. Pengampunan itu masih ditambah dengan adanya syafaat
(pembelaan) dari Nabi dan para Rasul serta para sholihin di hari kiamat.
Dasar pemikiran Ahlussunnah ialah bahwa Allah SWT itu pemilik mutlak atas
semua makhluk-Nya. Dia berbuat apa saja yang dia kehendaki dan menghakimi
segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Andai kata Allah memasukkan makhluk-
Nya ke dalam surga, hal itu bukanlah suatu ketidakadilan. Sebaliknya kalau Allah
memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam neraka, hal itu bukanlah suatu
kezaliman, sebab yang dinamakan zalim itu ialah memperlakukan sesuatu yang
9
bukan miliknya, atau meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sedangkan Allah
adalah pemilik mutlak atas segala sesuatu, sehingga tidak bisa digambarkan
timbulnya kezaliman daripada-Nya.
e. Tentang Melihat Dzat Allah di Akhirat
Ahlussunnah berbeda dari paham Mu’tazilah dan para filosof dan sejalan
dengan paham umat muslim ortodoks, yang menyatakan bahwa Allah itu dapat
dilihat, tapi mereka tidak sepakat mengenai apakah Tuhan dapat ditunjukkan.
Mereka menerima prinsip filsafat bahwa apa saja yang menempati ruang atau
arah haruslah memiliki waktu, padahal Allah tidak tidak terikat dengan waktu.
Pengakuan ini mengakibatkan mereka dihantui kerumitan, sebab bila Tuhan tidak
“meruang atau mewaktu” dan sesuatu yang dapat dilihat, maka Tuhan tidak dapat
dilihat, namun pendapat ini bertentangan dengan paham mereka bahwa Tuhan
dapat dilihat. Jadi untuk mengatasi kesulitan ini, mereka menyatakan bahwa suatu
benda biarpun benda itu tidak ada di depan orang yang melihatnya, mungkin saja
untuk dilihat. Ini alasan yang lemah dan ganjil sekali, sebab sangat bertentangan
dengan segenap prinsip optika.
f. Tentang Perbuatan Manusia
Ahlussunnah mengatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan yang
berpengaruh atas segala perbuatannya dengan izin Allah SWT. Manusia juga
mempunyai pilihan ikhtiar, tapi manusia dipaksa atas pilihannya. Kemampuan
manusia tidak berpengaruh secara asli atas amal perbuatannya, hanya seperti
tangan yang lumpuh. Karena itu, maka manusia tidak bisa berbuat apa-apa jika
tidak digariskan oleh izin dan kekuasaan Allah SWT. Dengan
demikian, Ahlussunnah tidak mengakui adanya ikhtiar pada manusia, sesuai
dengan firman Allah: ”Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki termasuk yang
diciptakan-Nya dengan perantara perbuatan mereka”.
Pesan tersirat dari ajaran Ahlussunnah wal Jama‟ah ialah berpikir maju namun tetap
berlandaskan al-Qur’an dan hadis Nabi, agar tidak dibutakan oleh dunia dan tetap
berpegang teguh pada syariat agama Islam.
10
E. MANFAAT AKIDAH BAGI UMAT ISLAM
Akidah Islam merupakan landasan perilaku orang hidup yang beragama. Akidah
Islamiyah bersumber dari Allah SWT yang mutlak, maka kesempurnaanya tidak
diragukan lagi. Seorang mukmin harus yakin kebenaran akidah Islamiyah sebagai poros
dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin dunia dan akhirat. Oleh sebab
itu, mempelajari akidah Islam sangatlah bermanfaat. Adapun manfaat mempelajari akidah
Islam, di antaranya:
1. Memperoleh petunjuk hidup yang benar.
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa kerusakan dan jauh dari
kebenaran.
3. Memperoleh ketenangan hidup yang hakiki karena ada hubungan batin dengan Sang
Pencipta.
4. Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar, karena yang kekal
adalah akhirat.
5. Mendapat jaminan surga jika akidahnya tidak tercampur dengan syirik, serta selamat
dari kekalnya neraka.
6. Membebaskan diri dari Ubudiyah/penghambaan kepada selain Allah, bentuknya baik
berupa kekuasaan, harta, pimpinan, dan lain sebagainya.
7. Membentuk pribadi yang seimbang, yaitu selalu kembali kepada Allah baik dalam
keadaan suka maupun duka.
8. Merasa aman dari berbagai rasa takut dan cemas, seperti takut kurang rezeki dan takut
mati, sehingga selalu tawakal kepada Allah.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Islam, akidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Seluruh komponen ajaran
Islam tegak di atasnya. Akidah merupakan keyakinan seseorang yang membuat
termotivasi untuk menunaikan kewajiban agama. Akidah sepenuhnya merupakan
informasi yang datang dari Allah SWT yang disampaikan kepada nabi-Nya.
Sumber akidah Islam adalah al-Qur’an dan sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi
sumber akidah, melainkan berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam Al-
Quran dan Sunnah, serta mencoba untuk membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu,
akidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama. Tanpa akidah maka syariat/jasad kita
tidak akan berguna.
B. SARAN
Akidah merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Namun persoalannya
adalah bagaimana kita dapat ber-akidah dengan benar sesuai al-Quran dan hadis. Sebab
saat ini telah banyak bertebaran akidah yang mengatasnamakan Islam namun tidak sesuai
dengan tuntunan yang berlaku. Oleh karena itu, sebagai kaum muslimin yang
berintelektual, marilah kita berusaha agar selalu berada di jalan yang benar dan
membangun peradaban Islam yang baldatun, toyibatun, warabbun ghofur.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fauziati, A. (2016, January ). Makalah: Ahlussunnah wal Jamaah . Diambil kembali dari
http://atieqfauziati.blogspot.com/2016/01/makalah-ahlussunnah-wal-jamaah-
tugas.html
Nur Risqi Amalia Rahman, F. A. (2022, November). preprints. Dipetik Maret 2024, dari
Pengertian Akidah Islam: https://osf.io/preprints/osf/avfdq
Tysara, L. (2022). Arti Aqidah adalah Keyakinan Kokoh Tanpa Keraguan, Ini Ruang
Lingkup dan Fungsi. Diambil kembali dari liputan6:
https://www.liputan6.com/hot/read/5007630/arti-aqidah-adalah-keyakinan-kokoh-
tanpa-keraguan-ini-ruang-lingkup-dan-fungsi
Universitas Islam An Nur Lampung. (2022, November). Akidah: Pengertian, Dalil, Tujuan,
Metode dan Prinsipnya. Diambil kembali dari an-nur.ac.id: https://an-
nur.ac.id/akidah-pengertian-dalil-metode-dan-prinsipnya/
13