Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM (Al-QUR’AN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ Materi PAI “

Disusun oleh :

Aliya Mahya Kamiliyah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PUI MAJALENGKA

FAKULTAS TARBIYAH

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Assalaamu’alaikumWr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Materi PAI tentang Sumber Ajaran Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. H.E.Z Abidin, M.pd.i selaku
dosen mata kuliah Materi PAI atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat member manfaat kepada kami dan pembaca unutuk kabahagiaan di dunia dan
akhirat.

Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan semoga
berguna sesuai tujuan untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam pada umumnya. Dan
sekali lagi kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan amal ibadah
bagi penulisnya. Aamiin.

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Majalengka, 31 Maret 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat
islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama
agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan
akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan
memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum
(fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji
secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini
penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan
untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sumber ajaran islam?

2.Apa pengertian Al-qur’an?

3. Apa saja kandungan isi dalam Al-qur’an?

4.Apa saja Mukjizat Al-Qur’an?

5.Bagaimana sejarah pemeliharaan Al-qur’an?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian sumber ajaran islam.

2. Untuk mengetahui pengertian Al-qur’an.

3. Untuk mengetahui kandungan isi al-qur’an

4. Untuk mengetahui Mukjizat al-qur’an

5. Untuk mengetahui sejarah pemeliharaan al-qur’an.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Ajaran Islam

Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang
tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran
Islam yang langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedang Ijtihad merupakan
hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Quran
dan Hadist.

1. Al-Quran 

a.)Pengertian Al-Quran

Al-Qur’an (Arab: ‫ )القرآن‬adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-


Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan
bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad  melalui
perantaraan Malaikat Jibril; dan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1-5

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau
“sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar)
dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai
pada salah satu surat Al-Qur’an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah :

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya


(pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti bacaannya”. (Al-Qiyāmah 75:17-18)

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut: “Kalam Allah yang


merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad  dan ditulis di mushaf serta
diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah“.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai berikut: “Al-Qur’an


adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad  penutup
para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya
merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas“

b.)Isi kandungan Al Quran

1. Akidah dan Tauhid


Isi kandungan Al Quran pertama yakni tentang akidah. Secara etimologi akidah berarti
kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga
disebut dengan istilah keimanan.

Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi
didefnisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan
dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. 

Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan
hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan
meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus
mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.

Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa.
Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha
Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT
dinamakan musyrik. 

Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga
ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila
seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau
meyakini sebagian dari rukun iman saja. 

Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-Rasul, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.

Al Quran banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di


dalamnya, di antaranya Surat Al Ikhlas 1-4:

)4( ‫) َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬3( ‫) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬2( ‫ص َم ُد‬
َّ ‫) هَّللا ُ ال‬1( ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬

Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

2. Ibadah 

Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari kata 'abada-
ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah
menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat dan patuh
kepada-Nya. 

Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin
terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. 
Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam Al Quran
dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah Swt. 

Firman Allah SWT:

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz Dzariyaat [51] : 56). 

Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Karena itu,
manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah SWT, dan kebutuhan terhadap Allah
WT. Hal itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. 

Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat,
puasa, zakat dan haji

Sedangkan ibadah ghairu mahdhah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak
ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT, misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu,
dan sebagainya.

3. Akhlak

Isi kandungan Al Quran berikutnya memuat tentang akhlak. Ditinjau dari segi etimologi,
Akhlak merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq (yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian
terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan
dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak
merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya Nabi SAW adalah untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.

‫ار َم اَأل ْخالَق‬ ‫ِإنَّ َما ب ُِع ْث ُ ُأل‬


ِ ‫ت تَ ِّم َم َم َك‬
Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
baik. (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad SAW adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku
dengan akhlak mulia (karimah). Al Quran merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu.
Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut
menjadi kepribadian Nabi SAW. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang
sahabat tentang akhlak Nabi SAW, lalu Aisyah ra menjawab dengan menyatakan akhlan Nabi
yakni Al Quran.
  َ‫ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن‬ 

Akhlak Nabi SAW adalah Al Quran. Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al Quran. 

Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW antara
lain adalah :

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).

‫َظي ٍْم‬ ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


ِ ‫قع‬

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. al-Qalam [68]:
4).

4. Hukum

Isi kandungan Al Quran lainnya yakni tentang Hukum. Dalam Islam, hukum sebagai salah
satu isi pokok ajaran Al Quran berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan
menyeluruh bagi umat manusia. 

Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya
menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat kelak. 

Sebagai sumber hukum ajaran Islam, Al Quran banyak memberikan ketentuan-ketentuan


hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal)
maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-ayat Al Qur an yang berisi ketentuan hukum antara
lain adalah :

َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban


untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. al-
Maidah [5]: 90)

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al Quran adalah meliputi :

a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 221; QS. al-Maidah
[5]: 5; QS.an-Nisa’ [4]: 22-24; QS.an-Nur [24]: 2; QS. alMumtahanah [60]:10-11.

b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ [4]: 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah
[2]:180; QS. al-Maidah [5]:106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 279, 280 dan 282; QS.
al-Anfal [8]: 56 dan 58; QS. at-Taubah [4]: 4

d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 178; QS. anNisa’ [4]: 92
dan 93; QS. al-Maidah [5]: 38; QS. Yanus [10]: 27; QS. al-Isra’ [17]: 33; QS. asy-Syu’ara
[26]: 40

e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 190-193; QS. al-Anfal
[8]: 39 dan 41; QS. at-Taubah [9]: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj [22]: 39 dan 40

f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat [49]: 13

5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu

Isi kandungan Al Quran berikutnya tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah
atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. 

Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani
kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.

‫صي َْل ُك ِّل َش ْي ٍء َّوهُدًى‬ َ ‫ب َما َكانَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰرى َو ٰل ِك ْن تَصْ ِد ْي‬
ِ ‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬ ِ ۗ ‫ص ِه ْم ِعب َْرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫َّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).

Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain:

َ ‫) َوعَادًا َوثَ ُمو َد َوَأصْ َح‬37( ‫اس آيَةً َوَأ ْعتَ ْدنَا لِلظَّالِ ِمينَ َع َذابًا َألِي ًما‬
  ِّ‫اب الرَّس‬ ِ َّ‫وح لَ َّما َك َّذبُوا الرُّ ُس َل َأ ْغ َر ْقنَاهُ ْم َو َج َع ْلنَاهُ ْم لِلن‬
ٍ ُ‫َوقَوْ َم ن‬
)39( ‫ض َر ْبنَا لَهُ األ ْمثَا َل َو ُكال تَبَّرْ نَا تَ ْتبِيرًا‬ َ ِ‫َوقُرُونًا بَ ْينَ َذل‬
َ ‫) َو ُكال‬38( ‫ك َكثِيرًا‬

“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami
tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan)
kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum)
itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami
hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39)

6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi

Isi kandungan Al Quran terakhir adalah memuat ilmu pengetahuan dan teknologi. Al Quran
juga disebut dengan kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat
dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. 
Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat
menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. 

Al Qur an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
itu diisyaratkan pada saat ayat Al Quran untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5.

َ ُّ‫) ا ْق َرْأ َو َرب‬2( ‫ق‬


‫) عَلَّ َم اِإْل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬3( ‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫) خَ ل‬1( ‫ق‬
)5(

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS. Al-'Alaq: 1-5).

Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca.
Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu
pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa Al Quran menekankan betapa pentingnya membaca
dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.

Al Quran banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan mengembangkan
isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kesejahteraan
hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut di antara berkenaan
dengan ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi
tubuh, teknologi perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya.

Islam telah melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka dalam menggali
isyarat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Di antara cendekiawan-cendekiawan muslim
tersebut ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-
lain. Bahkan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak
mengilhami bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang berkembang hingga saat ini.

B. Fungsi dan Peran Al-Qur’an.

a.) Fungsi Alquran untuk Manusia dan Umat Islam

Alquran tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhannya, namun juga
mengatur hubungan antar manusia juga manusia dengan alam. Dalam kehidupan manusia,
Alquran memiliki beberapa fungsi, seperti yang berikut ini :

1. Sebagai “Al Huda” (Petunjuk)

Alquran bisa dijadikan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan juga beriman.
Tidak hanya itu, namun Alquran juga bisa dijadikan sebagai petunjuk bagi manusia yang
hidup di dunia.
2. Sebagai “Al Furqon” (Pemisah)

Alquran berperan juga sebagai pemisah antara mana yang haq dan mana yang batil. Artinya,
Alquran bisa dijadikan sebagai pembeda antara mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam Alquran dijelaskan mana yang buruk yang tidak boleh dilakukan dan mana hal yang
baik dan boleh dilakukan.

3. Sebagai “Asy Syifa” (Obat)

Alquran bisa dijadikan sebagai obat untuk penyakit mental dan juga penyakit hati. Dalam hal
ini, isi dari dalam Alquran seperti halnya petunjuk di dalamnya sebaiknya diamalkan agar
bisa memberikan pencerahan bagi mereka yang menjalankannya.

4. Sebagai “Al Mau’izah” (Nasehat)

Alquran juga berperan sebagai nasehat yang di dalamnya terdapat nasihat, pengajaran,
peringatan mengenai kehidupan untuk orang-orang yang beriman dan berjalan di jalan Allah.
Adapun nasehat yang terdapat di dalam Alquran bisanya memiliki kaitan dengan peristiwa
yang bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk manusia yang hidup setelahnya.

Fungsi dan peranan Alquran sangat beragam dan bisa dijadikan sebagai pedoman bagi umat
Islam hingga manusia secara umum dalam menjalankan kehidupannya.

b.)Peran Alquran Bagi Petunjuk Hidup Umat Manusia

Alquran merupakan dasar hukum bagi umat islam sekaligus sumber syariat yang memiliki
manfaat di dalamnya. Nabi Muhammad sebagai rasul yang dipercaya untuk menerima
Alquran memiliki tugas dalam menyampaikan, menafsirkan, dan juga mengamalkan Alquran.

Peran Alquran sebagai petunjuk bagi umat manusia cukup beragam karena tidak hanya
berperan sebagai pedoman untuk hidup, namun juga berisi dengan ilmu-ilmu yang
bermanfaat di dalamnya.

1. Peran Alquran untuk Kehidupan Manusia

Hingga sekarang, Alquran masih terjaga keasliannya dan dibukukan ke dalam bahasa Arab.
Meski demikian, Alquran juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan, Alquran memiliki peran yang cukup beragam bagi
kehidupan manusia, seperti yang berikut ini :

Menjelaskan masalah yang terjadi pada umat sebelumnya

Penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya

Memantapkan iman Islam

Tuntutan dalam menjalankan kehidupan

Dengan peran di atas, Alquran bisa dijadikan sebagai pedoman agar umat bisa kembali ke
jalan yang benar dan jauh dari kegelapan.
2. Peran Alquran Sebagai Sumber Ilmu

Berperan juga sebagai sumber ilmu seperti yang berikut ini: :

Ilmu hukum

Ilmu sejarah Islam

Ilmu tentang pendidikan agama Islam

Ilmu Tauhid

Ilmu Hukum

C. Mukjizat Al-Qur’an

Hamka dalam bukunya Tafsir Al Azhar menyatakan bahwa ada empat rupa mukjizat


Alquran, di antaranya:

1. Salah satu mukjizat Alquran adalah diberitakan proses terjadinya bumi dan langit, bulan,
bintang, dan matahari. Selain itu, di dalam Alquran juga dijelaskan mengenai proses turunnya
hujan dan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah di bumi.

2. Alquran juga banyak menceritakan berita tentang masa lalu, seperti berita tentang Tasmud,
Kaum Luth, dan lainnya. Semua berita di dalam Alquran merupakan berketetapan dengan
kenyataan yang benar dan seluruh ahli sejarah mengakuinya.

3. Mukjizat Alquran selanjutnya, yaitu terkait dengan Fashahah dan Balaghah. Di mana,
Alquran memiliki derajat yang tinggi dalam setiap susunan kata, irama, dan gaya bahasa.
Susunan kalimat Alquran bukan merupakan syair dengan rangkaian kata menurut suku kata
bilangan tertentu, bukan puisi apalagi sebuah prosa.

4. Alquran memberitakan segala sesuatu yang akan terjadi. Banyak sekali ayat-ayat Alquran
yang memberitakan peristiwa-peristiwa besar yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Sejarah Pemeliharaan al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad saw., di Masa


Sahabat dan di Masa Sekarang
Sejarah Al-Qur’an demikian jelas sejak turunnya sampai masa kini dibaca oleh kaum
muslimin sejak dahulu sampai sekarang, sehingga Al-Qur’an sangat terbukti keotentikannya.
Al-Qur’an membuktikan dirinya sebagai firman Allah dan membuktikan hal tersebut dengan
menantang siapa pun untuk menyusun seperti keadaannya. Dengan demikian apa yang dibaca
sebagai al-Qur’an pada hari ini tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW., empat belas abad yang lalu.
Terpeliharanya keotentikan redaksi al-Qur’an tersebut tiadak lain karena andil dari Rasulullah
saw dan para sahabatnya serta segenap umat Islam yang lain.

1. Proses Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad SAW.


Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu :

•Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada


Pemeliharaan Al-Qur’an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-Qur’an dalam arti
hifzuhu atau menghafalnya dalam hati. kondisi masyarakat arab yang hidup pada masa
turunnya Al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis karena itu satu-
satunya andalan mereka adalah hafalan, mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang
sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan ini yang membuat mereka memiliki waktu luang
yang cukup yang digunakan unrtuk menambah ketajaman pikiran dan hafalan.
Masyarakat arab waktu itu sangat gandrung lagi membanggakan kesusatraan, mereka
membuat ratusan ribu syair kemudian dihafalnya diluar kepala, mereka bahkan melakukan
perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu. Akan tetapi ketika Al-
Qur’an datang dengan langgam bahasa yang sangat memukau, pemberiataan gaib yang
terbukti, isyarat ilmiah yang mantap serta keseimbangan bahasa yang jelas mampu
mengalahkan syair-syairnya, sehingga mereka mengalihkan perhatian kepada kitab yang
mulia ini dengan sepenuh hati menghafal ayat-ayat dan surat-suratnya, kemudian secara
perlahan-lahan mereka meninggalkan syair-syairnya karena telah menemukan cahaya
kehidupan dalam Al-Qur’an.
Al-Quran diturunkan kepada Nabi yang ummi, maka otomatis untuk memelihara apa yang
yang diturunkannya kepadanya haruslah di hafal. Usaha keras Nabi Muhammad SAW., untuk
menghafal Al-Qur’an terbukti setiap malam beliau membaca Al-Qur’an dalam shalat sebagai
ibadah untuk merenungkan maknanya. Rasulullah sangat ingin segera menguasai Al-Qur’an
yang diturunkan, kepadanya belum selesai Malaikat Jibril membacakan ayatnya, beliau sudah
menggerakkan lidahnya untuk menghafal apa yang sedang diturunkan, karena takut apa yang
turun itu terlewatkan sehingga Allah SWT., menurunkan firman-Nya sebagaimana yang
terdapat dalam Q.S. al-Qiyamah (75) : 16-19 sebagai berikut:

Terjemahnya :

Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak cepat-cepat
menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai mebacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu. Kemudian atas tanggungna kamilah penjelasannya.

Ayat di atas bagaikan mengatakan janganlah engkau wahai Nabi Muhammad menggerakkan
lidahmu untuk membacanya sebelum Malaikat Jibril selesai membacakannya kepadamu,
jangan sampai engkau tidak menghafalnya atau melupakan satu bagian darinya. Allah SWT.,
melarang ketergesa-gesaan agar tidak terjerumus ke dalam pelanggaran.
Kata jam’ahu (penghimpunannya) dari ayat diatas bermakna penghafalannya, oleh karena itu
orang-orang yang hafal Qur’an disebut Jumma’ul Qur’an atau Huffadzul Qur’an. Makna
yang lain dari Jam’ahu adalah penulisan seluruh Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW., setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu tersebut
kepada para sahabatnya sesuai denagn hapalan Nabi, tidak kurang tidak lebih. Sehingga
sahabat pun banyak sekali yang hafiz Qur’an. Manna Khlil Al-Qattan mengutip hadits dari
kitab shahih Buhari bahwa Ada tujuh hafiz di zaman Rasulullah yaitu : Abdullah Bin Mas’ud,
Salim bin Maqal, Muadz bin Jabal, Ubai Bin Ka’ab, zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Zakan, dan
Abu darda.
Penyebutan para hafiz yang tujuh di atas bukan berarti pembatasan, karena beberapa
keterangan dalam kitab-kitab sejarah menunjukkan bahwa para sahabat berlomba
menghafalkan Al-Qur’an dan mereka memerintahkan anak-anak dan istri-istri mereka untuk
menghafalkannya. Mereka membacanya dalam shalat sehingga alunan suaranya seperti suara
lebah.
b.Pemeliharaan Al-Qur’an dengan tulisan
Walaupun Nabi Muhammad SAW., dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an secara
keseluruhan, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu Ilahi beliau tidak hanya
mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat
yang turun Nabi Muhammad SAW., memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai
menulis. Rasulullah mengangkat beberapa orang penulis (kuttab) wahyu seperti Ali,
Muawiyah, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an mereka tulis dalam
pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Sebagian sahabat ada juga
sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi. Namun karena keterbatasan alat
tulis dan kemanpuan sehingga tidak banyak yang melakukannya.
Hal lain yang menjadi bukti bahwa Penulisan Al-Qur’an telah ada sejak zaman Rasulullah
SAW., dikemukkan oleh Ibrahim al-Abyari, tentang sekelumit historis Umar bin Khattab
ketika mendapat informasi bahwa saudaranya masuk islam, lalu ia marah besar kepada
adiknya setelah ditemuinya sedang membca Al-Qur’an. Namun ketika Umar telah reda
marahnya, ia melihat lembaran-lembaran di sudut rumahnya yang di dalamnya terdapat
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.Kemudian Umar masuk Islam setelah mendapatkan kalimat-
kalimat yang mengandung mukjizat yang bukan perkataan manusia.
Dari beberapa pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa sejak zaman Nabi Muhammad
SAW., telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan dua cara yaitu
menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis bahan yang ada pada saat itu.
Meskipun Al-Qur’an saat itu belum tertulis dalam lembaran yang berbentuk mushaf
sebagaimana sekarang, tetapi ini cukup menjadi bukti bahwa sudah ada penulisan Al-Qur’an
pada Zaman Nabi Muhammad SAW., bahwa pemeliharaan Al-Qur’an di masa Nabi ini
dinamakan pembukuan yang pertama.

•Pemeliharaan AL-Qur’an pada Masa Sahabat

a.Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar


Tragedi berdarah di peperangan Yamamah yang menggugurkan 70 orang sahabat yang hafidz
Qur’an dicermati secara kritis oleh Umar bin Khattab, sehingga muncullah ide brilian dari
beliau dengan mengusulkan kepada Abu Bakar agar segera mengumpulkan tulisan-tulisan Al-
Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasulullah SAW.
Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar, dengan alasan belum pernah dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW., tetapi akhirnya Umar Behasil meyakinkannya sehingga dibentuklah
sebuah timyang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas
suci tersebut.Abu Bakar memilih Zaid mengingat kedudukannya dalam qiraat, penulisan,
pemahaman, dan kecerdasannya serta dia juga hadir pada saat Al-Qur’an dibacakan oleh
Rasulullah terakhir kalinya.
Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas yang berat dan mulia tersebut dengan sangat hati-hati di
bawah petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber utama penulisan tersebut adalah ayat-ayat Al-
Qur’an yang dihafal oleh para sahabat dan yang ditulis atau dicatat di hadapan Nabi. Di
samping itu untuk lebih mengetahui kalau catatan yang berisi ayat Al-Qur’an benar-benar
berasal dari Nabi Muhammad SAW., maka harus menghadirkan dua orang saksi yang adil.
Dalam rentang waktu kerja tim, Zaid kesulitan terberat dialaminya pada saat tidak
menemukan naskah mengenai Ayat 128 dari Surat At-Taubah. Ayat tersebut dihafal oleh
banyak sahabat termasuk Zaid sendiri, namun tidak ditemukan dalam bentuk tulisan.
Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari ayat tersebuit ditemukan ditangan seorang
bernama Abu Khuzaimah Al-Anshari.
Hasil kerja yang beruapa mushaf Al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai akhir hayatnya.
Setelah itu berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggal Umar Mushaf di ambil oleh
hafsah binti Umar.
Dari rekaman sejarah di atas diketahui bahwa Abu Bakar yang memerintahkan pertama
penghimpunan Al-Qur’an, Umar bin Khattab adalah pencetus ide yang brilian, serta Zaid bin
Tsabit adalah aktor utama yang melakukan kerja besar penulisan Al-Qur’an secara utuh dan
sekaligus menghimpunnya dalam bentuk mushaf. Pemeliharaan Al-Qur’an dimasa Abu Bakar
dinamakan pengumpulan yang kedua.

b. Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan


Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat,
Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah masuk wilayah Afrika, Syiriah dan
Persia. Para hafidz pun tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat
mengenai qiraat Al-Qur’an.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut menyerbu kedua kota
tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak perbedaan dalam cara-cara
membaca Al-Qur’an

 Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan kesalahan. Masing-masing
mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan yang tidak berasal dari gurunya.
Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan kepada Khalifah
Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya.
Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah
serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf Abu Bakar disalin kembali
menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi perselisihan tentang cara
membaca Al-Qur’an. Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang
terdiri dari empat orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash
dan Abdul Rahman bin Haris bin Hisyam.
Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga diantaranya dikirm ke
Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk pegangan
khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang pendapat
mengenai bacaan dapat diselesaikan dengan tuntas maka usman memerintahkan semua
mushaf yang berbeda dengan hasil kerja panitia yang empat ini untuk dibakar.
Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis
sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan sepanjang
zaman. mushaf yang ditulis dimasa usman inilah yang kemudian menjadi rujukan sampai
sekarang.

•Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Sekarang


Meskipun Al-Qur’an telah dibukukan pada masa Usman bin Affan dan semua umat islam
menyakini bahwa di dalamnya tidak ada perubahan dari apa yang telah diturunkan kepada
Rasulullah SAW. 14 abad yang lalu. Namun orang orientalis masih saja ada yang meragukan
keotentikan Al-Qur’an. Diantara mereka ada yang mencoba melakukan ‫من تغير النص القرأن‬
yaitu perubahan terhadap isi Al-Qu’ran dengan merubah sebagian teksnya, serta melakukan
‫ من تحريف النص القرأن‬yaitu merubah satu huruf yang mirip seperti ‫ خ‬dirubah jadi ‫ ح‬sehingga
berubah arti dan maknanya.
Upaya-upaya kaum orientalis ini tidak pernah mengalami keberhasilan karena sangat banyak
umat Islam yang menghafal Al-Qur’an, sehingga perubahan sedikit pun dari redaksi Al-
Qur’an pasti ditemukan. Karena upaya tersebut tidak berhasil maka mereka mencoba cara
lain dengan melakukan ‫ تأ ويل القرأن على حسب الهوي‬yaitu melakukan penafsiran tidak sesuai
dengan makna yang sebenarnya. Apalagi banyaknya kisah israiliyyat yang merasuki
penafsiran al-Qur’an. kisah dan dongeng yang disusupkan dalam tafsir dan hadits yang asal
periwayatannya kembali kepada sumbernya yaitu Yahudi, Nashrani dan yang lainnya. Cerita-
cerita yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadits
tersebut sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber lama.
Mufassir dituntut untuk memperhatikan cakupan pengertian dan keserasian makna yang
ditunjuk oleh redaksi ayat Al-Qur’an. Di samping itu harus tetap memelihara dan
memperhatikan semua konsekuensi makna yang terkandung dalam redaksi ayat, serta makna
lain yang mengarah kepadanya, yaitu makna yang tidak terjangkau oleh penyebutan redaksi
ayat, tetapi relevan dengannya.
Menurut para ulama, seseorang yang hendak menafsirkan ayat Al-Qur’an, hendaklah lebih
dahulu mencari tafsir ayat tersebut di dalam Al-Qur’an sendiri, karena kerap kali ayat-ayat itu
bersifat global di suatu tempat, sedang penjelasannya terdapat di tempat lain (ayat lain),
terkadang ayat itu bersifat ringkas di suatu tempat, dan penjelasannya ditemukan di tempat
lain (ayat lain). Lantaran yang lebih mengetahui makna Al-Qur’an secara tepat hanyalah
Allah. Jika tidak ada ayat yang dapat dijadikan tafsir bagi ayat itu, hendaklah memeriksa
hadis-hadis Nabi. Karena sunnah merupakan penjelas makna ayat Al-Qur’an. Jika tidak
menemukan di dalam sunnah hendaklah merujuk kepada perkataan sahabat, sesungguhnya
mereka lebih tahu mengenai hal itu lantaran mereka mendengar sendiri dari mulut Rasulullah
dan menyaksikan sebab-sebab turunnya ayat dan suasana yang meliputi ketika turunnya,
mereka juga memiliki pemahaman bahasa Arab yang benar, ilmu yang benar dan amal shalih.
Dalam hal tersebut di atas, maka pemeliharaan Al-Qur’an tidaklah berhenti sampai di situ,
melainkan umat Islam di masa sekarang haruslah senantiasa memelihara dan menjaga
keotentikan al-Qur’an dengan cara berusaha menghafal, mempelajari dan mengkaji Al-
Qur’an, serta memahami makna yang sebenarnya berdasarkan kaidah tafsir, sehingga setiap
perubahan isi Al-Qur’an serta adanya upaya untuk menafsirkan tidak sesuai dengan makna
yang sebenarnya dapat diketahui.
Dengan mengetahui secara mendalam tentang pengumpulan al-Qur’an, serta memeliharanya
dengan menghafal dan memahami maknanya, maka kita akan menjadikannya pedoman yang
diyakini kebenarannya karena sebuah kitab suci harus dipertanggung jawabkan
keotentikannya sehingga tetap bisa dianggap sebagai kitab suci dan untuk membuktikan
keotentikan sebuah kitab suci salah satu caranya adalah dengan mengetahui sejarah turun
ataupun cara pengumpulannya serta untuk mengetahui sampai dimana usaha para sahabat
setelah Rasululllah saw. wafat, dalam memelihara dan melestarikan Al-Qur’an.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran
agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran
agama islam sekunder adalah ijtihad.
Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu
yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-qur’an yang
merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara mutawatir dan
diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan Al-Sunnah
sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan
Al-qur’an dan lain sebagainya.

B. Saran
Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan Al-sunnah sebagai pedoman dalam
kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama Islam dan sekaligus
dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.agar hidup yang kita jalani
lebih sempurna dan mempunyai tujuan hidup.

Anda mungkin juga menyukai