“ Materi PAI “
Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Assalaamu’alaikumWr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Materi PAI tentang Sumber Ajaran Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. H.E.Z Abidin, M.pd.i selaku
dosen mata kuliah Materi PAI atas dedikasinya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat member manfaat kepada kami dan pembaca unutuk kabahagiaan di dunia dan
akhirat.
Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi keperluan pembaca dan semoga
berguna sesuai tujuan untuk kepentingan Agama, Bangsa, dan Umat Islam pada umumnya. Dan
sekali lagi kami berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan amal ibadah
bagi penulisnya. Aamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat
islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama
agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh kemampuan
akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan
memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum
(fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji
secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini
penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan
untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang
tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran
Islam yang langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedang Ijtihad merupakan
hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Quran
dan Hadist.
1. Al-Quran
a.)Pengertian Al-Quran
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau
“sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar)
dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai
pada salah satu surat Al-Qur’an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah :
Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi
didefnisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan
dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.
Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan
hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan
meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus
mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa.
Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha
Esa-an Allah Swt. berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT
dinamakan musyrik.
Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga
ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila
seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau
meyakini sebagian dari rukun iman saja.
Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-Rasul, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan Qadar.
)4( ) َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد3( ) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد2( ص َم ُد
َّ ) هَّللا ُ ال1( قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد
Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)
2. Ibadah
Isi Kandungan Al Quran berikutnya yakni masalah ibadah. Ibadah berasal dari kata 'abada-
ya'budu-'abadan artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah
menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan tunduk, taat dan patuh
kepada-Nya.
Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin
terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam Al Quran
dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah Swt.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz Dzariyaat [51] : 56).
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Karena itu,
manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah SWT, dan kebutuhan terhadap Allah
WT. Hal itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya.
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat,
puasa, zakat dan haji
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak
ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT, misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu,
dan sebagainya.
3. Akhlak
Isi kandungan Al Quran berikutnya memuat tentang akhlak. Ditinjau dari segi etimologi,
Akhlak merupakan bentuk jamak dari
kata khuluq (yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian
terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan
dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak
merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya Nabi SAW adalah untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
Nabi Muhammad SAW adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku
dengan akhlak mulia (karimah). Al Quran merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu.
Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut
menjadi kepribadian Nabi SAW. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang
sahabat tentang akhlak Nabi SAW, lalu Aisyah ra menjawab dengan menyatakan akhlan Nabi
yakni Al Quran.
َ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن
Akhlak Nabi SAW adalah Al Quran. Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al Quran.
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW antara
lain adalah :
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. al-Qalam [68]:
4).
4. Hukum
Isi kandungan Al Quran lainnya yakni tentang Hukum. Dalam Islam, hukum sebagai salah
satu isi pokok ajaran Al Quran berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan
menyeluruh bagi umat manusia.
Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya
menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat kelak.
َصابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al Quran adalah meliputi :
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 221; QS. al-Maidah
[5]: 5; QS.an-Nisa’ [4]: 22-24; QS.an-Nur [24]: 2; QS. alMumtahanah [60]:10-11.
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ [4]: 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah
[2]:180; QS. al-Maidah [5]:106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 279, 280 dan 282; QS.
al-Anfal [8]: 56 dan 58; QS. at-Taubah [4]: 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 178; QS. anNisa’ [4]: 92
dan 93; QS. al-Maidah [5]: 38; QS. Yanus [10]: 27; QS. al-Isra’ [17]: 33; QS. asy-Syu’ara
[26]: 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 190-193; QS. al-Anfal
[8]: 39 dan 41; QS. at-Taubah [9]: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj [22]: 39 dan 40
Isi kandungan Al Quran berikutnya tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah
atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam.
Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani
kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.
صي َْل ُك ِّل َش ْي ٍء َّوهُدًى َ ب َما َكانَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰرى َو ٰل ِك ْن تَصْ ِد ْي
ِ ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف ِ ۗ ص ِه ْم ِعب َْرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا َ َلَقَ ْد َكانَ فِ ْي ق
ِ ص
ََّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain:
َ ) َوعَادًا َوثَ ُمو َد َوَأصْ َح37( اس آيَةً َوَأ ْعتَ ْدنَا لِلظَّالِ ِمينَ َع َذابًا َألِي ًما
ِّاب الرَّس ِ َّوح لَ َّما َك َّذبُوا الرُّ ُس َل َأ ْغ َر ْقنَاهُ ْم َو َج َع ْلنَاهُ ْم لِلن
ٍ َُوقَوْ َم ن
)39( ض َر ْبنَا لَهُ األ ْمثَا َل َو ُكال تَبَّرْ نَا تَ ْتبِيرًا َ َِوقُرُونًا بَ ْينَ َذل
َ ) َو ُكال38( ك َكثِيرًا
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami
tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan
Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan)
kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum)
itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami
hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan [25]: 37-39)
Isi kandungan Al Quran terakhir adalah memuat ilmu pengetahuan dan teknologi. Al Quran
juga disebut dengan kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat
dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat
menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
Al Qur an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
itu diisyaratkan pada saat ayat Al Quran untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS. Al-'Alaq: 1-5).
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca.
Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu
pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa Al Quran menekankan betapa pentingnya membaca
dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Al Quran banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan mengembangkan
isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kesejahteraan
hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut di antara berkenaan
dengan ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi
tubuh, teknologi perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya.
Islam telah melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka dalam menggali
isyarat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Di antara cendekiawan-cendekiawan muslim
tersebut ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-
lain. Bahkan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak
mengilhami bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang berkembang hingga saat ini.
Alquran tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhannya, namun juga
mengatur hubungan antar manusia juga manusia dengan alam. Dalam kehidupan manusia,
Alquran memiliki beberapa fungsi, seperti yang berikut ini :
Alquran bisa dijadikan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan juga beriman.
Tidak hanya itu, namun Alquran juga bisa dijadikan sebagai petunjuk bagi manusia yang
hidup di dunia.
2. Sebagai “Al Furqon” (Pemisah)
Alquran berperan juga sebagai pemisah antara mana yang haq dan mana yang batil. Artinya,
Alquran bisa dijadikan sebagai pembeda antara mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam Alquran dijelaskan mana yang buruk yang tidak boleh dilakukan dan mana hal yang
baik dan boleh dilakukan.
Alquran bisa dijadikan sebagai obat untuk penyakit mental dan juga penyakit hati. Dalam hal
ini, isi dari dalam Alquran seperti halnya petunjuk di dalamnya sebaiknya diamalkan agar
bisa memberikan pencerahan bagi mereka yang menjalankannya.
Alquran juga berperan sebagai nasehat yang di dalamnya terdapat nasihat, pengajaran,
peringatan mengenai kehidupan untuk orang-orang yang beriman dan berjalan di jalan Allah.
Adapun nasehat yang terdapat di dalam Alquran bisanya memiliki kaitan dengan peristiwa
yang bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk manusia yang hidup setelahnya.
Fungsi dan peranan Alquran sangat beragam dan bisa dijadikan sebagai pedoman bagi umat
Islam hingga manusia secara umum dalam menjalankan kehidupannya.
Alquran merupakan dasar hukum bagi umat islam sekaligus sumber syariat yang memiliki
manfaat di dalamnya. Nabi Muhammad sebagai rasul yang dipercaya untuk menerima
Alquran memiliki tugas dalam menyampaikan, menafsirkan, dan juga mengamalkan Alquran.
Peran Alquran sebagai petunjuk bagi umat manusia cukup beragam karena tidak hanya
berperan sebagai pedoman untuk hidup, namun juga berisi dengan ilmu-ilmu yang
bermanfaat di dalamnya.
Hingga sekarang, Alquran masih terjaga keasliannya dan dibukukan ke dalam bahasa Arab.
Meski demikian, Alquran juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan, Alquran memiliki peran yang cukup beragam bagi
kehidupan manusia, seperti yang berikut ini :
Dengan peran di atas, Alquran bisa dijadikan sebagai pedoman agar umat bisa kembali ke
jalan yang benar dan jauh dari kegelapan.
2. Peran Alquran Sebagai Sumber Ilmu
Ilmu hukum
Ilmu Tauhid
Ilmu Hukum
C. Mukjizat Al-Qur’an
1. Salah satu mukjizat Alquran adalah diberitakan proses terjadinya bumi dan langit, bulan,
bintang, dan matahari. Selain itu, di dalam Alquran juga dijelaskan mengenai proses turunnya
hujan dan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah di bumi.
2. Alquran juga banyak menceritakan berita tentang masa lalu, seperti berita tentang Tasmud,
Kaum Luth, dan lainnya. Semua berita di dalam Alquran merupakan berketetapan dengan
kenyataan yang benar dan seluruh ahli sejarah mengakuinya.
3. Mukjizat Alquran selanjutnya, yaitu terkait dengan Fashahah dan Balaghah. Di mana,
Alquran memiliki derajat yang tinggi dalam setiap susunan kata, irama, dan gaya bahasa.
Susunan kalimat Alquran bukan merupakan syair dengan rangkaian kata menurut suku kata
bilangan tertentu, bukan puisi apalagi sebuah prosa.
4. Alquran memberitakan segala sesuatu yang akan terjadi. Banyak sekali ayat-ayat Alquran
yang memberitakan peristiwa-peristiwa besar yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Terjemahnya :
Janganlah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Qur’an karena hendak cepat-cepat
menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai mebacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu. Kemudian atas tanggungna kamilah penjelasannya.
Ayat di atas bagaikan mengatakan janganlah engkau wahai Nabi Muhammad menggerakkan
lidahmu untuk membacanya sebelum Malaikat Jibril selesai membacakannya kepadamu,
jangan sampai engkau tidak menghafalnya atau melupakan satu bagian darinya. Allah SWT.,
melarang ketergesa-gesaan agar tidak terjerumus ke dalam pelanggaran.
Kata jam’ahu (penghimpunannya) dari ayat diatas bermakna penghafalannya, oleh karena itu
orang-orang yang hafal Qur’an disebut Jumma’ul Qur’an atau Huffadzul Qur’an. Makna
yang lain dari Jam’ahu adalah penulisan seluruh Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW., setelah menerima wahyu langsung menyampaikan wahyu tersebut
kepada para sahabatnya sesuai denagn hapalan Nabi, tidak kurang tidak lebih. Sehingga
sahabat pun banyak sekali yang hafiz Qur’an. Manna Khlil Al-Qattan mengutip hadits dari
kitab shahih Buhari bahwa Ada tujuh hafiz di zaman Rasulullah yaitu : Abdullah Bin Mas’ud,
Salim bin Maqal, Muadz bin Jabal, Ubai Bin Ka’ab, zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Zakan, dan
Abu darda.
Penyebutan para hafiz yang tujuh di atas bukan berarti pembatasan, karena beberapa
keterangan dalam kitab-kitab sejarah menunjukkan bahwa para sahabat berlomba
menghafalkan Al-Qur’an dan mereka memerintahkan anak-anak dan istri-istri mereka untuk
menghafalkannya. Mereka membacanya dalam shalat sehingga alunan suaranya seperti suara
lebah.
b.Pemeliharaan Al-Qur’an dengan tulisan
Walaupun Nabi Muhammad SAW., dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an secara
keseluruhan, namun guna menjamin terpeliharanya wahyu Ilahi beliau tidak hanya
mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat
yang turun Nabi Muhammad SAW., memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai
menulis. Rasulullah mengangkat beberapa orang penulis (kuttab) wahyu seperti Ali,
Muawiyah, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. Ayat-ayat Al-Qur’an mereka tulis dalam
pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang. Sebagian sahabat ada juga
sahabat yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi. Namun karena keterbatasan alat
tulis dan kemanpuan sehingga tidak banyak yang melakukannya.
Hal lain yang menjadi bukti bahwa Penulisan Al-Qur’an telah ada sejak zaman Rasulullah
SAW., dikemukkan oleh Ibrahim al-Abyari, tentang sekelumit historis Umar bin Khattab
ketika mendapat informasi bahwa saudaranya masuk islam, lalu ia marah besar kepada
adiknya setelah ditemuinya sedang membca Al-Qur’an. Namun ketika Umar telah reda
marahnya, ia melihat lembaran-lembaran di sudut rumahnya yang di dalamnya terdapat
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.Kemudian Umar masuk Islam setelah mendapatkan kalimat-
kalimat yang mengandung mukjizat yang bukan perkataan manusia.
Dari beberapa pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa sejak zaman Nabi Muhammad
SAW., telah terjadi pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan dengan dua cara yaitu
menghafalnya dalam hati dan menulisnya di atas pelbagai jenis bahan yang ada pada saat itu.
Meskipun Al-Qur’an saat itu belum tertulis dalam lembaran yang berbentuk mushaf
sebagaimana sekarang, tetapi ini cukup menjadi bukti bahwa sudah ada penulisan Al-Qur’an
pada Zaman Nabi Muhammad SAW., bahwa pemeliharaan Al-Qur’an di masa Nabi ini
dinamakan pembukuan yang pertama.
Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan kesalahan. Masing-masing
mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan yang tidak berasal dari gurunya.
Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan kepada Khalifah
Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya.
Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah
serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf Abu Bakar disalin kembali
menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi perselisihan tentang cara
membaca Al-Qur’an. Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang
terdiri dari empat orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash
dan Abdul Rahman bin Haris bin Hisyam.
Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga diantaranya dikirm ke
Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk pegangan
khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang pendapat
mengenai bacaan dapat diselesaikan dengan tuntas maka usman memerintahkan semua
mushaf yang berbeda dengan hasil kerja panitia yang empat ini untuk dibakar.
Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis
sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan sepanjang
zaman. mushaf yang ditulis dimasa usman inilah yang kemudian menjadi rujukan sampai
sekarang.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran
agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran
agama islam sekunder adalah ijtihad.
Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu
yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-qur’an yang
merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara mutawatir dan
diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan Al-Sunnah
sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan
Al-qur’an dan lain sebagainya.
B. Saran
Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan Al-sunnah sebagai pedoman dalam
kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama Islam dan sekaligus
dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.agar hidup yang kita jalani
lebih sempurna dan mempunyai tujuan hidup.