Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AYAT DAN HADITS TENTANG KETUHANAN DAN KERASULAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an Hadits

Dosen Pengampu: Ana Rahmawati, Lc., M. Hum.

Disusun Oleh: Kelompok 10


Kelas: SQH3

1. Risma Hanifatur Rosyida 221330001053


2. Muhammad Lukmanul Hakim 221330001055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAM GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ayat dan Hadits Tentang Ketuhanan dan Kerasulan”, penyusunan
makalah ini diajukan sebagai tugas dari mata kuliah Akhlak. Kami selaku penulis
makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
Ibu Ana Rahmawati, Lc., M. Hum. Selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak
Kami menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih belum
sempurna, oleh sebab itu kami berharap pembaca dapat memberi saran dan kritik
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Demikian makalah ini kami buat,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jepara, 16 Juni 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .............................................................................................. 2

D. Manfaat Makalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Ayat Al-Qur’an tentang Ketuhanan dan Kerasulan ........................................ 3

B. Sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an .................................................................. 7

C. Hadits tentang Ketuhanan dan Kerasulan ....................................................... 8

D. Sifat-sifat Rasul dalam Al-Qur’an ................................................................ 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16

A. Simpulan ....................................................................................................... 16

B. Saran ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam al-Quran kata “Tuhan” dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah,
seperti menyebut berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah
sebutan khusus dan tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya, karena hanya Tuhan
Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak menyandang nama
tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak
memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama
yang lebih agung dari nama-Nya itu. Keesaan Allah dapat dibuktikan dengan tiga
bagian pokok, yaitu : kenyataan wujud yang tampak, rasa yang terdapat dalam
jiwa manusia, dan dalil-dalil logika. Kenyataan wujud yang tampak al-Quran
menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya keberadaan alam raya ini
dengan segala isinya. Secara logis hanya ada satu Tuhan. Apabila Tuhan lebih
dari satu maka hanya satu saja yang tampil sebagai yang pertama, dan juga
seandainya ada dua pencipta, maka akan kacau ciptaan, karena jika masing-
masing pencipta menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang lain,
maka kalau keduanya berkuasa, ciptaan pun akan kacau atau tidak akan
mewujud; kalau salah satu mengalahkan yang lain, maka yang kalah bukan
Tuhan; dan apabila mereka berdua bersepakat, maka itu merupakan bukti
kebutuhan dan kelemahan mereka, sehingga keduanya bukan Tuhan, karena
Tuhan tidak mungkin membutuhkan sesuatu atau lemah atas sesuatu (Syafieh,
2016).
Ketuhanan dalam Islam adalah keyakinan bahwa Allah SWT itu Esa dan
Maha Kuasa. Sedangkan kerasulan sendiri merujuk pada kepercayaan umat
muslim bahwa Rasulullah SAW adalah utusan terakhir dari Allah SWT untuk
membawa ajaran-Nya kepada seluruh manusia. Di dalam islam, percaya pada
ketuhanan dan kerasulan merupakan dua hal yang sangat penting. Sebab percaya
pada ketuhanan berarti kita mengakui keberadaan Allah SWT sebagai pencipta
alam semesta, pemilik segala sesuatu di dunia ini, dan satu-satunya yang layak
untuk disembah. Sedangkan percaya pada kerasulan, Rasulullah SAW juga

1
sangat penting karena beliau adalah utusan Allah SWT yang membawa ajaran-
ajaran Islam kepada seluruh manusia. Dalam rangka mencapai keselamatan
dunia dan akhirat, maka percaya pada ketuhanan dan kerasulan sangatlah
penting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh beberapa rumusan masalah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana ayat Al-Qur’an tentang ketuhanan dan kerasulan?
2. Apa saja sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana hadits tentang ketuhanan dan kerasulan?
4. Apa saja sifat-sifat Rasul dalam Al-Qur’an?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, beberapa tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami ayat Al-Qur’an tentang ketuhanan dan
kerasulan.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja sifat-sifat Allah dalam Al-
Qur’an.
3. Untuk mengetahui dan memahami hadits yang menjelaskan tentang
ketuhanan dan kerasulan.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja sifat-sifat Rasul dalam Al-
Qur’an.
D. Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penyusun, sebagai wujud tanggung jawab dan pembelajaran mengenai
materi tersebut.
2. Bagi pembaca, untuk mempermudah, memahami, dan memperdalam materi
yang dibahas dalam makalah ini.
3. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
pembelajaran Studi Al-Qur’an Hadits.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat Al-Qur’an tentang Ketuhanan dan Kerasulan
Ketuhanan merupakan keyakinan akan adanya kekuasaan tertinggi yang
menciptakan dan mengatur alam semesta serta seluruh isinya. Konsep ketuhanan
dianut oleh banyak agama, termasuk Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan
lain sebagainya. Dalam Islam, konsep ketuhanan dijelaskan dalam kalimat َ‫آلإِلَه‬
‫ إِلا هللا‬yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Dengan mempercayai
bahwa hanya ada satu Tuhan dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta
serta segala makhluk-Nya. Tuhan dipahami sebagai Dzat Maha Kuasa dan asas
dari suatu kepercayaan. Definisi tentang Tuhan tidak memiliki kesepakatan,
terdapat berbagai konsep ketuhanan. Akibat konsep ketuhanan yang berbeda-
beda itulah, banyak gagasan tentang sosok Tuhan, sifat-sifat yang dimiliki-Nya,
bahkan hakikat Tuhan pun terus dipermasalahkan. Oleh karena itu, muncullah
sebuah agama yang dianggap menjadi wadah kebenaran akan adanya Tuhan,
yang selanjutnya dapat disimpulkan bahwa agama merupakan suatu kepercayaan
akan adanya Tuhan (Noor, 2018).
Definisi kerasulan di dalam ajaran Islam ialah kerasulan merujuk pada tugas
dan tanggung jawab para rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada manusia. Para rasul ini dianggap sebagai
utusan Allah yang memiliki tugas untuk menyampaikan ajaran-Nya dan
membimbing umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam Islam, kerasulan
juga dianggap sebagai suatu karunia dan anugerah dari Allah SWT kepada
manusia, karena melalui kerasulan inilah manusia dapat mengenal dan
memahami ajaran-Nya.
1. Ayat tentang ketuhanan
Surah Al-Ikhlas Ayat 1-5
Menurut (Syarbini, 2012) surah Al-Ikhlas menjelaskan tentang
tauhid syari’lah yang artinya meng-esakan Allah dan seorang muslim
diharuskan hanya bergantung kepada Allah SWT serta tidak mengharapkan
apapun kecuali hanya kepada Allah. Surah Al-Ikhlas terdiri dari empat ayat

3
dan termasuk ke dalam surah makkiyah. Dinamakan surah Al-Ikhlas karena
Al-Ikhlas adalah tauhid, beribadah hanya kepada Allah. Dan surah ini berisi
tentang pokok-pokok tauhid. Ibnu Katsir mengutip riwayat Imam Ahmad
dari Ubay bin Ka’ab mengenai asbabun nuzul surah Al-Ikhlas, bahwa ada
orang-orang musyrik yang berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Hai
Muhammad, gambarkan lah kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka Allah
turunkan surah Al-Ikhlas. Berikut merupakan penjelasan surah Al-Ikhlas
ayat 1-4 (Muchlisin, 2019):
ٰ ‫قهل ه َهو‬
١ ‫ّللاه ا َ َحد‬
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”
Ketika orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami menyembah Uzair
anak Allah.” Orang Masrani mengatakan, “Kami menyembah Isa anak
Allah.” Orang-orang musyrik mengatakan, “Kami menyembah berhala,”
Maka Allah menegaskan bahwa Dia Maha Esa. Dialah Allah Tuhan Yang
satu, Yang tiada tandingan-Nya, tiada lawan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.
Kata ahad (‫ )أحد‬terambil dari akar kata wahdah (‫ )وحدة‬yang artinya kesatuan.
Juga kata waahid (‫ )واحد‬yang berarti satu. Kata ahad dalam ayat ini berfungsi
sebagai sifat Allah yang artinya Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak
dimiliki oleh selain-Nya. Menurut Sayyid Qutb, “qul huwallaahu ahad”
merupakan lafal yang lebih halus dan lebih lembut daripada kata “ahad.”
Sebab ia menyandarkan kepada makna “wahid” bahwa tidak ada sesuatu
pun selain Dia bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama
dengan-Nya.
٢ ‫ص َمده‬ ٰ َ
‫ّللاه ال ا‬
“Allah tempat meminta segala sesuatu.”
Ibnu Abbas menjelaskan tafsir ayat ini, yaitu seluruh makhluk
bergantung kepada Allah dalam kebutuhan dan sarana mereka. Dialah
Tuhan yang maha sempurna dalam perilaku-Nya. Maha mulia yang maha
sempurna dalam kemuliaan-Nya. Maha besar yang maha sempurna dalam
kebesaran-Nya. Al Hasan mengatakan, arti ayat ini adalah Allah Maha
hidup lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.

4
Menurut Tafsir Al Misbah, ash shamad (‫ )الصمد‬terambil dari kata
kerja shamada (‫ )صمد‬yang artinya menuju. Ash shamad merupakan kata
jadian yang artinya “yang dituju.” Sedangkan menurut Sayyid Qutb, arti ash
shamad (‫ )الصمد‬secara bahasa adalah tuan yang dituju, yang suatu perkara
tidak akan terlaksana kecuali dengan izinnya. Allah adalah Tuan yang tidak
ada tuan sebenarnya selain Dia. Dialah satu-satunya yang dituju untuk
memenuhi segala hajat makhluk.
٣ ‫لَم يَلِد َولَم يهولَد‬
“(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah Allah tidak
beranak, tidak diperanakkan dan tidak mempunyai istri. Sayyid Qutb
menjelaskan, hakikat Allah itu tetap, abadi, azali. Sifatnya adalah sempurna
dan mutlak dalam semua keadaan. Kelahiran adalah suatu kemunculan dan
pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan atau ketiadaan. Hal
demikian mustahil bagi Allah. Kelahiran juga memerlukan perkawinan.
Lagi-lagi, ini mustahil bagi Allah.

٤ ‫َولَم يَ هكن لاه هكفه ًوا ا َ َحد‬
“Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia.”
Kata kufuwan (‫ )كفوا‬terambil dari kata kufu’ (‫ )كفؤ‬yang artinya sama.
Tidak ada seorang pun yang setara apalagi sama dengan Allah SWT. Dialah
yang memiliki segala sesuatu dan yang menciptakannya, maka mana
mungkin Dia memiliki tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang bisa
mendekati atau menyamai-Nya. Menurut Sayyid Qutb, makna ayat ini
adalah, tidak ada yang sebanding dan setara dengan Allah. Baik dalam
hakikat wujudnya maupun dalam sifat dzatiyahnya.
2. Ayat tentang kerasulan
Ayat tentang kerasulan pada surah Al-Baqarah ayat 119:
ِ ‫عن أَص َٰ َح‬
‫ب ٱل َجحِ ِيم‬ َ ‫ِيرا ۖ َو َل تهسـَٔ هل‬
ً ‫ِيرا َونَذ‬ ِ ‫سل َٰ َنكَ ِبٱل َح‬
ً ‫ق َبش‬ َ ‫ِإناا أَر‬

5
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak
akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”
Menurut Ibnu Katsir bahwa ayat ini menerapkan sebagaimana
diriwayatkan Ibnu Abbas bahwa lafaz basyiiran (‫ِيرا‬
ً ‫ )بَش‬yang berarti surga,
sedangkan lafaz nadziiran (‫ِيرا‬
ً ‫ )نَذ‬yang berarti neraka. Sedangkan menurut
riwayat Abi Hatim, ayat ini menjelaskan utusan-utusan atau Rasul yang
sebelumnya. Sedangkan menurut Quraish bahwa ayat ini sebenarnya
ditijukan langsung kepada Nabi Muhammad SAW yang disertai dengan kata
yang mengandung pengukuhan “Sesungguhnya dan penegasan bahwa Kami
telah mengutus mu (Muhammad), dengan haq yakni dengan benar dan
membawa kebenaran.” Dengan kata lain, bahwa risalah dan ajaran-ajaran
yang disampaikannya juga adalah benar haq, karena semuanya dari Allah
SWT. Dalam hal ini keengganan mereka untuk percaya sangat menyedihkan
bahkan merisaukan Nabi Muhammad SAW (Listiawati, 2014).
Ayat tentang kerasulan pada surah Yaasin Ayat 2-4:

ِ ‫علَى‬
(٤) ‫ص َراط همستَقِيم‬ َ ‫( إِناكَ لَمِ نَ ال همر‬٢) ‫ِيم‬
َ () َ‫سلِين‬ ِ ‫َوالقهر‬
ِ ‫آن ال َحك‬

Artinya:
“(Aku bersumpah) demi al-Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya
engkau (Nabi Muhammad SAW) benar-benar seorang dari rasul-rasul.
(Sesungguhnya engkau berada) di atas jalan lebar yang lurus (agama
Islam).” (QS: Yasin ayat 2-4)
Menurut Imaduddin (2019), berdasarkan riwayat dari Basyar dari
Yazid dari Sa’id dari Qatadah, Ibnu Jarir al-Tabari menafsirkan ayat dua dan
tiga di atas sebagai bentuk kesaksian Allah swt dengan wahyu-Nya al-Quran
bahwa Nabi Muhammad adalah benar-benar seorang Rasul. Seolah-olah
Allah swt berfirman: “Sungguh engkau, Hai Muhammad, adalah bagian dari
para rasul atas nama Wahyu Allah kepada para hamba-Nya.” Pada ayat
selanjutnya, ayat keempat, al-Thabari menjelaskan bahwa ayat ini

6
mengandung dua aspek (wajhani). Aspek pertama terkait dengan maknanya
yang menegaskan “sungguh engkau bagian dari para rasul dalam jalur
keistiqamahan yang hak (‘ala istiqamat min al-haq). Dalam aspek ini,
kata ‘ala, bermakna penegasan status kerasulan Nabi (min silat al-Irsal).
Aspek kedua terkait dengan kedudukan kalimat ayat ke empat yaitu
berkedudukan sebagai khabar mubtada’ (sebagai predikat atau keterangan
subjek).

B. Sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an


Sebagai seorang muslim wajib bagi kita untuk mengenal Allah SWT.
Menurut Syeikh Daud dan ulama kalam yang lain bahwa mengenal Allah SWT
adalah harus bagi orang-orang yang berakal dan diwajibkan oleh syarak terhadap
setiap orang yang mukalaf. Oleh karena itu, jalan untuk mengenal Allah SWT
ialah dengan mengenal sifat-sifat yang wajib, mustahil dan harus bagi-Nya.
Syeikh Daud telah membagi sifat dua puluh ke dalam empat bagian yaitu sifat
nafsiyyah, sifat salbiyyah, ma’ani dan ma’nawiyyah (Mahmood, 2019):
1. Sifat Nafsiyyah hanya terdapat satu sifat saja yaitu sifat wujud (ada), sifat
wujud dapat dibuktikan dengan adanya makhluk, karena dengan adanya
makhluk sebagai ciptaan, maka menunjukkan adanya pencipta makhluk
tersebut.
2. Sifat Salbiyyah merupakan sifat yang menunjukkan sifat-sifat kekurangan
yang tidak sesuai dengan zat Allah SWT. Sifat-sifat salbiyyah yang wajib
bagi Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh Daud ialah lima
sifat, yaitu:
a) Qidam (terdahulu), bila diandaikan Allah memiliki permulaan maka
harus ada yang mewujudkan-Nya dari ketiadaan, dan pasti diandaikan
pula bahwa yang mewujudkan-Nya membutuhkan pencipta lain dan
begitu seterusnya. Hal ini mustahil secara akal.
b) Baqa’ (kekal), jika diandaikan Allah binasa maka pasti Ia baru seperti
makhluk dan hal ini mustahil.
c) Mukhalafatuh li al-hawadith (tidak sama dengan makhluk), jika Allah
serupa dengan makhluk maka Ia juga makhluk dan hal ini mustahil.

7
d) Qiyamuh bi Nafsih (berdiri sendiri), artinya wujud Allah tidak
membutuhkan apapun. Dalilnya bila wujud Allah membutuhkan
kepada selainnya maka Ia juga makhluk dan hal ini mustahil.
e) Wahdaniyyah (Esa), artinya tidak ada Tuhan selain Allah. Dalilnya bila
ada dua tuhan atau lebih maka alam ini akan binasa karena masing-
masing akan menciptakan dan meniadakan sekehendaknya dan
terjadilah kehancuran.
3. Sifat Ma’ani, merupakan sifat yang berkaitan dengan makhluk (ma’ani).
Sifat-sifat Ma’ani ada tujuh, yaitu: Qudrah (kuasa), Iradah (berkehendak),
Ilm (mengetahui), Hayat (hidup), Sama’ (mendengar), Bashar (melihat),
Kalam (berfirman).
4. Sifat Ma’nawiyah, merupakan sifat Allah SWT yang berkaitan dengan sifat
Ma’ani. Sifat-sifat ma‘nawiyyah yang disebut oleh Syeikh Daud ialah tujuh
sifat yaitu keadaan Allah SWT Yang Berkuasa (Qadiran), Yang
Berkehendak (Muridan), Yang Mengetahui (‘Aliman), Yang Hidup
(Hayyan), Yang Mendengar (Sami’an), Yang Melihat (Basiran) dan Yang
Bercakap (Mutakalliman).
C. Hadits tentang Ketuhanan dan Kerasulan
1. Hadits tentang Ketuhanan
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫ ِإ ان‬، ‫ أَو َيا أَ َبا القَاسِم‬، ‫ َيا همـ َح امد‬:‫ فَقَا َل‬، ‫س ال َم‬ َ ‫صلاى هللاه‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ِ ‫ار ِإلَى النا ِبي‬ ِ ‫َجـا َء َحبـر مِ نَ اْلَحـ َب‬
ِ ‫ َوال‬، ‫علَى إِصبَع‬
‫ـجبَا َل‬ َ َ‫ضين‬ ِ ‫ َواْل َ َر‬، ‫علَى إِصبَع‬ َ ‫ت يَو َم ال ِقيَا َم ِة‬ ‫هللا تَعَالَى يهمسِكه ال ا‬
ِ ‫س َم َوا‬
‫ ث ه ام يَ هه ُّزه اهن فَيَقهو هل‬، ‫علَى إِصبَع‬
َ ‫ق‬
ِ ‫سائ َِر الـخَل‬ َ ‫ َوالـ َما َء َوالث ا َرى‬، ‫علَى إِصبَع‬
َ ‫ َو‬، ‫علَى إِصبَع‬ ‫َوال ا‬
َ ‫ش َج َر‬
ِ ‫سلا َم ) َحتاى يَدَت ن ََو‬
: ‫اجذههه( تَعَ ُّجبًا‬ َ ‫صلاى هللاه‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ‫سو هل هللا‬ ‫ضحِ كَ َر ه‬ َ َ‫ ف‬. ‫ أَنَا الـ َم ِلكه‬، ‫أَنَا الـ َم ِلكه‬
‫ضتههه يَو َم‬َ ‫ض َجمِ يعًا َقب‬ َ ‫ َو َما قَدَ هروا ا‬: َ ‫ ث ه ام قَ َرأ‬.‫ ت َصدِيقًا لَهه‬، ‫مِ امـا قَا َل الـ َحب هر‬
‫ّللا َح اق قَد ِر ِه َواْلَر ه‬
َ ‫سب َحانَهه َوت َ َعالَ َٰى‬
َ‫ع اما يهش ِر هكون‬ ‫س َم َاواته َمط ِوياات ِب َيمِ ينِ ِه ۚ ه‬
‫ال ِق َيا َم ِة َوال ا‬

Artinya:
“Seorang ulama Yahudi datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dia berkata, ‘Wahai Muhammad atau wahai Abul Qâsim, kami

8
mendapati (dalam Taurat) bahwa Allâh meletakkan langit-langit di atas satu
jari, bumi-bumi di atas satu jari, pohon-pohon di atas satu jari, air di atas
satu jari, tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari,
kemudian Dia berfirman, ‘Aku-lah Raja. Aku-lah Raja.’ Maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa (sehingga gigi gerahamnya terlihat)
karena senang mengakui kebenaran ucapan ulama Yahudi tersebut.
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allâh Azza
wa Jalla, “Dan mereka tidak mengagungkan Allâh dengan pengagungan
yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada
hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
Hadits ini diriwayatkan juga dari Shahabat Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhu, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dan Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu anhu.

‫ت يَو َم‬ ‫ يَط ِوي هللا ال ا‬: ‫س ال َم‬


ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫صلاى هللاه‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ‫سول هللا‬ ‫ قَال َر ه‬: ‫ع َمر قَال‬ ‫عب ِد هللا ب ِن ه‬ َ ‫ع ِن‬ َ
‫اارون ؟ أَينَ الـ همتَك َِب هرون ؟ ث ه ام‬
‫ أَينَ الـ َجب ه‬، ‫ أَنَا الـ َم ِلكه‬:‫ ث ه ام َيقهو هل‬، ‫ ث ه ام َيأ هخذهه اهن ِب َي ِد ِه الـيهمنَى‬، ‫الـ ِق َيا َم ِة‬
‫اارونَ ؟ أَينَ الـ همتَكَبِ هرون ؟‬
‫ أَينَ الـ َجب ه‬، ‫ أَنَا الـ َم ِلكه‬:‫ ث ه ام يَقهو هل‬، ‫ضينَ بِ ِش َما ِل ِه‬
ِ ‫يَط ِوي اْل َ َر‬

Artinya:
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma , Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam besabda, “Pada hari Kiamat Allah menggulung langit-
langit kemudian mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia
berfirman, “Aku adalah Maharaja, dimana orang-orang yang
menyombongkan diri? Kemudian Allah menggulung bumi (yang berlapis
tujuh), kemudian Dia mengambilnya dengan tangan kiri-Nya, kemudian Dia
berfirman, ‘Aku adalah Maharaja, dimana orang-orang yang
menyombongkan diri? Dimana orang-orang yang merasa besar (angkuh)
dan menolak kebenaran?”
Adapun syarah hadits tersebut adalah seorang ‘alim dari ulama
Yahudi menyebutkan kepada Nabi Muhammad SAW apa yang mereka
dapatkan dalam kitab mereka, Taurat, yaitu penjelasan tentang keagungan

9
Allah, kecilnya semua makhluk di hadapan-Nya, dan bahwa Allah
meletakkannya di atas jari jemari-Nya. Maka Nabi Muhammad SAW
membenarkannya, senang dengannya, dan membacakan ayat al-Qur’an
yang membenarkannya. Hadits-hadits di atas dan yang semakna dengannya
menunjukkan keagungan Allah SWT, keagungan kekuasaan-Nya. Allah
SWT telah memperkenalkan diri-Nya kepada para hamba-Nya dengan sifat-
sifat-Nya dan keajaiban makhluk-makhluk-Nya. Semuanya menunjukkan
dan mengenalkan kesempurnaan-Nya, bahwa Dia satu-satunya yang berhak
diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyyah dan uluhiyyah-Nya.
Hadits-hadits di atas menetapkan sifat-sifat bagi Allah sesuai dengan
kebesaran dan kemuliaan-Nya dan juga menetapkan kesucian Allah SWT
dari sifat-sifat yang tidak layak. Inilah yang ditunjukkan oleh nash-nash al-
Qur’an dan as-Sunnah, yang diyakini oleh salaful ummah dan para Imam
mereka, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta
meneladani jejak mereka di atas Islam dan iman. Nabi Muhammad SAW
mengagungkan Rabb-nya dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan-
Nya sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Nabi SAW
membenarkan berita orang-orang Yahudi tentang sifat-sifat Allah yang
menunjukkan kebesaran-Nya (Jawas, 2013).
2. Hadits tentang Kerasulan
Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang bukan hanya
sebagai pemimpin seluruh umat manusia, melainkan pemimpin seluruh
makhluk. Beliau tidak hanya diutus untuk umatnya saja, melainkan juga
berkah untuk semua makhluk Allah. Beliau merupakan penutup para nabi
dan rasul dengan membawa risalah penyempurna bagi risalah-risalah
sebelumnya. Ada beberapa aspek kenabian dan kerasulan Muhammad SAW
yang terkandung dalam hadits berikut (Redaksi, 2020):

‫ دَع َو ِة‬, َ‫سأهن َِبئ ه هكم ِبتَأ ِوي ِل ذَلِك‬ ِ ‫ّللا فِى أ ه ِم ال ِكتَا‬
َ ‫ َو‬,‫ َو ِإ ان آدَ َم لَ همن َجدِل فِى طِ ينَ ِت ِه‬, َ‫ب لَخَاتَ هم النا ِب ِيين‬ ِ ‫ِإنِى عِندَ ا‬
‫صو هر ال ا‬
‫ش ِام‬ ‫ضائ َت لَهه قه ه‬ َ َ ‫سى قَو َمهه َو هرؤيَا أ ه ِمى الاتِى َرأَت أَناهه خ ََر َج مِ ن َها نهور أ‬ َ ‫أَبِى إِب َراهِي َم َوبِش‬
َ ‫َارةِعِي‬
(‫)رواه أحمده‬

10
Artinya:
“Sungguh aku di sisi Allah dalam ummul kitab (lauh mahfudh) adalah
penutup para nabi. Sungguh pada waktu itu Adam masih berada di dalam
tanah yang menjadi bahan penciptaannya. Aku akan menjelaskan kepada
kalian takwilnya. Aku adalah doa ayahku Ibrahim, bisyarah (kabar gembira)
Isa kepada kaumnya, dan mimpi ibuku yang melihat cahaya keluar dari
dirinya sehingga terlihat jelas baginya istana-istana Syam.” (HR. Ahmad)
Dari hadits tersebut para ulama’ menyimpulkan beberapa pelajaran
penting sebagai berikut:
a) Penetapan kenabian Muhammad SAW terjadi sebelum penciptaan
Adam sebagai manusia. Dalam riwayat lain, Abu Hurairah ra
menuturkan:
‫سد‬
َ ‫ح َوال َج‬ ُّ َ‫ َوآدَ هم بَين‬:‫ قَالا‬,‫ّللا َمت َى َو َجبَت لَكَ النُّب اهوةه‬
ِ ‫الرو‬ ِ ‫سو َل ا‬ َ َ‫قَالهوا ي‬
‫ار ه‬
(‫ي‬
ُّ ‫)رواه الترميذ‬

Artinya:
“Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulalloh, kapan kenabian ditetapkan
untukmu? Beliau menjawab, “Pada waktu Adam masih berada diantara
ruh dan jasad.” (HR. Tirmidzi)
b) Nabi Muhammad saw adalah penutup para nabi dan rasul. Jadi tidak ada
nabi dan rasul setelah beliau. Disebutkan dalam al-Qur’an:
ٰ َ‫ّللا َوخَات ََم النابِ ّٖي َۗنَ َو َكان‬
َ ‫ّللاه بِ هك ِل شَيء‬
‫علِي ًما‬ ‫َما َكانَ هم َح امد اَبَا ا َ َحد مِ ن ِر َجا ِل هكم َو َٰلكِن ار ه‬
ِ ٰ ‫سو َل‬

Artinya:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu tetapi dia adalah Rasulallah dan penutup nabi-nabi.” (QS.
Al-Ahzab 40)
Dalam sebuah hadits dijelaskan:
َ‫سو َل بَعدِى َول‬ َ َ‫سالَةَ َوالنُّب اهوة َ قَد اِنق‬
‫طعَت فَلَ َر ه‬ َ ‫الر‬ ‫ قَا َل َر ه‬:‫عن اَن َِس ب ِن ماَلِك قَا َل‬
ِ ‫سو هل هللاِ ا اِن‬ َ
(‫)رواه احمد‬.‫ي‬
‫نَبِ ا‬

11
Artinya:
“Dari Anas bin Malik bahwa ia berkata,“Rasulullah bersabda, Kerasulan
dan kenabian telah terputus, tidak ada lagi rasul dan nabi
sesudahku.” (HR. Ahmad)
Oleh karenanya, barang siapa yang mengaku menjadi nabi atau
rasul, dan barangsiapa yang meyakini ada nabi atau rasul baru setelah
beliau, maka ini adalah kebodohan serta kebohongan yang sangat
menggelikan.
c) Kenabian Muhammad saw itu adalah berkah doa nabi Ibrahim as. Allah
swt berfirman:
َ ‫علَي ِهم َٰا َٰيتِكَ َويه َع ِل هم هه هم ال ِك َٰت‬
َ‫ب َوالحِ ك َمةَ َويهزَ كِي ِهم َۗ اِناكَ اَنت‬ َ ‫سو ًل ِمن ههم َيتلهوا‬
‫َر ابنَا َواب َعث فِي ِهم َر ه‬
‫العَ ِزي هز ال َحكِي هم‬
Artinya:
“Ya Robb kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an)
dan al-Hikamh (as-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah
129).
Allah swt mengabulkan doa nabi Ibrahim as dan mengutus seorang nabi
dan rasul yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimohonkannya.
d) Kenabian dan kerasulan Muhammad saw sudah dikabarkan Isa bin
Maryam as kepada kaumnya. Allah berfirman:
‫ص ِدقًا ِل َما بَينَ يَدَ ا‬
‫ي مِ نَ الت او َٰرى ِة‬ َ ‫ّللا اِلَي هكم ُّم‬ ‫سى اب هن َمريَ َم َٰيبَنِي اِس َر ۤاءِ ي َل اِنِي َر ه‬
ِ ٰ ‫سو هل‬ َ ‫َواِذ قَا َل عِي‬
‫سول ياأتِي مِ ۢن بَعدِى اس همه اَح َم َۗده‬ ‫َو همبَش ًِر ۢابِ َر ه‬
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Isa ibnu Maryam berkata,”Hai bani israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaff ayat 6)

12
e) Mimpi ibunda nabi Muhammad saw ketika melahirkan beliau, bahwa ia
melihat cahaya keluar dari dirinya, sehingga dari cahaya itu, ia dapat
melihat dengan jelasa istana-istana Syam. Bahkan, sebagian ulama’
mengatakan bahawa ibunda nabi saw melihat cahaya itu dalam keadaan
terjaga. Alhasil, hadits di atas sebagai petunjuk yang jelas bahwa
kenabian dan kerasulan baginda nabi Muhammad saw telah ditetapkan
jauh sebelum beliau dilahirkan di dunia ini. Hanya saja kelahiran dan
pengangkatan beliau sebagai nabi dan rasul menunggu lahirnya generasi
terbaik, yakni generasi sahabat yang akan mengiringi kerasulan beliau.
Dalam sebuah hadits beliau bersabda:
‫ َحتاى هكنته مِ نَ القَر ِن الاذِى هكنته فِي ِه‬,‫ قَرنًا فَقَرنًا‬,‫بهعِثته مِ ن خَي ِر قه هرو ِن َبنِى أدَ َم‬
(‫ي‬
ُّ ‫)رواه البخار‬

Artinya:
“Aku diutus dari sebaik-baik generasi anak Adam, generasi demi
generasi telah lewat hingga datang generasi yang aku berada di
dalamnya.” (HR. Bukhari)
D. Sifat-sifat Rasul dalam Al-Qur’an
Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang mulia terhadap siapa saja.
Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an disebut sebagai manusia paling
berakhlak. Dialah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri
tauladan dan tokoh inspirasi dalam banyak hal, terutama dalam hal berperilaku.
Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 21 (Musyirifin,
2020):

‫ّللا َكثِي ًر َۗا‬ َٰ ‫ّللا َوال َيو َم‬


َ ٰ ‫الخِ َر َوذَك ََر‬ َ ‫ّللا اهس َوة َح‬
َ ٰ ‫سنَة ِل َمن َكانَ َير هجوا‬ ‫لَقَد َكانَ لَ هكم فِي َر ه‬
ِ ٰ ‫سو ِل‬
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Dalam Islam, suri teladan yang sempurna terdapat pada diri Nabi
Muhammad Saw karena beliau mempunyai sifat-sifat yang selalu terjaga dan
dijaga oleh Allah SWT. Sifat-sifat Nabi Muhammad Saw tersebut dikenal

13
dengan sebutan sifat wajib bagi Rasul yang merupakan pencerminan karakter
Nabi Muhammad saw dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat.
Berikut merupakan sifat-sifat wajib bagi rasul:
1. Shidiq (‫)صدق‬
ِ
Sifat Shidiq memiliki arti jujur atau benar, maksudnya Rasul pasti
menyampaikan wahyu maupun amanah dengan jujur tanpa adanya
tambahan maupun dikurangi. Sifat wajib bagi Rasul ini disebutkan dalam
surat Maryam ayat 41 berikut ini:

‫صدِيقًا نا ِبيًّا‬ ِ َ ‫َوٱذ هكر فِى ٱل ِك َٰت‬


َ ‫ب ِإب َٰ َره‬
ِ َ‫ِيم ِإنا ۥهه َكان‬

Artinya: “Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab


(Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan
lagi seorang Nabi.” (QS. Maryam Ayat 41)
2. Amanah (‫)اَ َمانَة‬
Sifat amanah menunjukkan bahwa rasul adalah sosok yang dapat dipercaya.
Sifat wajib bagi rasul ini disebutkan dalam berbagai ayat dalam Al-Quran,
salah satunya adalah Al-Quran surat Al-Anfal berikut:

َ‫سو َل َوت َ هخونهو ۟ا أَ َٰ َم َٰنَتِ هكم َوأَنتهم تَعلَ همون‬


‫ٱلر ه‬ َ ‫وا ا‬
‫ٱَّلل َو ا‬ ۟ ‫وا َل ت َ هخونه‬
۟ ‫َٰيَأَيُّ َها ٱلاذِينَ َءا َمنه‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati


Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(Q.S. Al-Anfal Ayat 27)
3. Tabligh (‫)ت َبلِغ‬
Tabligh berarti menyampaikan wahyu dari Allah baik itu perintah maupun
larangan. Penjelasan sifat wajib bagi rasul tabligh disebutkan dalam Al-
Quran surat Al Maidah berikut ini:

ِ ‫سالَتَهه َواللاـهه يَع‬


ِ ‫ص همكَ مِ نَ النا‬
‫اس َۗ ِإ ان‬ ِ ‫سو هل بَ ِلغ َما أ ه‬
َ ‫نز َل ِإ َليكَ مِ ن ار ِبكَ ۖ َو ِإن لام تَف َعل فَ َما بَلاغتَ ِر‬ ‫يَا أَيُّ َها ا‬
‫الر ه‬
َ‫ال الـهَ َل َيهدِي القَو َم الكَاف ِِرين‬

Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari


Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu,

14
berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah:67)
َ َ‫)ف‬
4. Fathonah (‫طانَة‬
Rasulullah memiliki sifat wajib fathonah yang berarti cerdas. Kecerdasan
yang dimaksud ini dipaparkan dalam surat Al Baqarah berikut ini:

ِ ‫ِيرا َو َما يَذا اك هر إِ ال أهولهو اْل َلبَا‬


‫ب‬ ‫ه‬
َ ‫يهؤتِي الحِ ك َمةَ َمن يَشَا هء َو َمن يهؤتَ الحِ ك َمةَ فَقَد أوت‬
ً ‫ِي خَي ًرا َكث‬

Artinya: “Allah menganugerahkan al-hikmah (pemahaman yang dalam


tentang Al-Qur'an dan as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakinya.
Barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu ia benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. Hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang
dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” (Q.S. Al-Baqarah :269)

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ketuhanan merupakan keyakinan akan adanya kekuasaan tertinggi yang
menciptakan dan mengatur alam semesta serta seluruh isinya. Konsep ketuhanan
dianut oleh banyak agama, termasuk Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha,
dan lain sebagainya. Definisi kerasulan di dalam ajaran Islam ialah kerasulan
merujuk pada tugas dan tanggung jawab para rasul yang diutus oleh Allah SWT
untuk menyampaikan risalah-Nya kepada manusia. Para rasul ini dianggap
sebagai utusan Allah yang memiliki tugas untuk menyampaikan ajaran-Nya dan
membimbing umat manusia menuju jalan yang benar. Dalam Islam, kerasulan
juga dianggap sebagai suatu karunia dan anugerah dari Allah SWT kepada
manusia, karena melalui kerasulan inilah manusia dapat mengenal dan
memahami ajaran-Nya.
Menurut Syeikh Daud dan ulama kalam yang lain bahwa mengenal Allah
SWT adalah harus bagi orang-orang yang berakal dan diwajibkan oleh syarak
terhadap setiap orang yang mukalaf. Nabi Muhammad SAW merupakan utusan
Allah yang bukan hanya sebagai pemimpin seluruh umat manusia, melainkan
pemimpin seluruh makhluk. Beliau tidak hanya diutus untuk umatnya saja,
melainkan juga berkah untuk semua makhluk Allah. Nabi Muhammad SAW
memiliki akhlak yang mulia terhadap siapa saja. Nabi Muhammad SAW dalam
Al-Qur’an disebut sebagai manusia paling berakhlak. Dialah Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dan tokoh inspirasi dalam banyak
hal, terutama dalam hal berperilaku.
B. Saran
Setelah mengetahui dan mempelajari materi “Ayat dan Hadits tentang
Ketuhanan dan Kerasulan,” diharapkan para pembaca dapat dengan mudah
memahami tentang materi tersebut. Selanjutnya kami berharap makalah ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk memperdalam pembelajaran mengenai
materi study Al-Qur’an Hadits terutama materi Ayat dan Hadits tentang
ketuhanan dan kerasulan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Imaduddin, W. (2019). Tafsir Surat Yasin Ayat 2–4 Tentang Kesaksian Al-Qur’an
Atas Kerasulan Muhammad SAW. Di akses dari islami.com. Pada 17 Juni 2023
https://islami.co/tafsir-surat-yasin-ayat-2-4-tentang-kesaksian-al-quran-atas-
kerasulan-muhammad-saw/
Jawas, Y. bin A. Q. (2013). Keagungan Dan Kebesaran Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Di akses dari almanhaj.or.id. Pada 17 Juni 2023
https://almanhaj.or.id/12546-keagungan-dan-kebesaran-allah-subhanahu-wa-
taala-2.html
Listiawati. (2014). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mahmood, A.R., & Khairuddin, W. H. (2019). Pendekatan Syeikh Daud al-Fatani
dalam Menganalisis Permasalahan Sifat Dua Puluh Sheikh Daud al-Fatani’s
Approach in Analyzing the Issues of “the Twenty Attributes.” Islamiyyat:
International Journal of Islamic Studies, 41(1), 99–108.
Muchlisin. (2019). Surah Al Ikhlas Terjemahan, Tafsir dan Asbabun Nuzul. Di
akses dari umma.id. Pada 17 Juni 2023 https://umma.id/post/surat-al-ikhlas-
terjemahan-tafsir-dan-asbabun-nuzul-244396?lang=id
Musyirifin, Z. (2020). Implementasi Sifat-Sifat Rasulullah dalam Konseling
Behavioral. Al - Irsyad : Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 11(2), 151–159.
Noor, M. (2018). Filsafat Ketuhanan. Jurnal Humaniora Teknologi, 3(1), 28-32.
Tim Redaksi. (2020). Kenabian Dan Kerasulan Muhammad SAW. Diakses dari
nuponorogo.or.id. Pada 17 Juni 2023. https://nuponorogo.or.id/kenabian-dan-
kerasulan-muhammad-saw/
Syafieh, M. F. I. (2016). TUHAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jurnal
At-Tibyan, 1(1), 144–172.
Syarbini, Amirulloh., R. R. & S. J. (2012). Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an.
Bandung: Ruang Kata.

17

Anda mungkin juga menyukai