Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

Peserta Didik dalam Al-qur’an

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

Dr. Ahmad Zuhri, MA

Muhammad Rusdi M. Pd

Disusun Oleh :

Pepi Yusfita Harahap (228810006)

Nurdila Nasution (228810011)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita
semua yang tiada tara baik nikmat iman dan nikmat kesehatan sehingga terselesaikan nya
makalah ini dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang sudah mau membantu
dan memberi masukan dalam membuat makalah ini dengan baik dan benar.

Shalawat serta salam marilah kita ucapkan kepada junjungan alam Nabi kita Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Dengan
selesainya makalah ini kami sebagai penyusun berharap agar makalah ini bisa menjadi suatu
pemahaman kita untuk lebih mengenal dan memperdalam keilmuan kita.

Kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dikarenakan banyaknya kekurangan kami mohon maaf. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar bisa
menyempurnakan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Medan, 18 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
C. Tujuan Rumusan Masalah........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2

A. Definisi Wawasan Al-Qur’an...................................................................................... 2

B. Sumber Pendidikan dalam Al-Qur’an........................................................................ 2

C. Allah sebagai Pendidik................................................................................................ 5

D. Para Pendidik dalam Al-Qur’an.................................................................................. 6

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 10

A. Kesimpulan................................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara sederhana sangat lengkap dan luas penjelasannya hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Syekh Ali Ash-Shabuni yaitu kalam Allah yang
mu`jiz, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul ketika penghabisan dengan perantaraan
Malaikat Jibril, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.
Al-Qur’an dipahami sebagai sarana komunikasi Allah kepada umat manusia sehingga
setiap kisah yang ada di dalamnya berfungsi sebagai pendidikan dan petunjuk serta suri
tauladan dan informasi pengetahuan yang ada didalamnya menjadi sumber bagi manusia
untuk digali dan dipelajari. Kalamullah ini mempunyai fungsi sebagai petunjuk atau
penerang jalan hidup bagi manusia yang hidup di dunia ini, yang membedakan antara
baik dengan buruk, benar dengan yang salah, yang mengarahkan manusia banyak hal
kepada berbagai persoalan-persoalan tentunya yang hal utama tentang keyakinan, etika,
prinsip ibadah, muamallah sampai kepada asas-asas pendidikan. Khusus mengenai
pendidikan, Al-Qur’an menjelaskan secara mendalam tentang wawasan dan motivasi
kepada manusia agar mendalami, mengkaji, memperhatikan dan meneliti isi alam
sebagai manifestasi kekuasaan Allah hingga mengaplikasikan sebagai lentera hidup bagi
manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Wawasan Al-Qur’an dalam Pendidikan?

2. Bagaimana Sumber Pendidikan dalam Al-Qur’an?

3. Bagaimana cara Allah sebagai Pendidik?

4. Siapa saja para Pendidik dalam A-Qur’an?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi Wawasan Al-Qur’an dalam Pendidikan
2. Untuk mengetahui Sumber pendidikan dalam Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Allah sebagai Pendidik
4. Untuk mengetahui para Pendidik dalam A-Qur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Wawasan Al-Qur’an

Pendidikan dalam arti umum adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh


masyarakat pada umumnya dalam mengasuh anak-anak mereka. Semua masyarakat baik
para orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, para ketua organisasi kemasyarakatan, dan
sebagainya bisa melaksanakan tugasnya mendidik anak-anak mereka. Walaupun hampir
semuanya tidak mengenyam pembelajaran pendidikan sebagai ilmu, mereka dapat saja
membina anak-anak atas dasar identifikasi terhadap cara-cara orangtua mendidik mereka
dahulu dan pengalaman-pengalaman lainnya. Atas dasar kenyataan tersebut, lalu
muncullah kritik terhadap pendidikan. Mereka tidak setuju dengan istilah pendidikan
sebagai suatu ilmu sebab semua orang bisa mendidik. Namun kritik seperti itu tidak
dapat diterima sepenuhnya sebab pendidikan pada masyarakat umum tidak selalu
berhasil dengan baik. Untuk memberikan hasil yang baik, mereka perlu belajar tentang
teori-teori pendidikan. Untuk menolak kritikan tersebut, perlu dibuat definisi mendidik
yang benar-benar mengarah kepada tugas ahli pendidikan. Definisi mendidik yang
dimaksud adalah upaya menciptakan situasi yang kondusif sedemikian rupa sehingga
peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan sendiri untuk mengembangkan semua
potensi yang dimilikinya. Tekanan pada definisi ini adalah menciptakan situasi belajar
yang dapat membangkitkan motivasi instrinsik peserta didik untuk belajar.

B. Sumber Pendidikan dalam Al-Qur’an

1. QS. Ar-Rahman [55]: 2-3

‫َع َّلَم اۡل ُقۡر ٰا َؕن َخ َلَق اِاۡل ۡن َس اَۙن‬

Artinya: “Yang telah mengajarkan Al-Qur'an, Dia menciptakan manusia”

Ayat ini menjelaskan bahwa banyak sekali nikmat Allah yang diberikan
kepada hamba-Nya, sebagai rahmat bagi mereka. Salah satu diantara nikmat yang
paling berharga adalah diajarkannya Al-Qur’an. Allah mengajarkan Al-Qur’an
kepada umat manusia agar dapat meraih kebahagian didunia dan diakhirat. Dan
nikmat yang kedua yaitu, Allah ciptakan manusia dan mengajarinya sehingga dapat

2
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya. Inilah hikmah makanya Nabi
Muhammad dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya. Pada ayat ini Allah
menyatakan bahwa Allah yang mengajar Al-Qur’an kepada Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril, dan Muhammad telah mengajarkan pada umatnya.

2. QS. Al-Anbiya [21]: 107

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلٰن َك ِااَّل َر ْح َم ًة ِّلْلٰع َلِم ْيَن‬

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Nabi Muhammad Saw. Sebagai penerima wahyu, selain sebagai


“mahasiswa” Allah, beliau juga “dosen” (pendidik) seluruh manusia. Orang yang
paling dekat dan semasa dengan beliau, yakni para sahabat, telah menjadi
“mahasiswa” beliau. Nabi Muhammad Saw. Telah berhasil melaksanakan misi
profetik tidak hanya dengan Al-Qur’an, melainkan dengan kepribadian dan karakter
yang istimewa. Dalam Kitab tafsir Ibnu Katsir (Katsir, 2000) Ayat Rahmatan lil
Alamin adalah Allah SWT mengabarkan bahwa Dia telah menjadikan Muhammad
sebagai rahmat bagi semesta alam. Yaitu, Dia mengutusnya sebagai rahmat untuk
kalian semua.

3. QS. At-Tahrim [66]: 6

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِحَج اَر ُة َع َلْيَها َم ٰۤل ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ‬
‫ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”

Dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan mengenai firman Allah SWT ,

‫“ ُق ْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َن اًرا‬Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”
Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan, “Apabila datang

3
kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu)” mengatakan:
“Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa
kepada Allah”

4. QS. Al-Kahfi [18]: 6

‫َفَلَع َّلَك َباِخ ٌع َّنْفَس َك َع ٰٓلى ٰا َثاِر ِهْم ِاْن َّلْم ُيْؤ ِم ُنْو ا ِبٰه َذ ا اْلَحِد ْيِث َاَس ًفا‬

Ayat ini menceritakan tentang permintaan Nabi Musa kepada Nabi Khidir
untuk menjadi muridnya, Nabi Musa memohon kepada Nabi Khidir dengan ucapan
permisif dan lemah lembut. Memberi gambaran kepada semua pelajar agar dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan gurunya mengedepankan sikap-sikap
persuasif dan lemah lembut dan patuh dalam mengikuti pelajaran.

Pendidik yang keempat dalam perspektif Al-Qur’an adalah orang lain dan
orang lain inilah yang disebut guru. Kisah Musa berjumpa dengan orang yang
selama ini dicari dan diyakini bahwa dia adalah orang yang dicari, maka Musa
menyampaikan hasratnya dengan menggunakan bahasa yang halus dan lembut,
sembari berkata “Bolehkah aku terus bersamamu dan sudi kiranya mengajarkan
kuilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Fahd, n.d)
karena tujuan utama dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa peserta didik,
menanamkan rasa fadhilah. (Al-Abrasyi, 1993) Sang guru masih perlu untuk
menguji tingkat kesabaran Musa bahkan boleh dikatakan meragukan kesabaran Nabi
Musa, karena Musa (sebagai peserta didik) akan menghadapi permasalahan yang
belum pernah dialami sebelumnya. Tetapi Musa dengan penuh semangat dan
keyakinan yang mendalam, dia bertekad untuk selalu bersabar atas segala yang akan
dihadapi. (Fahd, n.d) Hal ini menunjukkan bahwa Musa as menerima perintah Tuhan
dengan penuh keikhlasan dan lapang dada. Sebagai seorang Nabi, ia tidak merasa
rendah diri dan minder kalau pun harus berguru kepada salah seorang kaumnya.

C. Allah sebagai Pendidik

Allah sebagai pendidik utama yang menyampaikan kepada para Nabi berupa
berita gembira untuk disosialisasikan kepada umat manusia. Sebagaimana dalam
firman Nya:

‫وعلم ادم االسماء كلها ثم عرضهم على الملئكة فقال انبؤني باسماء هؤالء ان كنتم صديقين‬
4
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang benar-benar orang yang benar”.(Q.S. Al-
Baqarah/2: 31).

Ayat di atas dengan jelas bahwa Allah mengajar nabi Adam, kemudian di ayat lain Allah
mendidik manusia dengan perantaraan tulis baca:

‫علم االنسان مالم يعلم‬

“Dia megajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq/ 96:5).

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah sebagai pendidik bagi
manusia dan alam beserta isinya. Sebagai pendidik bagi manusia, Allah memberikan
bimbingan kepada manusia secara tidak langsung. Dalam hal ini, Ia mendidik manusia
melalui Jibril dengan cara menyampaikan wahyu kepada Nabi Saw untuk disampaikan
pula kepada umatnya. Sedangkan sebagai pendidik bagi alam semesta, Allah mendidik
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi yang mencakup seluruh penciptaan dan
kekuasaan-Nya.

Allah mendidik manusia sesuatu yang tidak manusia ketahui. Pendidikan Allah
menyangkut segala kebutuhan alam semesta ini. Allah sebagai pendidik alam semesta
dengan penuh kasih sayang sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Fatihah yaitu Allah
sebagai pendidik telah mengajar nabi Muhammad berupa turunnya ayat-ayat Al-Qur-an
untuk di sampaikan kepada umatnya. Seperti Allah mengajari/ menganjurkan nabi
berdakwah (Q.S. Al-Muddatsir/ 74:1-7) serta ayat-ayat lain yang pada intinya sebagai
imtitsal yang disampaikan pada Nabi untuk disebarkan pada umatnya.

D. Para Pendidik dalam Al-Qur’an

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut murabi, mu’allim, muadadib,


mudarris, muzakki, dan ustadz.

1. Murabbi

Istilah murabi merupakan bentuk (sigah) al-ism al-fa’il yang berakhir. Pertama
berasal dari kata rabba, yarbu, yang artinya zad dan nama (bertambah dan tumbuh).
Kedua berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai makna tumbuh dan menjadi

5
besar. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. (Bisri, 1999)

Kata Rabba, terdapat dalam Al Qur-an surat Al-Isra’ ayat 24

‫َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح الُّذ ِّل ِم َن الَّرْح َم ِة َو ُقْل َّرِّب اْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبٰي ِنْي َص ِغ ْيًر ۗا‬

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Qs. Al-Isra’[17]: 24)
(Depag & RI, 1999)

Istilah Murabbi sebagai pendidik mengandung makna yang luas, yaitu:

1. mendidik peserta didik agar kemampuannya terus meningkat


2. memberi bantuan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya
3. meningkatkan kemampuan peserta didik dari keadaan yang kurang dewasa
menjadi dewasa dalam pola pikir, wawasan dan sebagainya
4. menghimpun semua komponen-komponen pendidikan yang dapat
mengsukseskan pendidikan
5. memobilisasi pertumbuhan dan perkembangan anak
6. bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anak
7. memperbaiki sikap dan tingkah laku anak dari yang tidak baik menjadi lebih
baik
8. rasa kasih saying mengasuh peserta didik, sebagai orang tua mengasuh anak-
anak kandungnya
9. pendidik memiliki wewenang, kehormatan, kekuasaan, terhadap pengembangan
kepribadian
10. pendidik merupakan orangtua kedua setelah orangtua nya di rumah yang berhak
atas perkembangan dan pertumbuhan si anak.

Secara ringkas term Murabbi sebagai pendidik mengandung empat tugas utama:

a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik jelang dewasa;


b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan;
c. Mengerahkam seluruh fitrah menuju kesempurnaan;
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap. (Ramayulis, 2009)

6
2. Mu’allim

Mu’allim berasal dari bahasa arab ‫َع َّلَم – ُيَعِـِّلُم – َتْع ِلْيًم ا‬ yang berarti telah
mengajar, sedang mengajar, dan pengajaran atau orang yang mengajar. Mu’allim

merupakan ‫ َع َّلَم‬yang artinya orang yang mengajar. Dalam bentuk sulasi mujarrad,
masdar dari ‘alima adalah ‘ilmun, yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia
disebut ilmu. (Jurjanji) Berkenan dengan istilah mu’allim terdapat dalam QS. Al-
Baqarah [2] ayat 151

‫َك َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِفْيُك ْم َر ُسْو اًل ِّم ْنُك ْم َيْتُلْو ا َع َلْيُك ْم ٰا ٰي ِتَنا َو ُيَز ِّك ْيُك ْم َو ُيَع ِّلُم ُك ُم اْلِكٰت َب َو اْلِح ْك َم َة‬
‫َو ُيَع ِّلُم ُك ْم َّم ا َلْم َتُك ْو ُنْو ا َتْع َلُم ْو َۗن‬

Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)


Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS.
Al-Baqarah [2]:151) (Depag & RI, 1999)

Berdasarkan ayat di atas, maka mu’allim adalah orang yang mampu untuk
mengkonstruksikan bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik
dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan
hakekat sesuatu. mu’allim adalah orang yang memiliki kemampuan unggul
dibanding dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan
peserta didik kearah kesempurnaan dan kemandirian. (Ramayulis, 2009)

3. Mu’addib

Mu’addib merupakan al-ismal-fa’il dari madi-nya ‫َأَّد َب‬ artinya mendidik,


sementara mu’addib artinya orang yang mendidik atau pendidik. Dalam wazan
fi’ilsulasi mujarrad ‘aduba adalah ‘adaban artinya sopan, berbudi baik. Al-‘adabu
artinya kesopanan. Adapun masdar dari ‘addaba adalah ta’dib, yang artinya
pendidikan. (Munawwir, 1984) Adab dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan
tata krama, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Anak beradap biasanya dipahami
sebagai anak yang sopan yang mempunyai tingkah laku yang terpuji.

7
Dalam kamus bahasa Arab, al-Mu’jam al-Wasit istilah Mu’addib mempunyai
makna dasar sebagai berikut:

1. ta’dib berasal dari kata ” ‘aduba-ya’dubu “ yang berarti melatih, mendisiplin diri
untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
2. kata dasrnya, “ adabaya’dibu “ yang artinya mengadakan pesta atau perjamuan yang
berarti berbuat dan berperilaku sopan.
3. ‘addaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan
memberikan tindakan. (Al-Wasit)

Secara terminologi mu’addib adalah seorang pendidik yang bertugas untuk


menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan peserta didik untuk berperilaku
atau beradab sesuai dengan norma-norma, tata susila dan sopan santun yang berlaku
dalam masyarakat. (Ramayulis, 2009)

4. Mudarris

Secara etimologi istilah Mudarris berasal dari bahasa Arab, yaitu sigah al-ism
al-fa’il dari al-fi’l al-madi darrasa. Darrasa artinya mengajar, sementara mudarris
artinya Pendidik, pengajar. (Munawwir, 1987) Dalam bentuk al-fi’l al-madi sulasi
mujarrad, mudarris berasal dari kata darasa, mudari’-nya yadrusu masdar-nya
darsan, artinya telah mempelajari, sedang/akan mempelajari, dan pelajaran. (Yunus,
1990)

Secara terminologi mudarris adalah orang yang memiliki kepedulian


intelektual dan informasi, serta mengupdate pengetahuan dan senantiasa berusaha
membuat peserta didiknya menjadi cerdas, meminimalisir kebodohan mereka, serta
melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. (Muhaimin,
2005)

5. Mursyid

Secara etimologi istilah Mursyid berasal dari bahasa Arab dalam bentuk al-ism

al-fa’il dari al-fi’l al-madi rasysyada ‫َع َّلَم‬ mengajar. Sementara Mursyid memiliki
persamaan makna dengan kata al-dalil dan mu’allim, yang artinya penunjuk,
pemimpin, pengajar, dan instruktur. Dalam bentuk sulasi mujarrad masdar-nya
adalah rusydan/rasyadan, artinya balagah rasydahu (telah sampai kedewasaan). Al-

8
rusydu juga mempunyai arti al-aqlu, yaitu akal, pikiran, kebenaran, kesadaran,
keinsyafan. Al-irsyad sama dengan al-dialah, al-ta’lim, al-masyurah artinya
petunjuk, pengajaran, nasehat, pendapat, pertimbangan, dan petunjuk. (Munawwir,
1987)

Secara terminologi Mursyid adalah merupakan salah satu sebutan


pendidik/Pendidik dalam pendidikan Islam bertugas untuk membimbing peserta
didik agar ia mampu menggunakan akal pikiran secara tepat, sehingga ia mencapai
keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat sesuatu atau mencapai kedewasaan
berfikir. Mursyid berkedudukan sebagai pemimpin, penunjuk jalan, pengarah, bagi
peserta didiknya agar ia memperoleh jalan yang lurus. (Ramayulis, 2009)

6. Ustadz

Ustadz merupakan istilah pendidik yang sering digunakan dalam proses


kegiatan mengajar di suatu lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren. Gelar
ustadz tidak hanya sebatas sebagai pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung
di dalam kelas, tetapi juga sering digunakan untuk penyebutan orang yang faqih
fiddin artinya orang-orang yang benar-benar mengerti dan paham tentang agama
(Muhadjir, 2000).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur'an memberikan wawasan yang tentang pendidikan dalam Islam. Al-Qur'an


menekankan pentingnya pengembangan spiritual, moral, intelektual, dan sosial dalam
pendidikan anak-anak Muslim. Al-Qur'an mengajarkan nilai-nilai penting seperti
keadilan, etika, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Para pendidik diharapkan menjadi
contoh yang baik dan memberikan pendidikan yang berkualitas kepada generasi Muslim.
Pendidikan Islam juga harus mengintegrasikan diri dengan pendidikan umum dalam
mempersiapkan pelajar untuk menghadapi tantangan dunia modern. Dengan memahami
wawasan Al-Qur'an tentang pendidikan, masyarakat Muslim dapat memahami sistem
pendidikan yang holistik dan berkomitmen untuk membentuk generasi yang berakhlak
mulia dan berpengetahuan luas.

B. Saran
Dalam proses pembuatan makalah ini tentu banyak kekurangan-kekurangan yang
masih perlu untuk kami tambahkan demi menyempurnakannya, untuk itu kami memohon
maaf atas segala kekurangan dan semoga makalah ini dapat banyak memberi manfaat
bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Moh. „Athiyah. (1993). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Bulan


Bintang.

Al-Wasit. Kamus Arab. Jakarta: Mahta Angkasa.

Bisri, A. M. (1999). Kamus Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif.

Depag RI. (1999). Al-Qur'an dan Terjemahan. Jakarta: CV Samara mandiri.

Fahd, M. al-M. (n.d.). Li Tiba‟at al-Mushaf al-Sharif. al-Madinah al-Munawwarah.

Jurjanji, A. At-Ta'rifat. Tunisia: Dar al Tunisiyat.

Katsir, I. (2000). Tafsir Al-Qur‟anul Adzim(pp. 458–461). Maktabah Aulad As-Syaik At-
Turats.

Muhaimin. (2005). Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah, Madrasah,


dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Munawwir. (1987). Kamus Al Munawwir. Yogyakarta: Pondok Pesantren Al Munawwir.

Ramayulis. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Yunus, M. (1990). Kamus Bahasa Arab. Jakarta: PT. Hidakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai