Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu:
Muhammad Rusdi M. Pd
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita
semua yang tiada tara baik nikmat iman dan nikmat kesehatan sehingga terselesaikan nya
makalah ini dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang sudah mau membantu
dan memberi masukan dalam membuat makalah ini dengan baik dan benar.
Shalawat serta salam marilah kita ucapkan kepada junjungan alam Nabi kita Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Dengan
selesainya makalah ini kami sebagai penyusun berharap agar makalah ini bisa menjadi suatu
pemahaman kita untuk lebih mengenal dan memperdalam keilmuan kita.
Kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dikarenakan banyaknya kekurangan kami mohon maaf. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar bisa
menyempurnakan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
C. Tujuan Rumusan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
A. Kesimpulan................................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara sederhana sangat lengkap dan luas penjelasannya hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Syekh Ali Ash-Shabuni yaitu kalam Allah yang
mu`jiz, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul ketika penghabisan dengan perantaraan
Malaikat Jibril, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.
Al-Qur’an dipahami sebagai sarana komunikasi Allah kepada umat manusia sehingga
setiap kisah yang ada di dalamnya berfungsi sebagai pendidikan dan petunjuk serta suri
tauladan dan informasi pengetahuan yang ada didalamnya menjadi sumber bagi manusia
untuk digali dan dipelajari. Kalamullah ini mempunyai fungsi sebagai petunjuk atau
penerang jalan hidup bagi manusia yang hidup di dunia ini, yang membedakan antara
baik dengan buruk, benar dengan yang salah, yang mengarahkan manusia banyak hal
kepada berbagai persoalan-persoalan tentunya yang hal utama tentang keyakinan, etika,
prinsip ibadah, muamallah sampai kepada asas-asas pendidikan. Khusus mengenai
pendidikan, Al-Qur’an menjelaskan secara mendalam tentang wawasan dan motivasi
kepada manusia agar mendalami, mengkaji, memperhatikan dan meneliti isi alam
sebagai manifestasi kekuasaan Allah hingga mengaplikasikan sebagai lentera hidup bagi
manusia.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ayat ini menjelaskan bahwa banyak sekali nikmat Allah yang diberikan
kepada hamba-Nya, sebagai rahmat bagi mereka. Salah satu diantara nikmat yang
paling berharga adalah diajarkannya Al-Qur’an. Allah mengajarkan Al-Qur’an
kepada umat manusia agar dapat meraih kebahagian didunia dan diakhirat. Dan
nikmat yang kedua yaitu, Allah ciptakan manusia dan mengajarinya sehingga dapat
2
mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatinya. Inilah hikmah makanya Nabi
Muhammad dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya. Pada ayat ini Allah
menyatakan bahwa Allah yang mengajar Al-Qur’an kepada Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril, dan Muhammad telah mengajarkan pada umatnya.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِحَج اَر ُة َع َلْيَها َم ٰۤل ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ
ِش َداٌد اَّل َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن
“ ُق ْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َن اًراPeliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”
Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan, “Apabila datang
3
kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu)” mengatakan:
“Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa
kepada Allah”
َفَلَع َّلَك َباِخ ٌع َّنْفَس َك َع ٰٓلى ٰا َثاِر ِهْم ِاْن َّلْم ُيْؤ ِم ُنْو ا ِبٰه َذ ا اْلَحِد ْيِث َاَس ًفا
Ayat ini menceritakan tentang permintaan Nabi Musa kepada Nabi Khidir
untuk menjadi muridnya, Nabi Musa memohon kepada Nabi Khidir dengan ucapan
permisif dan lemah lembut. Memberi gambaran kepada semua pelajar agar dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan gurunya mengedepankan sikap-sikap
persuasif dan lemah lembut dan patuh dalam mengikuti pelajaran.
Pendidik yang keempat dalam perspektif Al-Qur’an adalah orang lain dan
orang lain inilah yang disebut guru. Kisah Musa berjumpa dengan orang yang
selama ini dicari dan diyakini bahwa dia adalah orang yang dicari, maka Musa
menyampaikan hasratnya dengan menggunakan bahasa yang halus dan lembut,
sembari berkata “Bolehkah aku terus bersamamu dan sudi kiranya mengajarkan
kuilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Fahd, n.d)
karena tujuan utama dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa peserta didik,
menanamkan rasa fadhilah. (Al-Abrasyi, 1993) Sang guru masih perlu untuk
menguji tingkat kesabaran Musa bahkan boleh dikatakan meragukan kesabaran Nabi
Musa, karena Musa (sebagai peserta didik) akan menghadapi permasalahan yang
belum pernah dialami sebelumnya. Tetapi Musa dengan penuh semangat dan
keyakinan yang mendalam, dia bertekad untuk selalu bersabar atas segala yang akan
dihadapi. (Fahd, n.d) Hal ini menunjukkan bahwa Musa as menerima perintah Tuhan
dengan penuh keikhlasan dan lapang dada. Sebagai seorang Nabi, ia tidak merasa
rendah diri dan minder kalau pun harus berguru kepada salah seorang kaumnya.
Allah sebagai pendidik utama yang menyampaikan kepada para Nabi berupa
berita gembira untuk disosialisasikan kepada umat manusia. Sebagaimana dalam
firman Nya:
وعلم ادم االسماء كلها ثم عرضهم على الملئكة فقال انبؤني باسماء هؤالء ان كنتم صديقين
4
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang benar-benar orang yang benar”.(Q.S. Al-
Baqarah/2: 31).
Ayat di atas dengan jelas bahwa Allah mengajar nabi Adam, kemudian di ayat lain Allah
mendidik manusia dengan perantaraan tulis baca:
“Dia megajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq/ 96:5).
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah sebagai pendidik bagi
manusia dan alam beserta isinya. Sebagai pendidik bagi manusia, Allah memberikan
bimbingan kepada manusia secara tidak langsung. Dalam hal ini, Ia mendidik manusia
melalui Jibril dengan cara menyampaikan wahyu kepada Nabi Saw untuk disampaikan
pula kepada umatnya. Sedangkan sebagai pendidik bagi alam semesta, Allah mendidik
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi yang mencakup seluruh penciptaan dan
kekuasaan-Nya.
Allah mendidik manusia sesuatu yang tidak manusia ketahui. Pendidikan Allah
menyangkut segala kebutuhan alam semesta ini. Allah sebagai pendidik alam semesta
dengan penuh kasih sayang sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Fatihah yaitu Allah
sebagai pendidik telah mengajar nabi Muhammad berupa turunnya ayat-ayat Al-Qur-an
untuk di sampaikan kepada umatnya. Seperti Allah mengajari/ menganjurkan nabi
berdakwah (Q.S. Al-Muddatsir/ 74:1-7) serta ayat-ayat lain yang pada intinya sebagai
imtitsal yang disampaikan pada Nabi untuk disebarkan pada umatnya.
1. Murabbi
Istilah murabi merupakan bentuk (sigah) al-ism al-fa’il yang berakhir. Pertama
berasal dari kata rabba, yarbu, yang artinya zad dan nama (bertambah dan tumbuh).
Kedua berasal dari kata rabiya, yarba yang mempunyai makna tumbuh dan menjadi
5
besar. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. (Bisri, 1999)
َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح الُّذ ِّل ِم َن الَّرْح َم ِة َو ُقْل َّرِّب اْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبٰي ِنْي َص ِغ ْيًر ۗا
Secara ringkas term Murabbi sebagai pendidik mengandung empat tugas utama:
6
2. Mu’allim
Mu’allim berasal dari bahasa arab َع َّلَم – ُيَعِـِّلُم – َتْع ِلْيًم ا yang berarti telah
mengajar, sedang mengajar, dan pengajaran atau orang yang mengajar. Mu’allim
merupakan َع َّلَمyang artinya orang yang mengajar. Dalam bentuk sulasi mujarrad,
masdar dari ‘alima adalah ‘ilmun, yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia
disebut ilmu. (Jurjanji) Berkenan dengan istilah mu’allim terdapat dalam QS. Al-
Baqarah [2] ayat 151
َك َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِفْيُك ْم َر ُسْو اًل ِّم ْنُك ْم َيْتُلْو ا َع َلْيُك ْم ٰا ٰي ِتَنا َو ُيَز ِّك ْيُك ْم َو ُيَع ِّلُم ُك ُم اْلِكٰت َب َو اْلِح ْك َم َة
َو ُيَع ِّلُم ُك ْم َّم ا َلْم َتُك ْو ُنْو ا َتْع َلُم ْو َۗن
Berdasarkan ayat di atas, maka mu’allim adalah orang yang mampu untuk
mengkonstruksikan bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik
dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang ada kaitannya dengan
hakekat sesuatu. mu’allim adalah orang yang memiliki kemampuan unggul
dibanding dengan peserta didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan
peserta didik kearah kesempurnaan dan kemandirian. (Ramayulis, 2009)
3. Mu’addib
7
Dalam kamus bahasa Arab, al-Mu’jam al-Wasit istilah Mu’addib mempunyai
makna dasar sebagai berikut:
1. ta’dib berasal dari kata ” ‘aduba-ya’dubu “ yang berarti melatih, mendisiplin diri
untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
2. kata dasrnya, “ adabaya’dibu “ yang artinya mengadakan pesta atau perjamuan yang
berarti berbuat dan berperilaku sopan.
3. ‘addaba mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan
memberikan tindakan. (Al-Wasit)
4. Mudarris
Secara etimologi istilah Mudarris berasal dari bahasa Arab, yaitu sigah al-ism
al-fa’il dari al-fi’l al-madi darrasa. Darrasa artinya mengajar, sementara mudarris
artinya Pendidik, pengajar. (Munawwir, 1987) Dalam bentuk al-fi’l al-madi sulasi
mujarrad, mudarris berasal dari kata darasa, mudari’-nya yadrusu masdar-nya
darsan, artinya telah mempelajari, sedang/akan mempelajari, dan pelajaran. (Yunus,
1990)
5. Mursyid
Secara etimologi istilah Mursyid berasal dari bahasa Arab dalam bentuk al-ism
al-fa’il dari al-fi’l al-madi rasysyada َع َّلَم mengajar. Sementara Mursyid memiliki
persamaan makna dengan kata al-dalil dan mu’allim, yang artinya penunjuk,
pemimpin, pengajar, dan instruktur. Dalam bentuk sulasi mujarrad masdar-nya
adalah rusydan/rasyadan, artinya balagah rasydahu (telah sampai kedewasaan). Al-
8
rusydu juga mempunyai arti al-aqlu, yaitu akal, pikiran, kebenaran, kesadaran,
keinsyafan. Al-irsyad sama dengan al-dialah, al-ta’lim, al-masyurah artinya
petunjuk, pengajaran, nasehat, pendapat, pertimbangan, dan petunjuk. (Munawwir,
1987)
6. Ustadz
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam proses pembuatan makalah ini tentu banyak kekurangan-kekurangan yang
masih perlu untuk kami tambahkan demi menyempurnakannya, untuk itu kami memohon
maaf atas segala kekurangan dan semoga makalah ini dapat banyak memberi manfaat
bagi pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Katsir, I. (2000). Tafsir Al-Qur‟anul Adzim(pp. 458–461). Maktabah Aulad As-Syaik At-
Turats.
11