Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR STUDI AL-QUR'AN HADIS


TENTANG
HADIS MAUDHU' DAN INKAR SUNNAH

DISUSUN OLEH:

Ummul Haira : 2312020017

Artina Sari : 2312020007

DOSEN PENGAMPU:
Fredika Ramadanil, M.Ag

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan
hidayah -Nya, karena hanya dengan karunia-Nya makalah yang berjudul “Hadis Maudhu' dan
Inkar Sunnah” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan
para sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Kemudian dengan segala hormat penulis
ucapkan terimakasih kepada Fredika Ramadanil, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an dan Hadits.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Masih banyak kesalahan yang terjadi
pada penyusunan serta penulisan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih atas
perhatiannya semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Padang, 4 November 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Pengertian Hadist Maudhu`......................................................................................2
2.2 Latar Belakang Kemunculan Hadist Maudhu`.........................................................3
2.3 Tanda Tanda Hadist Maudhu`..................................................................................6
2.4 Contoh Hadsit Maudhu`............................................................................................6
2.5 Pengertian Inkar Sunkar............................................................................................
2.6 Pembagian Inkar.......................................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11


3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang kompleks dan sangat menarik
untuk diperbincangkan. Apalagi hadits adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Salah satu hal permasalahan yang menarik yang sampai saat ini masih diperbincangkan para
ulama akan kami bahas di dalam makalah ini yakni mengenai hadits maudhu’ yang
menimbulkan kontroversi dalam keberadaannya. Suatu pihak menanggapinya dengan apa
adanya, ada juga yang menanggapinya dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada
pihak yang menolaknya secara langsung. Hal ini dikarenakan kesenjangan waktu antara
sepeninggal Rasulullah Saw. dengan waktu pembukuan hadits (hampir 1 abad) merupakan
kesempatan yang baik bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya
membuat dan mengatakan sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasulullah Saw. dengan alasan yang
dibuat-buat. Kemudian kami sebagai Mahasiswa yang dituntut untuk mengkaji dan memahami
polemik problematika umat yang salah satunya ditimbulkan dari adanya hadits maudhu’
tersebut.

Sunnah adalah segalasesuatu yang di idhafah'kan kepada nabi muhammad Saw. yang
berisi petunjuk dan pedoman untuk kemaslahatan hidup umat manusia. karena keberadaannya
sebagai sumber ajaran Islam. Alquran dan Sunnah telah menjadi fokus perhatian umat Islam
sejak zaman Nabi sendiri sampai sekarang. Namun Berbeda dengan Al Quran! perkembangan
Sunnah tidak semulus Al Quran. Berbagai keraguan bahkan penolakan muncul seiring
pertumbuhan studi terhadap Sunnah itu sendiri. Keraguan tersebut lebih memuncak ketika
munculnya golongan yang mengingkari sunnah (ingkar Sunnah).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hadis maudhu' ?
2. Bagaimana latar belakang munculnya Hadis maudhu' ?
3. Apa tanda-tanda Hadis Maudhu' ?
4. Apa contoh Hadis Maudhu' ?
5. Apa pengertian Inkar Sunnah?
6. Apa saja pembagian Inkar Sunnah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Hadis Maudhu'
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya Hadis Maudhu'
3. Untuk mengetahui tanda-tanda Hadis Maudhu'
4. Untuk mengetahui contoh Hadis Maudhu'
5. Untuk mengetahui pengertian Inkar Sunnah
6. Untuk mengetahui pembagian Inkar Sunnah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Maudhu'


Apa bila ditinjau dari segi bahasa, Hadis Maudhu' berasal dari kata ‫ ( ا ال ثقاط‬meletakkan /
menyimpan), ‫ ( ا ختال ق‬mengada-ada / membuat-buat), dan ‫( ا لتر ك‬ditinggal). Secara istilah Hadis
Maudhu' adalah hadis yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. Secara dibuat-buat dan dusta,
padahal beliau tidak mengatakan, mempebuat dan mengerjakan. Sebagian ulama mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan Hadis Maudhu' adalah hadis yang diciptakan dan dibuat oleh
seorang pendusta yang ciptaan ini dinisbahkan kepada Rasulullah Saw. secara paksa dan dusta,
baik disengaja maupun tidak . Hadits maudhu’ secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul,
wadha’a,yadha’u yang bermakna yang disusun, dusta yang diada-adakan, dan yangdiletakkan.
Sedangkan dari segi terminologi ulama hadits mengartikan hadits maudhu’ yaitu sesuatu yang
dinisbatkan kepada Rasul saw, secara mengada-adadan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau
kerjakan, dan beliau taqrirkan.1
Hadits maudhu’ atau hadits palsu ialah hadits yang di dalam sanad nya(umumnya) ada
seorang atau beberapa orang rawi yang pendusta. Sedangkanhadits yang tidak ada asalnya ialah
hadits yang tidak mempunyai sanad untukdiperiksa. Yakni, perkataan yang beredar dari mulut ke
mulut atau dari tulisan ketulisan yang tidak ada asal usulnya (sanadnya) yang disandarkan
kepada Nabi Saw. Contohnya seperti hadits “ikhtilaafu umati rahmah/perselisihan umatkuadalah
rahmat.” dan di kitab Ihya-nya imam Al-Ghazali terdapat hadits-haditsyang tidak ada asalnya
sebanyak 900 hadits lebih menurut pemeriksaan As Subki di kitabnya Thabaqaat Asy
Syafi’iyyah Al Kubra. Meskipun hadits yang tidak adaasalnya masuk ke dalam bagian hadits
maudhu’ akan tetapi ulama ahli haditsmembedakan di dalam penyebutannya. Karena
haditsmaudhu’ mempunyai sanad,sedangkan hadits yang tidak ada asalnya tidak mempunyai
sanad2.

1
Fatur Rahman,Ikhtisar Musthalahul Hadis,(Bandung:PT.Almaarif,1995),140
2
Ibit,.141.
B. Latar Belakang Kemunculan Hadis Maudhu'

C. Latar Belakang Kemunculan


dan Perkembangan Hadits
Maudhu’
Kalau dilihat dari data sejarah yang ada, pemalsuan hadits tidak hanya dilakukan oleh orang-
orang Islam, akan tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non Islam yang berusaha mencemarkan
hadits sebagai sumber ajaran Islam. Dari kalangan Islam sendiri, menurut para ulama yang mula-
mula membuat hadits palsu ialah golongan Syi’ah. Kegiatan dan pengaruhnya tampak jelas pada
banyaknya hadits-hadits ini untuk kepentingan mereka serta munculnya hadits palsu dari pihak
lawan mereka. Adapun latar belakang munculnya hadits-hadits Maudhu’ antara lain :
1. Faktor Politik
Hadits Maudhu’ muncul akibat dampak komflik internal umat Islam yang kemudian
terpecah menjadi beberapa sekte. Pertentangan gejolak politik yang terjadi antara Alidan
Mu’awiyah merupakan faktor yang pertama munculnya hadits palsu. Dari kedua kelompok
diatas yang pertama kali melakukan pemalsuan hadits ialah kelompok Syi’ah. Mereka
membuat hadits Maudhu’ untuk memusuhi lawan politiknya.3
Adapun contoh hadits palsu yang dibuat oleh Syi’ah untuk kepentingannya
Misalnya :

‫كتعيش يبحمب و كتعيشل و كله ل و كي دل ا ول و كتي ر ذل و كل رفغ ل ا ن إ يلع اي‬

“Wahai Ali sesungguhnya Allah SWT. Telah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang
tuamu, keluargamu, (golongan) Syi’ahmu, dan orang-orang mencintai (golongan)
Syi’ahmu”4.

2. Usaha Kaum Zindiq

3
Ibid.hal.106
4
Munzir Suparta,Ilmu Hadist,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,20020.hal.182
Setelah Islam menaklukkan dua negara super power yakni kerajaan Romawi dan
Persia. Islam tersebar kesegala penjuru dunia, sementara musuh-musuh Islam tersebut tidak
mampu melakukan perlawanan secara langsung, maka mereka meracuni umat Islam dengan
hadits Maudhu’ yang dilakukan oleh kaum zindiq. Abd al-Karim ibn al-‘Auja sebelum
dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman bin Ali mengatakan bahwa dia telah membuat
hadits palsu sebanya 4000 hadits. Sedangkan Hammad bin Zaid mengatakan bahwa hadits
yang dibuat kaum zindiq berjumlah 12000 hadits

Contoh hadits yang dibuat oleh kaum zindiq ini antara lain :

‫ىل إ رظنل ا هق دص ليمجل ا هج ول ا‬

“Melihat wajah cantik termasuk ibadah”

3. Fanatik Terhadap Bangsa, Suku, Negri, Bahasa, dan Pimpinan


Membuat hadits palsu karena didorong oleh sikap ego dan fanatik buta serta ingin
menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain. Golongan Al-Syu’ubiyah yang
fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan :

‫ةيس ر افل اب يح ول ا ل زن أ يض ر اذ إ و ةيب رعل اب يح وال ل زن أ بضغ ا ذ إ ل ا ن إ‬

“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab dan apabila
senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi”

Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasanya mengatakan:

‫ةيب رعل اب يح ول ا ل زنأ يض ر ا ذ إ و ةيس ر افل اب يح ول ا ل زن أ بضغ ا ذ إ ل ا ن إ‬

“Apabila Allah murka, menurunkan wahyu dengan bahasa persi dan apabila senang
menurunkannya dengan bahasa Arab”.
4. Mempengaruhi Kaum Awam Dengan Kisah Dan Nasihat
Adapun contoh riwayat tukang kedustaan para tukang cerita adalah yang
diriwayatkan oleh Abu Ja’far Muhammad ath-Thayalisiy, katanya : Ahmad ibn
Hanbal dan Yahya ibn Ma’in shalat di mesjid ar-Rashafah. Kemudian ada seorang tukang
cerita dihadapan jamaah berkata : telah meriwayatkan kepada kami Ahmad ibn Hanbal dan
Yahya ibn Ma’in, keduanya berkata : “Telah meriwayatkan kepada kami Abdurrazzaq dari
Ma’mar dari Qatadah dari Anas, katanya : Rasulullah SAW bersabda:

‫ن اج رمنم هشي ر و و به ذ نم ه ر اقنم ا رئ اط ةملك لك نم ل ا قلخ ل ا ل إ هل إ ل ل اق نم‬

“Barang siapa mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai
balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari
marjan”.

5. Senang Kepada Kebaikan Tanpa Pengetahuan Agama Yang Cukup


Di antara tujuan mereka membuat hadits Maudhu’ adalah agar umat cinta kebaikan
dan menjauhi kemungkaran, mencintai akhirat, dan menakut-nakuti dengan azab Allah.
Orang-orang yang membuat hadits palsu mengira bahwa usaha mereka adalah benar dan
merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah, serta menjunjung tinggi agama Islam.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadits palsu
berkenaan dengan fadhilah membaca surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an,karena dia
melihat telah banyak orang yang berpaling dari Al-Qur’an5.

6. Perbedaan pendapat dalam masalah Fiqh atau Ilmu kalam


Perbuatan ini umumnya muncul dari para pengikut suatu mazhab, baik dalam bidang
Fiqh atau ilmu Kalam. Mereka menciptakan hadits-hadits palsu dalam rangka
mendukung atau menguatkan pendapat, Hasil ijtihad dan pendirian para imam
mereka. Diantara hadits-hadits buatan yang mendukung pendirian mazhab tentang tata cara
pelaksanaan ibadah shalat, seperti mengangkat tangan ketika akan rukuk, menyaringkan
bacaan “bismilah”ketika membaca Al-Fatihah dalam bidang Fiqih.

5
Nawir Yuslem,Ulumul Hadist,hal.207
Misalnya Hadits tentang rukuk dalam shalat :

‫هل ه لص لف ع وك رل ا يف ه دي عف ر نم‬

“Siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’, maka tiadalah shalat baginya”

Menurut Adz-Dzahabi seperti yang dikutip oleh Abdul Majid Khon, pemalsuan hadits ini
adalah Ma’mun bin Ahmad. Masalah mengangkat tangan pada waktu ruku’ atau bangun dari
ruku’ atau perpindahan gerakan shalat bersamaan takbir intiqal memang terjadi khilafiyah
antara mazhab. Ada yang mewajibkannya seperti pendapat Al-Auza’I dan ada yang menilai
seperti kebanyakan ulama.

7. Menjilat Kepada Penguasa


Ada juga orang-orang yang ingin mendekati para penguasa dengan membuat hadits palsu
yang sesuai dengan keadaan, guna mengharapkan imbalan dan menyenangkan hati para
penguasa. Seperti yang dilakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim kepada khalifah al-Mahdiy yang
sedang bermain burung. Ghiyat menambah kata ‫ رف اححح و ا‬pada akhir Hadits yang berbunyi
:

‫رف اح و أ فخ و أ لصن يف ل إ قبس ل‬

“Tidak ada perlombaan kecuali pada anak panah, balapan unta, pacuan kuda. Maka
Ghayats menambahkan, “atau burung merpati6”

C. Tanda-tanda Hadis Maudhu'


1. Tanda-tanda yang terdapat pada Sanad
a) Pengakuan dari pembuat hadis maudhu' itu sendiri
b) kenyataan sejarah bahwa perawi hadits itu tidak bertemu / tidak sezaman dengan
orang yang dikatakan oleh gurunya.

2. Tanda-tanda yang terdapat pada Matan


6
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadist,hal 207
a) berlawanan dengan pendapat akal
b) bertentangan dengan Al-Qur'an
c) bertentangan dengan Sunnah atau hadis mutawatir
d) berlawanan dengan ijma'

D. Contoh Hadis Maudhu'


Beberapa contoh Hadis palsu dan lemah dalam kitab Ihya Ulumuddin :

‫اْلَحِد ْيُث ِفي اْلَم ْس ِج ِد َيْأُك ُل اْلَح َس َناِت َك َم ا َتْأُك ُل اْلَبَهاِئُم اْلَحِش ْيش‬ َ

“Percakapan dalam masjid akan memakan/menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang


ternak yang memakan rumput”7.

Hadits ini dihukumi oleh Imam al-‘Irâqi rahimahullah, as-Subki rahimahullah dan al-
Albâni rahimaullah sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits 8.

‫َقِلْيُل الَّتْو ِفْيِق َخْيٌر ِم َن َك ِثْيِر اْلَع ْقل‬ ِ

“Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak “9.

Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak
ada asalnya10.

‫ُبِنَى ْالِّد ْيُن َع َلى الَّن َظ اَفة‬ ِ

“Agama Islam dibangun di atas kebersihan”11 .

7
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/152, cet. Darul ma’rifah, Beirut).
8
Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah 1/60
9
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/152, cet. Darul ma’rifah, Beirut).
10
Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/287 dan Difâ’un ‘anil Hadîtsin Nabawi hlm. 46
11
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/31).
Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena pada sanadnya ada perawi yang bernama
‘Umar bin Shubh al-Khurâsâni. Ibnu Hajar rahimahullah berkata tentangnya12

“Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan
(Imam Ishâq) bin Rahuyah mendustakannya”13.

‫ِإَّن اْلَع اِلَم ُيَع َّذ ُب َع َذ اًبا َيِط ْيُف ِبِه َأْهُل الَّنار‬ ِ

“Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang
akan membuat sempit (susah) penduduk neraka”14.

Hadits ini dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada
asalnya15.

‫ِشَر اُر اْلُع َلَم اِء اَّلِذ ْيَن َيْأُتْو َن اُأْلَم َر اَء َو ِخَياُر اُأْلَم َر اِء اَّلِذ ْيَن َيْأُتْو َن اْلُع َلَم اَء‬

“Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa (pemerintah) dan
sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama”16.

Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada
asalnya17 .

‫َم ْن َقاَل َأَنا ُم ْؤ ِم ٌن َفُهَو َك اِفٌر َو َم ْن َقاَل َأَنا َعاِلٌم َفُهَو َج اِهٌل‬

“Barangsiapa berkata: ‘Aku adalah seorang mukmin’ maka dia kafir, dan barang siapa
berkata: ‘Aku adalah orang yang berilmu’ maka dia adalah orang yang jahil (bodoh)”18 .

12
Taqrîbut Tahdzîb hlm. 414
13
Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah no. 3264
14
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/60).
15
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/60).
16
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/68).
17
Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/288
18
Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/125).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullahsebagai hadits yang tidak ada
asalnya19 dan dinyatakan lemah oleh Imam as-Sakhâwi rahimahullah20

E. Pengertian Inkar Sunnah


Kata “Ingkar Sunnah ” terdiri dari dua kata yaitu Ingkar dan Sunnah. Kata ingkar
mempunyai arti tidak mengakui dan tidak menerima baik dilisan maupun dihati, bodoh atau tidak
mengetahui sesuatu ( Antonin kata Al Irfan, dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam
hati).
As-sunah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari nabi
Muhammad Saw. Dalam bentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat tubuh serta akhlak yang
dimaksudkan sebagai tasyri' ( pernsyari'atan) bagi umat Islam.

Menurut istilah ada beberapa definisi Ingkar Sunnah yang sifatnya masih sangat
sederhana pembatasannya, diantaranya sebagai berikut:
1. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau Sunnah sebagai
sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an.
2. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar
hukum Islam dari Sunnah shahih baik Sunnah praktis atau secara formal
dikodifikasikan para ulama baik secara totalitas mutawatir maupun Ahad atau
sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.

Ingkar As Sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap Sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi Sunnah. Hal
ini membuat tertolaknya Sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya.

F. Pembagian Inkar Sunnah


Dalam buku pemikiran modern dalam Sunnah: pendekatan ilmu hadis, Abdul Majid
menyebutkan terdapat beberapa macam kelompok ingkar Sunnah, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Ingkar Sunnah Mutlak
19
Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/289
20
al-Maqâshidul Hasanah hlm. 663
Mereka adalah kelompok yang menolak Sunnah sebagai sumber hukum, baik Sunnah
praktis maupun Sunnah mutawatirah. Pengingkar Sunnah ini tidak mengimani Rasul Allah yakni
Nabi Muhammad Saw. dan dilatarbelakangi oleh kemurtadan.
2. Ingkar Sunnah Kulli
Ingkar sunnah kulli artinya adalah mereka yang menolak kehujahan sistem periwayatan
sunnah yang terjadi setelah masa Rasulullah SAW, secara mutawatir dan ahad. Orang yang
ingkar sunnah kulli menolak pengamalan seluruh sunnah yang diriwayatkan.

3. Ingkar Sunnah Syibh Kulli


Kelompok ini adalah mereka yang menerima hadis mutawatir saja dan menolak seluruh
sunnah ahad. Namun mereka menyebut bahwa hadis mutawatir tidak mungkin terjadi karena
sulitnya persyaratan yang ditentukan oleh para ulama.
4. Ingkar Sunnah Juz'i
Pengingkar sunnah juz'i adalah orang-orang yang menolak sunnah ahad yang shahih.
Mereka menganggapnya bertentangan dengan Al-Quran dan bertentangan dengan sains
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis maudhu' adalah segala riwayat yang dinisbahkan kepada Rasulullah Saw. dengan
jalan mengada-ada atau berbohong tentang apa yang tidak pernah diucapkan dan dikerjakan oleh
Rasulullah Saw. Serta tidak pula disetujui oleh beliau.
Adapun yang melatarbelakangi munculnya Hadis Maudhu' tidak terlepas dari pertikaian
antara Ali dan Muawiyah. Yang mana pengikut Ali terpecah menjadi dua kelompok yaitu
kelompok khawarij (kelompok yang keluar dari barisan Ali) dan kelompok Syi'ah (kelompok
yang setia pada Ali). Sepeninggal Ali terjadi perebutan kekuasaan kursi kekhalifahan, sehingga
seiring waktu muncullah hadits-hadits palsu yang menggambarkan kelebihan-kelebihan Khalifah
mereka, kelebihan-kelebihan kelompok dan kelebihan-kelebihan ketua-ketua mereka. Jadi hadis
maudhu' ini dipergunakan untuk menyerang lawannya dan mengunggulkan kelompok
nya.Tanda-tanda Hadis Maudhu' dapat dilihat dari sanad dan matannya.
Ingkar Sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap Sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Adapun pembagian Inkar Sunnah yaitu: Inkar Sunnah Mutlak, Inkar
Sunnah Kulli, Inkar Sunnah Syibh Kulli, dan Inkar Sunnah Juz'i.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Kami memohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima dihati dan kami ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr.Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, Edisi 3,
Cetakan Pustaka Rizki Putra, Semarang. 2009

Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hadits-Hadits Dha’if dan Maudhu’, Cet. V,Jakarta: Bulan
Bintang, 2016

Agus Solahudin. Ulumul Hadist. Bandung. CV. Pustaka Setia

Ajaj Al-Khathib, As-Sunnah Qabla At-Tadwin, cetakan Maktabah Wahbah, Kairo, 1963

Abdul Ghani Abdul Khaliq, Hujjiyyah as-Sunnah, Daar al- Qur’an, Beirut.
KLIPING SUMBER

1. Fatur Rahman,Ikhtisar Musthalahul Hadis,(Bandung:PT.Almaarif,1995),140


2. Ibit,141.
3. Ibid.hal.106
4. Munzir Suparta,Ilmu Hadist,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,20020.hal.182
5. Nawir Yuslem,Ulumul Hadist,hal.207
6. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadist,hal 207
7. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/152, cet. Darul ma’rifah, Beirut).
8. Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah 1/60
9. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/152, cet. Darul ma’rifah, Beirut).
10.Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/287 dan Difâ’un ‘anil Hadîtsin Nabawi hlm. 46
11. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/31).
12. Taqrîbut Tahdzîb hlm. 414
13. Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah no. 3264
14. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/60).
15. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/60).
16. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/68).
17. Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/288
18. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/125).
19. Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/289
20. Al-Maqâshidul Hasanah hlm. 663

Anda mungkin juga menyukai