Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Tasawuf : Pengertian, Sumber, Materi dan Hubungannya Dengan Ilmu Lain

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tasawuf

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Qiqi Yuliati Zaqiah, M.Ag.

Disusun oleh :

Muhammad Faruq Alghifari (1192020150)

PAI II D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020
Kata Pengantar
Segala puja hanya milik Allah yang Maha Kuasa segala puji hanya milik Allah
Robbul Izzati karena berkat Rahman rahimnya kita semua bisa melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam semoga terus tercurahkan kepada junjunan kita semua, pahlawan
islam, Sang Revolusioner Islam, pemilik tahta tertinggi di Madinah, Rosulullah Muhammad
SAW. karena berkat beliau kita semua bisa mengenal Dinnul Islam.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tasawuf
Ibadah yang diberikan oleh Dr. Hj. Qiqi Yuliati Zaqiah, M.Ag. dengan judul “Sumber dan
Materi Serta Hubungannya Dengan Ilmu Lainnya”.

Kita semua sudah memaklumi bahwa tiada yang sempurna di dunia ini. Begitu pula
dengan makalah ini, begitu banyak kekurangan yang ada. Maka dari ini saya sebagai
penyusun dengan lapang dada menerima segala masukan dari pembaca.

Terakhir, semoga makalah ini bisa menjadi pelajaran serta inspirasi bagi pembacanya.

Bandung, 20 Maret 2020

Penyusun

I
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................I

Daftar Isi....................................................................................................................................II

Bab I...........................................................................................................................................1

Pendahuluan...............................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

Bab II.........................................................................................................................................2

Pembahasan..............................................................................................................................2

A. Pengertian Tasawuf.........................................................................................................2

B. Sumber Tasawuf..............................................................................................................3

C. Materi Tasawuf...............................................................................................................4

D. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Lain............................................................................8

Bab III.....................................................................................................................................10

Penutup...................................................................................................................................10

Daftar Sumber..........................................................................................................................11

II
Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
`
Dalam beragama, khususnya agama Islam yang paling pokok ialah bagaimana
caranya mencapai ridho ilahi. Beragam cara untuk menempuh jalan tersebut. Bisa
dengan Filsafat ataupun dengan Tasawuf.
Tasawuf di zaman sekarang boleh jadi telah dicurigai sesat oleh beberapa
golongan. Usianya yang cukup panjang mungkin menjadi dalil adanya intervensi dari
kepentingan suatu golongan.
Maka sangat penting bagi kita untuk mendalami kembali, memeriksa kembali,
serta meneliti kembali ilmu Tasawuf. Mana yang sudah diintervensi oleh pihak lain,
mana yang masih satu jalur dengan tuntunan Allah dan Rosul-NYA.
Maka pada makalah ini dibahas mengenai sumber Tasawuf, Materi Tasawuf,
serta Hubungannya dengan Ilmu lainnya agar menjadi pencerahan bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tasawuf?
2. Apa saja sumber Tasawuf?
3. Apa saja materi Tasawuf
4. Apa hubungan Tasawuf dengan ilmu lainnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Tasawuf
2. Untuk mengetahui sumber Tasawuf
3. Untuk mengetahui materi Tasawuf
4. Untuk mengetahui hubungan Tasawuf dengan ilmu lainnya

1
Bab II

Pembahasan
A. Pengertian Tasawuf

Dalam relitanya Tasawuf memiliki banyak sekali pengertian, bahkan ada yang
menyebutkan ada seribu pengertian. Terlepas dari hal tersebut, ada beberapa pengertian yang
cukup komprehensif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tasawuf ialah ajaran untuk mengenal
dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar
dengan-Nya.1

Secara lughawi etimologis (kebahasaan) sebagian ada yang berpendapat kata tasawuf
atau sufi diambil dari kata shaff, yang berarti saf atau baris. Dikatakan demikian, karena sufi
sefalu berada pada baris pertama dalam shalat. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata
shafa yang berarti bersih. Karena hatinya selalu dihadapkan ke hadirat Allah Swt., dan bentuk
Jama' (plural)-nya adalah shaffi, bukan shufi Ada lagi yang mengatakan, berasal dari kata
shujfah atau shujfat al-masjid, serambi masjid. Tempat ini didiami oleh para sahabat Nabi
yang tidak punya tempat tinggal. Mereka selalu berdakwah dan berjihad demi Allah semata. 2

Dikatakan sufi, karena senantiasa menunjukkan perilaku sebagaimana para sahabat


pada masa Nabi Saw. tersebut. Di samping itu, masih ada lagi yang berpendapat, bahwa kata
sufi merupakan kata jadian dari shuf, yang berarti bulu domba. Dikatakan demikian, karena
para sufi suka memakai pakaian kasar, tidak suka pakaian halus dan bagus, yang penting bisa
menutupi dari ketelanjangan. Ini dilakukan sebagai tanda taubat dan kehendaknya untuk
meninggalkan kehidupan duniawi.3

Ada lagi yang berpendapat, kata sufi berasal dari kata sop hos (bahasa Yunani) yang
berarti hikmah (kebijaksanaan). Dikatakan demikian, karena sufi selalu menekankan
kebijaksanaan. Huruf 's' pada kata sop hos itu ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab
menjadi shad dan bukan sin sebagaimana tampak pada kata philosophi yang
ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab menjadi falsafah. Akan tetapi, dari semua istilah
tasawuf yang dikemukakan di atas, Al-Qusyairi menganggap hanya merupakan laqab
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia vol. 5
2
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies, hal. 24-25
3
Idem

2
(sebutan). Oleh karena dari semua asal kata tersebut tidak ada yang cocok dari sisi analogi
atau asal-usul bahasa Arab.4

Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang
menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan
mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan menuju Allah, dan
meninggalkan (larangan-larangan) Allah menuju (perintah-perintah) Allah SWT.5

Dengan demikian tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang lazim dipergunakan
untuk mistisisme dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh hubungan langsung dengan
Tuhan. Dalam hal ini pokokpokok ajarannya tersirat dari Nabi Muhammad SAW yang
didiskusikan dengan para sahabatnya tentang apa-apa yang diperolehnya dari Malaikat Jibril
berkenaan dengan pokok-pokok ajaran Islam yakni: iman, islam, dan ihsan. Ketiga sendi ini
diimplementasikan dalam pelaksanaan tasawuf.6

B. Sumber Tasawuf

Banyak perbedaan pendapat mengenai sumber Tasawuf ini. Ada yang menyebutkan
sumber Tasawuf itu berasal dari Yunani, Persia, Hindu, Budha, dan Kristen. Namun tentunya
jika disebutkan bahwa Tasawuf bersinggungan dengan Yunani, Persia, Hindu, Budha dan
Kristen maka bisa dikatakan benar.

RA. Nicholson dalam Syamsun Ni’am menyebutkan "Semua pikiran yang dipandang
sebagai unsur-unsur luar yang merembes dalam kalangan kaum Muslimin ataupun hasil
kebudayaan asing yang non-Islam, sebenarnya muncul dari asketisisme maupun tasawuf
yang tumbuh dalam Islam sendiri, yang keduanya benar-benar bercorak Islam".7

Selain itu ada beberapa orientalis-orientalis yang menyatakan bahwa sumber ajaran
Tasawuf itu murni dari Islam. seperti Louis Massignon dan J. Spencer Trimingham.

4
Idem
5
Badrudin, Pengantar Tasawuf, hal. 1-2
6
Badrudin, Pengantar Tasawuf, hal. 2
7
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies, hal. 61

3
Sementara Trimingham dalam bukunya, The Sufi Orders in Islam, sebagaimana yang
dikutip oleh Syamsun Ni’am mengatakan:

"Tasawuf berkembang secara wajar dalam batas-batas Islam. Sekalipun ia memang


menerima pancaran kehidupan dan pemikiran asketisisme Kristen Timur, namun para sufi
itu tidak mengadakan kontak-kecuali sedikit sekali-dengan sumber-sumber yang bukan
Islam. Bahkan, lebih-lebih lagi, suatu sistem mistis yang berkembang luas justru telah
terdapat dalam Islam. Bagaimana pun utang budinya pada NeoPlatonisme, gnostisisme,
atau mistisisme Kristen, tidak boleh tidak, kita harus meninjaunya secara benar, seperti
tinjauan para sufi sendiri, bahwa tasawuf adalah teori batin (moral) Islam dan rahasianya
justru terkandung dalam Al-Quran'' .8

Maka dari itu jelaslah bahwa Sumber ajaran Tasawuf itu berasal dari Al-Qur’an dan
Sunnah serta Amalan para Sahabat, yang mana amalan para Sahabat tersebut tidak akan
keluar dari runag lingkup Qur’an Sunnah. Dari Al-Qur’an dan Sunnah inilah para sufi
mendasarkan pendapat-pendapat mereka, melakukan praktek ruhaniah mereka serta juga
latihan-latihan mistiknya.

C. Materi Tasawuf

Dalam disiplin ilmu Tasawuf, ada beberapa hal yang harus dipelajari dalam Tasawuf ini.
Adapun materi-materi tersebut ialah :9

1. Syari’at

Menurut kaum sufi Syari’ah itu kumpulan lambang yangmemiliki makna tersembunyi.
Shalat misalnya, bagi akum sufi bukanlahsekedar sejumlah gerakan dan kata-kata, tetapi
lebih dari itu merupakanpercakapan spiritual antara makhluk dengan khaliq. Demikian juga
ibadah lain seperti hajji.

2. Thariqot

8
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies, hal. 62
9
Badrudinn, Pengantar Tasawuf, hal. 33-101

4
Untuk mencapai tujuan tertentu memerlukan jalan dan cara. Tanpa mengetahui jalannya,
tentu sulit untuk mencapai maksud dan tujuan. Hal ini dinamakan thariqat, dari segi
persamaan katanya berarti “madzhab” yang artinya “jalan”. Mengetahui adanya jalan perlu
pula mengetahui “cara” melintas jalan agar tujuan tidak tersesat.

3. Hakikat

Hakikat dapat didefinisikan sebagai kesaksian akan kehadiran peran serta ke-Tuhan-an
dalam setiap sisi kehidupan. Hakikat adalah kesaksian terhadap sesuatu yang telah ditentukan
dan ditakdirkan-Nya serta yang disembunyikan dan ditampakkannya. Selanjutnya dikatakan
hakikat bersumber dominasi kreativitas Al-Haq. Ismail Nawawi mengutip Ustadz Ali Ad-
Daqaq bahwa surat al-Fatihah ayat 4, ”Hanya pada-Mu kami menyembah” merupakan
manifestasi dari syari’at. Sedangkan surat al-Fatihah ayat 5, ”Hanya kepada-Mu kami
memohon” merupakan jelmaan pengakuan penetapan hakikat.

4. Ma’rifat

Kata ma’rifat berasal dari kata ‘arafa yang artinya mengenal dan paham. Ma’rifat
menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis, pengetahuan dengan hati sanubari.
Pengetahuan ini diperoleh dengan kesungguhan dan usaha kerja keras, sehingga mencapai
puncak dari tujuan seorang Salik. Hal ini dicapai dengan sinar Allah, hidayah-Nya, Qudrat
dan Iradat-Nya.

5. Maqamat

Maqamat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada dekat dengan
Allah. Dalam pandangan Ath-Thusi sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar dan M. Alfatih
bahwa maqamat adalah kedudukan hamba (salik) dalam perjalanannya menuju Allah SWT
melalui ibadah, kesungguhan melawan rintangan (al-mujahadat), dan latihan-latihan rohani
(ar-Riyadhah).

5
6. Ahwal

Yang dinamakan hal adalah apa yang didapatkan orang tanpa dicari (hibah dari Allah
SWT). Sedangkan dalam maqamat didapatkan dengan dicari (diusahakan). Dengan kata lain
hal itu bukan usaha manusia, tetapi anugerah Allah setelah seorang berjuang dan berusaha
melewati maqam tasawuf.

7. Takhali, Tahali, Tajali

Takhalli ialah membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela, kotor hati, ma’syiat lahir
dan ma’syiat batin. Pembersihan ini dalam rangka, melepaskan diri dari perangai yang tidak
baik, yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Sifat-sifat tercela ini merupakan
pengganggu dan penghalang utama manusia dalam berhubungan dengan Allah. Tahalli
merupakan pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji, menyinari hati dengan taat lahir dan batin.
Hati yang demikian ini dapat menerima pancaran Nurullah dengan mudah. Oleh karenanya
segala perbuatan dan tindakannya selalu berdasarkan dengan niat yang ikhlas (suci dari riya).
Dan amal ibadahnya itu tidak lain kecuali mencari ridha Allah SWT. Untuk itulah manusia
seperti ini bisa mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Maka dari itu, Allah senantiasa
mencurahkan rahmat dan perlindungan kepadanya.

Yang dimaksud dengan Tajalli adalah merasakan akan rasa ketuhanan yang sampai
mencapai sifat muraqabah. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa tajalli merupakan
barang yang dibukakan bagi hati seseorang tentang beberapa Nur yang datang dari ghoib.
Tajalli ada empat tingkatan, yaitu :60 tajalli af’al, tajalli asma, tajalli sifat, dan tajalli zat.

8. Riyadhah

Riyadhah adalah latihan-latihan fisik dan jiwa dalam rangka melawan getaran hawa nafsu
dengan melakukan puasa, khalwat, bangun di tengah malam (qiyamullail), berdzikir, tidak
banyak bicara, dan beribadah secara terus menerus untuk penyempurnaan diri secara
konsisten. Semua kondisi puncak kebahagiaan, puncak penderitaan, puncak kegembiraan,
dan puncak kesedihan merupakan wujud dari riyadhoh. Manusia mempersiapkan diri dengan
berbagai latihan-latihan jiwa untuk kesucian batin.

6
9. Muqorobah

Secara bahasa Muqarabah berarti saling berdekatan (binammusyarakah) dari kata-kata


qooraba-yuqooribu-muqoorobah. Dalam pengertian ini, maksudnya adalah usaha-usaha
seorang hamba untuk selalu berdekatan dengan Allah SWT, yakni saling berdekatan antara
hamba dan Tuhannya.

10. Muroqobah

Muraqabah dalam makna harfiah berarti awas mengawasi atau saling mengawasi (dalam
Ilmu Shorof dalam kategori bina musyarokah). Secara bahasa muraqabah mengandung
makna senantiasa mengamatamati tujuan atau menantikan sesuatu dengan penuh perhatian
(mawas diri). Sedangkan menurut terminologi berarti melestarikan pengamatan kepada Allah
SWT dengan hatinya dalam arti terus menerus kesadaran seorang hamba atas pengawasan
Allah SWT terhadap semua keadaannya. Sehingga manusia mengamati pekerjaan dan
hukum-hukum-Nya dengan penuh perasaan (melekat) kepada Allah SWT.

11. Fana dan Baqa

Fana dalam istilah Ilmu Tasawuf adalah suatu tingkatan pengalaman spiritual sufi yang
tertinggi menjelang ke tingkat ittihad, yakni hilangnya kesadaran tentang dirinya dari seluruh
makhluk dan hanya ditujukan kepada Allah semata,99 serta yang ada hanya Allah SWT.
Sedangkan baqa adalah kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia.
Karena lenyapnya sifat-sifat Basyariyah maka yang kekal adalah sifat-sifat Ilahiyah. Fana
dan baqa datang beriringan. Ini merupakan pengalaman mistik tentang substansi atau
kehidupan bersama dengan Tuhan setelah terjadi fana dalam diri sufi

12. Ittihad

7
Ittihad merupakan lanjutan yang dialami seorang sufi setelah melalui tahapan fana dan
baqa. Dalam tahapan ittihad, seorang sufi bersatu dengan Tuhan, antara yang mencintai dan
yang dicintai menyatu; baik substansi maupun perbuatannya.

13. Mahabbah

mahabbahmerupakan keinginan yang sangat kuat terhadap sesuatu melebihi kepada yang
lain atau ada perhatian khusus, sehingga menimbulkan usaha untuk memiliki dan bersatu
dengannya, sekalipun dengan pengorbanan. Dengan demikian dapat dikatakan, Mahabbah
adalah perasaan cinta yang mendalam secara ruhaniah kepada Allah. Figur sufiyah tentang
mahabbah ini adalah Rabi’ah al-Adawiyah

14. Al-Hulul

Hulul berasal dari kata halla-yahillu-hulul, mengandung makna menempati, tinggal di,
atau bertempat di.165 Sedangkan dalam makna istilah hulul adalah paham yang mengatakan
bahwa Tuhan memilih tubuhtubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat (bersemayam)
di dalamnya dengan sifat-sifat ketuhanannya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam
tubuh itu dilenyapkan

15. Wahdatul Wujud

Secara etimologi, wahdatul wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu
Wahdat dan al-Wujud. Wahdat artinya adalah penyatuan, satu, atau sendiri, sedangkan al-
wujud artinya ada (eksistens).

16. Insan Kamil

Insan Kamil berasal dari gabungan dua kata bahasa Arab, insane dan kamil. Insan berarti
manusia, kamil berarti sempurna. Jadi secara bahasa insan kamil mengandung makna
manusia sempurna (Perfect Man), yakni manusia yang dekat (qarib dengan Allah) dan

8
terbina potensi ruhaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Inilah manusia
seutuhnya yang mempunyai ketinggian derajat di hadapan Tuhannya, sehingga mencapai
tingkat kesempurnaan tauhid dan akhlak mulya.

17. Waliyullah

Waliyullah merupakan gabungan dari lafadz “wali” dan “Allah”. Kata “wali” adalah
bentuk mufrad (singular), sedangkan bentuk jamak-nya (plural) adalah “awliya”. Wali Allah
artinya kekasih Allah. Jadi bentuk jamak-nya awliya Allah (para kekasih Allah).

D. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Lain

Dalam eksistensinya, Tasawuf tentu saja selalu bersinggungan dengan ilmu lain. Ada
beberapa Ilmu yang berhubungan dengan Tasawuf, diantaranya :10

1. Hubungan Tasawuf dengan Filsafat

Tasawuf dan filsafat-sebenarnya dapat dipertemukan, saling mengisi dan memengaruhi.


Sebab, sepanjang sejarah kajian filsafat Islam dan tasawuf, telah banyak ditemukan
persinggungan dua kutub tadi-filsafat dan tasawuf. Bentuk-bentuk hubungan tersebut
misalnya dapat dilihat dari pertentangan satu sama lain, sebagaimana tampak dalam karya-
karya Al-Ghazali bersaudara, Abu Hamid, dan Ahmad. Juga penyair sufi besar seperti Sana'i,
Fariduddin Athar, dan Jalaluddin Rumi. Kelompok sufi terakhir memang terkesan hanya
memerhatikan aspek rasional dari filsafat, dan setiap kali berbicara tentang intelek, mereka
tidak mengartikan inteleki dalam arti mutlaknya, tetapi mengacu kepada aspek rasional
intelek (akal). Athar dalam memahami filsafat juga terkesan cenderung kepada filsafat
peripatetic yang rasionalistik, dan :tnenekankan bahwa hal itu tidak boleh dikelirukan dengan
mistri ilahiah dan pengetahuan ilahiah, yang merupakan usaha puncak pensucian jiwa di

10
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies, hal. 90-101

9
bawah bimbingan spiritual para guru sufi. lntelek tidak sama dengan hadis Nabi dan filsafat
tidak sama dengan teosofi (hikmah) dalam makna Quraninya.

Kitab Matsnawi Rumi adalah sebuah Master Piece filsafat. Akan tetapi, baik kelompok
Al-Ghazali (Abu Hamid-Ahmad) dan Sanii, Athar, dan Rumi, adalah sama-sama dikenal
tokoh sufi par-excellent pada masanya, bahkan dikenang hingga kini. Walaupun jalan yang
ditempuhnya adalah berbeda, puncak pencarian Tuhan, akhirnya juga berada pada titik dan
tujuan yang sama, yaitu bertemunya dengan Tuhan Yang Maha Mudak, Allah Swt.

2. Hubungan Tasawuf dengan Fikih

Misalnya pada pembahasan tentang shalat. Menurut ilmu fikih, shalat hams mengikuti
syarat, rukun, sah, dan wajibnya. Jika ketentuan tersebut tidak dilakukan dengan baik,
shalatnya dianggap tidak sah. Sebaliknya, jika ketentuan-ketentuan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, shalatnya dianggap sah. Persoalannya adalah apakah cukup shalat
dengan hanya memenuhi syarat, rukun, sah dan tidaknya shalat tersebut; sementara tidak
dibarengi dengan suasana keruhanian mendalam akan berhadapan dengan Tuhan? Ilmu fikih
tidak akan dapat menjawabnya, dan yang dapat menyelesaikan adalah ilmu tasawuf. Sebab,
tasawuf berbicara tentang bagaimana sesorang bisa khusyuk, ikhlas, dan cara berkomunikasi
dan berkontemplasi dengan Tuhan secara baik. Di sinilah lagi-lagi kerja sama yang baik
antara ilmu fikih dan tasawuf sangat diperlukan.

10
Bab III

Penutup
A. Simpulan
Tasawuf atau sufisme adalah suatu istilah yang lazim dipergunakan untuk mistisisme
dalam Islam dengan tujuan pokok memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan.

Sumber ajaran Tasawuf itu berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah serta Amalan para
Sahabat, yang mana amalan para Sahabat tersebut tidak akan keluar dari runag lingkup
Qur’an Sunnah.

Materi Tasawuf ialah : Syari’at, Thariqot, Hakikat, Ma’rifat, Maqamat, Ahwal, Takhali,
Tahali, Tajali, Riyadhah, Muqorobah, Muroqobah, Fana, Baqa, Ittihad, Mahabbah, Al-Hulul,
Wahdatul Wujud,Insan Kamil, Waliyullah.

Hubungan Tasawuf dengan Ilmu lain ialah dengan Ilmu Filsafat dan Ilmu Fikih.

11
Daftar Sumber

Badrudin, 2015, Pengantar Ilmu Tasawuf, Serang, A-Empat

Syamsun Ni’am, 2014, Tasawuf Studies : Pengantar Belajar Tasawuf, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia volume v

12

Anda mungkin juga menyukai