Judul Materi :
Signifikansi Madzahibut Tafsir
TUGAS MAKALAH
MADZAHIBUT TAFSIR
Disusun Oleh:
Muhammad Habib Rosyidi (190921020)
Erna (190921017)
Dyah Bunga Kusumaningtyas (190921025)
Kelas: IAT19-A1
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis dan bagi semua pihak umum.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
3
BAB I
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah wahyu Allah, petunjuk dalam bahasa simbol dan berisikan
pesan-pesan yang bersifat universal, absolut dan mutlak kebenarannya. Al-Qur’an
diturunkan sebagai bentuk dialektika dan respons terhadap kondisi dan situasi
sosial, politik dan religius bangsa Arab pada masa itu, hal ini menunjukkan bahwa
al-Qur’an tidak turun dalam ruang dan waktu kosong tanpa konteks. Nabi
Muhammad saw. bukan hanya sebagai penerima pertama al-Qur’an, tetapi juga
sebagai penafsir pertama dimana kondisi dan situasi realitasnya telah jauh berbeda
dengan realitas sekarang. Berdasarkan pemahaman tersebut maka adalah sebuah
keniscayaan bahwa al-Qur’an selalu dapat dinterpretasikan sesuai dengan tuntutan
zaman. Dalam perjalanan sejarah, proses pemahaman terhadap al-Qur’an [tafsir],
selain sebagai produk juga sebagai proses dimana antara teks, penafsir dan realitas
selalu berhubungan. Hal ini dapat dilihat dari metode, corak, karakteristik dan
kecenderungan produk tafsir yang selalu berkembang. Bahkan lebih jauh ditinjau
dari aspek paradigma epistimologi-nya tafsir-pun mengalami pergeseran.
Berangkat dari adanya keberagaman pluralitas corak dan kecenderungan
penafsiran tersebut maka lahir istilah “Madzahib at-Tafsir” [madzhab/aliran-
aliran penafsiran].
Sesuai dengan judul yang disampaikan, tulisan ini hanya merupakan pengantar.
Didalamnya secara singkat membahas pengertian, kemunculan, objek kajian,
signifikansi dan sebagainya yang berkaitan dengan kulit luar Ilmu Madzahibut
Tafsir sebelum dilanjutkan kepada pembahasan lebih mendalam. Karena
keterbatasan literatur dan sumber pustaka maka makalah ini lebih merupakan
hasil baca buku Madzahibut Tafsir karya Dr. Abdul Mustaqim disamping
beberapa buku terkait yang dapat ditemukan oleh penulis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dari Madzab Tafsir
2. Apa saja ruang lingkup madzab Tafsir
3. Signifikansi Madzab Tafsir
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dari tinjauan makna secara bahasa tersebut, maka tafsir secara istilah
dapat diartikan sebagai suatu hasil pemahaman manusia terhadap al-Qur’an yang
dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan tertentu yang dipilih
oleh seorang muffasir, dan dimaksudkan untuk memperjelas suatu teks makna
ayat-ayat al-Qur’an. Hal ini kemudian dikenal dengan melahirkan suatu istilah
yang oleh para ulama’, kemudian dikenal dengan madzahibut tafsir (aliran-aliran
tafsir atau madzab-madzab dalam penafsiran al-Qur’an).
Ungkapan Madzahibut tafsir berasal dari bahasa Arab, secara harfiah dapat
diartikan aliran-aliran penafsiran ( al-Qur’an). Dan ini menjadi salah satu
permasalahan yang dikaji dalam Ulumul Qur’an. Mempelajari masalah ini sangat
urgen bagi yang ingin memperdalam ilmu tafsir, karena aliran-aliran penafsiran
al-Qur’an merupakan manifestasi dari aneka ragam corak tafsir. Corak tafsir
1
Aliran-Aliran Tafsir, Abdul Mustaqim, (Cet. I, Oktober 2005, Kreasi Kencana, Yogyakarta) hlm. 15.
5
dalam perspektif ilmu tafsir disebut lawn al-tafsir 2
adalah nuansa atau sifat
khusus yang mewarnai sebuah penafsiran al-Qur’an yang merupakan salah satu
bentuk ekspresi intelektual seorang mufassir ketika menjelaskan makna-makna
ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan keahlian dan kemampuannya yang dapat
menggambarkan minat dan horizon pengetahuan sang mufassir.
Alasan munculnya berbagai aliran-aliran tafsir antara lain dari al-Qur’an
itu sendiri yang memungkinkan untuk dibaca, ditafsirkan secara beragam serta
memiliki ambiguitas makna dalam al-Qur’an. Seperti yang dikemukakan oleh
Ignaz Goldziher yang membagi beberapa periode madzab tafsir diantaranya
adalah :
2. Tafsir bial-matsur.
Madzahibut tafsir bisa pula disebut sebagai sejarah tafsir yang dipandang
sebagai disiplin ilmu tersendiri sehingga harus mempunyai objek kajian tersendiri
seperti halnya ilmu lain. Dalam prespektif filsafat ilmu, sebuah pengetahuan dapat
dikatakan sebagai ilmu jika ia memiliki objek kajian dan mempunyai epistimologi
yang jelas sehingga dapat diverifikasikan dan diklasifikasikan secara jelas.
2
Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun (Cairo:Dar al-Kutub al-Haditsah,1962),162
3
Aliran-Aliran Tafsir, Abdul Mustaqim, (Cet. I, Oktober 2005, Kreasi Kencana, Yogyakarta) hlm. 15.
6
bersangkutan. Jadi, objek material dari kajian madzahibut tafsir adalah data-data
sejarah berupa produk-produk tafsir dan sejarah penulisannya yang sudah muncul
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. hingga kini.
Objek material yang satu dan sama bisa dipelajari oleh berbagai ilmu yang
setiap ilmu itu memandang objeknya dari sudut yangberlainan. Atas dasar itu
dapat dikatakan bahwa objek formal dari kajian madzahibut tafsir adalah
kecenderungan, corak, aliran-aliran, pendekatan-pendekatan penafsiran yang
muncul sejak Alquran itu ditafsirkan dan dikonsumsi oleh para mufassir dan umat
Islam.
Salah satu cirri pendekatan sejarah adalah melacak dan menjajaki akar-
akar historisnya, proses terjadinya sebuah penafsiran, dan berusaha melakukan
kategorisasi berdasarkan kronologi waktunya, kecenderungan, dan karakteristik
dari setiao aliran tafsir yang muncul. Seseorang juga dapat melakukan kajian
dengan pendekatan filosofis yang lebih menitikberatkan pada aspek subtansi
pemikiran dan struktur fundamental dari produk penafsiran yang ada. Masih
banyak pendekatan lain yang bisa dilakukan dalam mengkaji madzahibut tafsir
seperti jender, fenomenologi, sosiologi, dan antropologi.4
4
Aliran-Aliran Tafsir, Abdul Mustaqim, (Cet. I, Oktober 2005, Kreasi Kencana, Yogyakarta) hlm. 15.
7
pemahaman mereka terhadap Alquran, merupakan langkah yang sangat strategis
bagi pemberdayaan umat.
8
Namun, ketika Al quran dipahami dan didereflesikan oleh pemikiran
manusia, sesungguhnya ia tidak lagi dalam posisi sacral. Ia sudah berubah
menjadi pemikiran yang bersifat relative dan tidak perlu disakralkan yang
karennaya nyaris tidak dikritik sama sekali. 5
Sebagai sebuah ilmu, tafsir tidak perlu dan tidak boleh menjadi keinginan
untuk mengembangkan menjadi lebih baik. Atas dasar inilah kemunculan tradisi
untuk menyampaikan kritik konstruktif terhadap produk-produk pemikiran tafsir
dianggap kurang relevan dengan situasi-kondisi zamannya.
5
Aliran-Aliran Tafsir, Abdul Mustaqim, (Cet. I, Oktober 2005, Kreasi Kencana, Yogyakarta) hlm. 15.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Objek kajian ilmu ini adalah menguraikan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir
dan tafsir, serta biografi penulis tafsir, metodologi maupun corak dan karakteristik
penafsirannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11