MAKALAH
Oleh:
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Tafsir dari Segi Sumber
Penafsiran” ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kita haturkan shalawat serta
salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB 2................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Tafsir Al-Qur’an.....................................................................................................3
B. Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Tafsir Al-Qur’an...................................4
C. Sumber Penafsiran..................................................................................................8
BAB 3..............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
Kesimpulan..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. untuk menjadi pedoman umat manusia. Namun tidak
semua umat manusia memahami makna yang terkandung didalamnya,
yang jadi persoalan todak semua isi al-qur’an mudah dicerna begitu saja.
Sebagian ayat memang cukup tampak jelas ketika menjelaskan sesuatu, tak
sedikit pula ayat al-qur’an yang sulit dipahami. Karena itu, diperlukan
sebuah penafsiran untuk mengungkapkan al-qur’an secara jelas.1
1
Hamdan Hidayat, “Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an”, Al-Munir. Vol: 2, No:
1 , Juni 2020, hlm. 31
2
Ahmad Soleh Sakni, “MODEL PENDEKATAN TAFSIR DALAM KAJIAN ISLAM”,
JIA, No:2, Desember 2013, hlm.61-62
1
sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban
manusia.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tafsir al-qur’an?
2. Bagaimana Sejarah perkembangan dan pertumbuhan tafsir ?
3. Apa saja sumber penafsiran yang digunakan dalam menafsirkan al-qur’an?
3
Syarif Idris , “SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAFSIR”, Tajdid: Jurnal
Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan Vol. 3 No. 2 Oktober 2019, hlm.175
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tafsir Al-Qur’an
Secara etimologi, kata tafsir mengikuti bentuk taf’il, berasal dari
kata al-fasr yang berarti “menjelaskan, menyingkap, menerangkan atau
menampakkan makna yang abstrak”. Kata al-tafsir berarti menyingkapkan
maksud suatu lafadz yang musykil (agak sulit dipahami).4 Dalam al-qur’an,
kata tafsir diungkapkan dalam surah al-furqan ayat 33:
3
1. Menurut Syaikh Thohir Al-Jazairy, dalam At-Taujih : “Tafsir pada
hakikatnya ialah menerangkan (maksud) lafadz yang sukar dipahami
oleh pendengar dengan uraian yang lebih memperjelas pada maksud
baginya, baik dengan mengemukakan sinonimnya atau kata yang
mendekati sinonim itu, atau dengan mengemukakan (uraian) yang
mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan dalalah”. Dapat
diperhatikan dalam rumusan tersebut bahwa lafadz yang sulit
dipahami, yang terdapat dalam rangkaian ayat al-Qur’an.
4
mentradisikan, menguraikan dan menafsirkan al-Qur’an setelah turunnya.
Sejak itu perkembangan dan pertumbuhan tafsir meningkat seiring dengan
keragaman yang mufassir miliki hingga pada bentuk yang kita saksikan pada
saat ini.7 Secara umum, ahli tafsir membagi periodesasi penafsiran Al-Qur’an
kedalam tiga fase, yaitu (1) periode mutaqoddimin (abad 1-4 Hijriyah), (2)
periode mutaakhirin (abad 4-12 Hijriyah), dan (3) periode baru (abad 12-
sekarang).8 Adapun sejarah perkembangannya sebagai berikut:
1. Tafsir pada Masa Nabi Muhammad SAW., dan Sahabat (Klasik atau
mutaqoddimin {abad 1-4 H})
Pada masa hidup Nabi Muhammad kebutuhan tafsir belumlah
begitu dirasakan, sebab apabila para sahabat tidak memahami suatu ayat,
mereka langsung menanyakan kepada Rasulullah. Salah satu tugas
Rasulullah adalah menyampaikan dan menjelaskan risalah kepada umat
manusia. Penafsiran yang dilakukan Nabi memiliki sifat dan karakteristik
tertentu, di antaranya penegasan makna ( bayan tasrif ), perincian makna (
bayan at-tafsil ). Adapun dari segi motifnya, penafsiran Nabi Muhammad
saw. terhadap ayat Al-Qur’an mempunyai tujuan pengarahan ( bayan
irsyad ), atau penerapan ( tatbiq ) dan pembetulan atau koreksi ( bayan
tasih ).9
7
Hamdan Hidayat, “Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an”,…,hlm.36-37
8
Abdul Manaf , “SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR”, Jurnal Tafakkur Vol.1 No.
02, April 2021, hlm.149
9
Ibid…, hlm.150
5
yang disabdakan Rasulullah yang berkaitan dengan Al-Qur’an merupakan
wahyu dari Allah.10
6
tafsir, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad bin Ishaq. Ada
beberapa lokasi yang oleh tabi’in dijadikan sebagai pusat perkembangan
ilmu tafsir. Para tabi‟in mendapatkan qaul-qaul sahabat di tiga tempat
yaitu Makkah, Madinah dan di Iraq.
Syeikh Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Orang-orang yang
paling paham tentang tafsir adalah orang-orang Makkah, karena mereka
adalah murid-murid Ibnu Abbas r.a. seperti Mujahid, Ikrimah, Jubair,
Thawus, dan lain-lain. Begitu juga di Iraq ada murid-murid Ibnu Mas‟ud.
Sedangkan di Madinah di bidang tafsir seperti Zaid Ibnu Aslam.
Sebagaimana para sahabat, tabi’in pun ada yang menerima tafsir dengan
ijtihad ada pula yang menolaknya karena berbagai macam pandangan. Ada
beberapa kelompok yang tidak membolehkan mengkritik orang yang
membolehkan dengan beberapa hadis. Diantara tabi’in yang tidak
menerima metode tafsir bi al-ijtihad adalah Sa’id Ibn al-Musayyab dan
Ibnu Sirin. Diantara tabi’in yang membolehkan seperti Mujahid, Ikrimah
dan sahabat-sahabat yang lain.11
3. Tafsir pada Masa Periode Baru ( Modern atau Kontemporer {12-
Sekarang})
Ciri spesifik perkembangan tafsir di masa modern adalah lahirnya
berbagai metode tafsir, dan yang paling terakhir adalah metode maudhui’
(tematik), yakni metode tafsir yang menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an,
dimana ayat-ayat tersebut mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-
sama membicarakan satu topik masalah; dan menyusunnya berdasarkan
kronologi; serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut; kemudian penafsir
memberikan penjelasan (misalnya dari hadis) dan menguraikan keterangan
(analisis)-nya, lalu mengambil kesimpulan. Di samping metode maudhui,
tentu saja metode-metode lainnya seperti metode tahlīliy, ijmāliy, muqāran
tetap banyak digunakan para mufassir modern.12
11
Syarif Idris , “SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAFSIR”, hlm.180
12
Idah Suaidah, “SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR HISTORY OF TAFSIR
DEVELOPMENT”, Al Asma: Journal Of Islamic Education, Vol. 3, No. 2, November 2021,
hlm.186
7
C. Sumber Penafsiran
Dalam memahami al-Quran terdapat dua sumber utama, yaitu ayat-ayat al-
Quran itu sendiri (tafsir al-Quran bi al-Quran) dan sunnah Rasul (tafsir al-
Quran bi al-Hadits). Selain itu, keterangan para sahabat dan tabi’in mengenai
makna suatu aya juga dapat dijadikan sumber dalam menafsirkan al-Quran.
Penafsiran seperti ini disebut dengan tafsir bi al-riwayah, yaitu tafsir yang
didasarkan atau riwayat.
Makna suatu lafal yang belum jelas, yang terdapat dalam suatu ayat,
kadang-kadang dijelaskan oleh ayat lain, baik ayat sesudahnya secara
beruntun maupun ayat lain yang terdapat dalam surah yang sama atau
surah yang berbeda. Adz-Dzahabi membagi tafsir al-Quran dengan al-
Quran ini kepada beberapa bentuk, yaitu:14
13
Kadar M. Yusuf, 2014. “Studi Al-Qur’an”, (Jakarta: AMZAH), hlm.128
14
Ibid…, hlm.128-130
8
dalam surah al-Maidah ayat enam, yang menjelaskan tentang
persoalan tayammum. Kata َاْي ِد ْيُك ْمdalam ayat ini disamakan
maksudnya dengan ungkapan َاْيِد ْيُك ْم ِاَلى الَم َر اِفِقdalam ayat yang sama,
yang menjelaskan tentang wudhu.
d. Mengkompromikan (al-jam’u) ayat-ayat yang diduga berbeda antara
satu dengan yang lain.
e. Menggunakan suatu qiraat untuk menjelaskan makna ungkapan dalam
qiraat lain yang berbeda.
f. Men-takhsish-kan ayat yang umum, baik takhsish mutthasil atau
munfasil.
2. Menafsirkan Ayat dengan Hadits
َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَاْلْبَيُض ِم َن اْلَخ ْيِط اَاْلْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِر
15
Ibid…, hlm.130-132
9
“Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”.
(QS. Al-Baqarah: 187).
Nabi menjelaskan maksud kata tersebut, yaitu benang putih adalah
siang dan benang hitam adalah malam.
c. Men-takhsish-kan lafal yang masih umum, seperti umumnya lafal
zhulm dalam surah al-An’am ayat 82:
)82( اَّلِذ ْيَن َاَم ُنوا َو َلْم َيْلِبُسوا ِاْيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ُاوَلِئَك َلُهُم اَاْلْم ُن َو ُهْم ُم ْهَتُد ْو َن
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezhaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itulah adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Para sahabat kesulitan dengan penjelasan siapa di antara kami yang
tidak menzhalimi diri sendiri? Maka Nabi menjawab bahwa penjelasan
ayat yang dimaksud adalah syirik, seperti yang dijelaskan dalam surah
Luqman ayat 13: ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم
d. Hadits men-qaid-kan ungkapan yang masih muthlaq.
e. Hadits menjelaskan nasakh.
f. Hadits menguatkan penjelasan al-Quran.
3. Menafsirkan al-Quran dengan Perkataan Sahabat
10
hal yang selalu dijadikan oleh para sahabat sebagai rujukan dalam ijtihad
mereka menafsirkan al-Quran, yaitu:
4. Ra’yu
ْأ
َم ْن َقاَل ِفى اْلُقْر َاِن ِم ْن َغْيِر ِع ْلٍم َفْلَيَتَبَّو َم ْقَع َد ُه ِم َن الَّناِر
16
Ibid…, hlm.132-133
11
Dan yang terakhir itu ra’yi mahmudah adalah pendapat yang didasarkan
atas ilmu dan memenuhi kriteria atau syarat tafsir, yaitu penguasaan ilmu
bahasa Arab. Selain itu, mufassir dituntut menguasai ilmu qiraat,
ushuluddin, ushul fiqih, asbabun nuzul, qasash al-Quran, dan lain
sebagainya.17
5. Isyari
17
Ibid…, hlm.133-134
12
d. Tidak boleh mengklaim bahwa penafsiran itulah satu-satunya yang
dikehendaki, bukan yang lain.
18
Ibid…, hlm.134-136
13
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Tafsir adalah salah satu cara untuk memahami isi kandungan al-Qur’an.
Ilmu tafsir tumbuh sejak zaman Rasulullah beserta para sahabatnya
mentradisikan, menguraikan dan menafsirkan al-Qur’an setelah turunnya. Sejak
itu perkembangan dan pertumbuhan tafsir meningkat seiring dengan keragaman
yang mufassir miliki hingga pada bentuk yang kita saksikan pada saat ini. Secara
umum, ahli tafsir membagi periodesasi penafsiran Al-Qur’an kedalam tiga fase,
yaitu (1) periode mutaqoddimin (abad 1-4 Hijriyah), (2) periode mutaakhirin
(abad 4-12 Hijriyah), dan (3) periode baru (abad 12-sekarang).
Dalam memahami al-Quran terdapat dua sumber utama, yaitu ayat-ayat al-
Quran itu sendiri (tafsir al-Quran bi al-Quran) dan sunnah Rasul (tafsir al-Quran
bi al-Hadits). Selain itu, keterangan para sahabat dan tabi’in mengenai makna
suatu aya juga dapat dijadikan sumber dalam menafsirkan al-Quran. Penafsiran
seperti ini disebut dengan tafsir bi al-riwayah, yaitu tafsir yang didasarkan atau
riwayat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan Hidayat, “Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an”, Al-Munir. Vol: 2, No: 1 ,
Juni 2020,
15