Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karna berkat danrahmatNya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini
pada mata kuliah “ULUMUL QUR’AN” yang berjudul “TAFSIRUL
QUR’AN”.Penulis juga mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang
turut serta membantudalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyadari
bahwa dalam makalah ini masihjauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu
penulis mengharapkan kritik dan saran positif daripembaca makalah ini
semoga makalah ini menjadi lebih baik dan berdayaguna
untukkedepannya dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KataPengantar...............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Pengertian Al-Qur’an…………………………………………………...2
B. .Pengertian Tafsir dan Ta’wil …………………………………………...3
C. Tafsir dan Ta’wil dalam Perspektif al-Qur’an…………………………...4
D. Urgensi Tafsir……………………………………………………………4
E.Prinsip-Prinsip Dasar Tafsir……………………………………………...5
G.Macam-Macam Tafsir……………………………………………………6,7
BABIII PENUTUP........................................................................................8
A.Simpulan....................................................................................................8
Daftar pustaka................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.RUMUSAN MASALAH
1
Rif‟at Syauqi Nawawi “Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh” Jakarta:
Paramadina, 2002, hlm.xii
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
2
Periksa A. Yusuf Ali, The Holy Qur’an, 73.
3
Fazlur Rahman, Some Recent Books on The Qur’an by Western Authors, 73.
2
lebih signifikan, melalui studi kritis terhadap perkembangan dan metodologinya,
sehingga rekonstruksi lebih mudah dilakukan.
Kata tafsir adalah bentuk kata benda dari kata kerja fassara. Tafsir berarti
penjelasan, uraian, interpretasi, atau komentar. Kata ini terdapat hanya satu kali
dalam alQur’an; surat al-Furqan (25): 33
Tafsir dapat juga diartikan menyingkap dan menampakkan makna yang abstrak,
yang tertutup, maksud lafal yang musykil, pelik5
Tafsir dalam wacana istilah —menurut Abu Hayyan— dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafal-lafal al-Qur’an, tentang
petunjukpetunjuknya, hukum-hukumnya, baik ketika berdiri sendiri maupun kala
4
Rashid Rida, al-Wahy al-Muhammadiy, 107-108
5
Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahith fi `Ulum al-Qur’an, 323.
3
tersusun, dan makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun, serta hal-hal
lain yang melengkapinya.6Dalam format yang lebih sederhana, al-Zarkashiy
menekankan definisi tafsir sebagai ilmu untuk memahami al-Qur’an, serta
mengeluarkan hukum dan hikmahnya.7 Kemudian, substansi definisi ini
memberikan muara bagi kemungkinan diidentikkannya istilah tafsir dengan istilah
hikmah —kaitannya dengan tafsir dalam perspektif al-Qur’an.
Pengertian tafsir di atas membuka wacana dua dimensinya, yakni sebagai ilmu
dan produk. Sebagai ilmu, tafsir merupakan perangkat pengetahuan untuk
mengungkap kandungan makna al-Qur’an, baik petunjuk-petunjuk, hukum-hukum
maupun hikmah di dalamnya. Sementara sebagai produk, tafsir berupa penjelasan
petunjuk-petunjuk, hukumhukum maupun hikmah yang dikandung al-Qur’an.
Selanjutnya, pengertian ta’wil —secara etimologis— berasal dari kata awwala
yang berarti fassara (menafsirkan) dan bayyana (menjelaskan). Atas dasar itu,
ta’wil berarti penafsiran (al-tafsir) dan penjelasan (al-tabyin) tentang apa yang
dimaksud oleh perintah kalam.8
6
Ibid., 324. Abu Hayyan juga menjelaskan secara rinci unsur-unsur definisinya;
ilmu, yang membahas..., petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya..., makna-makna...,
hal-hal yang melengkapinya
7
Jalal al-Din al-Suyutiy, al-’Itqa n fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid II, 174. Definisi al-
Zarkashi yang dikutip oleh al-Hasaniy, Zubdah al-’Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, 167, diikuti
penjelasan tentang perangkat yang diperlukan oleh tafsir, juga penyebutan ayat al-Qur’an,
2: 269, yang di dalamnya ada kata hikmah
8
Al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras ....., Jilid I, 69-70.
9
Al-Zarqaniy, Manahil al-’Irfa n fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid II, 4-5
4
Qur’an mengidentikkan istilah dan substansi tafsir dengan hikmah. Dengan
demikian, ada dua hal yang penting dicatat kaitannya dengan tafsir dalam
perspektif al-Qur’an, yaitu: pertama, tafsir merupakan instrumen untuk
memahami al-Qur’an secara lebih mudah dan sistematis, dan kedua, tafsir —yang
diidentikkan dengan hikmah—, adalah pelita yang mengungkap hukum-hukum
(fiqh), rahasia kandungan makna, unsur-unsur dan historisitas al-Qur’an.
Mengenai pengertian ta’wil dalam perspektif al-Qur’an.
D. Urgensi Tafsir
Urgensi tafsir terkait dengan kedudukan, sistem, tujuan, serta keutamaannya, juga
kaitannya dengan kompetensi praktis-religius maupun pragmatis. Kedudukan
tafsir dapat dipahami sebagai kunci representatif untuk membuka tabir rahasia
makna al-Qur’an. Kedudukan tersebut, dalam sistem ajaran Islam berfungsi
sebagai media (tariqah) untuk menggapai tujuan yang dikehendaki dalam
memahami makna al-Qur’an, yakni memperoleh mutiara dan permata —sebagai
simbol makna tertinggi— di dalamnya.
1. Tafsir Rasul Rasulullah adalah orang pertama yang menguraikan isi al-Qur’an
dan menjelaskannya kepada umatnya. Pada masa ini tidak seorangpun dari para
sahabat yang berani menafsirkan al-Qur’an, karena beliau berada di tengah-tengah
mereka.10 Tidak semata karena alasan bahwa Nabi memikul “beban berat” —
sebagaimana penjelasan S}ubhiy al-S}alih—, tetapi karena memang beliau telah
memperoleh garansi dari Allah, untuk menafsirkan al-Qur’an. Hal ini
direferensikan pada firman Allah: Surat al-Qiyamah (75), ayat 17-19:
10
Subhiy Al-Salih, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, 289.
5
Surat al-Nahl, ayat 44:
2. Tafsir Sahabat Di kalangan para sahabat, yang terkenal sebagai ahli tafsir
yang luas pengetahuannya ada 10 orang. Di antaranya adalah al-Khulafa‘ al-
Rashidun, dan Ali adalah orang yang sering disebut daripada ketiga khalifah
lainnya. Sementara yang paling tepat bergelar “ahli tafsir” adalah Abdullah bin
Abbas, sedangkan Nabi sendiri menyaksikan kedalaman ilmunya.11 Ia juga
terkenal dengan gelar “Turjuman alQur’an”12 Cara yang ditempuh oleh para
sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an, berpegang teguh pada: (1) al-Qur’an, (2)
penjelasan Nabi, dan (3) pemahaman dan ijtihad. Sedangkan pendekatan
penafsirannya adalah bi al-Ma’thur. 27 Tafsir sahabat diterima baik oleh para
ulama dari kaum tabi’in di berbagai daerah Islam, bahkan jumhur ulama
berpendapat, bahwa tafsir sahabat mempunyai status marfu’ apabila berkenaan
dengan asbab al-nuzul dan semua hal yang tidak mungkin dimasuki ra’y. Dalam
pemahaman dan ijtihad, para sahabat memanfaatkan kemampuan linguistiknya
Cara yang ditempuh oleh penafsir tabi’in adalah berpegang pada: (1) al-
Qur’an, (2) keterangan dari para sahabat yang bersumber dari Rasulullah, (3)
penafsiran para sahabat sendiri, (4) keterangan dari ahli kitab yang bersumber dari
kitab mereka, dan (5) ijtihad3. Tafsir Tabi’in Pada masa ini, muncul kelompok-
kelompok ahli tafsir di Makkah, Madinah dan Iraq. Kelompok Makkah
memperoleh transformasi dari Ibnu Abbas, yang mereka adalah para sahabatnya.
Kelompok Madinah dituruni ilmu oleh Zaid bin Aslam, yang mereka adalah anak
12
Al-Zarkashiy, al-Burhan..., Jilid II, 161; al-Hasaniy, Zubdah...., 174, diperkuat
oleh hadith:
6
dan muridnya. Sementara di Kufah (Iraq) muncul para mufassir dari sahabat
sahabat Abdullah bin Mas’ud13
G. Macam-Macam Tafsir
Tafsir Tahliliy mengkaji al-Qur’an dari segala aspek dan maknanya. Tafsir ini
memuat beberapa macam, yakni: (1) Tafsir bi al-Ma’thur, (2) Tafsir bi al-Ra’y,
(3) Tafsir Sufiy, (4) Tafsir Ishariy, (5) Tafsir fiqhiy, (6) Tafsir Falsafiy, (7) Tafsir
‘Ilmiy, (8) Tafsir Adabiy, dan (9) Tafsir Isra ‘iliyyat. Tafsir Ijmaliy menafsirkan
al-Qur’an secara singkat dan global, tanpa penjelasan panjang lebar, untuk
konsumsi berbagai tingkatan intelektualitas. Yang ditafsirkan disesuaikan urutan
mushaf, dari ayat ke ayat, dari surat ke surat berikutnya. Tafsir Muqaran adalah
metode tafsir dengan mengambil sejumlah ayat, kemudian mengemukakan
penafsiran para ulama tafsir yang metode dan kecenderungannya berbedabeda dan
mengkomparasikannya, kemudian menjelaskan kecenderungan legitimasi
kemazhabannya masing-masing. Tafsir Mawdu‘iy (tematik) ialah metode tafsir
dengan cara menghimpun seluruh ayat yang berbicara mengenai masalah atau
tema tertentu serta mengarah pada suatu pengertian dan ujuan tertentu, meskipun
ayat-ayat itu turunnya —baik segi cara, waktu maupun tempatnya— berbeda.
BAB III
PENUTUP
13
Al-Qat}t}a>n, Mabahith..., 335-336.
14
Abd al-Hay al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu‘iy, 23 .
7
A.KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
8
‘Ak, Khalid ‘Abd al-Rahman. Usul al-Tafsir wa Qawa‘iduh. Beirut: Dar al-
Nafa’is, 1964. ‘Ali, Ahmad Yusuf. The Holy Qur’an. Branswood Mryland, AS:
Amana Corp., 1989. Baqiy, Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Mu’jam al Mufahras li
Alfaz al-Qur’an al-Karim. Dar al-Sha’ab, 1945.
Suyutiy, Jalal al-Din. al-’Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid II. Mesir: Dar Ihy
al-Kutub al- ’Arabiyyah, t.t.
Zarkashi, Badr al-Din Muhammad bin ‘Abd Allah. al-Burhan fi ‘Ulum al-
Qur’an. Juz I. Mesir: Dar Ihy al-Kutub al-’Arabiyyah, t.t.