Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AL-QUR’AN

Diajukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Qur’an Hadits


Dosen Pengampu: Dr. M. Zainal Arif, MA

MAKALAH

Oleh:
Resita Endriati Winarso (NIM. 22160304)

PROGRAM STUDI MAGISTER PAI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat.............................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Tafsir Al-Qur’an..................................7
2.2 Macam atau Bentuk Tafsir Al-Qur’an dan Contohnya......................................9
2.3 Alat atau Ilmu Pendukung dalam Pmbahasan Ilmu Tafsir Al-Qur’an………..10
BAB III PENUTUP................................................................................................12
3.1 Kesmpulan......................................................................................................... 12
3.2 Saran.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam merupakan agama samawi, yaitu agama yang diturunkan
berdasarkan wahyu Allah Swt. Berbeda dengan agama ardhi yang lahir dari
tokoh agama yang mencetuskan ide dengan melakukan ritual penyembahan
kepada sesuatu yang diyakini berkuasa atas dirinya. Maka, ada beberapa
alasan yang menjadikan suatu agama disebut sebagai agama samawi yaitu: 1)
memiliki definisi Tuhan yang jelas, 2) memiliki nabi atau rasul, 3) memiliki
kitab suci.1 Apa sajakah agama samawi? Disebutkan bahwa agama samawi
adalah Yahudi, Nasrani dan sebagai penutup dan penyempurna adalah agama
Islam.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah:2

Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tiada terdapat keraguan di dalamnya


sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa.”2

Imam Al-Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil


mengatakan bahwa al-Qur’an ini tiada keraguan didalamnya, tidak ada
seorang pun yang ragu terhadap keagungan al-Qur’an. Dengan membacanya,
memahaminya, mengamalkannya akan mendatang keberkahan, mendapatkan
pahala dan pada akhirnya akan mengantarkan umat Islam menuju jalan yang
benar.
Secara jelas Allah Swt. telah mengatur segala aspek kehidupan
manusia, baik syariat maupun mu’amalah di dalam al-Qur’an dan diuraikan
melalui hadist yang disabdakan oleh rasulullah Saw. Maka sebagai hidayah
menuju jalan yang benar sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk

1
Pengertian Agama Samawi dan Agamaa Ardhi.. https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertiani-
agama-samawi-dan-agama-ardhi.html (Ahad, 22 januari 2023, 23.16 WIB).
2
Al-Qur’an, 2:2.
4

selalu berpedoman padanya. Apabila seorang hamba mengikuti petunjuk


yang Allah Swt. jelaskan dalam al-Qur’an maka ia akan menjadi insan yang
lurus, karena langkah dalam hidupnya selalu terbimbing oleh illahirobbi.
Al-huda merupakan nama lain al-Qur’an. Artinya adalah petunjuk.
Bagi siapa? Yaitu bagi orang yang bertakwa.3 Siapakah itu orang bertakwa?
diterangkan di ayat berikutnya, yaitu mereka yang beriman pada yang ghaib,
yang mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian rizki yang telah Allah
Swt. berikan4.
Dalam QS. Az-Zukhruf:3

Artinya: “Sesungguhnya Kami menjadikan al-Qur’an dalam bahasa


Arab supaya kamu memahami (nya).

Sama dengan ayat tersebut disebutkan pula dalam QS. Yusuf:2

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan (nya) berupa al-Qur’an


dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”5

Mengapa demikian? Tentu saja alasannya bukan hanya karena


rasulullah Saw. adalah orang Arab dan kaum awal yang mengikutinya berada
di Arab. Ada banyak faktor dan hikmah mengapa bahasa al-Qur’an adalah
bahasa Arab.
Menurut Ibnu Katsir bahasa Arab adalah bahasa yang paling baik dan
sempurna dengan ciri yang sangat istimewa.6 Ahli bahasa Arab menyatakan
bahwa bahasa al-Quran adalah bahasa yang paling indah dan bernilai karya

3
Ira Puspita Jati, “Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dalam Perspektif Pendidikan,” Jurnal Didaktika
Islamka Volume 8 nomor 2 Agustus, 2016, hlm. 76.
4
Al-Qur’an, 2:3.
5
Al-Qur’an, 43:3; 12:2.
6
UIN Jakarta, “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Al-Qur’an”,
https://www.uinjkt.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-berbasis-alquran/ (Senin, 23 Januari 2023,
10.55 WIB).
5

sastra tinggi. Oleh karena itu siapapun yang belajar bahasa Arab dapat
menguasai konteks kalimat yang baik. Karena satu kata dapat berarti banyak,
multimakna, bergantung pada konteksnya.
Dalam rangka memahami kandungan atau isi al-Qur’an dan
mewujudkan fungsinya maka diperlukan metode penafsiran al-Qur’an. Secara
umum, para muffasir menggunakan pendekatan bahasa dan konteks antara
kata dan ayat.7 Meskipun demikian, Allah Swt berfirman bahwa al-Qur’an
dijaga kemurniannya yang tertuang dalam QS. Al-Hijr:9.

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan


pasti Kami pula yang memeliharanya”8

Penjagaan Allah Swt tersebut menghindarkan dari pemalsuan,


penistaan dan perubahan pada isi al-Qur’an oleh pihak-pihak tidak
bertanggung jawab yang kita tahu tidak pernah berhasil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan ruang lingkup kajian tafsir Al-Qur’an
2. Macam atau bentuk tafsir Al-Qur’an dan contohnya
3. Alat atau ilmu pendukung dalam pembahasan ilmu tafsir Al-Qur’an

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dan ruang lingkup kajian tafsir Al-Qur’an
2. Memahami tentang macam atau bentuk tafsir Al-Qur’an dan contohnya
3. Memahami alat atau ilmu pendukung dalam pembahasan ilmu tafsir Al-
Qur’an

1.4 Manfaat
7
Hujair A.H. Sanaky, “Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau Corak
Mufassirin)”, Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008.
8
Al-Qur’an, 15:9.
6

1. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan


dengan kajian tafsir Al-Qur’an
2. Dapat menjadi sumber referensi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan
7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Tafsir Al-Qur’an


a) Pengertian Kajian Tafsir Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an kata tafsir disebutkan pada QS. Al-Furqan:33

Artinya: “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan


(membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya.”9

Kata tafsir merupakan kata benda dari kata kerja fassara. Tafsir bermakna
uraian, penjelasan, komentar atau interpretasi.10 Menurut Abu Hayyan secara
terminologi tafsir dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pelafalan
al-Qur’an, tentang hukum dan petunjuknya, baik berdiri sendiri atau kala tersusun,
serta hal lain yang menyempurnakannya.11
Dalam kalimat yang sederhana al-Zarkashiy menyatakan bahwa tafsir sebagai
ilmu untuk memahami al-Qur’an, kemudian mengeluarkan hukum dan
petunjuknya.12 Sedangkan al-Zarqani menyampaikan bahwa tafsir adalah
penjelasan lafal dari segi riwayah dan ta’wil dari segi dirayah.13
Berdasarkan pengertian tafsir tersebut membuka wacana dua dimensinya,
yaitu sebagai ilmu dan sebagai hasil karya. Sebagai ilmu, tafsir merupakan suatu
media pengetahuan untuk mengungkapkan kandungan isi dari al-Qur’an, baik
petunjuk, hukum maupun hikmah yang ada di dalamnya. Sementara sebagai hasil
karya, tafsir merupakan penjelasan petunjuk, hukum maupun hikmah yang
terkadung di dalamnya.
Selanjutnya tentang ta’wil, secara bahasa ta’wil berasal dari kata awwala
yang berarti fassara (menafsirkan) dan bayyana (menjelaskan). Berdasarkan hal
tersebut ta’wil artinya penafsiran (al-tafsir) dan penjelasan (al-tabyin) tentang apa

9
Al-Qur’an, 25:33.
10
Muhammad Fu’ad ‘Abd Al-Baqiy, al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim. hlm. 519.
11
Manna‘ Khalil al-Qattan, Mabahith fi `Ulum al-Qur’an. hlm. 324.
12
Jalal al-Din al-Suyutiy, al-‘Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, jilid II, hlmn. 174. Definisi al-Zarkashiy yang dikutip
oleh al-Hasaniy, Zubdah al-‘Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, hlm. 167.
13
Al-Zarkaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, jilid II, hlm. 4-5.
8

yang dimaksud oleh perintah yang terkandung dalam al_Qur’an.14 Ta’wil dapat
dipahami sebagai esensi tentang sesuatu yang dita’wilkan, yang dalam esensi
tersebut termuat juga akibat-akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu tersebut. Maka,
dapat dinyatakan bahwa tafsir adalah petunjuk yang dikehendaki, sedangkan ta’wil
menerangkan hakikat yang dihendaki.
Betapa pentingnya kajian tafsir al-Qur’an apabila dikaitkan dengan tujuan
dan manfaatnya. Posisi tafsir al-Qur’an merupakan kunci utama untuk membuka
rahasia keagungan al-Qur’an. Dengan memahami makna yang terkandung di
dalamnya maka umat Islam memiliki pedoman yang kuat untuk mencapai
kebahagiaan yang sebenarnya baik di dunia maupun di akhirat.
Bahasa Arab merupakan bahasa pribumi bangsa Arab itu sendiri. Oleh
karenanya kajian tafsir al-Qur’an mengalami perkembangan yang sangat pesat
disana, berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan faktor
bahasa dan budaya.15 Namun demikian bukan berarti kajian tafsir al-Qur’an di
Indonesia mengalami stagnansi. Jika dikaji sejak abad 20 hingga sekarang, kajian
tafsir al-Qur’an mengalami perkembangan yang sangat pesat. Seiring dengan itu
bermunculan karya-karya tafsir 30 juz, tafsir per surah maupun tafsir per juz.16

b) Ruang Lingkup Kajian Tafsir Al-Qur’an


Pada dasarnya kajian tafsir di Indonesia adalah yang umumnya disebut
sebagai kajian al-Qur’an (Qur’anic Studies, al-Dirāsat al-Qur’āniyah). Ruang
lingkup dari kajian tafsir al-Qur’an ini terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1) seluk beluk
al-Qur’an, 2) ilmu dan metodologi tafsir al-Qur’an, 3) kajian tentang tafsir itu
sendiri.17

14
Al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras……, Jilid I, hlm. 69-70.
15
Taufikurrahman, “Kajian Tafsir Indonesia,” dalam Mutawttir Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis Vol II, No. 1,
Juni 2012, hlm. 2.
16
Rifa Roifa, rosihon Anwar, Dadang Darmawan, “Perkembangan Tafsir di Indonesia (Pra Kemerdekaan
1900-1945)”, dalam Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. II, No.1, Juni 2017, hlm. 22.
17
Faijul Akhyar dkk. Diskursus Metodologi dan Karya-karya Tafsir Al-Qur’an. Sleman: Zahir Publishing.
2021.
9

2.2 Macam atau Bentuk Tafsir Al-Qur’an dan Contohnya


Macam tafsir al-Qur’an ditentukan bewrdasarkan metode yang diambil dalam
penafisrannya. Secara klasik metode tafsir dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:
1) Tafsir bi al-Riwayah dan 2) Tafsir bi al-Dirayah.18 Dari paduan kedua metode
tersebut muncul empat metode yaitu: 1) Tafsir Tahliliy, 2) Tafsir Ijmaliy, 3) Tafsir
Muqaran, 4) Tafsir Mawdu’iy.19
Tafsir tahliliy mengkaji al-Qur’an dari segala aspek dan maknanya. Tafsir ini
memuat beberapa macam, makna: 1) Tafsir bi al-Ma’thur, 2) Tafsir bi al-Ra’y, 3)
Tafsir Sufiy, 4) Tafsir Ishariy, 5) Tafsir Fiqhiy, 6) Tafsir Falsafiy, 7) Tafsir ‘Ilmiy, 8)
Tafsir Adabiy, 9) Tafsir Isra’illiyat.20
Tafsir Ijmaliy adalah cara menafsirkan al-Qur’an dengan sederhana dan
global, tanpa memberikan penjelasan panjang lebar untuk konsumsi berbagai
tingkatan intelektualitas, yang ditafsirkan sesuai urutan mushaf, dari ayat ke ayat atau
dari surat ke surat berikutnya.
Tafsir Muqaran adalah metode tafsir dengan mengambil sejumlah ayat
kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir yang metode dan
18
Al-Shalih, Mahabith …. 290-291.
19
‘Abd al-Hay al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu’iy, hlm. 23.
20
Sokhi Huda, Tafsir Al-Qur’an: Konsep dasar, Klasifikasi dan Perkembangannya, Makalah yang
dipresentasikan,Program Pascasarjana IAIN Surabaya, 1989.
10

kecenderungannya berbeda-beda dan membandingkannya, kemudian menjelaskan


kecenderungan legitimasi kemazhabannya masing-masing.
Tafsir Mawdu’iy (tematik) adalah metode tafsir dengan cara menghimpun
seluruh ayat yang berbicara mengenai masalah atau tema tertentu serta mengarah pada
pada suatu pengertian dan tujuan tertentu. Mesipun ayat-ayat terbut turunnya berbeda
(baik cara, waktu maupun tempatnya) tersebar di berbagai surat. Sehingga suatu tema
dapat dipecahkan dengan tuntas.

2.3 Alat atau Ilmu Pendukung dalam Pembahasan Ilmu Tafsir Al-Qur’an
Ada beberapa ilmu yang diperlukan atau harus dikuasai oleh muffasir
dalam menafsirkan al-Qur’an. Maulana Zakariyya al-Khandahlawi menuliskan dalam
bukunya, Ibnu Mas’ud R.A berkata “jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan
dan renungkanlah makna dari al-Qur’an, karena di dalamnya terkandung hikmah dan
kisah orang-orang terdahulu.” Namun sebelum itu penulis mengutarakan bahwa dalam
mempelajari al-Qur’an harus memperhatikan syarat dan adabnya.
Berdasarkan keterangan para ulama, ada beberapa keilmuan yang harus
dikuasai sebelum memaknai al-Qur’an. Pertama, ilmu Lughah, yaitu ilmu bahasa yang
mempelajari tentang setiap arti kata dalam al-Qur’an. Sedikit ilmu tentangnya tidaklah
cukup untuk berkomentar tentang arti dari ayat-ayat al-Qur’an. Kedua, ilmu Nahwu,
yaitu tata bahasa, sangat penting mengetahui ilmu ini untuk menghindari kesalahan
dalam memaknai susunan kata dalam kalimat Bahasa Arab.
Ketiga, ilmu Shorof, yaitu ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata.
Ilmu ini penting dipelajari sebelum menafsirkan al-Qur’an karena ilmu ini untuk
mengetahui bentuk dasar suatu kata dengan segala perubahan-perubahannya. Keempat,
ilmu Isytiqaq atau yang diartikan sebagai ilmu akar kata, dengan ilmu ini kita dapat
memahami asal usul kata dimana ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang
berbeda sehingga akan memunculkan makna yang berbeda.
Kelima, ilmu Ma’ani, yaitu adalah ilmu yang mengkaji susunan kalimat
untuk menghindari ketidaksesuaian antara pembicara dan pendengar. Dengan ilmu ini
kita dapat memahami kalimat dari susunannya. Keenam, ilmu Bayaan yaitu ilmu yang
mempelajari makna kata yang dhahir dari kata yang tersembunyi. Ketujuh ilmu Badi’,
yaitu ilmu yang mempelajari tentang keindahan bahasa. Kedelapan ilmu Qiraat, ilmu
11

ini sangat penting karena perbedaan membaca al-Qur’an dapat merubah makna ayat.
Kesembilan, ilmu Aqa’id, yaitu ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan.
Kesepuluh, Ushul Fiqih, ilmu ini penting karena dengannya kita dapat
mengambil dalil dan hokum dari suatu ayat dalm al-Qur’an. Kesebelas, ilmu Asbabun
Nuzul, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal usul turunnya ayat. Sehingga maksud
ayat mudah dipahami. Keduabelas, ilmu Nasikh Mansukh, dengan ilmu ini kita
mengetahui suatu hukum yang pernah berlaku atau sudah dihapus dan hokum yang
masih berlaku saat ini. Ketigabelas, ilmu Fiqih, dengan mengetahui ilmu ini kita dapat
mengetahui hukum-hukum secara menyeluruh.
Keempatbelas, ilmu hadits, yaitu ilmu untuk mengetahui hadits-hadits yang
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Kelimabelas, ilmu Wahbi, yaitu ilmu khusus yang
diberikan Allah Swt. kepada hamba-Nya yang istimewa. Menurut Maulana Zakariyya
ilmu alat tersebut di atas adalah ilmu yang digunakan muffasir dalam menfasirkan al-
Qur’an.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut Abu Hayyan secara terminologi tafsir dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pelafalan al-Qur’an, tentang hukum dan petunjuknya, baik
berdiri sendiri atau kala tersusun, serta hal lain yang menyempurnakannya.
2. Ruang lingkup dari kajian tafsir al-Qur’an ini terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1)
seluk beluk al-Qur’an, 2) ilmu dan metodologi tafsir al-Qur’an, 3) kajian tentang
tafsir itu sendiri.
3. Macam tafsir al-Qur’an ditentukan bewrdasarkan metode yang diambil dalam
penafisrannya. Secara klasik metode tafsir dibedakan menjadi dua bagian besar,
yaitu: 1) Tafsir bi al-Riwayah dan 2) Tafsir bi al-Dirayah.21 Dari paduan kedua
metode tersebut muncul empat metode yaitu: 1) Tafsir Tahliliy, 2) Tafsir Ijmaliy,
3) Tafsir Muqaran, 4) Tafsir Mawdu’iy.
4. Ada beberapa ilmu yang diperlukan atau harus dikuasai oleh muffasir dalam
menafsirkan al-Qur’an. Ilmu Lughah, ilmu Nahwu, ilmu Shorof, ilmu Isytiqa,
ilmu Ma’ani, ilmu Bayaan, ilmu Badi’, ilmu Qira’at, ilmu Aqa’id, Ushul Fiqih,
ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Nasikh Mansukh, ilmu Fiqih, ilmu Hadits, ilmu Wahbi.

3.2 Saran
1. Dibutuhkan pemahaman secara menyeluruh terhadap kajian tafsir al-Qur’an.
2. Dibutuhkan referensi lebih banyak lagi untuk mendukung pemahaman mengenai
metode tafsir al-Qur’an.

21
Al-Shalih, Mahabith …. 290-291.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro.

Anwar, E. S. 2009. TAFSIR, TA‟WIL, TERJEMAH DAN RUANG LINGKUP


PEMBAHASANNYA. Al-Fath, 03(02).

Baqiy, Muhammad Fu’ad 1945. ‘Abd. al-Mu’jam al Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim.
Dar al-Sha’ab.

Ira Puspita Jati. 2016. “Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dalam Perspektif Pendidikan,”
Jurnal Didaktika Islamka Volume 8 nomor 2. hlm. 76.

Pengertian Agama Samawi dan Agamaa Ardhi.. https://www.e-


jurnal.com/2013/11/pengertiani-agama-samawi-dan-agama-ardhi.html (Ahad, 22 januari
2023, 23.16 WIB).

UIN Jakarta, “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Al-Qur’an”,


https://www.uinjkt.ac.id/pembelajaran-bahasa-arab-berbasis-alquran/ (Senin, 23 Januari
2023, 10.55 WIB).

Hujair A.H. Sanaky. 2008. “Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti
Warna atau Corak Mufassirin)”, Al-Mawarid Edisi XVIII.

Qattan, Manna ‘ Khalil. 1972. Mabahith fi `Ulum al-Qur’an. Beirut: Mansurat al-‘Asr al-
Hadith.

Suyutiy, Jalal al-Din. al-’Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid II. Mesir: Dar Ihy al-Kutub
al ’Arabiyyah, t.t.

Zarqaniy, Muhammad ‘Abd al-’Azi z. Manahil al-’Irfa n fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid I dan II.
Mesir: Dar Ihy al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t.

Taufikurrahman. 2012. “Kajian Tafsir Indonesia,” dalam Mutawttir Jurnal Keilmuan


Tafsir Hadis Vol II, No. 1.

Roifa, R., Anwar, R., & Darmawan, D. 2017. PERKEMBANGAN TAFSIR DI


INDONESIA ( PRA KEMERDEKAAN 1900-1945). Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir, 2(1), 21–36. https://doi.org/10.15575/al-bayan.v2i1.1806

Faijul Akhyar dkk. 2021. Diskursus Metodologi dan Karya-karya Tafsir Al-Qur’an.
Sleman: Zahir Publishing. 2021.

13
Farmawy, ‘Abd al-Hay. 1977. al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu‘iy. Mesir: al-Jumhuriyyah
al-Misriyyah.

Sokhi Huda. 1989. Tafsir Al-Qur’an: Konsep dasar, Klasifikasi dan Perkembangannya,
Makalah yang dipresentasikan,Program Pascasarjana IAIN Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai