Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RUANG LINGKUP ULUMUL QUR’AN

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an yang


Di Ampu Oleh Ibu Roslina, S.Pd.I., M.Pd.”

DISUSUN OLEH:

WAHYUDDIN (22.01.026.0124)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT AL-HADY BOMBANA

BOMBANA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, sehingga dengan keridaan-Nya pula dan kerja keras penulis
makalah tentang “Ruang Lingkup Ulumul Qur’an ” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kita dapat ikut adil
dalam memanfaatkan ilmu yang ada.
Penulis tetap menerima apa bila ada kritik dan saran dari para pembaca
agar dapat menjadi penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa penulis
hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Semoga makalah ini dapat digunakan dan memberi manfaat bagi kita
semua demi menambah pengetahuan kita.

Bombana,17 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul........................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an.........................................................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................8


A. Kesimpulan.......................................................................................................8
B. Saran.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, merupakan kitab suci umat
Islam yang akan tetap terpelihara sepanjang masa.
Salah satu ayat di dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa al-Qur’an
benar-benar dijamin dan tetap terpelihara dan sebagai petunjuk,
sebagaimana dalam firman Allah SWT, yang berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an , dan
Kami benar-benar memeliharanya. (QS:15:9).”
Disamping itu al-Qur’an juga sebagai mukjizat Islam yang abadi
dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas
kemukjizatannya. Allah SWT menurunkan al- Qur’an kepada Nabi
Muhammad SAW, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan
hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka kejalan yang lurus.
Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi para sahabat tentang ayat-
ayat al-Qur’an yang mereka terima, mereka langsung menanyakannya
kepada Rasulullah saw.
Demikianlah cara para sahabat memahami ayat-ayat al-Qur’an dimana
mereka langsung menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan langsung
menjelaskannya kepada para sahabat. Setelah Rasulullah saw. meninggal,
para sahabat meneruskan tradisi memahami makna-makna al-Qur’an dan
tafsirnya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Kemudian
dilanjutkan oleh murid-murid para sahabat dari kalangan tabi’in.
Al-Qur’an yang di dalamnya banyak mengandung ayat-ayat yang
bersifat Global. Mutlak dan Am, memberi peluang dan dorongan para
ulama terdahulu sampai sekarang untuk mempelajari dan terus menggali
ilmu-ilmu dan pemahaman terhadap al-Qur’an.
Untuk memahami, menerjemahkan dan menafsirkan al-Qur’an tidak
cukup dengan penguasaan bahasa Arab saja, tetapi lebih dari itu harus
pula menguasai ilmu-ilmu penunjang lainnya. Hasbi Ash-Shiddieqy
menekankan untuk dapat memahami al-Qur’an dengan sempurna
diperlukan benar-benar adanya ilmu-ilmu al-Qur’an”. Itulah sebabnya
diperlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk mempelajari al-
Qur’an agar dapat mengambil mutiara permata al-Qur’an dari dasarnya.
Jika telah jelas bahwa Alquran dan hadis Rasul adalah pedoman
hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya
merupakan sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam. Alquran dan
sunnah Rasul adalah ajaran yang paling muliah dari segala ajaran
manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehinga telah menjadi

1
keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk
mengikuti petunjuk dan pengarahan Alquran dan As-Sunnah. Dari
pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana
yang buruk.
Dengan demikian ketidaktahuan dan kesalapahaman terhadap makna-
makna al-Qur’an dan pemahaman tentang ayat-ayat yang kontroversi
dapat dihindari. Karena biasanya kontroversi timbul sebab
ketidakmampuan memahami makna ayat-ayat al-Qur’an.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kemunculan dan pembahasan tentang
ilmu-ilmu al-Qur’an secara luas dan mendalam sangatlah diperlukan.
Ilmu-ilmu al-Qur’an ini diharapkan menjadi suatu kebutuhan ummat
manusia agar dapat menyingkap pesan-pesan (ayat-ayat) Allah swt.
Menjabarkan dan mendiskusikannya sebagai suatu kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan menjadi
pembahasan dalam makalah ini yaitu : Apa Ruang lingkup
pembahasan’Ulumul Qur’an ?

C. Tujuan

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah dikemukakan


di atas, maka tujuan yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini
yaitu untuk mengetahui Ruang lingkup pembahasan’Ulumul Qur’an .

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an.


Kitab suci Alquran memuat dua hal yang berbeda ; pertama, memuat
keaslian pernyataan yang tertuju pada waktu tertentu (karakter bumi), kedua,
memuat penjelasan tentang tawaran informasi yang bersifat transenden dan
bernilai abadi bagi para pemeluknya kapanpun waktunya (aspek/karakter
surga). Konsekuensinya di satu sisi, manakala seseorang mufassir berbicara
mengenai paradigma penafsiran Alquran, maka secara inheren ia tidak dapat
melepaskan diri dari status Alquran yang merupakan ungkapan-ungkapan
wahyu Tuhan yang memiliki kemampuan serba Maha (transenden).
Walaupun di sisi lain, para pakar tafsir sepakat untuk menjadikan setiap
hasil penafsiran bersifat zhanni ad-dilalah. Yakni, penafsiran memiliki
kekuatan kebenaran yang relatif lebih besar dengan tetap memegang asumsi
tentang masih adanya kekeliruan yang mungkin saja terjadi akibat
keterbatasan wawasan sang mufassir. Itu mengindikasikan setiap hasil
penafsiran bisa saja memenrima autokritik sepanjang didasari atas frame-
frame penafsiran Alquran yang kuat.

Pembahasan ‘Ulum al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam


bukunya ‘al-Itqan fi ‘ Ulum al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang,
dan setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi.
Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-
Qur’an dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen : (1) Pengenalan Terhadap
al- Qur’an, (2) Kaidah-kaidah tafsir, (3) Metode-metode tafsir, (4) Kitab-
Kitab tafsir dan para mufassir.

Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup : (a)


Sejarah al- Qur’an, (b) Rasm al-Qur’an, (c) I’jaz al-Qur’an, (d) Munasabah
al-Qur’an, (e) qushah al-Qur’an, (f) jadal al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an,
(h) amtsal al-Qur’an,(i) nasikh dan mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih,
(k) al-qiraat, dan sebagainya.

3
Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup : (a) ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur’an, (b)
sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan
(c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-
Qur’an,baik dari ilmu-ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun
yang ditarik langsung dari penggunaan al-Qur,an. Sebagai contoh, dapat
dikemukakan kaidah-kaidah berikut : (a) kaidah ism dan fi’il, (b) kaidah
ta’rif dan tankir, (c) kaidah istifham dan macam- macamnya, (d) ma’aniy al-
huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-lain, (e) kaidah su’al dan
jawab, (f) kaidah pengulangan, (g) kaidah perintah sesudah larangan, (h)
kaidah penyebutan nama dalam kishah, (j) kaidah penggunaan kata dan
uslub al-Qur’an, dan lain-lain.

Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-metode


tafsir yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya :
al-ra’yu, al-ma’tsur, al-isyariy, disertai penjelasan tentang syarat-syarat
diterimanya suatu penafsiran serta metode pengembangannya, dan juga
mencakup juga metode mutaakhir dengan keempat macamnya : tahliliy,
ijmaliy, muqarran, maudhu’iy.

Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup


pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru,
yang berbahasa arab, inggeris, atau indonesia, dengan mempelajari biografi,
latar belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip
yang digunakan, srta keistimewaan dan kelemahannya.

Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai


corak atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak : Fiqhi, sufi;
‘ilmi, bayan, falsafi, adabi, ijtima’iy, dan lain-lain.”

Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an


mencakup bahasan yang sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-Qur’an,
asbab al-nuzul, qiraat, ilmu an-nasikh wa al-mansukh dan ilmu fawatih as-
suwar serta masih banyak yang lainnya. Karena begitu luasnya cakupan

4
kajian ulumul quran, maka para ulama harus mengakhiri definisi yang
mereka buat dengan ungkapan “dan lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan,
kajian ulumul quran tidak hanya hal-hal yang disebutkan dalam definisi itu
saja, tetapi banyak hal yang secara keseluruhan tidak mungkin disebutkan
dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H), seperti yang dikutip oleh Az-
Zarkasyi, menyebutkan, ulumul quran mencakup 77.450 ilmu sesuai dengan
bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan pendapat sebagian kaum salaf,
yang melihat bahwa setiap kata dalam al-Quran mempunyai makna lahir dan
bathin, selain itu terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-
susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini tidak terkira banyaknya dan
Allah sajalah yang mengetahuinya secara pasti.

Dari sekian banyak cakupan ulumul quran, maka yang menjadi induk
atau focus utamanya adalah tauhid, tadzkir (peringatan), dan hokum. Tauhid
mencakup banyak hal, antara lain pengetahuan tentang mahluk, sang
pencipta, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Yang termasuk
dalam tadzkir adalah al-wa’d (janji balasan kebajikan), al-wa’id (janji
ancaman),surge dan neraka serta penyucian lahir dan bathin. Sedangkan
hukum mencakup beban (takalif) berupa perintah, larangan, hal yang
bermanfaat, dan hal-hal yang dapat mendatangkan kemudharatan.

Secara garis besar ulumul quran itu dapat dikategorikan menjadi dua
macam, yaitu ilmu-ilmu yang yang diistimbatkan dari al-Quran, yang
kemudian dapat dipedomani oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini.
Termasuk dalam kategori ini, misalnya ilmu fiqh, ushul, tafsir, balaghah,
kaidah-kaidah bahasa, akidah, akhlak, dan sejarah. Dan yang kedua, ilmu-
ilmu yang menjadi syarat atau alat untuk memahami al-quran. Yang
dimaksud dengan istilah ulumul Quran dalam kajian ini adalah yang terakhir
ini. Hal tersebut mencakup antara lain sebagai berikut :
a. Ilmu Nuzul al-Qur’an” Kajian ini mencakup penyampaian al- quran
dari Allah kepada Nabi Muhammad, Al-makki wa Al- madani,
ayat paling awal dan paling akhir diturunkan, ayat yang turun

5
dimalam hari (al-layliyah), yang turun diwaktu siang (al-nahariyah),
ayat yang turun dalam perjalanan, ayat yang turun ketika Nabi berada
ditempat tinggalnya, ayat yang turun ketika Nabi berada dalam
perjalanan dan ayat yang berulang kali turunnya.
b. Ilmu Qira’ah, Hal ini mencakup cara memulai bacaan, membaca
wakaf, mad, idgam, dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam kajian
ini perbedaan para ulama dalam membacanya, ada bacaan mutawatir,
ahad, masyhur, dan syazz
c. Kajian tentang makna alquran yang berhubungan dengan hukum,
seperti lafal ‘am yang tetap dalam keumumannya, ‘am yang telah
ditakhsiskan, Manthiq, mafkhum, muthlaq, muqayyad, dan lain
sebagainya.
d. Kajian tentang makna alquran yang berkaitan dengan lafal, seperti ijaz,
ithnab, musawa, qashar, dan lain-lain.”

Dengan demikian, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Ulumul


quran itu mencakup ilmu-ilmu bahasa arab dan segala kajian yang berkaitan dengan
ajaran islam. Bahwa As-Sayuti berpendapat,bahwa ilmu jiwa, ilmu falaq, ilmu
astronomi, dan lain sebagainya juga termasuk ulumul quran. Hal itu didasarkan pada
firman Allah swt :

(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri”(QS. An-Nahl : 16 : 89).

6
Dengan demikian, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ulumul
quran itu mencakup ilmu-ilmu bahasa Arab dan segala kajian yang berkaitan
dengan ajaran Islam. Bahkan As-Suyuti berpendapat, bahwa ilmu jiwa, ilmu
falak, ilmu astronomi dan lain sebagainya juga termasuk ulumul quran. Hal
ini didasarkan kepada firman Allah swt :

Terjemahannya : (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan


pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan
Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.(QS. An-Nahl (16) : 89.

7
BAB III
P E N U TU P
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. ’Ulum al-Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu yang
berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.

2. ’Ulum al-Qur’an dikalangan ulama terjadi beda pendapat tentanga


munculnya ’Ulum al-Qur’an, tetapi pendapat yang kuat menyatakan bahwa
lahirnya ’Ulum al-Qur’an setelah terbitnya kitab al-burhan fi ’Ulumil
Qur’an.pada abad ke III H.

3. Karena begitu luasnya pembahasan tentang ’ulum al-Qur’an, maka Dr. M.


Quraisy Shihab membagi kedalam empat komponen, (1) Pengenalan
terhadap al-Qur’an, (2) kaidah-kaidah tafsir, (3) metode-metode tafsir, (4)
kitab-kitab tafsir dan para mufassir.
B. Saran

Karena begitu pentingnya pembahasan tentang ’ulum al-Qur’an, dengan berbagai


aspek yang ada hubung annya dengan hidup dan kehidupan kita dari segala sisi
maka penulis memberikan rekomendasi kepada :

1. Kepada para pembaca disetiap jenjang pendidikan dan dari segala status sosial
lainnya agar kiranya banyak membaca al-Qur’an yang dapat bernilai ganda
baik kehidupan dunia maupun akhirat

2. Karena al-Qur’an merupakan pedoman hidup, sudah seharusnya kepada


pemerintah melalui kantor, dinas dan badan penyelenggara pendidikan formal
dan informal agar kiranya pendidikan al-Qur’an dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan dasar, menengah dan atas serta perguruan tinggi sehingga suasana
kehidupan qur’ani dapat menyeluruh dan menyentuh lapisan bawah.

3. Perlu pemerataan pembangunan dan pengelolaan pusat studi al-Qur’an


sehingga kajian studi al-qur’an lebih merata kesetiap daerah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Ramli. ‘Ulumul Qur’an. Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994
Abdullah M. Yamin , Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Cet. I,
Pekan Baru : Amzah, 2007.

Anwar, Abu. ‘Ulumul Qur’an, Sebuah Pengantar .Cet. I; Pekanbaru:


Amzah, 2002.

Anwar, Rosihan. Ilmu al-Qur’an. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2007.


Ash-Shabuhi, Mummad Ali. at-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an. terj. Aminuddin,
Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Cet. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Ash-Shiddiq, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir. Cet. XV;


Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

As-Shalih, Subhi. Mabahits fi ’Ulumil Qur’an. Terj. Tim Pustaka Firdaus,


Membahas Ilmu-Ilmu al- Qur’an. Cet. XVI; Jakarta: Pustaka Firdaus,
1985.

Az-Zarqani. Manahil al-Irfan, Jilid I. Beirut; Daral-Fikr, 1972.


Al-Hafidz W. Ahsin , Kamus Ilmu Alquran. Cet. III, Wonosobo, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung:

CV. Diponegoro, 2005.

Departemen Agama RI. Tafsir Ilmu Tafsir. Cet. II; Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1990

Ibrahim. al-Mu’jamul Wasith Jilid II. Cet. III; Kairo: Darul Handasiah, 1985.
Manna’ al-Qaththan, Mabahist fi ‘Ulumul Qur’an, Riyad: Mansyurat Al-Ashr Al-
Hadis, 1973.

Mannaa’ Khaliil al-Qattaan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. Muzakkir AS. Cet.
VI; Bogor: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.

Anda mungkin juga menyukai