Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL HADITS

PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

ANDI BASO AMIR

MUHAMMAD IDRIS

UNIVERSITAS STIT AL-HADY BOMBANA

BOMBANA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pembagian Hadits Dari Segi
Kuantitas”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Metodologi Studi Islam di Universitas STIT Al Hady Bombana.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Mulaeno, 1 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul…………………………………………………………………………………..…..i

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2

A. Pengertian Hadits Mutawatir ………….........................................................................2

B. Syarat-syarat dan pembagian hadits Mutawatir..............................................................2

C. Pengertian Hadits Ahad …………………………………………...……………...........4

D. Pembagian Hadits Ahad………………………………………………………...5

BAB III PENUTUP ............................................................................................................8

A. Simpulan.........................................................................................................................8

B. Saran ..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber yang kedua setelah al-qur’an untuk memberi petunjuk kepada
kehidupan umat manusia. Apa yang tidak diuraikan dalam Al-Quran akan dijelaskan secara
gamblang dalam sebuah hadits. Karena pada dasarnya, hadits merupakan perkataan, ajaran, dan
perbuatan Rasulullah.
Namun karena pada zaman Nabi tidak diperbolehkan menulis selain ayat-ayat Al Qur’an
dan juga begitu banyak hadits yang dikhawatirkan merupakan hadits palsu, maka bermunculan
penelitian-penelitian tentang kajian ilmu hadits. Salah satunya adalah melihat hadits dari banyak
sedikitnya orang yang meriwayatkanya atau jumlah perowinya.
Kita sebagai seorang muslim tidak boleh menyakini bahwa semua hadits adalah shahih
dan tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits adalah palsu. Maka, dalam menentukan
status suatu hadits dapat lebih dipertimbangkan jika mengetahui banyak sedikitnya orang yang
meriwayatkan hadits tersebut. Pembagian hadits berdasarkan kuantitasnya ada 2 yaitu hadits
Mutawatir dan hadits Ahad. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan pengertian, syarat-
syarat dan macam-macam hadits Mutawatir dan hadits Ahad.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits Mutawatir ?
2. Apa syarat-syarat hadits Mutawatir, dan apa saja pembagian hadits Mutawatir ?
3. Apa pengertian hadits Ahad ?
4. Apa saja pembagian hadits Ahad ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian hadits Mutawatir
2. Mengetahui syarat-syarat hadits Mutawatir, dan pembagian hadits Mutawatir
3. Mengetahui pengertian hadits Ahad
4. Mengetahui saja pembagian hadits Ahad

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Mutawatir


Kata mutawatir, Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau
berturut-turut antara satu dengan yang lain. [1]
Sedangkan menurut istilah ialah Suatu hasil hadist anggapan pancaindera, yang
diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan
bersepakat untuk dusta. [2]

‫ب َع ْن‬ ِ ‫ث املَتوا تِر هوالَّ ِذ ى رواه مَجْع َكثِير يْؤ من َتوا طُ هم علَى‬
ِ ‫الك ْذ‬ ُ ‫ي‬ ِ ‫احل‬
‫د‬
َ ْ ُ ‫َ َ ُ ُ ْ ٌ ُ َ ُ َ ُؤ‬ ُ
َ ُ َُ ْ َ
ِ َّ ‫مثْلِ ِهم اِىَل انْتِها‬.
َّ ِ‫السنَد َو َكا َن ُم ْسَتنَ ُد ُه ْم احل‬
‫س‬ َ ْ
ِ
Artinya: Hadits mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak
mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi yang semisal mereka dan seterusnya
sampai akhir sanad dan semuanya bersandar kepada pancaindra. [3]

Sedangkan Imam Nawawi mengemukakan definisi dari hadist mutawatir, yaitu “hadis
shahih yang sejumlah besar orang menurut akal dan adat mustahil mereka bersepakat untuk
berdusta, sejak awal sanad, tengah dan akhirnya”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya hadist mutawatir adalah
hadist yang memiliki sanad yang pada tingkatanya terdiri atas perawi dengan jumlah yang
banyak yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk melakukan
kebohongan terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.

B. Syarat-syarat dan pembagian hadits Mutawatir


1. Syarat-syarat hadits Mutawatir :
Suatu hadits dapat disebut hadits mutawatir apabila memenuhi syarat – syarat berikut :

1 Mahmud At-Thahhan, Taisir Musthalah Al-Hadits, Dar Al-Qur’an Al-Karim, Beirut, 1979, hlm.19

2 Endang Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, Mimbar Pustaka, Bandung, 2005, hlm.120

3 Nuruddin ‘Itr, UlumulHadits,PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm.428

2
a. Hadits yang diriwayatkan itu mengenai nabi Muhammad SAW yang dapat ditangkap oleh
pancaindra. Seperti sikap dan perbuatan beliau yang dapat dilihat atau sabdanya yang dapat
didengar. Misalnya para sahabat mengatakan “kami lihat rasulullah SAW berbuat begini” atau
“kami lihat nabi SAW bersikap begini” atau “ kami dengar nabi SAW bersabda begini”
b. Perawinya mencapai jumlah yang menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk
berdusta. Jumlah minimal ada yang menetapkan sepuluh orang rawi, dua puluh, empat puluh dan
bahkan ada yang menetapkan minimal tujuh puluh rawi.
c. Jumlah perawi pada setiap tingkatan takboleh kurang dari jumlah minimal.
Bila suatu hadits telah memenuhi tiga syarat diatas, maka tergolong hadits mutawatir,
dan benar berasal dari nabi SAW. Para rawi hadits mutawatir tidak harus memenuhi sahih dan
hasan, melainkan yang menjadi ukuran adalah segi kuantitasnya yang secara rasional mustahil
mereka bersepakat untuk bohong. [4]

2. Pembagian Hadits Mutawatir


Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam :
a. Hadits Mutawatir Lafzi
Hadits mutawatir Lafzi adalah hadits yang diriwayatkan oeh orang banyak yang susunan
redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu dan yang lainnya. [ 5] Contoh Hadits
Mutawatir Lafzi :

‫ب َعلَ َّي ُمَت َع ِّم ًدا َفْليَتََب َّوْأ َم ْق َعلَهُ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫م ْن َك َذ‬.
َ
"Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah
ia bersedia menduduki tempat duduk di neraka." (H.R. Bukhari)
Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat.
Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan
lafazh dan makna yang sama. Hadits tersebut terdapat pada sepuluh kitab hadits, yaitu Al-
Bukhari, Muslim, Ad-Darimi, Abu Dawud, Ibn Majah, At-Tirmidzi, At-Thayasili, Abu Hanifah,
Ath-Thabrani, dan Al-Hakim. [6]

4 Ahmad MuhammadMudzakir, ulumul hadits, Pustaka Setia, Bandung, 1998, hlm.88


5 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah Al-hadits, Al-Maarif, Bandung, 1974, hlm.79
6 Endang Soetari, op.cit. hlm.121

3
b. Hadits mutawatir ma’nawi
Hadits mutawatir ma’nawi adalah hadits yang lafadz dan maknanya berlainan antara
satu riwayat dengan riwayat lainnya, tetapi terdapat persesuaian makna secara umum (kulli).
Contoh hadits mutawatir ma’nawi:
ِ ِ ِ‫ِئ‬ ٍِ ِ ِ
ُ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم اَل َي ْرفَ ُع يَ َديْه يِف ْ َش ْيء م ْن ُد َعا ه ِإاَّل ىِف اِإْل ْست ْس َقاء َوِإنَّه‬
َ ُّ ‫َكا َن النَّيِب‬
‫اض إبْطَْي ِه‬
ُ َ‫َيْرفَ ُع َحىَّت يَُرى َبي‬
"Rasulullah SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doanya, kecuali dalam doa
salat istiqa' dan beliau mengangkat tangannya, hingga nampak putih-putih kedua ketiaknya."
(HR. Bukhari)
c. Hadis Mutawatir Amali
Hadis Mutawatir Amali adalah sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal
dari agama dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau
memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu. Contoh : Kita melihat dimana saja
bahwa salat Zuhur dilakukan dengan jumlah rakaat sebanyak 4 (empat) rakaat dan kita tahu
bahwa hal itu adalah perbuatan yang diperintahkan oleh Islam dan kita mempunyai sangkaan
kuat bahwa Nabi Muhammad SAW melakukannya atau memerintahkannya demikian.

C. Pengertian Hadits Ahad

Hadits Ahad adalah hadits yang jumlah rowinya tidak sampai pada jumlah mutawatir,
tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir. Hal ini
dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits yaitu hadits yang tidak sampai jumlah rawinya kepada
jumlah hadits mutawatir, baik rawinya itu seorang, dua, tiga, empat, lima, atau seterusnya dari
bilangan-bilangan yang tidak memberi pengertian bahwa hadits itu dengan bilangan tersebut
masuk ke dalam hadits mutawatir. [7]

D. Pembagian Hadits Ahad

7 Ibid, hlm. 124


4
Hadits Ahad sendiri dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Hadits Masyhur
Al-Syuhrah (kemasyhuran) secara etimologis berarti ‘tersebar’ dan ‘tersiar’ (popular).
Adapun pengertian asy-syuhrah dalam kaitannya dengan hadits masyhur menurut istilah ahli
hadits yaitu menurut al-Hafizh Ibnu Hajar.
ِ ‫صورةٌ بِاَ ْكَثر ِم ْن اِْثَننْي‬ ِ
َ َ ْ ُ ْ‫ث املَ ْش ُه ْو ُر َما لَهُ طُُر ٌق حَم‬
ُ ْ‫احلَد ي‬.
Hadits masyhur adalah hadits yang memiliki sanad terbatas yang lebih dari dua. [8 ]

Kata-kata ٌ‫ص ْو َرة‬


ُ ْ‫ لَهُ طُُر ٌق حَم‬mengecualikan hadits mutawatir, karena hadits mutawatir
itu tidak dibatasi dengan jumlah sanad tertentu, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Yang
terpenting dalam hadits mutawatir adalah ketidakmungkinan adanya kesepakatan untuk berdusta,
dan hal ini kadang-kadang dapat dicapai dengan 10 rawi yang tsiqat sebagaimana dapat dicapai
dengan 50 rawi yang tidak tsiqat.

ِ ِ
Kata-kata ‫ بِ اَ ْكَث َر م ْن ا ْثَننْي‬mengecualikan hadits gharib dan hadits ‘aziz. Sering

muncul anggapan bahwa hadits masyhur itu senantiasa sahih, karena sering kali seorang peneliti
dengan pandangan sepintas dapat terkecoh oleh berbilangnya rawi, yang mengesankan kekuatan
dan kesahihan sanad. Akan tetapi para muhaddits tidak peduli dengan berbilangnya sanad
apabila tidak disertai sifat-sifat yang menjadikan sanad-sanad itu sahih atau saling memperkuat
sehingga dapat dipakai hujah.
Contoh hadits masyhur :

‫امل ْسلِ ُم اَ ُخو امل ْسلِ ِم‬


ُ ُ
Setiap muslim adalah saudara muslim yang lain.

2. Hadits ‘Aziz

8 Nuruddin ‘Itr, op.cit, hlm.434

5
Asal kata istilah ini menurut bahasa adalah kata ‫ َعَّز َي َعّز‬yang berarti ‘kuat’, sebagaimana
difirmankan Allah Swt.
ٍ ِ‫َفعَّز ْزنَا بِثَا ل‬
‫ث‬ َ
Kemudian kami kuatkan dengan (utusan) ketiga (QS Yasin :14).
Pengertian lain mengenai hadits ‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang
walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah itu orang-
orang pada meriwayatkannya.

Contoh hadits ‘aziz :


ِ‫ب اِلَي ِه ِمن والِ ِد ِه وولَ ِد ِه والنَّا ِس اَ مْج ع‬ ِ
َ ‫َ نْي‬ َ َ َ َ ْ ْ َّ ‫الََيْؤ م ُن اَ َح ُد ُك ْم َحىَّت اَ ُك ْو َن اَ َح‬.
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada
orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Syaikhani dari Anas, dan al-Bukhari meriwayatkannya melalui jalan
lain dari Abu Hurairah r.a. Hadits ini dari Anas diriwayatkan oleh Qatadah dan Abdul Aziz bin
Shuhaib. Dari Qatadah diriwayatkan oleh Syu’bah dan Sa’id. Dari Abdul Aziz diriwayatkan oleh
Ismail bin ‘Ulayyahdan Abdul Warits. Dan dari masing-masing rawi terakhir ini diriwayatkan
oleh jemaah.

3. Hadits Gharib
Gharib menurut bahasa adalah orang yang menyendiri, mengasingkan diri, atau orang
yang jauh dari sanak keluarganya. Menurut istilah muhadditsin, yang dimaksud dengan hadits
gharib adalah :

‫ث الَّ ِذ ى َت َفَّر َد بِِه َرا ِويِْه َس َوا ءٌ َت َفَّر َد بِِه َع ْن اَِما ٍم جُيْ َم ُع َح ِد ْيثُهُ اَْو َع ْن‬ ِ
ُ ْ‫ُه َوا حلَد ي‬
‫را ٍو َغرْيِ اَِما ٍم‬.
َ
Hadits gharib adalah hadits yang rawinya menyendiri dengannya, baik menyendiri karena jauh
dari seorang imam yang telah disepakati haditsnya, maupun menyendiri karena jauh dari rawi
lain yang bukan imam sekalipun.

6
Hadits yang demikian dinamai gharib karena ia seperti orang asing yang menyendiri dan
tidak ada sanak keluarga di sisinya atau karena hadits tersebut jauh dari tingkat masyhur, terlebih
lagi tingkat mutawatir. Contoh hadits gharib sebagaimana disebutkan oleh al-Turmudzi dalam al-
Ilal, yaitu hadits Abu Musa al-Asy’ari dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda :

‫ال َكا فُِر يَْأ ُك ُل ىِف َسْب َع ِة اَْم َعا ءَ َواملْؤ ِم ُن يَْأ ُك ُل ىِف ِم ًعى َوا ِح ٍد‬.
ُ
Orang kafir itu makan sepenuh tujuh usus, sedangkan orang yang beriman makan sepenuh satu
usus.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hadits Mutawatir adalah suatu hasil hadist anggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh
sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk
dusta.
2. Syarat-syarat hadits Mutawatir antara lain
a. Hadits yang diriwayatkan itu mengenai nabi Muhammad SAW yang dapatditangkap oleh
pancaindra.
b. Perawinya mencapai jumlah yang menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk
berdusta
c. Jumlah parawi pada setiap tingkatan takboleh kurang dari jumlah minimal
3. Pembagian Hadits Mutawatir antara lain :
a. Hadits Mutawatir Lafzi
b. Hadits Mutawatir ma’nawi
c. Hadis Mutawatir Amali
4. Hadits Ahad adalah hadits yang jumlah rowinya tidak sampai pada jumlah mutawatir, tidak
memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir.
5. Pembagian hadits Ahad antara lain :
a. Hadits Masyhur
b. Hadits ‘Aziz
c. Hadits Gharib

B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan
makalah selanjutnya agar menjadi lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

At-Thahhan, Mahmud,1979, Taisir Musthalah Al-Hadits, Beirut, Dar Al-Qur’an Al-Karim

Itr, Nuruddin, 2012, UlumulHadits, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Mudzakir, Ahmad Muhamad. 1998 UlumulHadits. Bandung: PustakaSetia

Rahman, Fatchur, 1974, Ikhtsar Musthalah Al-hadits, Bandung,Al-Maarif

Soetari, Endang,2005, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, Bandung, Mimbar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai