Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUDI HADITS

(HADITS DITINJAU DARI KUANTITAS PERAWI)

DISUSUN OLEH :

DHEA TITANIA ISLAMI

DOSEN PEMBIMBING :

MULYADI

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tidak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang berkat
anugerah dari-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits Ditinjau dari
Kuantitas Perawi” ini. Sholawat serta selamat kita ucapkan kepada junjungan agung Nabi Besar
Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan
yang sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi
rahmat bagi alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu sebagai
pemenuh tugas makalah mata kuliah studi quran. Selain itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu untuk merampungkan makalah ini sampai
selesai.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada
semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah ini dalam rangka
perbaikan makalah-makalah yang akan datang.

Pekanbaru, 25 November 2020

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………………………………………………………………….
B. Rumusan masalah …………………………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis Mutawatir ………………………………………………………………………………………………………
B. Hadis Ahad ………………………………………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………………….
B. Kritik dan saran ………………………………………………………………………………………………………….
.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu pedoman hidup bagi umat manusia yang sangat penting. Dengan
ilmu hadits, umat manusia bisa mengetahui mana yang salah dan mana yang benar, mana yang
baik dan mana yang buruk dan mengetahui akibat dari segala macam perbuatan. Oleh karena
itu, mempelajari hadits adalah hal yang sangat penting.Banyak nya jumlah hadits yang mana
bisa dinilai dari berbagai macam sudut pandang sering kali membuat kebingungan dan
mengundang perdebatan antar manusia, oleh karena itu, perlu diadakanya pembagian hadits
dari beberapa tinjauan, misalnya, hadits yang ditinjau dari kuantitas perawinya.Pembicaraan
tentang pembagian hadits dilihat dari segi kuantitasnya akan menyinggung seputar hadits
mutawatir dan hadits ahad. Dari sinilah kami ingin meninjau dan mengetahui lebih jauh
mengenai klasifikasi hadits dari kuantitas perawinya.

B. Rumusan Masalah
1. Hadits yang ditinjau dari kuantitas perawinya
2.Definisi serta pembagian hadits mutawatir?
3.Definisi serta pembagian hadits ahad?
BAB II
PEMBAHASAN

HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWINYA


Ditinjau dari segi kuantitas perawinya, hadits dibedakan menjadi dua macam. Hadits mutawatir
dan hadits ahad. Kedua kategori hadits ini digolongkan berdasar jumlah perawinya.

1. Hadits Mutawatir
Definisi Hadits Mutawatir
Mutawatir menurut bahasa adalah, mutatabi yakni sesuatu yang datang berikut dengan kita
atau yang beriringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jaraknya.
Sedangkan hadits mutawatir menurut istilah terdapat beberapa formulasi definisi, antara lain
sebagai berikut:
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat
terlebih dahulu untuk berdusta.
Sementara itu Nur ad-Din Atar mendefinisikan :
Hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang terhindar dari kesepakatan mereka untuk
berdusta (sejak awal sanad) sampai akhir sanad dengan didasarkan panca indra.
Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa hadist mutawatir adalah sebagai berikut :
1. Hadits yang diriwayatkan dari beberapa perawi
2. Mustahil bagi para perawi jika mereka berkumpul dan bersepakat untuk mendustakan
hadist tersebut
3. Semua disandarkan pada panca indera

Syarat-syarat Hadits Mutawatir


Dengan memperhatikan definisi mengenai hadits diatas, maka hadits bisa dikatakan mutawatir
apabila memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Periwayatan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan panca indera.
b. Jumlah rawi harus mencapai ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat
untuk berdusta.
c. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam thabaqoh (lapisan) pertama
dengan jumlah rawi-rawi dalam thobaqoh selanjutnya. Yang dimaksud dengan
persamaan dalam setiap thabaqoh adalah persamaan dalam jumlah banyak atau
sedikitnya perawi, jadi jumlah thobaqoh tidak harus sama persis. Boleh jadi tingkatan
pertama berjumlah seribu orang, tingkatan kedua berjumlah sembilan ratus orang dan
tingkatan ketiga berjumlah seribu sembilan ratus orang.
d. Adanya keyakinan bahwa mereka tidak mungkin bersepakat untuk berdusta.

Macam-macam hadits mutawatir

Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 bagian yaitu mutawatir lafdzi, mutawatir
maknawi dan mutawatir amali.

a. Hadits mutawatir lafdzi

Hadits mutawatir lafdzi adalah hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan
redaksi dan maknanya sesuai antara riwayat 1 dengan lainya.sebagai contoh hadits mutawatir
yang lafadh adalah hadist tentang larangan berdusta

ْ
ِ ‫ب َعلَيَّ ُم َت َعم ًِّدا َف ْل َي َتبَوَّ أ َم ْق َعدَ هُ مِنْ ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫َمنْ َك َذ‬

”Siapa yang mendustakan atas diriku secara sengaja maka hendaklah mempersiapkan tempat
duduknya dineraka.”

Para ulama menyebutkan sanad pada hadist tersebut dengan bervarian jumlahnya, namun
secara keseluruhan menunjukan jumlah yang banyak. Menurut abu bakar as-sairaqii, hadits ini
diriwayatkan lebih dari 60 sahabat secara marfu’. Demikian juga ibraahim al-harbii dan abuu
bakar al-bazzaar menyatakan bahwa hadist itu diriwayatkan sekitar 40 sahabat. Abu al-qaasim
ibn Mandah berpendapat bahwa hadist ini diriwayatkan lebih dari 80 orang sahabat.[5]
b. Hadits mutawatir maknawi

Hadits mutawatir maknawi adalah hadits yang lafadh dan maknanya berlainan antara satu
riwayat dengan riwayat lainya, tetapi terdapat penyesuaian makna secara umum.

Sebagai contoh dari hadits mutawatir maknawi adalah hadits tentang mengangkat kedua
tangan ketika berdo’a, yaitu:

‫ء َوإِ َّن ُه َيرْ َف ُع َح َّتى ي َُرى َب َياضُ إِ ْب َطيْه‬.ِ ‫صلَىّ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل َيرْ َف ُع َيدَ ْي ِه فِي َشيْ ٍءمِنْ د َُعا ِئ ِه إِاَل ّ فِى اإْل ِسْ تِسْ َقا‬
َ ُّ‫ان ال َن ِبي‬
َ ‫َك‬

“Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam shalat
istisqa’. Dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya.” (H.R.
Bukhari)

Hadits yang meriwayatkan tentang mengangkat tangan ketika berdo’a diriwayatkan sekitar 100
hadist, setiap hadits berisi tentang hal tersebut akan tetapi dalam premis-premis yang berbeda.
Setiap premis tidak mempunyai derajat mutawatir. Hadits- hadits dengan premis yang berbeda
ketika dikumpulkan mempunyai satu titik yang sama tentang mengangkat kedua tangan dalam
berdo’a.

c. Hadits Mutawatir Amali

Hadits mutawatir amali adalah sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa hal tersebut
berasal dari agama dan telah mutawatir dikalangan umat muslim dimana Nabi SAW. juga
mengajarkanya kepada umat muslim

Contoh Hadits hadits mutawatir amali adalah berita-berita yang yang menerangkan waktu dan
rakaat shalat, shalat jenazah, shalat ‘ied dan segala rupa amal yang telah menjadi kesepakatan
ijma’.
2. Hadits Ahad
Definisi Hadits Ahad
Hadits ahad adalah hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir karena tidak memenuhi
syarat-syarat mutawatir.
Pembagian Hadits Ahad
Berdasarkan jumlah rawi dari tiap-tiap thabaqah (tingkatan), hadits ahad dapat dibagi pada tiga
macam: masyhur, ‘aziz dan gharib.
a. Hadits Masyhur
Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rawi atau lebih dengan sanad yang
berbeda. Menurut bahasa, masyhur artinya sesuatu yang sudah tersebar dan populer.
Menurut para ahli ada beberapa definisi dari hadits masyhur, antara lain:
1. Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih.
2. Hadits yang dalam jumlah setiap tingkatannya tidak sama, tetapi jumlahnya lebih dari tiga.
3. Hadits yang memiliki jalur terbatas.
4. Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
Contoh Hadits Masyhur :
‫المُسْ لِ ُم اَ ُخو المُسْ ل ِِم‬

Setiap muslim adalah saudara muslim yang lain. (HR. Bukhori-Muslim)


b. Hadits ‘Aziz
Pengertian hadits ‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang
rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah itu orang-orang
meriwayatkannya.
Mahmud al-thahhah menjelaskan bahwa sekalipun dalam sebagian thabaqat terdapat
perawinya tiga orang atau lebih, tidak ada masalah, asal dari sekian thabaqat terdapat satu
thabaqat yang jumlah perawinya hanya dua orang.
Contoh Hadits ‘Aziz:

ِ ‫الَ َي ْؤ مِنُ اَ َح ُد ُك ْم َح َّتى اَ ُك ْو َن اَ َحبَّ ِالَ ْي ِه مِنْ َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوال َّنا‬.
‫س اَ جْ َم ِعي َْن‬

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada
orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh syaikhani dari anas, dan al-bukhari meriwayatkannya melalui jalan
lain dari abu hurairah r.a. Hadits ini dari anas diriwayatkan oleh qatadah dan abdul aziz bin
shuhaib. Dari qatadah diriwayatkan oleh syu’bah dan sa’id. Dari abdul aziz diriwayatkan oleh
ismail bin ‘ulayyah dan abdul warits. Dan dari masing-masing rawi terakhir ini diriwayatkan oleh
jemaah.
c. Hadits Gharib
Hadits Gharib menurut bahasa berarti “al-Munfarid” (menyendiri). Dalam tradisi ilmu hadits,
hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam
meriwayatkannya, baik yang menyendiri itu imamnya maupun selainnya.
Menurut istilah Muhadditsin, yang dimaksud dengan Hadits Gharib adalah :

ٍ ‫ْث الَّ ِذ ى َت َفرَّ دَ ِب ِه َرا ِو ْي ِه َس َوا ٌء َت َفرَّ دَ ِب ِه َعنْ ِا َما ٍم يُجْ َم ُع َح ِد ي ُْث ُه اَ ْو َعنْ َر‬
‫او َغي ِْر ِا َما ٍم‬ ُ ‫لح ِد ي‬
َ ‫ه َُوا‬.

Hadits Gharib adalah hadits yang rawinya menyendiri dengannya, baik menyendiri karena jauh
dari seorang imam yang telah disepakati haditsnya, maupun menyendiri karena jauh dari rawi
lain yang bukan imam sekalipun.
Contoh Hadits Gharib sebagaimana disebutkan oleh al-Turmudzi dalam al-Ilal, yaitu Hadits Abu
Musa al-Asy’ari dari Nabi SAW[6], bahwa beliau bersabda:
‫ال َكا ِف ُر َيأْ ُك ُل فِى َسب َْع ِة اَ ْم َعا َء َوالم ُْؤ مِنُ َيأْ ُك ُل فِى مِعً ى َوا ِح ٍد‬.

“Orang kafir itu makan sepenuh tujuh usus, sedangkan orang yang beriman makan sepenuh
satu usus.”
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits Mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat
mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.
Hadits mutawatir lafdzi adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan
redaksi dan ma’nanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan yang lainnya.
Hadits mutawatir ma’nawi adalah hadits yang rawi-rawinya berlainan dalam menyusun redaksi
pemberitaanya, tetapi berita yang berlainan tersebut terdapat pesesuaian pada prinsipnya.
Hadits Ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir.
Hadits Masyhur Adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rowi atau lebih dan tidak sampai
pada batasan mutawatir.
Hadits Aziz adalah hadits yang jumlah perowinya tidak kurang dari dua.
Hadits Ghorib Adalah hadits yang diriwayatkan satu perowi saja.

B. Kritik dan Saran


Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan mapun dari segi materi. Maka dari itu, pemakalah mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, terutama kepada dosen pembimbing pada mata kuliah studi
hadits hadis agar makalah ini menuju yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari pembaca,
terutama kepada dosen pembimbing, pemakalah ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai