Anda di halaman 1dari 206

Manajemen logistik sektor

publik
VIRNA MUSELIZA, SE,MSi
LATAR BELAKANG
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri lebih
dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang
terbentang sepanjang 1/8 (satu per delapan)
garis khatulistiwa dengan kekayaan alam yang
melimpah dan menghasilkan komoditas
strategis maupun komoditas ekspor.
Membutuhkan sistim logistik Nasional yang
terintegrasi, efektif dan efisien. Kondisi ini
semestinya mampu menjadikan Indonesia
sebagai “supply side” yang dapat memasok
dunia dengan kekayaan sumber daya alam
yang dimiliki dan hasil industri olahannya,
sekaligus menjadi pasar yang besar atau
“demand side” dalam rantai pasok global
karena jumlah penduduknya yang besar.
Namun kenyataannya saat ini kinerja Sistem
Logistik Nasional masih belum optimal, karena
masih tingginya biaya logistik nasional yang
mencapai 27% (dua puluh tujuh persen) dari
Produk Domestik Bruto (PDB) dan belum
memadainya kualitas pelayanan, yang ditandai
dengan :
a. Masih rendahnya tingkat penyediaan
infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas;
b. Masih adanya pungutan tidak resmi dan
biaya transaksi yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi;
c. Masih tingginya waktu pelayanan ekspor-
impor dan adanya hambatan operasional
pelayanan di pelabuhan:
d. Masih terbatasnya kapasitas dan jaringan
pelayanan penyedia jasa logistik nasional;
e. Masih terjadinya kelangkaan stok dan
fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok
masyarakat, terutama pada hari-hari besar
nasional dan keagamaan, dan bahkan
f. Masih tingginya disparitas harga pada daerah
perbatasan, terpencil dan terluar. Kondisi
tersebut sangat mempengaruhi kinerja sektor
logistik nasional, dimana berdasarkan survey
Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance
Index/LPI) oleh Bank Dunia yang dipublikasikan
pada tahun 2010 posisi Indonesia berada pada
peringkat ke-75 dari 155 (seratus lima puluh
lima) negara yang disurvei, dan berada di bawah
kinerja beberapa negara ASEAN yaitu Singapura
(peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-29),
Thailand (peringkat ke-35), bahkan dibawah
Philipina (peringkat ke-44) dan Vietnam
(peringkat ke-53).
Selain dihadapkan pada masih rendahnya
kinerja logistik, Indonesia juga dihadapkan
pada tingkat persaingan antar negara dan
antar regional yang semakin tinggi, dimana
persaingan telah bergeser dari persaingan
antar produk dan antar perusahaan ke
persaingan antar jaringan logistik dan
rantai pasok. Sehingga dibutuhkan Sistem
Logistik Nasional yang terintegrasi, efektif
dan efisien untuk mendukung terwujudnya
peranan tersebut.
Akibat dari meningkatnya kegiatan
pembangunan maka pengelolaan di
bagian perlengkapan dan peralatan
semakin rumit dan tidak mudah, semakin
banyak masalah – masalah serta
hambatan yang akan muncul. Oleh karena
itu dibutuhkan pengelolaan dan
penggunaan yang lebih teliti, lebih hati –
hati dan lebih serius. Agar tidak terjadi
hal – hal yang menimbulkan kerugian
seperti :
 Pengelolaan barang yang tidak tepat ;
 Penggunaan barang yang kurang efisien serta tidak

pada tempatnya sehingga menimbulkan


pemborosan ;
 Tidak menghargai nilai suatu barang seperti
peralatan ;
 Administrasi yang tidak tertib.

Berdasarkan kenyataan diatas maka peranan


pengelolaan peralatan dan perlengkapan harus lebih
diperhatikan.
Pembinaan dan pelatihan dalam pengelolaan
peralatan dan perlengkapan tidak bisa berjalan
sendiri karena berkaitan erat dengan bagian-bagian
lainnya.
Oleh karena itu Pembinaan dan pelatihan dalam
pengelolaan peralatan dan perlengkapan harus
dikoordinasikan, diintegrasikan dan disinkronisasi
dengan sistim pembinaan dan pelatihan lainnya
seperti Pimpinan, Staf atau yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung dalam segi
operasionalnya sehingga benar-benar merupakan
usaha terpadu dengan baik.
Bentuk ruang lingkup dan sifat administrasi yang
diperlukan berbeda dari zaman ke zaman,
masyarakat ke masyarakat yang lain, satu waktu
dan kondisi ke lain waktu, tujuan yang berbeda-
beda, tingkat kebutuhan yang berlain-lainan dan
kecerdasan yang beraneka ragam.
PENGERTIAN ADMINISTRASI
 THE LIANG GIE
Administrasi adalah proses penyelenggaraan
dalam setiap usaha kerja sama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
 SONDANG P. SIAGIAN

Administrasi adalah keseluruhan proses kerja


sama antara dua orang manusia atau lebih
yang didasarkan atas rasionalitas tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
 Administrasi  Bagian-bagian yang
sebagai proses mutlak dari
yaitu yang Administrasi yaitu :
permulaannya  Dua orang manusia
diketahui tapi atau lebih
akhirnya tidak  Tujuan
diketahui  Tugas yang hendak

dilaksanakan
 Sarana dan
prasarana tertentu
HUBUNGAN ILMU ADMINISTRASI
DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA
 Ilmu Hukum  Antropologi
 Ilmu Ekonomi  Etnologi
 Ilmu Politik  Ilmu jiwa
 Sejarah  Statistik
 Sosiologi  informatika
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN (EKOLOGIS) YANG
HARUS DIPERHATIKAN DALAM ILMU ADMINISTRASI

 Falsafah Negara  Bahasa


 Sistim Politis yang  Agama

dianut oleh Negara  Letak (Geografi)


 Tingkat Negara
Pembangunan  Struktur Masyarakat
Ekonomi yang telah
dicapai
 Tingkat Pendidikan

Rakyat
PERANAN ADMINISTRASI
 Untuk mengembangkan lingkungan yang
mampu mendorong munculnya inisiatif
perseorangan dan berlakunya contoh sosial
dan konstruktif.
 Meningkatkan kemampuan dalam membuat

determinasi kebijakan publik yang lebih


berdaya guna agar kegiatan pemerintahan
dapat diselenggarakan produktif, praktis
serta selalu mengembangkan ukuran
ekonomis.
UNSUR – UNSUR ADMINISTRASI

 Manusia
 Organisasi
 Managemen
 Komunikasi
 Keuangan
 Perbekalan
 Ketatausahaan
 Perwakilan humas
PENGERTIAN LOGISTIK
 SUBAGYA

Secara Etimologis Logistik berasal dari bahasa


Yunani Kuno “ Logistikos” artinya terdidik
atau pandai.
 LUCAS DAN RUMSARI

Logistik adalah segala sesuatu/benda yang


berujud dan dapat diperlakukan secara fisik
(tangible) baik yang digunakan untuk
kegiatan politik maupun kegiatan penunjang
(administrasi).
ISTILAH LAIN LOGISTIK
 Perbekalan (Supplies)
 Peralatan (Equipment)
 Perlengkapan
 Material (Materials)
 Materiil
 Barang
PENGERTIAN ADMINISTRASI
PERBEKALAN
 Penyelenggaraan fungsi-fungsi Perencanaan
dan Penentuan kebutuhan, Penganggaran,
Pengadaan, Penyimpanan dan Penyaluran,
Pemeliharaan, Penghapusan dan
Pengendalian dengan Inventarisasi termasuk
Penata Usahanya
LINGKUP KEGIATAN LOGISTIK
 Perencanaan dan Pengembangan, Pengadaan,
Penyimpanan, Pemindahan, Penyaluran,
Pemeliharaan, Pengungsian dan Penghapusan
Alat-Alat Perlengkapan.
 Pemindahan, Pengungsian dan Perawatan
Personil.
 Pengadaan atau Pembuatan, Penyelenggaraan,

Pemeliharaan dan Penghapusan Fasilitas-


fasilitas.
 Pengusahaan atau Pemberian
Pelayanan/Bantuan-bantuan
MAKSUD DAN TUJUAN LOGISTIK
 Utuk memberikan pengetahuan dasar
tentang beberapa segi logistik kepada para
pejabat dan masyarakat yang berkecimpung
dalam bidang pengelolaan peralatan dan
perlengkapan.
 Tumbuh saling pengertian mengenai
pentingnya pengelolaan peralatan dan
perlengkapan secara tertib , sehingga akan
tercapai asas koordinasi, integrasi, sinkronisasi
dan simplifikasi dalam pelaksanaannya
PENGERTIAN MANAJEMEN LOGISTIK
SUBAGYA 1994
 Manajemen adalah Seni memperoleh hasil melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain
 Logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang
sifatnya habis pakai
 Manajemen Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan
atau seni serta proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan
pengadaan,penyimpanan,penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alat-alat.
 Sehingga Manajemen Logistik mampu menjawab tujuan
dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan
ketersediaan beban logistik setiap saat bila dibutuhkan
dan dipergunakan secara efisien dan efektif
HUBUNGAN FUNGSI MANAJEMEN
DENGAN FUNGSI LOGISTIK
 Man  Planning
 Money  Organizing

 Material  Actuating
 controlling
 Machine
 Method
 Market
 Minute

UNSUR MANAJEMEN FUNGSI MANAJEMEN


FUNGSI LOGISTIK
 Fungsi Perencanaan  Fungsi

& Penentuan Pemeliharaan


Kebutuhan  Fungsi
 Fungsi Penghapusan
Penganggaran  Fungsi
 Fungsi Pengadaan Pengendalian
 Fungsi

Penyimpanan &
Penyaluran
I. FUNGSI PERENCANAAN DAN
PENENTUAN KEBUTUHAN
Pengertian Fungsi Perencanaan
 Perencanaan adalah Proses dasar dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara mencapainya yang tidak
berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan dan
harus diimplementasikan atau dijabarkan.
 Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan

fleksibilitas agar mampu menyesuaikan diri dengan


situasi dan kondisi baru secepat mungkin
 Aspek penting dalam perencanaan adalah pembuat

keputusan (decision making), proses pengembangan


dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
4 (Empat) Tahapan Kegiatan
Perencanaan
 Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
yaitu tentang keinginan atau kebutuhan
organisasi agar organisasi menggunakan
sumber dayanya secara efektif.
 Merumuskan keadaan saat ini yaitu untuk

menggambarkan rencana kegiatan lebih


lanjut dan memerlukan informasi terutama
keuangan dan data statistik yang didapatkan
melalui komunikasi di dalam orgainisasi.
 Mengidentifikasikan segala kemudahan dan
hambatan yaitu untuk itu harus diketahui
faktor2 lingkungan Intern dan Ekstern untuk
mencapai tujuan atau yang mungkin
menimbulkan masalah.
 Mengembangkan rencana atau serangkaian

kegiatan untuk pencapaian tujuan yaitu


mengembangkan alternatif kegiatan untuk
pencapaian tujuan dan memilih alternatif
yang terbaik.
ALASAN DASAR PERLUNYA
PERENCANAAN
 Perencanaan dilakukan untuk mencapai
tujuan Protective Benefits adalah yang
dihasilkan dari pengurangan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pembuatan
keputusan,
 Perencanaan dilakukan untuk mencapai
Positif Benefits adalah meningkatnya
kesukseskan dalam pencapaian tujuan
organisasi.
9 (Sembilan ) MANFAAT PERENCANAAN
 Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan
 Membantu dalam kristalisasi (memberikan kesimpulan

singkat) penyesuaian pada masalah2 utama


 Memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran operasional lebih jelas
 Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
 Menyarankan cara pemberian perintah untuk menjalankan

operasional
 Memudahkan dalam melakukan koordinasi diantara

berbagai bagian organisasi


 Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah

dipahami
 Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
 Menghemat waktu, usaha dan dana
5 (lima) KELEMAHAN PERENCANAAN
 Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
mungkin berlebihan pada kontribusinya
 Perencanaan cenderung menundang kegiatan
 Perencanaan mungkin terlalu membatasi
manajemen untuk berinisiatif dan inovasi
 Kadang2 hasil yang paling baik didapatkan oleh

penyelesaian situasi individu dalam penanganan


setiap masalah pada saat masalah tersebut
terjadi
 Ada rencana2 yang diikuti dengan cara tidak

konsisten
UNTUK MEMPERMUDAH PENGENDALIAN MASALAH
MAKA PERENCANAAN DIKELOMPOKKAN
 Rencana Jangka Panjang (Long Range ) yaitu
rencana untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
 Rencana Jangka Menengah (Middle Range)

yaitu rencana diantara jangka waktu panjang


dan pendek
 Rencana Jangka Pendek ( Short Range) yaitu

rencana untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.


Menurut PERDA no 2 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah

 Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan


merumuskan rincian kebutuhan barang untuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah
lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan yang akan datang.
FUNGSI PENENTUAN KEBUTUHAN
 Segala kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian dari perencanaan dan
merupakan dasar serta pedoman dalam
melakukan suatu tindakan tertentu di bidang
kebutuhan peralatan dan perlengkapan.
 Penentuan Kebutuhan merupakan perincian

kongkret dan detail dari pada perencanaan


logistik.
Faktor2 yang mempengaruhi Penentuan
Kebuthan
Faktor Yuridis, meliputi tentang :
a. Peraturan2 dan ketentuan2 serta batasan2 terhadap keamanan, desain,
penyediaan barang,pengadaan dll.
b. Prosedur dan Persyaratan dana2 yg digunakan.
Persyaratan Proyek : Faktor ini mencakup tujuan (obyektif) proyek dalam

waktu tertentu (operasional & administratif), kondisi lokasi (keadaan


medan,tanah, cuaca, geografis & demografis) serta perhubungan (kondisi
angkutan, perhubungan darat,laut dan udara serta pelabuhan).
Evaluasi Sosio Ekonomi

a. Tehnologi Padat Alat (Equipment Intensive) Tekhnologi yang


menggunakan secara keseluruhan berupa alat.
b. Tehnologi Padat Karya (Labour Intensive) Tekhnologi yang
menggunakan tenaga gerak yang berasal dari tenaga manusia dan sama
sekali tidak atau sedikit saja yang menggunakan alat-alat yang digunakan
oleh bahan bakar
c. Tekhnologi Madya (Intermediate Tekhnologi)
berdasarkan jenis-jenis tenaga gerak (motive power)
yang digunakan. Tekhnologi ini merupakan diantara
dua Tekhnologi diatas.
 Evaluasi Tekno Ekonomi : dengan mempertimbangkan

faktor tekno ekonomi ini dimaksudkan agar dalam


pemilihan teknologi dipertimbangkan pula hal2 sbb :
 Untung rugi penggunaan suatu barang, alat yang

dibutuhkan;
 Pemilihan komposisi barang alat yang dibutuhkan

 Penggantian barang/alat

 Perkembangan Tekhnologi

 Perkembangan Swadaya dan Swasembada : kebutuhan

suatu proyek hendaknya sejauh mungkin dapat


dipenuhi sendiri tampa tergantung pada bantuan luar.
 inventarisasi dan Pemeliharaan :
a. Data-data jumlah, nilai dan waktu;
b. Penerapan identifikasi,klasifikasi, standardikasi,
kodefikasi dan katalogisasi;
c. Laporan Depresiasi dan Efisiensi;
d. Parameter-parameter yang digunakan;
e. Laporan inspeksi (inspection Report);
f. Laporan tentang hasil penggunaan (Perfomance);
g. Data-data pelayanan purna jual (after sales service); oleh
tiap-tiap manufacture maupun supplier (value analysis) ;
h. Hasil-hasil pengawasan tentang persediaan (stock control)
 Perkembangan biaya : memberi pengaruh kepada seluruh

fungsi logistics. Pembagian anggaran tiap fungsi sebaiknya


seimbang hingga pemanfaatan barang atau alat akan lebih
optimum.
 Perkembangan Industri dan Suplai : hal2 yg perlu
diperhatikan yaitu
a) Apakah pabrik2 membuat barang yang dibutuhkan itu
cukup menjamin kontinuitas perbekalan suku cadangnya;
b) Apakah tidak perlu diadakan pre-award survey (survey
sebelum memutuskan untuk membeli);
c) Cara2 mendapatkan keterangan dan wawancara dengan
salesman dan pabrik, pameran dagang atau survey melalui
pembelian.
 Perkembangan Politis : perlu diperhatikan dengan
pengertian keputusan politis mempunyai peringkat tertinggi
dibandingkan dengan masalah tehnis dan ekonomis dengan
tetap memperhatikan tingkat keamanan dan keselamatan.
 Perkembangan khusus penggunaan alat-alat besar .
Keuntungannya :
◦ Fleksibilitas penggunaannya yang besar, karena umumnya alat2
besar dapat diubah penggunaannya dengan mudah;
◦ Mobilitasnya relative tinggi, karena alat-alat besar dapat dengan
mudah dipindah2kan lokasinya;
◦ Dapat segera disediakan atau digunakan (ready for use) pada saat
dibutuhkan.
Kerugiannya :
o Modal tertanam secara tidak efisien, terutama bila

tingkat kegunaannya rendah;


o Resiko usaha yang harus ditanggung besar;
o Biaya pemeliharaan besar;
o Relative sukar mengikuti perkembangan teknik

alat-alat besar karena periode penggantian lambat.


Melalui Fungsi Perencanaan & Penentuan
Kebutuhan ini akan dihasilkan a/l
o Rencana Pembelian;
o Rencana Rehabilitasi;
o Rencana Dislokasi;
o Rencana Sewa;
o Rencana Pembuatan.
Dalam menetapkan suatu kebutuhan dapat disimpulkan
beberapa masalah pokok yaitu
o Apakah yang dibutuhkan (what) untuk menentukan jenis

barang yang tepat (the right item and the right quality);
o Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk

menentukan jumlah yang tepat (the right quantity);


o Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang

tepat (the right time);


o Di mana dibutuhkan (when) untuk menentukan tempat yang

tepat (the right place);


o Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan (who)

untuk menentukan orang atau unit yang tepat (the right person
or unit);
o Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses

yang tepat (the right processing);


o Mengapa dibutuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan

yang diambil benar-benar tepat (the right decision).


Dalam melakukan perencanaan kebutuhan barang dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan yaitu:
1) untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing
Unit/Satuan Kerja sesuai besaran organisasi/jumlah pegawai
dalam satu organisasi;
2) adanya barang-barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati
atau sebab ain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
memerlukan penggantian;
3) adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan
standar perorangan, jika terjadi mutasi bertambah personil
sehingga mempengaruhi kebutuhan barang;
4) untuk menjaga tingkat persediaan barang milik daerah bagi setiap
tahun anggaran bersangkutan agar efisien dan efektif; dan
5) pertimbangan teknologi.
II. FUNGSI
PENGANGGARAN
Pengertian Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgeting) adalah semua kegiatan
dan usaha untuk merumuskan perincian
penemuan kebutuhan dalam suatu skala standar
tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya
dengan memperhatikan pengarahan dan
pembatasan yang berlaku baginya
Dalam Fungsi Penganggaran semua rencana dari
fungsi-fungsi perencanaan dan penentuan
kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan
(adjust) dengan besarnya pembiayaan dari dana-
dana yang tersedia.
 Dengan mengetahui hambatan-hambatan
(constrains) dan keterbatasan (limitations) yang
dikaji secara seksama maka anggaran tersebut
merupakan anggaran yang dapat diandalkan
(reliable).
 Apabila segala perencanaan dan penentuan
kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui
untung ruginya serta telah diolah dalam rencana
biaya keseluruhan maka penyediaan dana tersebut
tidak boleh diganggu lagi kecuali dalam keadaan
memaksa agar pelaksanaan program pengadaan,
program penghapusan dan program pengendalian
tidak terganggu karenanya.
Ketentuan Umum PerPres No. 54
Tahun 2010
 Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA
adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan
pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD.
 Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya
disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan
oleh PA untuk menggunakan APBN atau
ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk
menggunakan APBD.
MACAM-MACAM ANGGARAN
1. Anggaran Pembelian;
2. Anggaran Perbaikan dan Pemeliharaan;
3. Anggaran Penyimpanan dan Penyaluran;
4. Anggaran Penelitian dan Pengembangan
Barang;
5. Anggaran Penyempurnaan Administrasi
Barang;
6. Anggaran Pengawasan Barang;
7. Anggaran Penyediaan dan Peningkatan Mutu
Personil.
ANGGARAN BERDASARKAN SUMBER, SIFAT &
PENGGUNAANNYA MAKA ANGGARAN DAPAT
DIBAGI
1. Anggaran Dalam Negeri
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN maupun APBD masing2 terdiri dari
Anggaran Pembangunan dan Anggaran
Rutin
2. Bantuan Pinjaman Luar Negeri
a. Anggaran ini dapat diperoleh melalui
Multilateral Agreement ( lebih dua pihak)
b. Anggaran ini dapat diperoleh melalui Bilateral
Agreement (antara dua pihak);
c. Anggaran ini dapat diperoleh berupa Grant (hibah)
atau credit (pinjaman), Pinjaman bersifat Soft Loan
atau Hard Loan.
3. Anggaran Non APBN/APBD bersumber bukan dari
Anggaran Murni Pemerintah Pusat maupun Daerah tapi
antara lain dari hasil usaha.
Siklus Anggaran merupakan Perencanaan Anggaran
yang pada dasarnya merupakan suatu proses mulai
dari Perencanaan dan penyusunan Anggaran hingga
perhitungan pertanggung jawaban anggota ke DPR
yang cukup memakan waktu.
Siklus Anggaran terdiri dari 5 tahap yaitu
1. Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Negara;
2. Pengesahan Anggaran Negara;
3. Pelaksanaan Anggaran Negara;
4. Pengawasan dan Pemeriksaan Aparatur
Negara;
5. Pertanggungjawaban Anggaran Negara.
Yang memegang peranan pada kegiatan
Tahap Pertama dan Tahap ketiga adalah
Pemerintah atau eksekutif.
Tahap kedua dan Kelima yang memegang
peranan adalah DPR atau Legislatif
Tahap keempat yaitu BPK
Tahap kegiatan.
1) Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pengguna barang
merencanakan dan menyusun kebutuhan barang dalam Rencana
Kerja dan Anggaran
 Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai bahan dalam
 penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD);
 2) masing-masing SKPD menyusun Rencana Kebutuhan Barang

dan Rencana
 Kebutuhan Pemeliharaan Barang kemudian menyampaikan kepada
 Pengelola melalui pembantu pengelola untuk meneliti dan

menyusun menjadi
 Rencana Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (RDKBMD) dan

Rencana
 Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD);
 3) rencana kebutuhan barang SKPD disusun berdasarkan

standarisasi sarana
 dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan Kepala

Daerah;
 Barang dan disampaikan kepada Kepala Daerah
melalui pengelola;
berdasarkan rencana tahunan barang dari semua
SKPD, diteliti dan dihimpun menjadi Daftar
Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) untuk
satu tahun anggaran;
 daftar kebutuhan barang daerah tersebut dijadikan

pedoman dalam pelaksanaan pengadaan dan


pemeliharaan barang milik daerah; dan
 Format Rencana Kebutuhan Barang SKPD (RKB

SKPD) (Lampiran 1) dan Rencana Kebutuhan


Pemeliharaan Barang SKPD (RKPB SKPD) (Lampiran
2).
III. FUNGSI PENGADAAN
Menurut Peraturan Presiden No 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah

 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang


selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang
prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Pengertian Fungsi Pengadaan
 Segala kegiatan dan usaha untuk menambah
dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa
berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada
menjadi ada ( termasuk didalamnya usaha
untuk tetap mempertahankan sesuatu yang
telah ada di dalam batas-batas efisiensi).
 Dalam Fungsi Pengadaan ini dilakukan proses
pelaksanaan rencana pengadaan dari Fungsi
Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan serta
rencana pembiayaan dari Fungsi Penganggaran.
 Fungsi Pengadaan ini merupakan salah satu
mata rantai dari fungsi-fungsi lainnya dalam
siklus logistik dan tidak dapat dipisah-pisahkan
dari fungsi-fungsi lainnya.
 Bahan-bahan informasi dari Fungsi
Penyimpanan, Pemeliharaan, Penghapusan
maupun Pengendalian (inventarisasi) merupakan
sarana yang vital bagi pelaksanaan pengadaan.
 Pengadaan tidak slalu dilakukan dengan
pembelian tetapi didasarkan atas pilihan
berbagai alternatif dengan berpedoman pada
prinsip alternatf mana yang paling praktis,
efisien dan efektif.
Pengadaan dapat dilakukan dengan
cara :
 Pembelian
 Penyewaan
 Peminjaman
 Pemberian (hibah)
 Penukaran
 Pembuatan
 Perbaikan

Dalam Fungsi Pengadaan yang sering


dilakukan adalah Pembelian
Menurut Perda Prov.Riau No.2 Tahun 2013
ttg Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah
 Sewa adalah pemanfaatan barang daerah
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dengan menerima imbalan uang tunai.
 Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan
barang antara Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu
tersebut berakhir diserahkan kembali kepada
pengelola.
 Tukar menukar barang /tukar guling adalah
pengalihan kepemilikan barang daerah yang
dilakukan antara Pemerintah Daerah dengan
Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau
antara Pemerintah Daerah dengan pihak lain,
dengan menerima penggantian dalam bentuk
barang, sekurang-kurangnya dengan nilai
seimbang.
 Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang
daerah dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau
dari pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa
memperoleh penggantian.
Yang harus dilaksanakan dalam hal
menentukan kelancaran pelaksanaan
pembelian
 Badan Pelaksana Pembelian
- Kantor Pembelian (Purchasing Office) : Undangan
Tender, penerimaan tender, penentuan pemenang dan
negosiasi serta membantu evaluasi tender dan
pernyataan bagi rekomendasi pelulusan.
- Unit Pemakai (Using Departemen) : Membuat
dokumen tender, evaluasi tender dan Rekomendasi
Pelulusan
- Tenaga Ahli/Konsultan (Technical Expert)
 Jenis dan Bentuk Pembelian
- Dilihat dari Obyek yang akan dibeli maka
jenis dan bentuk pembelian dapat
dikategorikan sbb :
* Pembelian Jasa : Pengadaan Jasa Konsultan,
Survey, angkutan dan bentuk pelayanan jasa
lainnya
* Pengadaan Jasa Kontraktor, Pekerjaan Sipil
atau pemborong pekerjaan kontruksi
* Pembelian barang dalam hal menyangkut
pengadaan semua jenis dan bentuk
perlengkapan dan peralatan.
Tujuan Pengadaan Barang & Jasa
 Memperoleh barang atau jasa dengan harga
yang dapat dipertanggungjawabkan, dengan
jumlah dan mutu yang sesuai, serta selesai
tepat waktu.
Prinsip Dasar Pengadaan Barang &
Jasa Pemerintah
1. Efisien
2. Efektif
3. Terbuka dan Bersaing
4. Transparan
5. Adil/tidak diskriminatif
6. Akuntabel
1. Efisien artinya pengadaan barang & jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat dipertanggungjawabkan;
2. Efektif artinya pengadaan barang & jasa harus sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan;
3. Terbuka dan bersaing artinya pengadaan barang &
jasa harus terbuka bagi penyedia barang & jasa yang
memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang &
jasa yang setara dan memenuhi syarat atau kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan;
4.Transparan artinya semua ketentuan dan informasi
mengenai pengadaan barang & jasa, termasuk syarat
teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil
evaluasi, penetapan calon penyedia barang & jasa,
sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang & jasa
yang berminat serta bagi masyarakat luas umumnya;
5. Adil/tidak diskriminatif: memberikan perlakuan yang
sama bagi semua calon penyedia barang & Jasa dan
tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada
pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;
6. Akuntabel artinya harus mencapai sasaran baik fisik,
keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan
tugas umumPemerintahan dan pelayanan masyarakat
sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalampengadaan barang & jasa.
Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010
 Pelelangan Umum  Pelelangan
Pengadaan Sederhana
pekerjaan Pengadaan barang
konstruksi/pengadaa atau pengadaan
n barang/pengadaan jasa lainnya dengan
jasa lainnya dengan nilai sampai dengan
nilai di atas Rp200.000.000,-
Rp200.000.000,-
(dua ratus juta
(dua ratus juta
rupiah)
rupiah)
 Pemilihan Langsung  Pengadaan Langsung
Pengadaan Pengadaan pekerjaan
pekerjaan konstruksi/pengadaa
konstruksi dengan n barang/pengadaan
jasa lainnya dengan
nilai sampai dengan
nilai sampai dengan
Rp200.000.000,-
Rp100.000.000,-
(dua ratus juta (seratus juta rupiah)
rupiah)
Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012
 Pelelangan Umum  Pelelangan
Pengadaan Sederhana
pekerjaan Pengadaan barang
konstruksi/pengada atau pengadaan
ang jasa lainnya dengan
barang/pengadaan nilai sampai dengan
jasa lainnya dengan Rp5.000.000.000,-
nilai di atas (lima miliar rupiah)
Rp5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah)
 Pemilihan Langsung  Pengadaan Langsung
Pengadaan Pengadaan pekerjaan
pekerjaan konstruksi/pengadaa
konstruksi dengan n barang/pengadaan
jasa lainnya dengan
nilai sampai dengan
nilai sampai dengan
Rp5.000.000.000,-
Rp200.000.000,-
(lima miliar rupiah) (dua ratus juta
rupiah)
Proses Pelaksanaan Pengadaan
 Pelaksanaan pengadaan dengan cara Lelang Sederhana dan
Pemilihan Langsung dilaksanakan oleh Pokja ULP melalui
proses lelang dengan cara pascakualifikasi. Dengan cara
tersebut diharapkan pemenang lelang sudah dapat
ditetapkan dalam waktu yang relatif singkat.
 Pelaksanaan pengadaan dengan cara Pengadaan Langsung
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan tanpa melalui proses
lelang.
Cara Pengadaan Langsung ini membolehkan Pejabat
Pengadaan memilih sendiri penyedia barang/jasa tanpa
melakukan pengumuman dan dan tanpa proses persaingan di
antara sesama penyedia barang/jasa.
Bahkan untuk pengadaan barang dan pengadaan jasa lainnya
Pejabat Pengadaan tidak diwajibkan melakukan penilaian
terhadap penyedia barang/jasa.
 Dalam hal ini Pejabat Pengadaan cukup melihat barang/jasa
yang akan dibelinya jika barang/jasa tersebut sesuai dengan
kebutuhan maka Pejabat Pengadaan dibolehkan membeli
barang/jasa tersebut, tanpa harus melihat apakah penyedianya
memenuhi syarat sebagai penyedia barang/jasa pemerintah.
 Contoh sederhana pengadaan satu unit laptop seharga
Rp8.000.000,- (delapan juta rupiah) boleh saja dibeli langsung
dari sebuah toko komputer meskipun toko tersebut tidak
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
 Jadi pengadaan langsung seperti itu dilakukan dengan cara
Cash and Carry. Yang penting dilakukan dalam Pengadaan
Langsung oleh Pejabat Pengadaan adalah survey harga minimal
di dua tempat yang berbeda sehingga diperoleh harga yang
dapat dipertanggungjawabkan.
 Disamping itu dalam melakukan pembayaran terhadap
transaksi barang/jasa kena pajak ada kewajiban untuk
memungut dan menyetorkan pajaknya ke rekening Kas Negara.
PerPres No.54 thn 2010 Ketentuan
Umum
 Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/
Institusi lainnya, yang selanjutnya disebut K/L/D/I adalah
instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
 Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan
penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di
masing-masing K/L/D/I.
 Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan
penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di
masing-masing K/L/D/I.
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas
mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun
2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
 Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK
adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.
 Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP
adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang
bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat
pada unit yang sudah ada.
 Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki
Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
 Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/ Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
 Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar
untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan
nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa.
 Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak,
yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
 Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
 Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan
yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
 Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan
tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam
suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi,
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Jenis Bukti Penggunaan menurut Penggunaan menurut Perpres
Transaksi Perpres nomor nomor 70/2012
54/2010

Bukti Pembelian Pengadaan Pengadaan barang/jasa lainnya


barang/jasa lainnya dengan nilai paling tinggi
dengan nilai paling Rp10.000.000,- (sepuluh juta
tinggi Rp5.000.000,- rupiah)
(lima juta rupiah)

Kuintansi Pengadaan Pengadaan barang/jasa dengan


barang/jasa dengan nilai paling tinggi
nilai paling tinggi Rp50.000.000,- (lima puluh
Rp10.000.000,- juta rupiah)
(sepuluh juta rupiah)

SPK Pengadaan barang atau Pengadaan barang/pekerjaan


pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan
Surat Pengadaan Pengadaan
Perjanjian/Kontrak barang/ pekerjaan barang/pekerjaan
kontruksi /jasa konstruksi/jasa
lainnya dengan lainnya dengan
nilai di atas nilai di atas
Rp100.000.000 Rp200.000.000
(seratus juta (dua ratus juta
rupiah) dan untuk rupiah) dan untuk
pengadaan jasa pengadaan jasa
konsultansi konsultansi
dengan nilai di dengan nilai di
atas atas
Rp50.000.000,- Rp50.000.000,-
 Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda
bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan
kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa.
 Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi
sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran,
instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
 Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh
ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses
Pengadaan.
 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
 Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi
syarat.
 Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia
yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk
pekerjaan yang kompleks.
 Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat.
 Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa.
 Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa
langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui
Pelelangan/ Seleksi/Penunjukan Langsung.
 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
 Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat.
 Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia
Jasa Konsultansi untuk Jasa Konsultansi yang bernilai
paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)..
 Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah
jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank
Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang
diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada
PPK/Kelompok Kerja ULP untuk menjamin terpenuhinya
kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
 Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan

teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan


peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang
bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratusmiliar
rupiah).
 Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement

adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan


dengan menggunakan teknologi informasi dan
 Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang
selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja K/L/D/I
yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem
pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik..
 E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia
Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat
diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik
dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran
dalam waktu yang telah ditentukan..
 Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem
informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari
berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
 E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa
melalui sistem katalog elektronik.
 Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui
Penyedia Barang/Jasa terdiri atas:
a. PA/KPA;
b. PPK;
c. ULP/Pejabat Pengadaan; dan
d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
 Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui

Swakelola terdiri atas:


a. PA/KPA;
b. PPK;
c ULP/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan; dan
d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Ketentuan Tentang Pengadaan
Langsung
1. Pasal 39 ayat (1) Perpres nomor 70 tahun
2012, Pengadaan Langsung dapat
dilakukan terhadap pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dengan ketentuan :
2. a. Kebutuhan operasional K/K/D/I;
b. Teknologi sederhana;
c. Risiko kecil; dan/atau
d.Dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang
perseorangan dan/atau badan usaha kecil serta koperasi
kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntuk
kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha
Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi Kecil.
2. Pasal 39 ayat (2) Perpres nomor 70 tahun 2012,
Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga
yang berlaku di pasar kepada penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya.
3.Pasal 56 ayat ayat (4) Perpres nomor 70 tahun 2012,
Prakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan sebagai
berikut:
a. Pemilihan penyedia jasa konsultansi;
b. Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang bersifat kompleks melalui pelelangan umum;
c. Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang menggunakan metode Penunjukan
Langsung, kecuali untuk penangan darurat; atau
d. Pemilihan penyedia melalui Pengadaan
Langsung.
4. Pasal 56 ayat (4a) Perpres nomor 70 tahun
2012, Prakualifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf d, dikecualikan untuk
Pengadaan Langsung Barang/Jasa linnya.
5. Pasal 66 ayat (1) Perpres nomor 70 tahun
2012, PPK menetapkan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) Barang/Jasa, kecuali untuk
kontes/sayembara dan Pengadaan Langsung
yang menggunakan bukti pembelian.
6. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Perpres nomor
70 tahun 2012.
FUNGSI PENYIMPANAN
Definisi Fungsi Penyimpanan
 Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pengurusan
penyelenggaraan dan pengaturan barang
persediaan didalam ruang penyimpanan.
 Penyimpanan berfungsi untuk menjamin
penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi2 sebelumnya dengan pemenuhan
setepat2nya dan dengan biaya serendah
mungkin
 Fungsi Penyimpanan mencakup segala kegiatan
mengenai pengurusan dan pengelolaan
penyimpanan barang persediaan antara lain
termasuk didalamnya kegiatan mengenai :
* Perencanaan,Penyimpanan, Pengembangan
Ruang2 penyimpanan (storage space)
* Penyelenggaraan Tata Laksana Penyimpanan
(storage prosedure)
* Perencanaan, Penyimpanan, Pengoperasian alat2
pembantu pengatur barang (material handling
equipment)
* Tindakan2 keamanan dan keselamatan (sequrity
and safety)
Masalah2 dalam Penanganan Fungsi
Penyimpanan
 Penanganan Administrasi Fisik yaitu
melibatkan jumlah, jasa klasifikasi yang
besar , karakteristik atau sifat barang yang
beraneka ragam, baik untuk kebutuhan
pembangunan maupun untuk kebutuhan
sarana pelaksanan pembangunan.
 Unsur2 pertanggung jawaban barang2
kekayaan negara atau instansi mempunyai
nilai yang sangat besar selama dalam masa
penyimpanan.
 Pengadministrasiannya disamping harus
memenuhi hal2 yang diatas juga harus diikuti
perkembangannya agar benar2 dapat
menunjang fungsi perencanaan dan penentuan
kebutuhan (bahan dan suku cadang).
 Pembiayaan yang khusus (holding cost) :

- Modal yang ditanam seperti gudang2, jalan,


dermaga, pemasangan instalasi2 utk
pembangkit, derek, pemanas, pendingin serta
peralatan utk pengendalian penyaluran dsbnya.
- Biaya operasi seperti administrasi dan overhead utk
biaya2 pengawetan, penerangan, pengamanan, perawatan,
pendingin, pengendalian dan penyusutan modal.
Beberapa faktor yg harus diperhatikan
1. Pemilihan lokasi
Apabila menyangkut transaksi yang besar antara gudang dengan
pemakai/supplier/pelabuhan memerlukan analisis transportasi
tersendiri terhadap barang khusus maka pemilihan lokasi perlu
mendapat pertimbangan.
2. Barang (jenis dan bentuk barang atau bahan yang disimpan)
- Barang2 biasa : kendaraan, alat2 berat, barang2 instalasi, suku
cadang/komponen dsbnya.
- Barang2 khusus : kayu, alat/bahan peledak, barang2 cair, kabel,
instalasi, plant khusus dsb.
3. Pengaturan ruang (ruang atau denah penyimpanan)
- Bentuk2 pergudangan
- Rencana penyimpanan
- Penggunaan ruang secara efisien
- Pengawasan ruangan
4. Prosedur/ sistim penyimpanan :
- Formulir2 transaksi
- Kartu2 catatan (record)
- Kartu2 pemeriksa/verifikasi
- Cara2 pengambilan persediaan
- Pengawetan dsbnya.
5. Penggunaan alat bantu
Disesuaikan dengan keadaan besar/kecilnya ruang sehingga
memudahkan dalam seleksi alat2 bantu tsb & penentuan
kegiatan lain yg saling berkaitan.
6. Pengamanan dan Keselamatan
tujuannya utk mencegah ancaman bahaya api, pencurian,
tindakan pencegahan kecelakaan & gangguan pada
penyimpanan & tindakan keamanan utk mencegah sabotase.
perlu diadakan latihan2 sehingga petugas benar2 terlatih &
siap menghadapi bahaya yg mungkin terjadi.
Jenis-jenis ruang penyimpanan
1. Gudang Terbuka
a. Gudang Terbuka yang tidak diolah yaitu berupa satu
lapangan terbuka yang permukaannya hanya diratakan
tampa pengerasan.
Keuntungannya tidak memerlukan biaya terlalu besar
dalam penggunaan dan pemeliharaannya.
Gudang ini hanya utk brg2 yg tdk terpengaruh oleh
cuaca .
b. Gudang Terbuka yang diolah yaitu suatu lapangan
terbuka yang sudah diratakan dan diperkeras atau
dipersiapkan dengan melapiskan bahan yang serasi
sehingga dapat dilaksanakan pekerjaan2 pengaturan
barang2 dengan efisien.
2 Gudang Semi Tertutup merupakan kombinasi
antara penyimpanan terbuka dan penyimpanan
dalam gudang. Gudang ini merupakan suatu
bangunan beratap tampa dinding2 samping dan
dinding2 ujung yang lengkap dan digunakan
untuk menyimpan barang2 yg memerlukan
pertukaran udara yg maksimum.

3. Gudang Tertutup merupakan suatu ruang


penyimpanan dalam suatu bangunan beratap
dinding samping dan dinding ujung.Gudang
tertutup yang serba guna sifatnya dapat berwujud
bangunan bertingkat satu atau lebih.
Jenis Bentuk Gudang Tertutup
a) Gudang Transit
b) Gudang Serba Guna
c) Gudang Kedap Udara
d) Gudang Pendingin
e) Tangki Kering
f) Gudang Penyimpanan Tahan Api
g) Dangau Orang eskimo
Kegiatan Pergudangan
1. Menjaga kelancaran penerimaan dan
pengeluaran logistic.
2. Menjaga ketertiban administrasi
penggudangan, baik untuk menjamin
keamanan barang maupun menyediakan
piranti pertanggungjawaban
pengelolaan penggudangan.
3. Melakukan penyimpanan logistic secara
tepat sehingga logistic yang ada mudah
dicek, ditemukan dan diambil
4. Melakukan pengaturan barang secara tepat
sehingga mampu menjamin kemanan dan
keselamatan barang, petugas gudang maupun
pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Melakukan perawatan barang dengan baik


sehingga barang dalam gudang tidak sekedar
sebagai barang persediaan, tetapi juga barang
yang siap pakai (ready for use).
Agar pedoman ini dapat diimplementasikan
dengan baik, perlu adanya rancangan dan
implementasi system kerja penggudangan logistic
yang jelas dan tepat dalam setiap organisasi.
FUNGSI PENYALURAN
Definisi Fungsi Penyaluran
 Penyaluran merupakan suatu kegiatan dan
usaha untuk melakukan pengurusan,
penyelenggaraan dan pengaturan
pemindahan barang dari suatu tempat ke
tempat yang lain yaitu dari tempat penyimpan
ke tempat pemakainya.
MASALAH PENYALURAN
 Dipengaruhi oleh faktor perhubungan dan
komunikasi seperti :
 Proses Administrasi
 Proses penyampaian berita (data2 informasi)

baik melalui radio, telekomunikasi, telex,pos


dll)
 Proses pengeluaran fisik barang
 Proses angkutan
 Pelaksanaan rencana-rencana yang telah
ditentukan.
 Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam
menangani masalah penyaluran merupakan unsur
yang sangat penting untuk memenuhi ketepatan
yang seperti diharapkan oleh fungsi kebutuhan
 Faktor Pengendalian akan membantu banyak
dalam penyempurnaan fungsi penyaluran itu
sendiri.
 Setiap saat perlu dilakukan monitoring dan
usaha-usaha yang mendorong kelancaran
(expediting) agar tahap-tahap penyaluran (dari
proses manufacturing, transportation melalui
udara, laut dan darat) dan barang-barang datang
tepat pada waktu yang diperlukan.
Asas-asas Penyaluran
a. Ketepatan jenis dan spesifikasi perbekalan yang
disampaikan
Kegiatan ini dilakukan agar secara fungsional dapat
mencapai batas yang optimal, baik dilihat dari sisi
kualitas maupun kuantitas output yang dihasilkan,
disamping dilihat dari nilai efisiensi, baik ditinjau
dari sisi waktu, tenaga maupun finansial.
b. Ketepatan nilai perbekalan yang disampaikan
Hal ini terkait dengan pertimbangan pelaksanaan
program efisiensi unit kerja dan organisasi secara
keseluruhan, maupun pertimbangan prestise.
c. Ketepatan jumlah perbekalan yang
disampaikan
Hal ini dilakukan dengan tujuan
menghindari pemborosan ataupun juga
kekurangan perbekalan sehingga dapat
menghambat aktivitas unit kerja tersebut.
d. Ketepatan waktu penyampaian
Hal ini bertujuan agar aktivitas unit kerja
tertentu tidak terganggu atau berhenti
karena keterlambatan penyampaian
perbekalan yang dibutuhkan.
tempat penyampaian
E Ketepatan
Hal ini dapat mengakibatkan tidak berjalannya
kegiatan operasional suatu unit kerja tertentu.
Tentu ini juga akan mempengaruhi tingkat
efektivitas dan efisiensi organisasi secara
keseluruhan.
f. Ketepatan kondisi perbekalan yang disampaikan
Guna mendukung kelancaran aktivitas suatu unit
kerja dalam organisasi hendaknya barang yang
disampaikan ke unit kerja merupakan barang yang
siap pakai (ready for use)sehigga kondisi barang
tersebut harus dalam keadaan baik, bukan
barang/perbekalan yang rusak.
 Agar asas-asas penyaluran kebutuhan
perbekalan tersebut dapat direalisasikan
dengan baik, perlu didukung ketelitian dan
disiplin yang tinggi dari para petugas
penyalur perbekalan. Petugas yang ditunjuk
harus senantiasa berpedoman pada surat
permintaan pengadaan barang dan
keputusan pejabat pengambil keputusan
untuk diadakannya kebutuhan perbekalan
berdasarkan usulan unit kerja tertentu.
FUNGSI PEMANFAATAN
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/Pmk.06/2014 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara, Pemanfaatan adalah
pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan
fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah
status kepemilikan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/Pmk. 06/2014 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara adalah :
1. Pemanfaatan Barang Negara dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara;
2. Pemanfaatan Barang Negara dilakukan dengan memperhatikan kepentingan
negara dan kepentingan umum;
3. Pemanfaatan Barang Negara dilakukan dengan tidak mengubah status
kepemilikan Barang Negara;
4. Barang Negara yang menjadi objek pemanfaatan harus ditetapkan status
penggunaannya oleh pengelola barang/pengguna barang.
5. Biaya pemeliharaan dan pengamanan Barang Negara serta biaya pelaksanaan
yang berkaitan dengan pemanfaatan Barang Negara dibebankan pada mitra
pemanfaatan.
6. Penerimaan negara dari pemanfaatan Barang Negara merupakan penerimaan
negara yang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum negara;
7. Barang Negara yang menjadi objek pemanfaatan dilarang dijaminkan atau
digadaikan.
A. Pihak Pelaksana Pemanfaatan Barang Negara
Pihak yang dapat melakukan Pemanfaatan Barang Negara:
8. Pengelola Barang
Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Negara, untuk Barang
Negara yang berada pada Pengelola Barang.(“Pengelola Barang”)
a. Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab:
1) Menetapkan Pemanfaatan BMN dan perpanjangan jangka waktu Pemanfaatan
BMN yang berada pada Pengelola Barang;
2) Memberikan persetujuan atas usulan Pemanfaatan BMN atau perpanjangan jangka
waktu Pemanfaatan BMN dalam bentuk:
a). Sewa;
b). Pinjam Pakai;
c). KSP; dan
d). KSPI, yang berada pada Pengguna Barang;
1) Menetapkan besaran Sewa BMN yang berada pada Pengelola Barang;
2) Menetapkan formula tarif Sewa BMN;
3) Menetapkan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dari
KSP BMN yang berada pada Pengelola Barang;
4) Memberikan persetujuan besaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan dari KSP BMN yang berada pada Pengguna Barang;
5) Menetapkan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan untuk
KSP BMN penyediaan infrastruktur yang berada pada Pengelola
Barang oleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
6) Menerima BMN yang akan dilakukan BGS/BSG dari Pengguna
Barang;
7) Menetapkan besaran kontribusi tahunan dari BGS/BSG dan bagian
objek BGS/BSG yang digunakan untuk tugas dan fungsi Pengelola
Barang/Pengguna Barang;
1) Menetapkan formula dan/atau besaran pembagian kelebihan
keuntungan dari KSPI;
2) Menandatangani perjanjian Pemanfaatan BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
3) Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemanfaatan BMN;
4) Melakukan penatausahaan BMN yang dilakukan Pemanfaatan
BMN;
5) Melakukan penatausahaan atas hasil pelaksanaan Pemanfaatan
BMN;
6) Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemanfaatan BMN;
b). Menetapkan sanksi dan denda yang timbul dalam pelaksanaan
Pemanfaatan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengelola Barang; dan
c). Kewenangan dan tanggung jawab lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Pengguna Barang
Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang Negara
dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Negara yang berada pada Pengguna
Barang (“Pengguna Barang”).
a) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab:
1). Mengajukan usulan persetujuan Pemanfaatan BMN dalam bentuk:
i. Sewa;
ii. Pinjam Pakai;
iii. KSP;
iv. BGS/BSG; atau
v. KSPI, yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang.
2). Melakukan Pemanfaatan BMN, setelah mendapat persetujuan dari Pengelola
Barang;
3). Menerbitkan keputusan pelaksanaan dan menandatangani perjanjian Sewa,
Pinjam Pakai, KSP, atau KSPI BMN yang berada pada Pengguna Barang setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;
4. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada dalam
penguasaannya;
5. Melakukan penatausahaan BMN yang dimanfaatkan yang
berada dalam penguasaannya;
6. Melakukan penatausahaan atas hasil Pemanfaatan BMN;
7. Menyerahkan BMN yang akan dilakukan BGS/BSG kepada
Pengguna Barang;
8. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan
dokumenpelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada dalam
penguasaannya; dan
9. Menetapkan sanksi dan denda yang timbul dalam
pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada dalam
penguasaannya.
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang dapat menunjuk pejabat
struktural/fungsional di lingkungannya untuk melaksanakan sebagian wewenang dan
tanggung jawab Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat.
B. Objek Pemanfaatan Barang Negara
Objek pemanfaatan Barang Negara meliputi:
a. Tanah dan/atau bangunan; dan
b. Selain tanah dan/atau bangunan, yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna
Barang.
c. Objek pemanfaatan Barang Negara yang dimaksud di atas dapat dilakukan untuk
sebagian atau seluruhnya.
C. Bentuk Pemanfaatan Barang Negara
Bentuk pemanfaatan Barang Negara berupa:
d. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Barang Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Barang Milik Negara tanah dan/atau
bangunan yang tidak digunakan setelah diserahkan kepada Pengelola Barang, dapat
dimanfaatkan dengan menyewakan kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan
Negara. Jika hanya sebagian saja BMN tanah dan/atau bangunan yang tidak
digunakan, dan untuk BMN selain tanah dan bangunan,
pemanfaatannya dilakukan oleh Pengguna Barang setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
Jangka waktu sewa dan besaran tarif ditentukan Pengelola
Barang (BMN), jangka waktu ditentukan paling lama 5 tahun
dan dapat diperpanjang jika diperlukan. Penghasilan dari hasil
sewa tersebut disetorkan ke Kas Negara (BMN).
b. Pinjam Pakai

Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang dari


pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu
tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang. Berbeda dengan sewa, pinjam pakai
pengunaan BMN tidak disertai imbalan. Jangka waktu pinjam pakai
paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
c. Kerja Sama Pemanfaatan
Kerja Sama Pemanfaatan (“KSP”) adalah pendayagunaan Barang
Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan
lainnya.
Kerjasama pemanfaatan berlaku untuk BMN tanah dan/atau bangunan
yang telah diserahkan kepada Pengelola Barang, BMN tanah
dan/atau bangunan yang sebagian masih digunakan pengguna barang,
dan BMN selain tanah dan bangunan. Kerjasama pemanfaatan yang
BMN tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada
Pengelola barang dilaksanakan pemanfaatannya oleh Pengelola
Barang. Sedang BMN tanah dan/atau bangunan yang sebagian masih
digunakan pengguna barang dan BMN selain tanah dan bangunan,
kerjasama pemanfaatannya dilakukan oleh Pengguna Barang setelah
mendapatkan persetujuan dari pengelola barang.
Kerjasama pemanfaatan dapat dilakukan dengan ketentuan:
a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk memenuhi biaya
operasional/pemeliharaan/perbaikan yang diperlukan terhadap barang
milik Negara di maksud;
b. Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan
mengikutsertakan sekurang-kurangnya lima peserta/peminat, kecuali
untuk barang milik Negara yang bersifat khusus dapat dilakukan
penunjukan langsung;
c. Mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke
rekening kas umum Negara setiap tahun selama jangka waktu
pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil
kerjasama;
d. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
hasil kerjasama pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim
yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;
e. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil
kerjasama pemanfaatan harus mendapat persetujuan pengelola barang;
f. Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemafaatan
dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik Negara yang
menjadi obyek kerjasama pemanfaatnya;
g. Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama tiga puluh tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.Namun, untuk
penyediaan infrastruktur
1. Transportasi;
2. Jalan;
3. Sumber daya air;
4. Air minum;
5. Air limbah,
6. Telekomunikasi
7. ketenagalistrikan;
8. minyak dan/atau gas bumi diberikan paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak
penandatanganan perjanjian KSP dan dapat diperpanjang. Dan segala biaya
yang timbul dari kerjasama pemanfaatan tersebut tidak dapat dibebankan
pada APBN.
d. Bangun Guna Serah
 Bangun Guna Serah (“BGS”) adalah pemanfaatan Barang Negara berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya
diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
e. Bangun Serah Guna
 Bangun Serah Guna (“BSG”) adalah Pemanfaatan Barang Negara berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati.
 Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna dapat dilakukan
dengan ketentuan:
a. Pengguna barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi; dan
b. Tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas
dimaksud.
 Pelaksanaan Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna

dilakukan oleh pengelola barang (BMN), dengan jangka waktu


pelaksanaan paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan tidak dapat
diperpanjang. Hasil pelaksanaan pemanfaatan BMN dengan
bangun guna serah dan bangun serah guna selanjutnya ditetapkan
status penggunaannya oleh Pengelola Barang (BMN).
 Pelaksanaan bangun guna serah dan bangun serah guna dilakukan
dengan melakukan perjanjian perikatan antara pengelola barang
dengan mitra yang ditunjuk. Penunjukkan mitra harus dilakukan
dengan mekanisme tender dengan mengikutsertakan minimal 5
peserta/peminat.
 Selama masa pelaksanaan Bangun Guna Serah/Bangun Serah

Guna, mitra yang ditetapkan sebagai pelaksana operasional


berkewajiban:
a. Membayar kontribusi ke rekening kas umum negara/daerah
setiap tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil
perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;
b. Tidak menjaminkan, menggadaikan atau
memindahkantangankan objek bangun guna serah dan bangun
serah guna;
c. Memelihara objek bangun guna serah dan bangun serah guna.
g. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (“KSPI”) adalah kerja sama
antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan
infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat
diperpanjang. Namun, perpanjangan jangka waktu KSPI tersebut
hanya dapat dilakukan dalam hal terjadinya government force
majeure, seperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan
oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
D. Mitra Pemanfaatan Barang Negara
Pemilihan mitra pemanfaatan Barang Negara dilaksanakan melalui
tender. Tender adalah pemilihan mitra guna pengalokasian hak
pemanfaatan Barang Negara, melalui penawaran secara tertulis untuk
memperoleh penawaran yang paling tinggi.
Tahapan tender meliputi:
a. Pengumuman;
b. Pengambilan dokumen pemilihan;

c. Pemasukan dokumen penawaran;


d. Pembukaan dokumen penawaran;

e. Penelitian kualifikasi;
f. Pemanggilan peserta calon mitra;
g. Pelaksanaan tender; dan

h. Pengusulan dan penetapan mitra pemanfataan Barang Negara.

Jika tender tersebut gagal maka pemilihan akan dilaksanakan melalui


tahapan sebagai berikut:
i. Tender ulang dengan paling sedikit 3 (tiga) orang peserta calon
mitra, proses dilanjutkan dengan mekanisme tender;
b. Apabila peserta calon mitra kurang dari 3 (tiga) peserta, maka
panitia pemilihan menyatakan bahwa tender ulang gagal dan
selanjutnya melakukan seleksi langsung.
c. Dalam hal peserta calon mitra yang mengikuti Tender ulang
kurang dari 2 (dua) peserta, maka panitia pemilihan menyatakan
bahwa tender ulang gagal dan selanjutnya melakukan penunjukkan
langsung.
Pejabat/pegawai pada kementerian/lembaga atau pihak yang memiliki
hubungan keluarga, baik dengan Pengelola Barang/Pengguna Barang,
tim pemanfaatan, maupun panitia pemilihan, sampai dengan derajat
ketiga dilarang menjadi calon mitra.
Mitra Pemanfaatan meliputi:
d. Penyewa, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa;

e. Peminjam pakai, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam


Pakai;
c. Mitra KSP, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP;
d. Mitra BGS/BSG, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk
BGS/BSG; dan
e. Mitra KSPI, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSPI.
Mitra Pemanfaatan memiliki tanggung jawab:
f. Melakukan pembayaran uang Sewa, kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan KSP, kontribusi tahunan BGS/BSG, atau
pembayaran bagian pemerintah atas pembagian kelebihan
keuntungan sesuai dengan perjanjian Pemanfaatan BMN dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Menyerahkan kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang:

h. Bagian kontribusi tetap dan kontribusi pembagian keuntungan


KSP berupa bangunan beserta fasilitasnya; atau
i. Hasil pelaksanaan BGS/BSG yang digunakan secara langsung
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan;
e. Melakukan pengamanan dan pemeliharaan atas BMN yang
dilakukan Pemanfaatan dan hasil pelaksanaan Pemanfaatan BMN;
f. Mengembalikan BMN yang dilakukan Pemanfaatan kepada
Pengelola Barang/Pengguna Barang sesuai kondisi yang
diperjanjikan; dan
g. Memenuhi kewajiban lainnya yang ditentukan dalam perjanjian
Pemanfaatan BMN.
E. Jangka Waktu Pemanfaatan Barang Negara
Jangka waktu pemanfaatan barang Negara yaitu :
h. Jangka waktu sewa Barang Negara paling lama 5 (lima) tahun
sejak ditandatanganinya perjanjian dan dapat diperpanjang dengan
persetujuan dari Pengelola Barang.
i. Jangka waktu pinjam pakai paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali.
c. Jangka waktu KSP paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
perjanjian KSP ditandatangani dan dapat diperpanjang. Namun,
untuk penyediaan infrastruktur
1. Transportasi,
2. Jalan,
3. Sumber daya air,
4. Air minum,
5. Air limbah,
6. Telekomunikasi,
7. Ketenagalistrikan, serta
8. Minyak dan/atau gas bumi diberikan paling lama 50 (lima puluh)
tahun sejak penandatanganan perjanjian KSP dan dapat
diperpanjang.
c. Jangka waktu BGS/BSG paling lama 30 (tiga puluh) tahun
terhitung sejak penandatanganan perjanjian dan tidak dapat
diperpanjang.
d. Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat
diperpanjang. Namun, perpanjangan jangka waktu KSPI tersebut
hanya dapat dilakukan dalam hal terjadinya government force
majeure, seperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan
oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
F. Sanksi
 Mitra dapat dikenakan sanksi administratif berupa surat teguran,

surat peringatan dan denda. Dalam hal Barang Negara yang


dimanfaatkan tidak dipelihara dengan baik, mitra harus melakukan
memperbaiki sampai pada kondisi sesuai dengan yang
diperjanjikan. Perbaikan tersebut harus sudah diselesaikan paling
lambat pada saat berakhirnya masa pemanfaatan Barang Negara.
 Dalam hal Barang Negara yang dimanfaatkan tersebut hilang,
maka mitra wajib mengganti objek pemanfaatan dan hasil
pemanfaatan Barang Negara dengan barang yang sama atau barang
yang sejenis dan setara. Penggantian tersebut wajib dilakukan
paling lambat pada saat berakhirnya pemanfaatan Barang Negara.
 Dalam hal perbaikan dan/atau penggantian Barang Negara tidak
dapat dilakukan, mitra membayar biaya perbaikan dan/atau
penggantian tersebut secara tunai. Pembayaran biaya dilakukan
dengan cara menyetorkan ke rekening kas umum negara.
FUNGSI PEMELIHARAAN
Definisi Fungsi Pemeliharaan
 Pemeliharaan adalah suatu usaha atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi
teknis dan daya guna suatu alat produksi
atau fasilitas kerja dengan jalan
merawat,memperbaiki,merehabilitasi dan
penyempurnaan.
 Fungsi pemeliharaan mempunyai kaitan
sangat erat dengan fungsi penyimpanan dan
penyaluran bukan saja secara fisik tapi juga
proseduril.
 Pemeliharaan yang mantap merupakan suatu
usaha kearah peningkatan tingkat kegunaan
peralatan sepanjang umurnya yang pada
dasarnya merupakan kegiatan-kegiatan
menambah umur peralatan, peningkatan
efisiensi pada umumnya dan penghematan
anggaran pada khususnya.
 Dibidang pemeliharaan, unsur bengkel
mempunyai peranan yang penting.
Manfaat Pemeliharaan:

 Dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan


rencana produksi
 Menjaga kualitas produksi yang tepat
guna,memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk dan tidak mengganggu kegiatan
produksi
 Membantu mengurangi pemakaian dan
penyimpanan diluar batas dan menjaga modal
untuk waktu yang ditentukan sesuai kebijakan
 Melaksanakan biaya serendah mungkin dan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara
efektif dan efisien
Tujuan Pemeliharaan

 Meningkatkan tingkat kegunaan peralatan


 Menambah umur peralatan
 Meningkatkan efisiensi peralatan
 Penghematan anggaran
Tujuan Kegiatan Pemeliharaan
 Insfeksi (inspection): kegiatan pengecekan atau
pemeriksaan berkala atau penggantian yang diperlukan.
Inspeksi dilakukan bagian pemeliharaan
 Kegiatan Tekhnik (Engineering): kegiatan percobaan
atas alat yang baru dibeli,dan kegiatan pengembangan
atau komponen peralatan yang perlu diganti serta
mengadakan penelitian untuk pengembangan peralatan.
 Kegiatan produksi (production): kegiatan pemeliharaan
yang sebenarnya yaitu pemeliharaan/perbaikan serta
kegiatan yang disarankan insfeksi dan tehnik
 Kegiatan administrasi (clerical work);kegiatan
pencatatan mengenai biaya kegiatan
pemeliharaan,biaya komponen(spare part) yang
dibutuhkan serta penyiapan jadwal pemeliharaan
 Pemeliharaan bangunan (house keeping); kegiatan

agar bangunan gedung tetap terpelihara dan bersih


Upaya-upaya Menjamin Kelancaran
Pemeliharaan
 Menambah jumlah peralatan dan perbaikan pada
bagian pemeliharaan
 Menggunakan preventive maintenance, dan dapat

mengganti alat sebelum rusak


 Ada cadangan di dalam system produksi
 Perbaikan dalam suatu engineering design
 Mengadakan percobaan untuk menghubungkan tingkat

produksi dengan mengadakan suatu persediaan


cadangan
Alasan Pengantian Peralatan
 Keuntungan potensial penggunaan alat baru, misalnya :
penggunaan bahan dan tenaga dapat berkurang dan
waktu kegiatan lebih cepat
 Alat rusak dan tidak dapat diperbaiki
 Alat yang digunakan tidak cocok atau tidak mampu

menghasilkan produk baru akibat perubahan


permintaan komsumen
 Semangat pekerja menurun karena kondisi alat tidak

menyenangkan
Tingkat-tingkat Pelaksanaan
Pemeliharaan
 Pemeliharaan bersifat pemcegahan
 Pemeliharaan secara periodic
 Pemeliharaan oleh tenaga terdidik dari instalasi

tersebut
 Pemeliharaan oleh unit pemeliharaan yang punya

perlengkapan dan peralatan untuk menguji


 Rehabilitasi peralatan mekanik:
pengecekan,penyetelan,service,penyesuaian,reparasi
Hal yg perlu diperhatikan agar kegiatan
pemeliharaan berjalan lancar
 Data mengenai peralatan harus lengkap
(no,jenis,tahun pembuatan,kapasitas,cara,operasi dll)
 Planing dan scheduling (rencana dan jadwal
pemeliharaan) preventive maintenance, inspeksi,
pembersihan, reparasi
 Surat perintah (work orders) : surat perintah yang

isinya pemberitahuan berisi dikerjakan diluar/didalam


perusahaan, tenaga dan bahan yang dibutuhkan serta
waktu pelaksanaan.
 Catatan (records) : perlu dilakukan pencatatan jumlah
peralatan, letak, karakter alat, lama inspeksi internal,
dan biaya maintenance atau pemeliharaan.
 Laporan pengawasan dan analisa : laporan tentang

kemajuan, perbaikan serta analisa kegagalan perbaikan


 Persediaan material dan spare part yang tersedia sesuai

kebutuhan.
Jenis Pemeliharaan
 Preventive maintenance: kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan yang tidak terduga dan menemukan
kondisi/keadaan yang tidak terduga dan menemukan
kondisi/keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan
 Corrective maintence: kegiatan pemeliharaan setelah

timbul atau pada saat timbul kerusakan sering disebut


perbaikan dan perlu memperhatian biaya yang timbul
Hal yang perlu diperhatikan terkait
biaya
1. Perbandingan biaya kerusakan karena tidak ada
preventive maintenece dengan biaya pemeliharaan
yang diperlukan karena kerusakan walaupun
dilakukan preventive maintenece
2. Biaya pemeliharaan dengan harga beli alat
3. Jumlah biaya pemeliharaan yang diperlukan dengan
kerugian yang timbul karena tidak berproduksinya
akibat alar rusak
Tahapan Pemeliharaan
1. Tahapan perencanaan;
a. Desain system pemeliharaan yang sederhana dan
praktis tetapi tetap memberikan pengawasan yang
akurat dan teliti.
Tujuan dari tahapan ini adalah : memperkirakan
anggaran pemeliharaan yang tepat, memberikan
pelayanan yang cepat dan dapat dipertanggung
jawabkan, mendukung sepenuhnya tugas
operasional (read for use equipment) , menyediakan
pendidikan dan pelatihan setiap tingkat
pemeliharaan sehingga tersedia tim dan
peralatan yang lengkap dan siap
digunakan.
b. Evaluasi tekno-ekonomis terhadap
barang dan alat.
c. Mengikuti perkembangan industri dari
supply dalam dan luar negeri.
2. Tahap pelaksanaan:
a. Pengamatan inventarisasi peralatan dan
inventarisasi peralatan pemeliharaan.
b. Tersedianya buku-buku untuk setiap peralatan
atau barang,antara lain:
* Operator manual:buku petunjuk bagi para operator
* Maintenece manual: buku petunjuk tentang cara-
cara pemeliharaan peralatan
* Katalog : buku yang memuat nama dan gambar
alat,suku cadang,dan kode-kode suku cadang
3. Tahapan pasca(post) pelaksanaan:
 Persiapan pengajuan anggaran,hasil
pengkajian dalam tahap sebelumnya
• Pembuatan daftar kebutuhan akan suku
cadang bahan-bahan lainnya guna
pemeliharaan yang efektif,efisien dan
produktif
• Pengkajian dan peninjauan kembali akan
system pemeliharaan penyediaan tenaga
system anggaran dan para supplier
FUNGSI PENGHAPUSAN
Definisi Fungsi Penghapusan
 Dalam Bahasa Inggris istilah penghapusan disebut
Disposal atau Salvage.
 Disposal artinya tindakan atau perbuatan melepaskan

atau membuang sesuatu


 Salvage artinga sebagai sesuatu yang diambil
contohnya sisa-sisa kapal karam, puing-puing atau
sampah sebagai barang bernilai atau bermanfaat
dikemudian hari.
 Penghapusan dapat dikatakan sebagai kegiatan dan
usaha-usaha pembebasan barang dari pertanggung
jawaban sesuai peraturan atau perundang-undangan
yang belaku.
Penghapusan dipengaruhi oleh 2
faktor
 Surplus yang artinya kelebihan dalam satu unit yang
tidak dapat dipergunakan atau dimanfaatkan lagi oleh
unit tersebut.
 Ekses merupakan kelebihan dalam suatu subunit yang

tidak dapat digunakan atau dimanfaatkan lagi


disebabkan unit itu sendiri akan tetapi masih bisa
digunakan oleh subunit lainny di dalam unit yang
sama.
 Barang bergerak  Persediaan unit-unit barang
yang tidak dipakai inventaris
habis contohnya  Persediaan komponen dan
kendaraan, alat besar suku cadang
 Persediaan bahan,bahan
 Barang yang pakai
baku serta bahan-bahan
habis contohnya lainnya
 Barang-barang khusus
alat2 kantor
seperti hewan atau ternak.

Barang Inventaris Barang-barang Persediaan


Kelompok barang-barang yang tidak bergerak seperti :
 Tanah
 Bangunan
 Gedung
 Jalan dan sebagainya.
Alasan Penghapusan
 Barang hilang seperti  Teknis dan ekonomis yaitu
setelah nilai barang dianggap
akibat kesalahan tidak ada manfaatnya lagi.
sendiri,kecelakaaan  Keadaan tersebut antara lain
bencana alam, disebabkan oleh faktor-faktor
sbb :
administrasi yang - Kerusakan yang tidak dapat
salah atau karena diperbaiki
tercecer dan tidak - Obsolete dalam arti bahwa
untuk peningkatan efisiensi
ditemukan lagi. dan efektivitas barang perlu
diganti
Kadaluarsa Surplus dan ekses
yaitu suatu barang
Tidak bertuan atau barang-
sudah tidak bleh digunakan
lagi menurut ketentuan waktu barang yang tidak dikuasai yaitu
barang-barang yang tidak
yang ditetapkan
Aus atau deteriorisasi yaitu
diklaim atau tidak diurus
dipelabuhan-pelabuhan oleh
barang mengurang karena pemiliknya dalam batas waktu
susut, menguap atau handling yang ditentukan.
Busuk karena tidak memenuhi Rampasan yaitu barang-barang
syarat-syarat spesifikasi, bukti dari suatu perkara pidana
sehingga barang tidak dapat (pidana khusus) seperti pidana
digunakan lagi antara lain ekonomi, pidana korupsi dll
dalam hal validalitas. yang berdasarkan suatu
keputusan pengadilan pidana
yang sudah tetap barang
dinyatakan untuk negara.
Program Penghapusan
Aspek Yuridis, Administratif dan
Aspek rencana


Proseduril mencakup mengenai
hal-hal sbb : pelaksanaan teknis
Pembentukan panitia penilai dan

panitia pelaksana tindak lanjut


mencakup tentang :
penghapusan.  Evaluasi
 Identifikasi dan inventarisasi  Rencana segregasi dan
peraturan-peraturan yang
mengikat. salvage (pemisahan
 Persyaratan dan ketentuan-
ketentuan terhadap barang yang dan pembuangan)
dihapus  Rencana tindak lanjut
 Penyelesaian kewajiban-kewajiban
sebelum barang dihapus. penghapusan.
Dalam pelaksanaannya penghapusan meliputi
kegiatan-kegiatan sbb :

 Pembentukan panitia-  Penilai/evaluasi oleh


panitia yang minimal panitia penilai
terdiri dari : mencakup :
 Panitia penilai - Evaluasi kriteria
 Panitia pelaksanaan penghapusan
lanjutan tentang - Evaluasi nilai sisa
penghapusan. barang
- Evaluasi pemanfaaatan
yang optimal dari nilai
sisa.
Penetapan penghapusan serta
cara-cara tindak lanjut
penghapusan oleh pimpinan.
Pelaksanaan tindak lanjut
penghapusan sesuai dengan
penetapan pimpinan.
Proses Penghapusan
 Tahap Penyidikan atau  Tahap Penyaringan
pengenalan (identification) (Screening)
Tahap ini merupakan umpan pada tahap ini secara nyata
balik pengelolaan mulai dilakukan
pemeliharaan melalui sistim
inventarisasi. Melalui sistim
penyusunan program
inventarisasi yang konsisten penghapusan sebagai tidak
dapat dilakukan penyidikan dimasukkannya barang
barang yang sudah tidak atau perlengkapan dalam
termasuk dalam program program pemeliharaan.
pemeliharaaan.

Tahap kegiatan Penghapusan


Tahap Penyelesaian
 Tahap Penyelesaian
(Clearing) (Clearing)
- Tahapan ini sesungguhnya - Tahapan ini sesungguhnya
merupakan langkah merupakan langkah
pelaksanaan program pelaksanaan program
penghapusan yang penghapusan yang
didalamnya meliputi didalamnya meliputi
kegiatan : kegiatan :
- Pelaksanaan pembebasan - Pelaksanaan pembebasan
pertanggung jawaban pertanggung jawaban
penggunaan penggunaan
- Pelaksanaan penghapusan, - Pelaksanaan penghapusan,
segregasi, salvage serta segregasi, salvage serta
tindak lanjutnya, tindak lanjutnya,
 Tahap pelaksanaan dan pengendalian (Actuating and
Controlling)
- Tahapan ini merupakan bagian dari pengendalian
barang atau perlengkapan dalam lingkup siklus
logistik. Pada tahapan ini pula terjadi umpan balik dari
program dan pelaksanaan penghapusan kepada sistim
invenstarisasi dalam rangka pengendalian pengelolaan
logistik dan pemanfaatannya secara optimal.
Cara-cara Penghapusan
 Pemanfaatan langsung :
Usaha merehabilitasi/merekondisi
komponen-komponen yang masih dapat
dimanfaatkan kembali dan dimasukkan
sebagai barang persediaan baru.
 Pemanfaatan kembali (Recycle) :

Usaha peningkatan nilai ekonomis dari


barang yang dihapus menjadi barang lain
(fungsi dan kegunaannya).
 Pemindahaan (Transfer) :
Mutasi kepada instansi (pemerintah) lain yang
memerlukannya dalam rangka pemanfaatan
langsung.
 Hibah (Donation) :

Hibah kepada badan atau pihak di luar


instansi (pemerintah) dalam rangka
pemanfaatan langsung, recycle atau
peningkatan potensi/modal (Yayasan) yang
dijual.
 Penjualan/Pelelangan (Sales/Auction) :
Dijual baik dibawah tangan (seperti berlaku
pada angsuran kendaraan perorangan dinas)
ataupun umumnya dilelang.
 Pemusnahan :

Tindakan ini dilakukan bila menyangkut


keamanan dan keselamatan lingkungan.
FUNGSI PEMUSNAHAN
Pemusnahan Barang Milik Negara
Pemusnahan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor
83/Pmk.06/2016 TentangTata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan
Barang Milik Negara, adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan
BMN.
Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN) yang berada pada Pengelola
Barang
Pemusnahan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan
Barang Milik Negara, adalah tindakan memusnahkan fisik dan/ atau kegunaan
BMN.
Pemusnahan BMN yang berada pada Pengelola Barang berasal dari :
a. Eks Kepabeanan dan Cukai;
b. Barang Gratifikasi;
c. Barang Rampasan Negara;
d. Aset Bekas Milik Asing/ Tionghoa;
e. Eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama;
f. Aset eks Pertamina;
g. Perjanjian kerjasama/ karya
h. Pertambangan Batubara;
i. Aset lain-lain.

Pengelola Barang
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/Pmk.06/2016
TentangTata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan Barang Milik Negara,
Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang danbertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedomanserta melakukan pengelolaan BMN.

Kewenangan dan Tanggung Jawab Menteri Keuangan Selaku Pengelola Barang


a. Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab :
1. Memberikan persetujuan/ penolakan atas permohonan Pemusnahan BMN;
2. Memberikan persetujuan/ penolakan atas permohonan Penghapusan BMN;
3. Menetapkan keputusan Pemusnahan BMN yang berada pada Pengelola
Barang;
4. Melaksanakan Pemusnahan BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
5. Menandatangani Berita Acara Pemusnahan BMN yang
berada pada Pengelola Barang; dan
6. Melaksanakan Penghapusan BMN yang berada pada
Pengelola Barang dari Daftar Barang Pengelola.
b. Kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuangan selaku
Pengelola Barang secara fungsional dilaksanakan oleh Direktur
Jenderal. Dan Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan
dapat mendelegasikan se bagian kewenangan dan tanggungjawab
kepada pejabat struktural di lingkungan Direktorat Jenderal.
c. Pengelola Barang dapat mendelegasikan kewenangan dan
tanggung jawab untuk memberikan persetujuan/ penolakan atas
permohonan Pemusnahan dan Penghapusan BMN kepada
Pengguna Barang.
d. Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tertentu dari Pengelola Barang
kepada Pengguna Barang.
e. Pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Pengelola Barang yang telah
didelegasikan kepada Pengguna Barang dilaksanakan mengacu ketentuan
Peraturan Menteri ini.
Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan BMN Yang Berada Pada
Pengelola Barang
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan
BMN yang berada pada Pengelola Barang yaitu :
a. Pengelola Barang melakukan penelitian terhadap BMN
yang akan dilakukan Pemusnahan.
b. Penelitian BMN yang akan dilakukan pemusnahan adalah
1. Penelitian Administratif, meliputi penelitian data dandokumen BMN;
2. Penelitian Fisik, untuk mencocokkan fisik BMN yang akan dimusnahkan
dengan data administratif.
c. Setelah selesai Penelitian di bidang Administratif dan Fisik dituangkan dalam
laporan hasil penelitian.
d. Berdasarkan laporan hasil penelitian BMN tersebut layak dan memenuhi
syarat urituk dimusnahkan, Pengelola Barang menetapkan keputusan
Pemusnahan BMN.
e. Berdasarkan keputusan Pemusnahan BMN Pengelola Barang melakukan
Pemusnahan BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal keputusan
Pemusnahan BMN ditetapkan.
f. Pelaksanaan Pemusnahan BMN dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
g. Setelah terbit Berita Acara Pemusnahan BMN disusun sesuai format Peraturan
Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 83/Pmk.06/2016 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan Penghapusan Barang Milik Negara.
Persetujuan Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN)
a. Tata cara Persetujuan Pemusnahan Barang Milik Negara yaitu
Pengelola Barang melakukan penelitian terhadap permohonan
Pemusnahan BMN;
b. Penelitian meliputi:
1. Penelitian kelayakan pertimbangan dan alasan permohonan
Pemusnahan BMN;
2. Penelitian data BMN dan kelengkapan dokumen persyaratan; dan
3. Penelitian fisik, untuk mencocokkan fisik BMN yang akan
dimusnahkan dengan data dan kondisi BMN,jika diperlukan.
c. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal permohonan Pemusnahan
BMN tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kepada
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan
alasannya; atau Dalam hal permohonan Pemusnahan BMN disetujui,
Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
d. Surat persetujuan Pemusnahan BMN sekurang-kurangnya memuat:
1. Pertimbangan dan alasan disetujuinya Pemusnahan BMN;
2. Data BMN yang disetujui untuk dimusnahkan, sekurang- kurangnya
memuat tahun perolehan, identitas barang, dan nilai perolehan dan/ atau
nilai buku; dan
3. Kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan pelaksanaan
Pemusnahan BMN kepada PengelolaBarang.
Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN) yang berada pada
Pengguna Barang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016 TentangTata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan
Penghapusan Barang Milik Negara, Pengguna Barang adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan BMN. Sedangkan Kuasa Pengguna
Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh
Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN) yang berada pada Pengguna
Barang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016 TentangTata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Dan
Penghapusan Barang Milik Negara, Pengguna Barang adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan BMN. Sedangkan Kuasa Pengguna
Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna
Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya.
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang memiliki kewenangan
dan tanggung jawab:
a. Mengajukan permohonan Pemusnahan BMN kepada Pengelola Barang;
b. Mengajukan permohonan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang;
c. Menetapkan keputusan Penghapusan BMN yang status penggunaannya
berada pada Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang;
d. Melaksanakan Pemusnahan BMN yang status penggunaannya
berada pada Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang;
e. Melaksanakan Penghapusan BMN yang status penggunaannya
berada pada Pengguna Barang dari Daftar Barang Pengguna dan/
atau Daftar Barang Kuasa Pengguna Penghapusan BMN;
f. Berdasarkan keputusan menandatangani Berita Acara
Pemusnahan BMN yang berada pada Pengguna Barang;
Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN)
Pemusnahan Barang Milik Negara adalah tindakan memusnahkan
fisik dan/ atau kegunaan Barang Milik Negara. Ada 2 (dua) cara yang
dilakukan Pemusnahan Barang Milik Negara yaitu :
a. Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal:
1. BMN tidak dapat digunakan, tidak dimanfaatkan, dan/
atau tidak dipindahtangankan; atau
2. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Pemusnahan BMN dapat dilakukan dengan:
1. Dibakar;
2. Dihancurkan;
3. Ditimbun;
4. Ditenggelamkan;
5. Dirobohkan; atau
6.Cara lain sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-
undangan;
7. Dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan; dan
8.Dilaporkan kepada Pengelola Barang, untukPemusnahan
BMN yang berada pada PenggunaBarang.
Pihak Pelaksana Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN)
Pemusnahan BMN dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barangsetelah mendapat persetujuan Pengelola Barang
untuk BMN yang berada pada Penggunan Barang.
c. Objek Pemusnahan BMN
d. Pemusnahan dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
e. Bangunan;
f. Selain tanah dan/ atau bangunanyang berada pada Pengelola Barang/
Pengguna Barang.
Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan BMN Yang Berada Pada
Pengguna Barang
BerdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan BMN
yang berada pada Pengguna Barang yaitu
Pengguna Barang melakukan persiapan pengajuan permohonan
Pemusnahan BMN, meliputi:
a. Melakukan penelitian administratif, meliputi penelitian data dan
dokumen BMN;
b. Melakukan penelitian fisik, untuk mencocokkan kesesuaian fisik
BMN yang akan dimusnahkan dengan data administratif,yang
dituangkan dalam laporan hasil penelitian.
c. Dalam rangka pelaksanaan Pemusnahan BMN, Pengguna Barang
dapat membentuk tim internal.
Permohonan Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 83/Pmk.06/2016 Tentang Tata Cara Permohonan Pemusnahan
Barang Milik Negara (BMN) adalah :
d. Pengguna Barang mengajukan permohonan Pemusnahan BMN
kepada Pengelola Barang yang sekurang-kurangnya memuat:
1. Pertimbangan dan alasan Pemusnahan BMN; dan
2.Data BMN yang akan dimusnahkan, sekurang-kurangnya
memuat tahun perolehan, identitas barang, dan nilai perolehan dan/
atau nilai buku.
Permohonan Pemusnahan BMN harus disertai dokumen sebagai
berikut:
1. Surat Pernyataan dari Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang
yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang;
b. Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
c. Pernyataan bahwa BMN tidak lagi dapat digunakan,
dimanfaatkan, dan/ atau dipindahtangankan atau BMN harus ·
dilakukan Pemusnahan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Fotokopi dokumen kepemilikan, untuk BMN yangharus
dilengkapi dengan dokumen kepemilikan;
4. Kartu identitas barang, untuk BMN yang harus dilengkapi
dengan kartu identitas barang;
5. Laporan kondisi barang; dan
6. Foto terkini BMN.
Dalam hal dokumen tidak ada, maka dapat digantikan dengan:
1. Dokumen lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
2. Surat Pernyataan bermaterai cukup ditandatangani oleh
pejabat struktural yang berwenang pada Kementerian/ Lembaga
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang akan
dimusnahkan tersebut merupakan BMN pada Kementerian / Lem
baga bersangkutan.
Pelaksanaan Pemusnahan BMN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/Pmk.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Barang
Milik Negara yaitu :
1. Berdasarkan persetujuan Pemusnahan BMN Pengguna Barang
melakukan Pemusnahan BMN;
2. Pemusnahan BMN dilaksanakan paling lama 1 (satu) bulan sejak
tanggal persetujuan Pemusnahan BMN, kecuali untuk BMN
tertentu yang ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan;
3. Pelaksanaan Pemusnahan BMN dituangkan dalam Berita Acara
Pemusnahan;
4. Berita Acara Pemusnahan BMN sekurang-kurangnya
ditandatangani oleh Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang.
5. Berita Acara Pemusnahan BMN disusun sesuai format yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
FUNGSI PENGENDALIAN
Definisi Fungsi Pengendalian
 Pengendalian merupakan tindakan pengaturan dan pengarahan
pelaksanaan dengan maksud agar tujuan tertentu dapat dicapai
secara efisien dan efektif.

 Dengan demikian pengendalian merupakan fungsi yang


mengatur dan mengarahkan cara pelaksanaan dari suatu
rencana,program proyek dan kegiatan (disamping manajemen
lainnya) baik dengan pengaturan dalam bentuk tata laksana
yaitu : manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan lain-lain
prosedur ataupun melalui tindakan turun tangan untuk
memungkinkan optimal dalam penyelenggaraan suatu rencana,
program, proyek dan kegiatan oleh unsur dan unit pelaksana.
Bentuk Kegiatan Pengendalian
 Merumuskan tata laksana dalam bentuk :
manual,standard, kriteria, norma, instruksi dan lain-lain
prosedur.
 Melaksanakan pengamatan (monitoring), evaluasi dan

laporan guna mendapatkan gambaran dan informasi


tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari
rencana.
 Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasikan
permasalahan serta memberikan pengarahan dan
bimbingan tentang cara-cara pelaksanaan dalam rangka
pencapaian tertib administrasi dan tertib teknis.
 Melakukan tindak turun tangan sebagai tindak lanjut

dari hasil pengawasan.


Sarana Pengendalian
 Struktur Organisasi
Agar dapat melaksanakan pengendalian seefektif
mungkin, maka harus jelas tugas pokok dan ruang
lingkup organisasi suatu unit, jelas wewenang dan
tanggung jawabnya, terang akan tingkat-tingkat
tenggang pengendaliannya sehingga dengan demikian
jelas mana yang harus dilaksanakan dan mana yang
harus disempurnakan serta dikoreksi kekurangan-
kekurangannya.
 Sistim dan Prosedur
Landasan peraturan merupakan dasar utama
pengendalian, khusus merupakan titik tolak dimana
persoalan-persoalan harus diselesaikan.
Untuk itu sistim merupakan alat bantu yang flexible
dalam memperlancar penyelesaian. Sistim informasi yg
kontinyu dengan pemberitaan bahan yang lengkap,
dapat dipercaya dan modern dapat lebih membantu
pengendalian yang efektif, efisien dan produktif.
 Petugas
Personil yang berdisiplin, cakap dan trampil sangat
meringankan beban pengendalian.
Dengan demikian peningkatan akan kecerdasan,
ketrampilan dan mental para karyawan perlu
diperhatikan. Sebab kekurangan pengetahuan akan
tugas, wewenang dan tanggung jawab, jelas
menghambat jalannya pengendalian bahkan dapat
merupakan suatu hambatan yang membahayakan
seluruh organisasi.
 Peralatan
Peralatan yang dimaksud tidak selalu harus berwujud
barang fisik seperti alat-alat bantu dan lain-lain tapi
bisa merupakan suatu buku petunjuk, standar-standar
dan sebagainya yang merupakan pula sarana dalam
memperlancar suatu sistim.
 
Sasaran dan Pendekatannya
 Fungsi Utama Pengendalian :
* Menjadi sarana pengelola/pembina logistik berupa
data-data informasi yang bermanfaat bagi fungsi-fungsi
logistik lainnya sehingga 7 (tujuh) tepat masalah
penentuan kebutuhan dari fungsi Perencanaan dan
Penentuan Kebutuhan akan dapat diselenggarakan
secara optimal.
* Menjadi sarana bagi pimpinan dalam pengambilan
keputusan.
* Menjadi sarana dalam mengikuti dan mengawasi
penyelenggaraan Logistik.
 
 Kegiatan-kegiatan Fungsi Pengendalian
* Inventarisasi : Menyangkut kegiatan-kegiatan dalam
perolehan data logistik.
* Pengawasan : Menyangkut kegiatan-kegiatan untuk
menetapkan ada tidaknya deviasi-deviasi (penyimpangan
dari peraturan yang berlaku) penyelenggaraan dari
rencana-rencana logistik.
 Evaluasi : Menyangkut kegiatan-kegiatan
memonitor,menilai dan membentuk data-data logistik
yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi
fungsi-fungsi logistik lainnya.
Sarana yang sesuai dengan Perkembangan
Teknologi dan Kebutuhannya
 Struktur organisasi yang sudah mantap.
 Sistim informasi yang memadai dan ditunjang oleh

prosedur/tatalaksana yang diterapkan dengan


konsukuen (Management Information System).
 Klasifikasi dan kodefikasi yang selalu mengikuti

perkembangan dalam menuju standarisasi dan


katalogisasi.
 Pendidikan dan latihan.
 Anggaran yang cukup memadai hingga

pelaksanaan administrasi dapat menunjang


pelaksanaan operasional seoptimal mungkin.
 Penggunaan perangkat keras (hardware) dan

lunak (sofware) seperti Computer,alat


komunikasi dan sebagainya.
Kebutuhan Sistim Imformasi Logistik

 Pengenalan barang (Identifikasi, Klasifikasi dan


Kodefikasi).
 Jumlah (Quantity).
 Mutu dan Kondisi (Quality & Condition).
 Nilai (Value).
Kebutuhan proses-proses dalam
Fungsi Pengendalian
1. Pengendalian Persediaan (Stock Control) meliputi
kegiatan-kegiatan :
* Catatan persediaan dan pengendalian persediaan (stock
record and control stock).
* Petunjuk penyediaan dan kebutuhan di kemudian hari
( Profisioning and forward requirement direction).
* Petunjuk penyediaan ulang dan penghapusan (Obselete
stock and disposal direction).
* Petunjuk pemeliharaan dan penelitian barang tak terpakai
(Maintenance and Survey of Return Material Direction).
2. Pengembangan Tolak Ukur dan Variabel (Development
parameter and variabels) untuk :
* Prosedur dan sistim pelaksanaan (Procedure & System
Implementation).
* Perencanaan penyimpanan, angkutan dan penyaluran
(storage, transfortation and distribution planning).
* Pelaksanaan pemeliharaan (Maentanance planning).
3. Penyajian data dan report untuk
pertanggungjawaban dan pemeriksaaan
(accounting dan audit) dalam rangka
pengawasan dan pengambilan keputusan.
Pentahapan Penyelenggaraan Fungsi
Pengendalian
 Sebelum adanya organisasi yang mantap

bagi unit yang ada sangkut pautnya dengan


penyelenggaraan logistik, maka tidaklah
dapat diharapkan pelaksanaan prosedur-
prosedur secara konsukuen. Oleh karena itu
ruang lingkup dari pada penyelenggaraan
pengendalian harus dibatasi pada hal-hal
prisip saja terlebih dahulu.
 Apabila penyediaan dana terbatas sehingga
penggunaan peralatan pengendalian mutakhir blum
dapat diterapkan maka sistim informasinya harus
disesuaikan dengan kondisi-kondisi tersebut.
 Apabila personil yang akan menyelenggarakan fungsi

ini belum memadai maka haruslah juga diadakan


penyesuaian disamping kewajiban mencetak tenaga-
tenaga yang diperlukan.
 Apabila personil sudah tersedia tetapi pada unit-unit
yang mempunyai hubungan dengan penyelenggaraan
logistik belum siap haruslah pula dilakukan langkah-
langkah yang searah.. Artinya pendidikan logistik
bukan saja bagi petugas-petugas logistik tetapi juga
para pejabat lainnya perlu mengetahui betapa
pentingnya logistik.
 Sensus barang merupakan dasar dan mutlak
dilaksanakan dalam mendapatkan data-data
menjelang pelaksanaan pengendalian.
Peranan Inventarisasi Dalam
Pengendalian
 Sebagai modal untuk perencanaan pembangunan.
 Bila inventarisasi dapat dilaksanakan dengan efektif

dan intensif maka sumber efisiensi (penghematan)


dapat dicapai secara optimum dan mengurangi
kemubaziran yang berlebih.
 Dijadikan pedoman untuk menghitung kekayaan-
kekayaan Negara di Pemerintahaan dalam rangka
menyusun Neraca Kekayaan Negara,
 Bahan untuk mempermudah pengawasan (sarana).
 Bahan untuk Pimpinan dan Staf dalam mengambil

keputusan.
Dalam invenstarisasi kegiatan-kegiatan
yang telah dapat kita identifikasi
 Menyediakan data untuk merencanakan

kebutuhan peralatan dan perlengkapan.


 Memberikan informasi untuk dijadikan

bahan pengarahan dalam pengadaan


peralatan dan perlengkapan.
 Memberikan pedoman dalam fungsi
penyimpanan dan penyaluran.
 Memberikan petunjuk dalam rangka pemeliharaan
peralatan dan perlengkapan.
 Menyediakan data/informasi dalam menentukan barang

lebih dan menghapus dari pertanggung jawaban


administratif.
 Dengan menerapkan dan mengembangkan klasifikasi

dan kodefikasi untuk menuju sasaran katalogisasi dan


standardisasi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat.
 
Standardisasi
 Suatu tingkat yang lebih tinggi dari inventarisasi
dimana digunakannnya sarana klasifikasi dan
kodefikasi ialah tingkat katalogisasi.
Suatu buku katalog yang lengkap harus
memuat :
* Urutan (pencarian) secara mudah tentang
kelompok dan klasifikasi barang.
* Urutan (pemcarian) secara mudah akan
Nomenclature dari barang/peralatan.
* Urutan (pencarian) secara mudah dari nomor-nomor
kode barang/peralatan.
* Keterangan-keterangan lengkap tentang : ukuran,
bentuk, mutu, cara pengujian dll.
 Manfaat buku katalog bagi Fungsi Pengendalian

Keuntungan dari pada penggunaan standardisasi dan


nomor kode yang terbaca dalam buku Katalog ialah :
* Mempermudah pengenalan
barang/peralatan yang berati
mempermudah komunikasi dua arah.
* Mempermudah proses pengadaan.
* Mempermudah proses
penyimpanan.
* Mempermudah proses penyaluran.
* Mempermudah proses inventarisasi.
 Mempermudah proses pemeliharaan.
 Mempermudah pengendalian harga dan

mutu.
 Mempermudah pengawasan.
 Mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
 Mengurangi jumlah macam barang dan

persediaan.
* Mengurangi kemungkinan tinggal guna.
* Menghemat biaya dan waktu.
* Menciptakan saling pengertian dan
menghindarkan salah pengertian antara pembeli
dan penjual.
* Menyederhanakan dan mengintegrasikan
penatausahaan logistik (pengelolaan
Perlengkapan).
* Menjamin keamanan dan keselamatan.

Anda mungkin juga menyukai