OLEH :
11870524148
PROGRAM S1
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2.3 Kota
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem
kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung satu sama lain secara
fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah
sekitarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kota adalah daerah
permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat
tinggal dari berbagai lapisan masyarakat. Masih dilansir dari KBBI, perkotaan adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut daerah atau kawasan kota Pengertian
perkotaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ialah wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian.
Menurut Branch (1996: 2) Kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa
ribu atau lebih penduduk, sedangkan perkotaan diartikan sebagai area terbangun
dengan struktur dan jalan-jalan, sebagai suatu permukiman terpusat pada suatu area
dengan kepadatan tertentu (Branch, 1996:2). Dalam pengertian lain kota adalah
wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, yang sebagian besar lahannya terbangun
dan perekonomiannya bersifat non pertanian.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kota, kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kekotaan.
Sedangkan perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat permukiman yang
berperan di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau Wilayah Nasional sebagai
simpul jasa.
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”
Apabila kita kaitkan dengan fenomena pelayanan public yang terjadi saat ini
maka ayat tersebut dapat bermakna bahwa pejabat Birokrat hendaknya melayani
dan memperlakukan seseorang dengan baik sebagaimana ia memperlakukan dirinya
sendiri. Para pejabat publik perlu memahami bahwa dalam pemerintahan khususnya
pelayanan yang perlu diperhatikan secara serius, adalah prilaku birokrat senagai
pelayan masyarakat, dimana prilaku baik atau tidaknya kualitas pelayanan publik
dapat dipengaruhi oleh prilaku pelayan publik itu sendiri, Beberapa bentuk prilaku
yang sering terjadi di kalangan administrasi publik diantaranya adalah prilaku
seperti mempersulit, superior, maupun pengabaian yang kesemuanya adalah
termasuk prilaku yang menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan dalam
pelayanan publik. Sebagai Negara mayoritas Islam di indonesia mnjalankan syariat
islam sebagai seorang yang beragama islam atau muslim merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Oleh karna itu Birokrat sebagai ujung tombak pelayanan publik perlu memahami
hakekat dari tugas yang di embanya.dan dalam menjalankan tugas keseharian perlu
menjadikan sifat Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah.Sebab sikap dan prilaku
Rasulullah merupakan Syariat islam karna sesungguhnya akhlak beliau telah
mencerminkan al qur’an dan Hadis. Rasulullah memiliki empat sifat yang dapat
dijadikan sebagai teladan oleh Para Birokrat.keempat sifat itu antara lain yaitu :
Siddiq, yang artinya benar,Amanah, yang artinya dapat dipercaya,
Tabligh, artinya menyampaikan, dan Fathonah, yang artinya bijaksana.
Demikian empat sifat beliau yang patut dijadikan suri tauladan bagi siapa saja
yang mengemban tugas sebagai pelayan atau pejabat public, apabila para birokrat
dapat meneladani akhlak Rasulullah diatas tentunya akan dapat terwujud pelayanan
publik yang bekualitas seperti apa yang diharapkan.
Gambar 2.6
PELAYANAN PUBLIK
(KEPMEN
PANNo:63/KEP/M.PAN/7/2003) (Zeithaml,Berry )
KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk
melakukan penelitian. Berikut beberapa penelitian lain yang masih dijadikan acuan
dalam penelitian ini antara lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
UIN SUSKA RIAU Khairon Toni (2008), dengan judul “Analisis pelayanan
pembuatan KTP di kantor Camat Cerenti”. Dimana penelitian ini menggunakan
analisis kulaitatif dengan memberikan gambaran fenomena pelayanan public yang
terjadi daerah setempat.
Selanjutnya Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erni Muliati
(2013), dengan judul “Analisis kualitas pelayanan di dinas kependudukan dan
catatan sipil kabupaten Kampar”, pada penelitian tersebut dijelaskan bagaimana
dinas kependudukan dan catatan sipil di kabupaten kamapar dapat berperan optimal
sebagai suatu organisasi pemerintahanhan yang memiliki kewenangan dalam
menyelenggarakan pelayayan publik di daerah dinas kependudukan dan catatan sipil
kabupaten Kampar.
Kemudian Penelitian yang dilakuakan Rina Nur Oktaviana (2010) dengan
judul “Kualitas Pelayanan Publik di Pusat Kesehatan Mahasiswa UI” dimana
dalam penelitian ini di jelaskan bahwa pelayanan publik merupakan suatu faktor
yang penting dalam berkontribusi untuk kehidupan sosial yang lebih baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika
Irawan, Prasetya. 2004. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.
Slagian P. Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bum] Aksara.
Sinambela dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono,
2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sumber lain: