Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT

OLEH:

SALOMON R. HABUT

31118112

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2022
DAFTAR ISI
BAB I pendahuluan .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS .......................................................................................11
2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD).............................................................11
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah..............................11
2.1.2 Sumber pendapatan asli daerah.....................................13
2.2 Pajak.......................................................................................................15
2.2.1 Pengertian Pajak............................................................15
2.2.2 Fungsi Pajak..................................................................16
2.2.3 Klasifikasian Pajak........................................................17
2.2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak.........................................18
2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak.............................................20
2.3.2 Jenis Pajak Daerah.........................................................23
2.5.1 Pengertian kontribusi.....................................................26
2.6 PENELITIAN TERDAHULU......................................26
2.7 Kerangka Pemikiran......................................................31
3.1.1 Tempat penelitian..........................................................34
3.3.1 Pajak daerah...................................................................35
3.3.2 Pajak hotel.....................................................................35
3.3.3 Pajak restoran................................................................36
3.3.4 Pendapatan asli daerah..................................................36
3.4 Populasi dan Sampel................................................................................36
3.4.1 Populasi.........................................................................36
3.4.2 Sampel...........................................................................36
3.5 Metode Pengumpulan Data......................................................................37
3.5.1 Wawancara....................................................................37
3.5.2 Dokumentasi..................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan berbentuk Republik yang

dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya menganut asas

desentralisasi (Bratakusumah dan Solihin, 2001:1). Desentralisasi berarti

memberikan sebagian dari wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah, untuk melaksanakan dan menyelesaikan urusan yang menjadi

tanggung jawab dan menyangkut kepentingan daerah yang bersangkutan atau

diartikan juga sebagai pengembangan otonomi daerah. Kewenangan

pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi

harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan

prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang

diserahkan kepada daerah tersebut. Pemerintah daerah diberikan hak dan

wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah

juga berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya

dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (Bratakusumah dan Solihin, 2001:11-12).

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

menjelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Semangat otonomi daerah membawa reformsasi pula

dalam undang- undang pajak daerah, maka pada tahun 2000 diberlakukan

1
perubahan pertama dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 43 Tahun

2000, mengingat pajak daerah dan pajak pusat merupakan suatu sistem

perpajakan (yang pada dasarnya) sebagai beban yang dipikul oleh masyarakat,

maka perlu dijaga agar beban tersebut dapat memberikan keadilan dan

diharapkan adanya perubahan dapat melengkapi peraturan antara pajak pusat

dan pajak daerah. Dalam sistem otonomi daerah, wilayah negara dibagi dalam

unit-unit yang lebih kecil. Masing-masing unit mempunyai wewenang untuk

membuat kebijakan dalam batas yurisdiksi administrasinya sendiri. Salah satu

tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kemandirian

keuangan daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah

pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan

kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin

besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan

aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah (Mahmudi, 2010:18).

Pendapatan Asli Daerah meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Dengan adanya otonomi daerah, daerah didorong untuk meningkatkan PAD

dengan salah satu cara yaitu menggali potensi penerimaan melalui kegiatan

pemungutan pajak daerah (Darwin, 2010:41).

Pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya

dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk

2
membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah (Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2009).

Perbedaan kewenangan pemungutan antara pajak yang dipungut oleh

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yaitu pada pajak provinsi

apabila objek pajaknya ingin diperluas, maka harus melalui perubahan dalam

undang-undang (Siahaan, 2016:10). Pajak kabupaten, objek pajaknya dapat

diperluas berdasarkan peraturan pemerintah sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan yang ada (Kurniawan dan Purwanto, 2010:48).

Potensi pajak masing-masing daerah berbeda satu sama lain apabila dilihat

baik dari sumber daya alam, buatan, maupun sumber daya manusia. Untuk

dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis pajak daerah harus ditetapkan

dengan peraturan daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah kabupaten/kota

memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri peraturan daerah sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan daerahnya sendiri sehingga berpeluang untuk

memaksimalkan penerimaan pajak daerahnya (Siahaan, 2016:5). Sebagai salah

satu daerah otonom di Indonesia, Kabupaten Manggarai Barat menetapkan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pajak Hotel dan Peraturan

Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pajak Restoran. Pajak Hotel dan Pajak

Restoran merupakan bagian dari pajak daerah Kabupaten Manggarai Barat.

Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk

jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,

losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah

3
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari

10 (sepuluh). Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

hotel (Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 3 Tahun 2012).

Tabel 1.1
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kabupaten Manggarai Barat TA.
2016 s/d TA. 2019
(Dalam Rupiah)
Tahun PAD Realisasi Pajak Hotel Presentase

2016 91.068.685.754 7.366.042.103,09 0,08%

2017 123.431.811.303 11.257.473.631 0,09%

2018 103.347.460.592 15.498.808.523,90 0,14%

Rata-rata 0,32%
Sumber data: 27.-Pendapatan-Asli-Daerah-Pajak-Hotel-Pajak-Restoran-Pajak-Hiburan-per-
Kabubaten-Kota-2010-2019.xlsx

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel Kabupaten

Manggarai Barat pada tahun 2016 adalah sebesar 0,08%; kontribusi tersebut naik

sebesar 0.09% pada tahun 2017; dan pada tahun 2018 kontribusinya naik sebesar

0,14%. Kontribusi yang diberikan pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

termasuk dalam golongan rasio 0,00%-10,00% yaitu sangat kurang.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,

bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering. Pajak Restoran adalah pajak atas

pelayanan yang disediakan oleh restoran (Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai

Barat Nomor 4 Tahun 2012).

4
Tabel 1.2
Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD Kabupaten Manggarai Barat TA.
2016 s/d TA. 2019
(Dalam Rupiah)
Tahun PAD Realisasi Pajak Presentase
restoran
2016 91,068,685,754 5,474,178,086.76 0,06%

2017 123,431,811,303 7,905,885,333 0,07%

2018 103,347,460,592 10,449,294,183.10 0,10%

Rata-rata 0,22%
Sumber data: 27.-Pendapatan-Asli-Daerah-Pajak Hotel-Pajak-Restoran-Pajak-Hiburan-per-
Kabubaten-Kota-2010-2019.xlsx

Dari tabel tesebut dapat dilihat kontribusi pajak restoran Kabupaten

Manggarai Barat pada tahun 2016 sebesar 0.06%; tahun 2017 naik sebesar 0,07%;

dan pada tahun 2018 kontribusinya naik menjadi 0,10%. Kontribusi yang

diberikan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah termasuk dalam

golongan rasio 0,00%-10,00% yaitu sangat kurang.

Peraturan Bupati Manggarai Barat Nomor 58 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bupati Manggarai Barat Nomor 25 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Penetapan Peraturan

Bupati ini merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah melalui potensi daerah yang dimiliki. Peraturan tersebut

mengakomodir pengenaan pajak atas pelayanan jasa penginapan/peristirahatan

dan penyediaan makanan/minuman. Pajak Hotel dan Pajak Restoran adalah pajak

atas fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan dengan dipungut bayaran,

serta pelayanan penyediaan makanan dan/atau minuman.

5
Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran tidak terlepas dari potensi

Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu daerah destinasi pariwisata di

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pariwisata kabupaten Manggarai Barat yang

paling terkenal yaitu Taman Nasional Komodo yang merupakan rumah bagi satwa

langka Komodo (Varanus Komodensis) dan aneka biota lautnya menjadi daya

tarik wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara.

Kebutuhan wisatawan menjangkau destinasi wisata dalam memanfaatkan

fasilitas berupa jasa penginapan dan jasa layanan penyediaan makanan dan

minuman, akan menimbulkan transaksi yang menghasilkan pendapatan sehingga

secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap penerimaan daerah,

hal ini merupakan potensi untuk menambah potensi pajak daerah (Husin, Usman.

2016. www.Kompas.com. 12 Maret 2019). Total kunjungan wisatawan ke Taman

Nasional Komodo yang terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2015

sampai dengan tahun 2017 dan dapat dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3
Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Berdasarkan
Penjualan Tiket di Taman Nasional Komodo
Tahun 2015 2016 2017

Wisatawan 45.372 54.335 66.601


Mancanegara
Wisatawan Nusantara 15.876 29.377 45.148

Jumlah Total 61.257 83.712 111.749

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat, 2019

6
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan

ke Taman Nasional Komodo terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015

total wisatawan nusantara dan mancanegara mencapai 61.257 orang. Jumlah

kunjungan meningkat menjadi 83.712 orang di tahun 2016. Jumlah total

wisatawan paling tinggi terjadi di tahun 2017 dengan total wisatawan mencapai

111.749 orang. Jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat di setiap tahun

menjadi potensi bagi Kabupaten Manggarai Barat untuk memperluas aspek

pungutan pajak daerahnya. Salah satunya dengan melakukan pemungutan Pajak

Hotel dan Pajak Restoran.

Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran tidak terlepas dari

pendapatan daerah. Sektor dari pendapatan daerah memegang peranan yang

sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana daerah dapat

membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Berdasarkan undang-undang tahun 2004 No.32 pasal 157 yang merupakan

sumber dari pendapatan daerah atas: (1) pendapatan asli daerah atau biasa disebut

PAD yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dana perimbangan. (2) Lain-lain PAD yang sah. (3) Lain-

lain pendapatan PAD yang sah. Pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang

diperoleh pemerintah daerah atas pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pelayanan

kepada masyarakat, dan juga pemanfaatan sumber daya yang dimiliki pemerintah

daerah (Muchlisin dkk, 2019). Data duplikasi dari peneliti sebelum, berupa tabel

realisasi pajak hotel, restoran dan Pendapatan Asli Daerah (Yuven Sambung,

2010)

7
Hasil duplikasi dari peneliti sebelumnya Fenomena Menurut kepala Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) kabupaten Manggarai Barat Salvador

pinto, potensi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah di kabupaten Maggarai

Barat sangat besar antara lain dari Pajak Hotel dan Pajak Restauran, realisasi

pemasukannya belum maksimal hingga mengalami kebocoran hampir 1 miliar

rupiah (flores pos.co.id). Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah

pusat, pemerintah daerah harus mengupayakan peningkatan pendapatan asli

daerah yang salah satunya adalah dengan penggalian potensi daerah (Wijaya,

2009).

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak hotel adalah pajak atas

pelayanan yang telah disediakan oleh pihak hotel. Dengan diprioritas kabupaten

Manggarai Barat sebagai wisata premium tentu pembangunan infrastruktur seperti

Hotel saat ini semakin meningkat. Selain pendapatan Asli Daerah yang diperoleh

daerah dari segi pajak Hotel, pemerintah daerah juga memfokuskan pada

penagihan Pajak Restauran. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat 22 Pajak restaurant merupakan pajak atas pelayanan yang sudah disediakan

oleh restaurant

Perolehan hak atas tanah dan bangunan yaitu peristiwa atau perbuatan

hukum yang menyebabkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan baik dari

orang pribadi maupun badan. Kabupaten manggari barat melakukan perubahan

NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak) yang berada di wilayah Gorontalo yang putusan

sebelumnya senilai Rp. 1.032.000, dimana sebelumnya senilai Rp.128.000 dan

dirubah menjadi Rp.464.000 dan kawasan Wae Cicu NJOP-nya senilai

8
Rp.394.000 yang sebelumnya dinaikan sebesar Rp.1.034.000 dari semula 27.000.

hal ini yang membuat wajib pajak enggan membayar pajak Karena menahan diri

untuk membayar pajak sehingga berpotensi menurunnya Pendapatan Asli Daerah

dari sumber BPHTB (Beritaflores.com). Pajak hotel merupakan pajak atas

pelayanan hotel (Farikh Zulhuda, 2016).

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran

Terhadap Pendapatan Asli Daerah”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disajikan

perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Seberapa besar kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Manggarai Barat ?

2) Bagaimana Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan

Asli Daerah sebelum dan selama Pandemi Covid-19?

3) Bagaimana strategi-strategi peningkatan pajak hotel dan restoran di

kabupaten Manggarai Barat?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui Seberapa besar kontribusi Pajak Hotel dan Restoran

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Manggarai Barat.

2) Untuk mengetahui Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap

9
Pendapatan Asli Daerah sebelum dan selama Pandemi Covid-19.

3) Untuk mengetahui strategi-strategi peningkatan pajak hotel dan restoran di

kabupaten Manggarai Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini berusaha untuk mampu memberikan kontribusi yang positif

dan dapat berguna bagi berbagai aspek. Kontribusi penelitian ini meliputi:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Untuk Penulis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara

teori yang telah di pelajari dengan praktek yang telah diterapkan

berdasarkan hasil data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.

1.4.1.2 Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan literatur bagi

pihak akademik dan mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis jurusan Ekonomi Pembangunan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan alternatif bagi pihak

yang berkepentingan khususnya Badan Pengelola Keuangan Daerah

Kabupaten Manggarai Barat dalam melaksanakan pemungutan pajak

hotel dan pajak restoran sebagai upaya peningkatan penerimaan pajak

daerah.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang

berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang berupa, pajak daerah,

retribsi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan asli derah yang sah.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1,

pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Menurut Suhanda (2007 : 156) pendapatan asli daerah (PAD)

adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah.

Menurut Halim (2007: 96) pendapatan asli daerah merupakan

semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Pendapatan asli daerah bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

pedapatan lain asli daerah yang sah.

11
Menurut Nurcholis (2007: 182) pedapatan asli daerah adalah

pendapatan yang diperoleh dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah,

laba perusahaan daerah dan lain-lain yang dah.

Menurut Fauzan (2006: 235) pendapatan asli daerah adalah sebagi

sumber pembiayaan pemerintah daerah, PAD dapat dihasilkan melalui

beberapa sumber penerimaan terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi

daerah, hasil perusahaan milik dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipisahkan, dan lainlain pendapatan asli daerah yag sah.

Menurut Mardiasmo (2002: 132) pendapatan asli daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dan penerimaan sektor pajak daerah, retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasi pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang disahkan.

Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai

pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam

memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk

membiayai tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang dimaksud

dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pendapatan asli daerah secara singkat adalah pendapatan yang

diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah. Dan pengertian lain

tentang pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah

dari penerimaan pajak darah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan

12
lain-lain pendapatan yang sah. Peneliti menyimpulkan dari beberapa

pendapat mengenai pendapatan asli daerah di atas adalah semua

penerimaan keuangan suatu daerah dimana penerimaan keuangan itu

bersumber dari potensi-potensi yang ada didaerah tersebut misalnya pajak

daerah, retribusi daerah, dan lain-lain serta penerimaan keuangan tersebut

yang diatur oleh Peraturan Daerah.

2.1.2 Sumber pendapatan asli daerah

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan

Asli Daerah (PAD) bersumber dari:

1) Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pendapatan yang berasal dari pajak,

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah. Pendapatan pajak daerah terdiri dari pajak

hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan

jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan c, dan pajak parkir.

2) Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal

dari retribusi jasa umum, retribusi perizinan tertentu.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan hasil yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan

13
yang meliputi:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/

BUMD

b. Bagian laba atas penyertaan modal milik perusahaan Negara/BUMN

c. Bagian laba atas penyertaan modal milik perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

4) Pendapatan asli daerah lain-lain yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal

dari lainlain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untk

menghitung penerimaan daerah yang termasuk dalam jenis pajak

daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang pedoman

pengelolaan keuangan daerah pasal 26 ayat 4, lain-lain PAD yang sah

meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

secara tunai atau angsuran atau cicilan.

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Peneriman atas tuntutan ganti rugi daerah

e. Penerimaan komisi, potogan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau jasa oleh daerah

f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing

14
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

h. Pendapatan denda pajak

i. Pendapatan denda retribusi

j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

k. Pendapatan dari pengembalian

l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

n. Pendapatan dari badan layanan umum daerah (BLUD)

1.2 Pajak
2.2.1 Pengertian Pajak

Definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan).

Menurut Adriani dalam Prawoto (2010:187), pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya, menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung

dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

15
Definisi Pajak adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan

sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi

bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah

serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara

secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum

(Djajadiningrat dalam Resmi, 2014:1).

2.2.2 Fungsi Pajak

Menurut Resmi (2014:3), terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi

budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur).

1) Fungsi Budgetair (Pendapatan)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan

salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-

banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara

ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui

penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak

Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan

lain-lain.

2) Fungsi Regularend (mengatur)

16
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu

diluar bidang keuangan.

2.2.3 Klasifikasian Pajak

Menurut Prawoto (2010:188) pengelompokkan pajak terdiri dari

tiga macam yaitu:

a. Menurut golongannya:

1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai.

b. Menurut sifatnya:

1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib

pajak. Contoh: Pajak Penghasilan

2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah.

c. Menurut lembaga pemungutnya:

1) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

17
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak

daerah terdiri atas: Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak

Penerangan Jalan.

2.2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak

a. Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak merupakan acuan untuk

melakukan pemungutan pajak kepada wajib pajak. Dalam

pemungutan pajak terdapat asas-asas pemungutan pajak

yang dikenal dengan nama The Four Cannos atau The Four

Maxims yang disusun oleh Adam Smith dalam Anggoro

(2017:269), dengan uraian sebagai berikut :

b. Equality (keseimbangan)

Pembebanan pajak di antara subjek pajak

hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu

seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah

perlindungan pemerintah. Prinsip kemampuan membayar

18
menyebutkan bahwa orang yang mempunyai kemampuan

yang sama, harus membayar pajak dengan jumlah yang

sama, sementara orang yang mempunyai kemampuan lebih

besar, harus membayar lebih besar. Prinsip pertama adalah

keadilan horizontal, sedangkan prinsip keadilan kedua

adalah keadilan vertical.

c. Certainty (kejelasan)

Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan

tidak mengenal kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum

yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek

pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.

d. Convenience of payment (pemungutan yang tepat)

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling

baik bagi wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan

saat diterimanya penghasilan atau keuntungan yang

dikenakan pajak.

e. Economy of collections (penghematan dalam pemungutan)

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat

mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar

dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya

pemungutan pajak jika biaya yang dikeluarkan lebih besar

dari penerimaan pajak yang akan diperoleh. Selain itu biaya

untuk memenuhi kewajiban pajak bagi Wajib Pajak

19
hendaknya sekecil mungkin, dengan demikian sistem yang

dipilih untuk mengumpulkan pajak hendaknya adalah sistem

yang sekecil mungkin membebani masyarakat secara

keseluruhan.

Menurut Resmi (2017) terdapat tiga asas pemungutan pajak

yaitu:

1) Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan

Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik

penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas

ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

2) Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal

Wajib Pajak.

3) Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak

Pada dasarnya sistem pemungutan pajak merupakan cara

bagaimana memungut pajak kepada masyarakat. Menurut Rosdiana

(2012:106), ada tiga teknik pemungutan pajak yaitu:

a. Official Assesment System

20
Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada

pemungut atau aparatur pajak. Dalam sistem ini wajib pajak bersifat

pasif, menunggu ketetapan dari aparatur pajak, hutang pajak baru

timbul bila sudah ada Surat Ketetapan Pajak dari aparatur pajak.

b. Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk

menentukan pajak yang terutang oleh wajib pajak berada pada wajib

pajak sendiri. Dalam sistem ini wajib pajak tidak hanya melaporkan

jumlah pajak yang terutang tetapi juga harus aktif menghitung,

menetapkan, menyetor sendiri pajak yang terutang. Fiskus berperan

untuk mengawasi dan melakukan penelitian terhadap Surat

Pemberitahuan (SPT) yang telah diisi dengan lengkap beserta

lampirannya, fiskus juga meneliti kebenaran perhitungan. Selain itu

untuk menguji kepatuhan wajib pajak, fiskus dapat melakukan

pemeriksaan.

c. Withholding System

Dalam sistem withholding wewenang untuk menentukan pajak

yang terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga (bukan oleh

fiskus dan bukan oleh wajib pajak). Misalnya pajak penghasilan atas

gaji, upah atau honorarium yang dihitung oleh pemberi kerja.

2.3 Pajak Daerah

21
2.3.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Siahaan (2016: 10) pajak daerah merupakan pajak

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah,

yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah

daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran

pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Menurut Prawoto (2010: 423) ciri-ciri pajak daerah di banyak

negara berkembang adalah sebagai berikut:

1) Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan

antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos

pemungutannya

2) Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu

besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya

menurun secara tajam. Tax base-nya harus merupakan perpaduan

22
antara prinsip keuntungan (benefit) dan kemampuan untuk membayar

(ability to pay).

2.3.2 Jenis Pajak Daerah

Lapangan pajak daerah hanya terbatas pada lapangan pajak

yang belum dipungut oleh negara (pusat). Berdasarkan Undang-

undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dalam

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, maka pembagian pajak daerah menjadi sebagai

berikut :

1) Pajak-pajak provinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

dan Pajak Kendaraan di Atas Air Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBNKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) Pajak Pemanfaatan Air

Bawah Tanah dan Air Permukaan Pajak Rokok

2) Pajak-pajak kabupaten/kota yang terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Parkir, Pajak Air

Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Pajak Hotel dan Restoran

2.4 Pengertian Pajak Hotel dan Restoran

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 20 dan

21, yang dimaksud dengan pajak hotel adalah :

23
1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel

Hotel adalah bangunan yang disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya

yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali

untuk pertokoan dan perkantoran.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 22

dan 23, yang dimaksud dengan pajak restoran adalah :

2. Pajak Restoran adalah adalah pajak atas pelayanan restoran.

Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang

disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga

atau catering.

3. Subjek Pajak

Subjek Pajak Hotel dan Restoran adalah orang pribadi atau badan

yang melakukan pembayaran atas pelayanan di hotel atau restoran

4. Objek Pajak

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor

4 Tahun 2005 tentang Pajak Hotel, objek pajak hotel adalah pelayanan

yang disediakan dengan pembayaran pelayanan di hotel. Yang

termasuk objek pajak hotel meliputi:

Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara

lain gubuk wisata (cottage), motel, wisma pariwisata. Pesanggrahan

(hostel), Losmen dan rumah penginapan termasuk home stay dengan

jumlah kamar 5 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah

24
penginapan.

Pelayanan penunjang antara lain telepon, faxmail, telex, foto

copy, pelayanan cuci, setrika, taxi dan pengangkutan lainnya yang

disediakan atau dikelolah hotel.

Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain pusat kebugaran

(fitness center), kolam renang, tennis, karaoke, pup, diskotik yang

disediakan dan dikelolah hotel. Jasa persewaan ruang atau kegiatan

acara pertemuan di hotel, penyewaan rumah atau kamar, apartemen

atau fasilitas tempat tinggal lainnya.

Yang dikecualikan dari objek pajak hotel adalah :

1) Asrama dan Pesantren

2) Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang

dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.

3) Pertokoan, Perkantoran, Perbankan, Salon yang dipakai oleh umum

di hotel.

4) Pelayanan perjalanan Wisata yang diselenggarakan oleh Hotel dan

dimanfaatkan oleh umum.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 5

Tahun 2005 tentang Pajak Restoran, objek pajak restoran adalah setiap

pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di dalam maupun di luar

restoran.

Yang termasuk objek pajak restoran meliputi penjualan makanan

atau minuman baik ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya

25
maupun pelayanan penjualan makanan dan minuman di luar tempat yang

disertai dengan fasilitas penyantapannya. Yang dikecualikan dari objek

pajak restoran adalah pelayanan jasa boga/catering untuk kegiatan sosial.

5. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan pajak hotel dan restoran adalah jumlah

pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan restoran.

6. Tarif Pajak hotel dan restoran

Peraturan Daerah kabupaten Manggarai Barat Nomor 3 tahun

2012 tarif pajak Hotel sebesar 10%, sedangkan PERDA Kabupaten

Manggarai Barat Nomor 4 tahun 2012 tarif pajak restoran sebesar

10%.

2.1 Kontribusi
2.1.1Pengertian kontribusi

Kontribusi adalah hasil manfaat dari suatu pekerjaan baik berupa

uang maupun jasa yang dapat dihitung berdasarkan suatu nilai, (Maria

Ekawati, 2019). Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian

kontribusi adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi

kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama- sama dengan pihak lain

untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Jadi yang

dimaksud kontribusi dalam penelitian ini adalah sumbangan yang didapat

dari pajak hotel dan restoran dalam rangka menunjang pendapatan asli

daerah Kabupaten Manggarai Barat.. Kontribusi pajak hotel dan restoran

terhadap PAD dapat dihitung dengan rumus:

26
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
TABEL 2.6
No Penelitian Judul Teknik Hasil penelitian
terdahulu analisisis
1. Kontribusi Teknik Dari hasil analisis
Dwi Anggiani Pajak Hotel analisisis kontribusi
Kartika Mn Dan Pajak kuantitatif penerimaan Pajak
(2019) Restoran Hotel dan
Terhadap Restoran terhadap
Pendapatan peningkatan
Asli Daerah Pendapatan Asli
Kota Makassar Daerah (PAD)
Kota Makassar
anggaran 2014-
2018 semakin
meningkat.
1. Eka Arif Bijak Efektivitas Metode Hasil penelitian
Saputro (2020) Dan Kuantitatif menunjukkan
Kontribusi Deskriptif bahwa efektivitas
Pajak Hotel pajak hotel dan
Dan Restoran pajak restoran
Terhadap pada 2012 - 2017
Pendapatan bervariasi.
Asli Daerah Tingkat
Kota efektivitas pajak
Surakarta hotel tertinggi
pada tahun 2013,
terendah pada
tahun 2015, pajak
restoran memiliki
efektivitas
tertinggi pada
tahun 2016 dan
terendah pada
tahun 2015.
Secara
keseluruhan,
kontribusi pajak
hotel dan pajak
restoran pada
tahun 2012 - 2017
memberikan
kontribusi yang
jauh lebih kecil
terhadap PAD.

27
2. Siti Analisis Teknik Hasil penelitian
Hardiyanti(2019) Kontribusi analisisis ini menunjukan
Pajak Hotel deskriptif kontribusi pajak
Dalam kualitatif hotel dalam kurun
Meningkatkan waktu tahun
Pendapatan 2015-2017
Asli Daerah mengalami
Kota fluktuaktif.
Palembang Dimana
presentase
kontribusi pajak
hotel terhadap
Pajak Daerah dan
Pendapatan Asli
Daerah terbesar
terjadi pada tahun
2016 sebesar
0,09% dan 0,06%.
Penurunan
kontribusi pajak
hotel terhadap
Pajak Daerah dan
Pendapatan Asli
Daerah Kota
Palembang pada
tahun 2015 dan
2017 yaitu
sebesar 0,08%
dan 0,05%.
Kontribusi pajak
hotel terhadap
Pajak Daerah dan
Pendapatan Asli
Daerah tergolong
sangat rendah.
3. Yuven Arino Kontribusi, Kuantitatif Hasil penelitian
Sambung(2010) Perbandingan ini menunjukan
Dari Tahun Ke bahwa: (1)
Tahun Dan kontribusi pajak
Prediksi Pajak hotel dan restoran
Hotel Dan terhadap
Restoran Pendapatan Asli
Terhadap Daerah rata-rata
Pendapatan sebesar 1,63%
Asli Daerah dan 2,61%; (2)
Perbandingan dari

28
tahun ke tahun
penerimaan pajak
hotel dan restoran
terus mengalami
perkembangan
yang terus
meningkat dari
tahun ke tahun;
(3) Prediksi
pendapatan pajak
hotel dan restoran
dari tahun 2010
sampai dengan
tahun 2015
menunjukkan
kenaikan.
4. ANNISA(2018) Kontribusi Deskriptif Dari hasil analisis
Pajak Hotel Kuantitatif kontribusi
Dan Pajak penerimaan pajak
Restoran hotel terhadap
Terhadap peningkatan
Peningkatan Pendapatan Asli
Pendapatan Daerah (PAD)
Asli Daerah Kabupaten Maros
Kabupaten tahun anggaran
Maros 2011- 2016 masih
tergolong rendah.
Dilihat secara
keseluruhan
selama enam
tahun terakhir
rata-rata
kontribusi pajak
hotel pada
peningkatan
pendapatan asli
daerah
dikategorikan
kurang
memberikan
kontribusi, karena
presentase
kontribusi sangat
jauh dari angka 4
%. Kurangnya
kontribusi pajak

29
hotel di
Kabupaten Maros
disebabkan
karena kurangnya
jumlah unit hotel
yang ada di
Kabupaten Maros
dan jenis hotel
yang hanya
berbintang 1 dan
2 saja. Dari hasil
analisis kontribusi
penerimaan pajak
retoran terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kabupaten Maros
tahun anggaran
2011-2016 dilihat
secara
keseluruhan
selama enam
tahun ini rata-rata
kontribusi yang
diberikan Pajak
Restoran pada
Pendapatan Asli
Daerah
dikategorikan
sangat
mempunyai
kontibusi karena
presentase
kontribusi diatas
4%. Peningkatan
kontribusi pajak
restoran di
Kabupaten Maros
disebabkan
karena banyaknya
pengembangan-
pengembangan
usaha serta
meningkatnya
minat suatu

30
masyarakat untuk
makan siap saji
serta
dipengaruhinya
tingkat
perekonomian
masyarakat. Dari
target dan
realisasi
penerimaan Pajak
Hotel dan
Restoran dari
tahun 2011-2016
menunjukkan
tingkat efektivitas
yang sangat
efektif untuk
Pajak Hotel dan
pajak restoran.

2.3 Kerangka Pemikiran

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

salah satunya bersumber dari Pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda),

yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan

hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam

melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah

(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009).

Pajak hotel dan restoran merupakan bagian dari pajak daerah

kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat

20 dan 21, yang dimaksud dengan pajak hotel adalah :

1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel

31
Hotel adalah bangunan yang disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya yang

menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk

pertokoan dan perkantoran.

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 3 Tahun

2012 Tentang Pajak Hotel menimbang:

a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

kemandirian Daerah, maka perlu diperoleh sumber-sumber

penerimaan daerah yang salah satunya bersumber dari Pajak Hotel;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf a

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, maka Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 22 dan 23,

yang dimaksud dengan pajak restoran adalah :

2. Pajak Restoran adalah adalah pajak atas pelayanan restoran.

Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman

yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga

atau catering.

Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 4 Tahun

2012 Tentang Pajak Restoran, menimbang:

a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

kemandirian Daerah, maka perlu diperoleh sumber-sumber

32
penerimaan daerah yang salah satunya bersumber dari Pajak Restoran;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf b

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, maka Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1, pendapatan

asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah

yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari

hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Jadi, salah satu sumber pendapatan asli daerah kabupaten Manggarai

Barat adalah pajak hotel dan restoran.

Bagan 2.2
Kerangka Pemikiran Teoritis

Pajak Daerah

Strategi Kontribusi
peningkatan Pajak hotel dan
Pajak hotel dan restoran
restoran

33
Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Manggarai
Barat

Sumber: Data diolah peneliti, 2019

BAB III
METODE PENELITIAN
2.1

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3

3.1

3.1.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah Kabupaten Manggarai Barat.

3.1.2 Waktu

Pengumpulan data dilakukan selama 6 (enam) bulan dari Juni-

Oktober 2022.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis data

3.2.1.1 Data kualitatif

Menggambarkan atau mendeskripsikan data yang terkumpul

dari dinas pengelolaan keuangan daerah kabupaten manggarai barat,

tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

3.2.1.2 Data kuantitatif

34
Mengukur seberapa besar Kontribusi pajak hotel dan restoran

terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Manggarai Barat dan

tingkat pertumbuhan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Manggarai

Barat.

3.2.2 Sumber data

3.2.2.1 Data primer

Bersumber dari keterangan, pernyataan dan informasi dari

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Manggarai Barat

dan wajib pajak yang dikumpulkan melalui wawancara dan

observasi yang dilakukan oleh peneliti.

3.2.2.2 Data sekunder

Bersumber dari dokumentasi, data arsip dari Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Manggarai Barat, data

arsip dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat, berita

dari media massa maupun media elektronik.

3.3 Defenisi Operasional Variabel

3.3.1 Pajak daerah

Menurut Siahaan (2016: 10) pajak daerah merupakan pajak yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah, yang

wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan

hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah

dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

daerah.

35
3.3.2 Pajak hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

Sedangkan yang dimaksud dengan hotel adalah fasilitas penyedia jasa

penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesangrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah

kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh. Variabel ini diukur dalam

satuan rupiah.

3.3.3 Pajak restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

restoran. sedangkan yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas

penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan

sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Variabel ini diukur dalam satuan

rupiah.

3.3.4 Pendapatan asli daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. PAD terdiri dari :

pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besarnya

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dinyatakan dalam satuan rupiah.

36
BAB III
BAB IIII
1.2
2.2
3.2
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kontribusi pajak hotel

dan restoran dari tahun ke tahun yang ada di Kabupaten Manggarai Barat

3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah semua kontribusi pajak hotel dan

restoran terhadap PAD dari tahun 2019-2022 yang ada di kabupaten

Manggarai Barat.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah:

3.5.1 Wawancara

Tipe wawancara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data yaitu wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara

tidak terstruktur, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak

terstruktur dimulai dengan mengeksplorasi topik penelitian bersama

partisipan yaitu bidang yang bersangkutan terkait topik penelitian di

Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Manggarai Barat dan wajib

37
pajak. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu

atau permasalahan yang ada. Interaksi antara pewawancara dan partisipan

bersifat bebas, sehingga isi wawancara terkadang sangat kaya akan detail

dan mampu mengungkapkan informasi yang baru (Sugiyono, 2016:74).

3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penelitian kualitatif untuk

memperoleh suatu gambaran atau kejadian masa lalu melalui informasi

dari data yang berkaitan dengan objek penggalian informasi tertentu.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber dalam

bentuk dokumen dan arsip-arsip yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

Pada penelitian ini dokumentasi berupa foto, rekaman wawancara bersama

pihak Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan wajib pajak, dan arsip

berupa data target dan realisasi penerimaan pajak hotel dan pajak restoran.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah aktivtias yang

dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung, dilakukan

mulai dari mengumpulkan data sampai pada tahap penulisan laporan (Afrizal,

2016:176). Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis kontribusi pajak hotel dan restoran di Kota Labuan

Bajo Kabupaten Manggarai Barat maka digunakan rumus:

penerimaan pajak
K= × 100%
total PAD

38
Keterangan :

K : Kontribusi

Penerimaan pajak : Total Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

∑PAD : Realisasi Pendapatan Asli Daerah

2. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pajak hotel dan restoran,

(Halim, 2007: 241)

Xt−x (t−1)
G x= ×100 %
x (t −1)

Keterangan:

Gx = Pertunbuhan realisasi penerimaan pajak hotel dan pajak restoran per

tahun.

xt= Realisasi penerimaan pajak hotel dan pajak restoran serta tertentu.

X = Realisasi penerimaan pendapatan pada tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk menggambarkan indikator dalam menilai kontribusi

pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah maka digunakan

indikator pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 klasifikasi kriteria kontribusi, (Halim, 2007: 241)

Persentase Kriteria

0,00%-10% Sangat kurang

10,01%-20% Kurang

20,01%-30% sedang

39
30,01%-40% Cukup baik

40,01%-50% Baik

Diatas 50% Sangat baik

3. Reduksi data

Merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Kesimpulan dan verifikasi data

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir

dalam teknik analisis data kualitatif yang dilakukaan untuk melihat reduksi

data dan tetap mengacu pada tujuan analisis yang hendak dicapai.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bratahkusumah, Dedy Supriady dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi


Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Penerbit UUP STIM YKPN,
Yogakarta

Darwin, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Jakarta: Mitra Wacana


Media,2010).

Bratakusumah, Supriady dan Solihin. 2001. Otonomi


Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik).


Jakarta: Bumi Aksara.

Halim, Abdul Kusufi. 2007. Akuntasi Sektor Publik(Akuntansi


Keuangan Daerah). Jakarta: Salemba Empat.

41
Halim, Abdul Kusufi. 2012. Akuntasi Sektor Publik(Akuntansi
Keuangan Daerah). Jakarta: Salemba Empat.

Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups


(sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif). Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

Ikhsan, Salomo. 2002. Keuangan Daerah di Indonesia. Jakarta: STIE-LAN


Press. Ilyas, Wirawan. Burton, Richard. 2013. Hukum Pajak. Jakarta:
Salemba Empat.

Kurniawan, Panca. Purwanto, Agus. 2006. Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah di Indonesia. Malang: Bayumedia.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta:

Erlangga. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen

Keuangan Daerah. Yogyakarta:


Andi.Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

42
43

Anda mungkin juga menyukai