Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TATA KELOLA SUMBER DAYA MENUSIA PEMERINTAHAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RAHMAWATI
NIM : 091901018
KELAS :A
SEMESTER : 4 (GENAP)

DOSEN PENGAMPU : ANWAR SADAT, S.Sos,.M.IP

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2021
KATA PENGANTAR

Bismillah hirahmanirrahim

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur kami panjatakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Tata Kelola
Sumber Daya Manusia Pemerintahan” tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah  menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan
manusia cerdas dan berwawasan luas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu
yang kami miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa pihak, makalah ini dapat
terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan.

Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan kepada
kami dan semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR
................................................................................................................................................

DAFTAR ISI
................................................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang


................................................................................................................................................
1

1.2 Rumusan Masalah


................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
................................................................................................................................................

2.1 Pengalaman yang Anda Lihat dan Rasakan tentang Good Governance

di Pemerintah
..........................................................................................................................................

3
ii
2.2 Good Governance Menurut Para Ahli
..........................................................................................................................................

2.3 Konsep Good Governance dan Clean Good Governance


..........................................................................................................................................

2.4 Sejarah Lahirnya Good Governance


..........................................................................................................................................

2.5 Aktor yang Berperan dalam Good Governance


..........................................................................................................................................

11

2.6 Dinamika atau Dampak Perkembangan dalam Good Governance


..........................................................................................................................................

12

BAB III PENUTUP


................................................................................................................................................

13

3.1 Kesimpulan
................................................................................................................................................
13

3.2 Saran
................................................................................................................................................
13

DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................................................................

14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah atau ”government” dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “The authoritative


direction and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city,
etc” (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah
negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik,
kebahasaan governance berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata
kepemerintahan yang baik.
Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi World Bank, Good
Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya
aktifitas usaha. Hal ini bagi pemerintah maupun swasta di Indonesia ialah  merupakan suatu 
terobosan mutakhir dalam menciptakan kredibilitas publik dan untuk melahirkan bentuk
manajerial yang handal
Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Good corporate adalah
tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih. Governance without goverment berarti bahwa
pemerintah tidak selalu di warnai dengan lembaga, tapi termasuk dalam makna proses
pemerintah (Prasetijo, 2009)
Governance berbeda dengan government yang artinya pemerintahan.
Karena government hanyalah satu bagian dari governance. Bila pemerintahan adalah sebuah
infrastruktur, maka governance juga bicara tentang suprastrukturnya. Banyak sekali definisi
tentang good governance. Kita ambil satu saja untuk sebagai bahan analisa. Bank Dunia dalam
laporannya tentang governance and development tahun 2002 mengartikan good governance
sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan
yang bertanggung jawab pada publiknya (Bintan R. Saragih 2008)

iv
Tujuan suatu negara tidak lain untuk mewujudkan masyarakat dengan kehidupan yang baik
(Good Life), dimana yang terdapat dalam fungsi negara yaitu melaksankan kepentinngan rakyat
dengan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita negara..masyarakat sebagai pelaksana
dan tingkatan pemerintah negara sebagai pengelola sumber daya pembangunan.mterjadi
berbagai permasalahan seperti krisis ekonomi di Indonesia antara lain menunjukkan tatacara
peneyelenggara pemerintah dalam mengelola pembangunanyang tidak diatur dengan baik.
Akibatnya menimbulkan masalah-masalah yang lain sehingga masyarakat mejadi terhambat
dalam proses pengembangan ekonomi Indonesai, sehngga dampak negatif dirasakan seperti
peningkatan pengangguran, jumlah penduduk miskin yang bertambah, tingkat kesehatan yang
menurun, dan bahkan konflik-konflik yang terjadi diberbagai daerah.
Penyelenggara pemerintah yang baik sangat dibutuhkan yang dimana menjadi landasan
pembangunan dan pembuatan kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Oleh
karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar segala permasalahan yang
timbul apat diminimalkan, dipecahkan dan juga dipulihkan segala bidang dalam masyarakat agar
dapat berjalan baik dan lancar. Disadari, dalam mewujudkan tata pemerintahan membutuhkan
waktu yang tidak singkat dan upaya yang didukung dari segala pihak swasta dan masyarakat
harus bersatu dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Pengalaman yang Anda Lihat dan Rasakan tentang Good Governance di
Pemerintah?
2. Apa Pengertian Good Governance Menurut Para Ahli?
3. Bagaimana Konsep Good Governance dan Clean Good Governance?
4. Bagaimana Sejarah Lahirnya Good Governance?
5. Siapa saja Aktor yang Berperan dalam Good Governance?
6. Bagaimana Dinamika atau Dampak Perkembangan dalam Good Governance?

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengalaman Anda tentang Good Governace di Pemerintah yang Dapat dilihat dan
dirasakan

Good Governance (Tata kelola yang baik), dalam bahasa inggris yaitu Good Governance
yang merupakan serangkaian proses yang berlaku untuk kedua organisasi sektor publik dan
swasta untuk menentukan keputusan. Good Governance dapat menjamin ini meskipun penuh
semuanya akan mejadi sempurna. Namun, jika dipatuhi jelas daoat mengurangi penyalahgunaan
kekuasaan dan korupsi.
Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik akan tercermin
dalam bidang yang memiliki peran yang penting dalam gerakroda suatu pemerintahan di
Indonesia yang meliputi: bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum.
Yang dapat kita lihat dan rasakan adalah berbagai permasalahan nasional menjadi alasan
belum maksimalnya good governance. dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance
maka 3 pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support, dan
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan terutama antara
pemerintah dan masyarakat menjadi bagian penting tercapainya good governance. jika tanpa
adanya good good governance, akan sulit bagi masing-masing pihak untuk dapat saling
berkontribusi dan saling mengawasi.
Good governance tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan
pemerintah yang tida dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi boomerang yang bisa balik
menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk apanila tidak dipakai sebagaimana
mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran masing-
masing dalam pemerintah. Setiap pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.

vi
2.2 Pengertian Good Governance Menunrut Para Ahli

Nah, dari banyaknya versi dari definisi dan pengertian good governance. Di kesempatan ini
akan diulas tentang pengertian good governance menurut para ahli secara lengkap. Berikut
penjelasannya :

1. Pengertian Good Governance Menurut World Bank (Bank Dunia)

Good Governance menurut pengertian World Bank adalah suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Selain itu Bank dunia juga mensinonimkan
Good Governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif di antara negara, sector dan
masyarakat

2. Pengertian Good Governance Menurut LAN dan BPKP

Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan Negara, oleh sebab itu,
melaksanakan penyediaan Public goods dan services. Good Governance yang efektif menuntut
adanya “alignment “ (koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme serta etos kerja dan
moral yang tinggi. Agar kepemerintahan yang baik menjadi realitas dan berhasil diwujudkan,
diperlukan komitmen dari semua pihak, pemerintah, dan masyrakat.

3. Pengertian Good Governance Menurut UNDP

Good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta
dan masyarakat (society) dalam prinsip-prinsip; partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat
tanggap, membangun konsesus, kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggungjawab serta visi
stratejik.

4. Pengertian Good Governance Menurut Bintoro Tjokroamidjojo

Bintoro Tjokroamidjojo memandang good governance sebagai suatu bentuk manajemen


pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan, yang menempatkan peran
pemerintah sentral yang menjadi agent of change dari suatu masyarakat berkembang/developing
di dalam negara berkembang.

vii
5. Pengertian Good Governance Menurut Kashi Nisjar

Kashi Nisjar (1997) dalam Domai (2001) mengemukakan bahwa secara umum good governance
mengandung unsur utama yang terdiri dari akuntablitas, transparansi, keterbukaan dan aturan
hukum.

6. Pengertian Good Governance Menurut Kooiman

Kooiman (1993) berarti merupakan serangkaian kegiatan (proses) interaksi sosial politik antara
pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut.

7. Pengertian Good Governance Menurut J.B.Kristiadi

J.B.Kristiadi berpendapat bahwa Good Governance dicapai melalui pengaturan yang tepat
diantara dua fungsi pasar dan fungsi organisasi termasuk organisasi publik, sehingga tercapai
transaksi transaksi dengan biaya rendah.

viii
2.3 Konsep Good Governence Dan Clean Good Governance

Konsep governance menurut Stoker (Kurniawan, 2006) pengembangan dari gaya memerintah
dimana batas-batas antara sektor publik dan sektor privat menjadi kabur. Pengaburan batas-batas ini
sejalan dengan kebutuhan Negara-negara modern untuk lebih melibatkan mekanisme politik dan
pengakuan akan pentingnya isu-isu yang menyangkut empati dan persanaan dari publik untuk terlibat,
sehingga memberikan kesempatan untuk mobilisasi sosial dan politik. Pemerintah akan memilki peran
yang penting dalam menciptakan lingkungan politik pemerintahan yang kondusif, sektor swasta
menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,
ekonomi dan politik (Rakhmat, 2009).

Istilah good governance kembali mencuat pada tahun 1980an terutama dalam diskusi yang bertajuk
pembangunan. Governance merupakan redefinisi dari mendesain dan menemukan kembali konsep
administrasi publik (Wrihatnolo & Riant, 2007 : 125). Good Governance mempunyai karakteristik
sebagai berikut:

1. Participation, yaitu setiap warga memiliki suara dalam pembuatan keputusan, secara
langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang merepresentasikan
kepentingannya.
2. Rule of law, yaitu adanya kepastian hukum tanpa pandang bulu, terutama
menyangkut HAM
3. Transparency, dibangun atas kebebasan informasi
4. Responsiveness, setiap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus
melayani stakeholders
5. Consensus orientation, good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
6. Equity, publik memiliki kesempatan untuk menjaga kesejahteraan.
7. Effectiveness and efficiency, proses lembaga menghasilkan produk sesuai dengan
yang digariskan dan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan efisien dan
efektif.
8. Accountability, pembuat kebijakan/ keputusan baik pemerintah, swasta maupun civil
society atau Civil social organization harus bertanggungjawab pada publik dan
stakeholders (Tangkisan, 2005 : 115).
Pelaksanaan Good Governance dan Clean Governance dalam Sistem Pemerintahan Nagari
Hambatan dalam pelaksanaan Good Governance adalah masih kita rasakan belum terciptanya

ix
tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, Birokrasi yang masih belum efesien, masih
membutuhkan waktu yang lama, masih berbelit belit, masih terjadi yang namamya
dunsanakisme, ketika ada hubungan kekerabatan baru pelayanannya berkualitas, tidak terjadi
transparancy keuangan di nagara, bahkan akuntabilitas masih belum bagus begitu banyak
hambatan atau kendalanya adalah di sebabkan oleh mesin birokrasi yang tidak berjalan sesuai
dengan relnya.

Kita merasakan masih bayaknya terjadinya koropsi karena sistem tata kelola belum efektif,
terbuktinya otonomi kebablasan bahkan hari ini yang terjadi korupsi tidak hanya di pusat tapi
telah berimbas ke Negara, berbeda dengan rezim orde bari yang berani korupsi hanya pusat. Tapi
hari ini justru telah terjadi raja raja kecil di daearah dengan terciptanya pemindahan ladang
korupsi secara berjemaah dan di kololam oleh DPRD. Prilaku yang sesuai dengan perananya
selaku abdi tersebut.

Keseluruhan prilaku para anggota birokrasi tercermin pada pelayanan pada seluruh
masyarakat. Karena penerapan prinsip Fungsionalisasi, spesialisasi dan pembagian tugas, sudah
barang tentu menjadi bagian masyarakat suatu institusi tertentu. Prinsip pelayanan yang harus di
berikan kepada rakyat atau masyarakat oleh birokrat adalah pelayanan yang bersifat adil, cepat ,
ramah, korek tanpa diskriminasi dan tanpa pilih kasih. Karena itu, ungkapan yang mengatakan
bahwa para pegawai negeri adalah melayani bukan untuk di layani, hendaknya terwujud dalam
praktek dan realisasinya dan akan tidak ada artinya kalau hanya pada tataran konsep tanpa di
tuangkan ke prakteknya dan kita tidak inginkan hanya ungkapan tersebut hanya menjadi slogan
tanpa di ikuti makna.

Dengan kata lain, teramat penting untuk mengupayakan agar para anggota birokrasi
menghindari prilaku yang tidak sesuai dengan perananya selaku abdi negara mayarakat. Dari
inilah, “penting di pahami patologi birokrasi yang bersumber dari keprilakuan” . Pemahaman
tentang prilaku dalam kaitanya pada birokrasi, mutlak perlu di soroti dari sudut andang etos kerja
dan kultur organisasi yang berlaku adalah kultur sosial yang luas. Hambatan Pelaksanaan Good
Governance selanjutnya adalah permasalahan atau tantangan masa depan Sistem Pemerintahan
nagari menurut penulis adalah tidak terciptanya good local governance, tata kelola
pemerintahanyang baik dan bersih dan konsekuensinya adalah munculnya raja, raja kecil dari

x
daerah, korupsi yang semakin bersarang di daerah, artinya seolah-olah otonomi daerah memberi
peluang pemindahan korupsi dari pusat kepada daerah.

Pemekaran dalam daerah yang tidak proporsional, banyak pelimpaan kewenangan yang
menyimpang sehinga bupati lebih presiden dari presiden sendiri. Persoalan diatas sebagai
solusinya perlu good local governance agar daerah lebih efektif dan efeien dan akuntabilitas di
dalam penyelengaraan sistem desentaralisasi

Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance dan Clean Good
Governance) dapat di katakan baik apabila sistem pelayanannya yang baik maka produk
pelayanan itu akan berjalan sesuai dengan rel yang ada. Standar buruk atau baik tata kelola
pelayanan yang baik dan bersih sangat di tentukan pemberian layanan publik yang lebih
professional dan efektif, efisien, sederhana, transparan, tepat waktu, responsive dan adaptif, dan
sekaligus dapat membangun kualitas individu dalam arti menigkatkan kapasitas individu dan
masyarakat untuk secara aktif masa depannya. Responsif, kemauan untuk membantu konsumen
bertanggung jawab terhadap mutu layanan yang diberikan,competen tuntutan yang dimiliki,
pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan. Pelayanan
publik (publik services) merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai
abdi masyarakat dan abdi Negar

Pelayanan publik (publik services) oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai abdi masyarakat dan abdi Negara. Pelayanan
publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga Negara)
dari suatu Negara kesejahteraan (welfare state). Dan sekali lagu tujuan dari good governce
sebagai tujuan Primer adalah mewuhkan pendidikan politik kepada masyrakat (demokrasi)
sementara tujuan sekunder dari Good Governance adalah menciptakan sistem pelayanan yang
efesien dan efektif, akuntabilitas, tapai yang menjadi perslan sekarang adalah good governance
lebh fokus kepada pelayan publik, artinya ketika seseorang berbicra Good Local Governnace
maka yang terbayang di depan matanya adalah elayann yang efektif dan efesien. Pelayanan
publik dapat diartikan disini adalah pemberi layanan atau keperluan orang aatau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.

xi
2.4 Sejarah Lahirnya Good Governance

Transformasi government sepanjang abad ke-20 pada awalnya ditandai dengan konsolidasi
pemerintahan demokratis (democratic government) di dunia Barat. Tahap II berlangsung pada
pasca Perang Dunia I, diindikasikan dengan semakin menguatnya peran pemerintah. Pemerintah
mulai tampil dominan, yang melancarkan regulasi politik, redistribusi ekonomi dan kontrol yang
kuat terhadap ruang-ruang politik dalam masyarakat. Peran negara pada tahap ini sangat
dominan untuk membawa perubahan sosial dan pembangunan ekonomi. Tahap III, terjadi pada
periodisasi tahun 1960-an sampai 1970-an, yang menggeser perhatian ke pemerintah di negara-
negara Dunia Ketiga. Periode tersebut merupakan perluasan proyek developmentalisme
(modernisasi) yang dilakukan oleh dunia Barat di Dunia Ketiga, yang mulai melancarkan
pendalaman kapitalisme. Pada periode tersebut, pendalaman kapitalisme itu diikuti oleh kuatnya
negara dan hadirnya rezim otoritarian di kawasan Asia, Amerika Latin dan Afrika. Modernisasi
mampu mendorong pembangunan ekonomi dan birokrasi yang semakin rasional, partisipasi
politik semakin meningkat, serta demokrasi semakin tumbuh berkembang merupakan asumsi
perspektif Barat yang dimanifestasikan dalam tahapan tersebut.
Perspektif ini kemudian gugur, karena pembangunan ekonomi di kawasan Asia dan Amerika
Latin diikuti oleh meluasnya rezim otoritarian yang umumnya ditopang oleh aliansi antara
militer, birokrasi sipil dan masyarakat bisnis internasional (Bourgon, 2011). Tahap IV, ditandai
dengan krisis ekonomi dan finansial negara yang melanda dunia memasuki dekade 1980-an.
Krisis ekonomi juga dihadapi Indonesia yang ditandai dengan anjloknya harga minyak tahun
1980-an. Krisis ekonomi pada periode 1980-an mendorong munculnya cara pandang baru
terhadap pemerintah. Pemerintah dimaknai bukan sebagai solusi terhadap problem yang
dihadapi, melainkan justru sebagai akar masalah krisis. Karena itu pada masa ini berkembang
pesat “penyesuaian struktural”, yang lahir dalam bentuk deregulasi, debirokratisasi, privatisasi,
pelayanan publik berorientasi pasar. Berkembangnya isu-isu baru ini menandai kemenangan
pandangan neoliberal yang sejak lama menghendaki peran negara secara minimal, dan sekaligus
kemenangan pasar dan swasta. Tahap V, adalah era 1990-an, dimana proyek demokratisasi (yang
sudah dimulai dekade 1980-an) berkembang luas seantero jagad. Pada era ini muncul cara
pandang baru terhadap pemerintahan, yang ditandai munculnya governance dan good
governance. Perspektif yang berpusat pada government bergeser ke perspektif governance.
Sejumlah lembaga donor seperti IMF dan World Bank dan para praktisi pembangunan

xii
internasional yang justru memulai mengembangkan gagasan governance dan juga good
governance.
Pada Good Governance telah dibedakan antara Government dengan Governance.
Government lebih bersifat tertutup dan tidak sukarela, tidak bisa melibatkan Cso dan swasta /
privat dalam membentuk struktur keorganisasiannya. Hal ini berbeda dengan sifat governance
yang lebih terbuka dalam struktur keorganisasian dan bersifat sukarela. Governance melibatkan
seluruh aktor baik publik maupun privat dalam membentuk struktur sehingga bisa menempatkan
pengarutan kebijakan sesuai kebutuhan fungsionalitasnya . Governance dilihat dari dimensi
konvensi interaksi memiliki ciri konsultasi yang sifatnya horizontal dengan pola hubungan yang
kooperatif sehingga lebih banyak keterbukaan. Government justru sebaliknya, hierarki
kewenangan yang telah menjadi mainset mengakibatkan pola hubungan banyak bersifat konflik
dan penuh dengan kerahasiaan. Dilihat dari dimensi distribusi kekuasaan, governance memiliki
ciri dominasi negara sangat rendah, lebih mempertimbangkan kepentingan masyarakat
(publicness) dalam pengaturan kebijakan dan adanya keseimbangan antaraktor. Dalam
government justru dominasi negara sangat kuat dan tidak ada keseimbangan yang terjadi
antaraktor (Kurniawan, 2007 : 15-16).
Istilah governance sebenarnya sudah dikenal dalam literatur administrasi dan ilmu politik
hampir 120-an tahun, terutama oleh Woodrow Wilson, yang kemudian menjadi Presiden
Amerika Serikat ke 27. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam literatur politik
dengan pengetian yang sempit. Wacana tentang governance yang diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia sebagai tata-pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan atau pengelolaan
pemerintahan, tata-pamong baru muncul sekitar 20-an tahun belakangan, terutama setelah
berbagai lembaga pembiayaan internasional menetapkan “good governance” sebagai persyaratan
utama untuk setiap program bantuan mereka. Oleh para teoritisi dan praktisi administrasi negara
Indonesia, istilah “good governance” telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya,
penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang
baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggunjawab (LAN), dan ada juga
yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih (clean government) (Efendi,
2005).

xiii
2.5 Aktor Yang Berperan Dalam Good Governance

Pengembangan dan pengelolaan dalam era governance tidak bisa lepas dari 3 (tiga) aktor
yaitu :
1. Pemerintah,
2. Masyarakat, dan
3. Swasta
Peran antara tiga aktor governance ini harus saling bersinergi dan bekerjasaam untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, karena peran antara tiga aktor governance memberikan
dampak dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah, masyarakat dan swasta
sudah berjalan yaitu dalam memperdayakan masyarakat serta membangun sarana dan
memberikan pelatihan serta keamanan, kemudian Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bentuk
partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelatihan, dan swasta (lembaga) dalam membuat paket
wisata. Namun masih terdapat beberapa kekurangan yaitu:
a) Arus koordinasi dari ketiga pihak yang masih belum efektif,
b) Komunikasi anatara swasta (lembaga) dengan pemerintah dan pemerintah dengan
masyarakat belum efektif,
c) Belum adanya payung hukum ataupun peraturan-peraturan tertulis, dan
d) Sarana prasarana dan tata kelola yang belum teratur.
Saran dan rekomendasi anatar lain:
a) Penguatan peran pemerintah, lembagadan masyarakat serta keefektifan sinergi antar
pemangku kepentingan,
b) Perlu dibuatnya landasan hukum, legal formal dan peraturan-peraturan yang dibuat
pemerintah,
c) Perlu meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pariwisata, dan
d) Peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal.

xiv
2.6 Dinamika Atau Dampak Perkembangan Good Governance

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang baik
dan sinergi antar pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-
sumber alam, sosial, lingkungan, dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapaai good
governance adalah adanya trasparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum,
efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan Negara yang baik maka
harus ada keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan. Konsep good
governance dapat diartikan acuan untuk proses dan struktur hubungan politik dan social ekonomi
yang baik.

Dampak terhadap perkembangan good governance adalah kegagalannya dalam memasukkan


arus globalisasi dalam pigura analisisnya. Dalam good governance seolah-olah kehidupan hanya
berkutat pada interaksi antara pemerintah di negara tertentu, pelaku bisnis di negara tertentu
dengan rakyat di negara tertentu pula. Tentulah ini sangat naif, secara kenyataan bahwa aktor
yang sangat besar dan bekuasa di atas ketiga elemen tersebut tidak dimasukkan dalam hitungan,
aktor tersebut adalah dunia internasional. Merestrukturisasi pola relasi pemerintah, swasta dan
masyarakat secara domestik dengan mengabaikan peran aktor internasional adalah pengingkaran
atas realitas global. Dampak dari pengingkaran ini adalah banyaknya variable, yang sebenarnya
sangat penting, tidak masuk kedalam hitungan. Variabel-variabel yang absen itu adalah kearifan
lokal (akibat hegemoni terma “good” oleh Barat) dan dampak dari kekuatan kooptatif
internasional. Secara konseptual keberhasilan penerapan good governance di berbagai dunia
akan selayaknya juga dibarengi dengan dampak kuatnya fundamental ekonomi rakyat.
Kenyataannya, relasi antara kesejahteraan rakyat dengan good governance tidaklah seindah teori.
Makin merekatnya hubungan antara negara, bisnis dan rakyat ternyata tidak serta merta
menguatkan fundamental ekonomi rakyat. Pukulan krisis pangan adalah bukti konkrit yang tidak
bisa dipecahkan oleh good governance.

xv
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean Governance) merupakan
segala hal yang terkait dengan model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan, dan
bertanggung jawab. Semua unsur dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling
berbenturan, dan memperoleh dukungan dari rakyat.
Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya Good and Clean
Governance. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip Good and Clean Governance, maka tiga
pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil, saling menjaga, mensupport dan
berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan negara. Pemerintah dan masyarakat menjadi bagian
penting tercapainya good governance. Good governance tidak akan bisa tercapai apabila
integritas pemerintah dalam menjalankan pemerintah tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan
menjadi bumerang yang bisa balik menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk
apabila tidak dipakai sebagaimana mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus
terjamin sebagai wujud peran masing-masing dalam pemerintah. Setiap pihak harus bergerak dan
menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.

3.2 Saran

Penerapan Good Governance di Indonesia maupun di beberapa negara masih perlu adanya
evaluasi dan perbaikan demi terselenggaranya kehidupan bernegara yang lebih baik lagi.
Pembuatan makalah Good Governance memerlukan banyak sumber yang mendukung. Banyak
sumber yang mencantumkan perbedaan pendapat, namun masih dalam pokok yang sama, maka
diperlukan kecermatan dalam memilah materi bagi penulis.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Gadjah Mada
University Press. 2005

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2000. Memahami good Governance. PT. Gava Media Madani.
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Predana Media Group.

Anonim. Sepuluh Prinsip Good Governance. 2010. http://knkg-


indonesia.com/home/news/93-10-prinsip-good-governance.html. [Diakses pada 20.15 WIB,
Minggu, 6 Desember 2015]

Anonim. Pengertian Good Governance menurut Ahli. 2011.


http://kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1067. [Diakses pada 16.05 WIB, Sabtu, 5
Desember 2015]

Anonim, Pengertian Good Governance menurut Ahli, 2011,


(http://kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1067)

Mardoto. Mengkritisi Good Governance di Indonesia. 2009.


http://mardoto.com/2009/04/30/suara-mahasiswa-009-mengkritisi-clean-and-good-governance-
di-indonesia/. [Diakses pada 21.00 WIB, Minggu, 6 Desember 2015]

https://www.google.com/amp/s/sosiopublika.wordpress.com/2014/10/31/good-governance-
and-clean-governance/amp/

xvii

Anda mungkin juga menyukai