Anda di halaman 1dari 4

REVIEW MATERI PROSES PERUMUSAN (FORMULASI) KEBIJAKAN

PUBLIK
Formulasi kebijakan publik adalah langkah yang paling awal dalam proses
kebijakan publik secara keseluruhan, oleh karena apa yang terjadi pada tahap ini
akan sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu pada
masa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu adanya kehati-hatian lebih dari para
pembuat kebijakan ketika akan melakukan formulasi kebijakan publik ini. Yang
harus diingat pula adalah bahwa formulasi kebijakan publik yang baik adalah
formulasi kebijakan publik yang berorientasi pada implementasi dan evaluasi.
Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan publik merupakan
tahapan yang paling penting. Formulasi kebijakan bisa dikatakan sebagai inti dari
proses kebijakan. Karena formulasi kebijakan berperan untuk menjawab public
affairs yang ada di masyarakat melalui pengambilan kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah. Formulasi kebijakan ini sendiri merupakan mekanisme untuk
memecahkan masalah publik yang sudah masuk dalam agenda pemerintah.
Dalam merumuskan atau memformulasikan sebuah kebijakan publik
sendiri para aktor-aktor pembuat kebijakan bertarung menawarkan alternatif
kebijakan sampai akhirnya dipilihlah alternatif kebijakan yang benar-benar bisa
mengatasi permasalahan yang muncul dalam sebuah kebijakan publik tertentu.
Setiap kebijakan publik mempunyai tujuan yang ingin dicapai, agar dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut dapat di terima oleh lapisan masyarakat dan tidak
mendapat penolakan dari masyarakat. Pada dasarnya kebijakan publik selalu
mengandung multi-tujuan yaitu untuk menjadikan kebijakan itu sebagai kebijakan
yang adil dan seimbang dalam mendorong kemajuan kehidupan bersama.
Formulasi kebijakan menurut Thomas R.Dye (1995) merupakan usaha
pemerintah melakukan intervensi terhadap kehidupan publik sebagai solusi
terhadap setiap permasalahan di masyarakat. Intervensi yang dilakukan dapat
memaksa publik, karena pemerintah diberi kewenangan otoritatif. Kewenangan
otoritatif pemerintah itulah yang berdampak pada adanya produk kebijakan publik
yang justru terlahir bukan untuk kepentingan publik semata, namun terkadang
hanya untuk legitimasi kepentingan kelompok dan golongan tertentu. Begitu
banyak kebijakan yang tidak memecahkan masalah kebijakan, bahkan hanya
menciptakan masalah-masalah baru (new problems). Beberapa contoh kebijakan
yang menuai masalah, kebijakan kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan
Megawati, SBY, dan Jokowi termasuk kenaikan tarif dasar listrik, penghapusan
subsidi BBM, dan penghapusan subsidi listrik. Disinilah diperlukan analisa
kebijakan yang tepat, karena sebagian besar kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pasti tidak memuaskan. Akan tetapi juga kita tidak dapat
memungkirinya, bahwa setiap kebijakan bermuara pada sebuah keputusan, dan
setiap keputusanpun bermuara pada dua hal, yakni: kepuasan dan keputus-asaan
publik.
Tak bisa dipungkiri dalam konteks indonesia dalam dunia pemerintahan
banyak hal yang menjadi perbincangan bersama, bahwa pemerintah yang menjadi
kuasa dalam seluruh dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara seringkali
melakukan atau membuat kebijakan yang hanya berdasar pada kepentingan
kelompok ataupun golongan yang tidak sama sekali berpihak kepada masyarakat
pada umumnya apalagi untuk mensejahterakan. Proses pembuatan kebijakan
sangat rentan terjadi kepentingan-kepentingan politik yang hanya melanggengkan
kepentingan orang-orang tertentu sehingga pada implikasinya kebijakan atau
keputusan yang dibuat tidak pernah hadir atau berdampak dilingkungan
masyarakat pada umumnya, hal ini dapat meruasak tatanan demokrasi yang pada
hakekatnya demokrasi adalah memperhatikan kepentingan bersama,
mensejahterakan kehidupan bangsa untuk mencapai sebuah cita-cita bangsa yang
adil dan makmur.
Proses formulasi kebijakan sendiri terdiri dari beberapa tahap, yang
pertama yaitu problem identification atau identifikasi masalah terkait isu
kebijakan yang muncul dan tentunya berdampak luas khususnya bagi publik
sehingga memerlukan pengaturan atau kebijakan baru dari pemerintah. Tahapan
kedua setelah pemerintah menangkap isu tersebut, perlu dibentuk tim perumus
kebijakan. Tim kemudian secara paralel merumuskan naskah akademik atau
langsung merumuskan draf nol kebijakan. Setelah terbentuk, langkah ketiga yaitu
rumusan draf nol kebijakan tersebut didiskusikan bersama forum publik, dalam
jenjang sebagai berikut :
a. Forum publik yang pertama, yaitu para pakar kebijakan dan pakar yang
berkenaaan dengan masalah terkait.
b. Forum publik kedua, yaitu dengan instansi pemerintah yang merumuskan
kebijakan tersebut.
c. Forum publik yang ketiga dengan para pihak yang terkait atau yang
terkena impact langsung kebijakan, yang disebut juga benificiaries.
d. Forum publik yang keempat adalah dengan seluruh pihak terkait secara luas,
menghadirkan tokoh masyarakat, termasuk didalamnnya lembaga swadaya
masyarakat yang mengurusi isu terkait.
Hasil diskusi publik kemudian dijadikan materi penyusunan pasal-pasal
kebijakan yang akan dikerjakan oleh tim perumus kebijakan. Draf ini disebut Draf
1. Draf 1 didiskusikan dan diverifikasi dalam focused group discussion yang
melibatkan dinas/instansi terkait, pakar kebijakan, dan pakar dari permasalahan
yang akan diatur. Tim perumus merumuskan Draf 2, yang merupakan Draf Final
dari kebijakan. Draf final kemudian disahkan oleh pejabat berwenang, untuk
kebijakan UU, dibawa ke proses legislasi yang secara perundang-undangan telah
diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011.

Menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan


Negara (2000:77-101) beliau juga mengemukakan pendapatnya bahwa ada empat
langkah dalam proses pengambilan kebijakan publik, yaitu:
1. Perumusan Masalah (defining problem)
Perumusan masalah merupakan sumber dari kebijakan publik, dengan
pemahaman dan identifikasi masalah yang baik maka perencanaan
kebijakan dapat di susun, perumusan masalah dilakukan oleh mereka
yang terkena masalah atau orang lain yang mempunyai tanggung
jawab dan pembuat kebijakan harus mempunyai kapasitas untuk itu.
Proses kebijakan publik di mulai dengan kegiatan merumuskan
masalah secara benar, karena keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan perumusan kebijakan ini akan sangat berpengaruh pada
proses pembuatan kegiatan ini dan pembuatan kebijaksanaan
seterusnya.

2. Agenda Kebijakan
Abdul Wahab (2004:40) menyatakan bahwa suatu masalah untuk
masuk ke dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu:
1. Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia praktis
tidak lagi bisa diabaikan begitu saja.
2. Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat
menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik.
3. Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut
kepentingan orang banyak. 4. Isu tersebut menjangkau dampak yang
amat luas.
5. Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan
(legitimasi) dalam masyarakat.
6. Isu tersebut menyangkut suatu persoalan dimana posisinya sulit
untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan kehadirannya.

3. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk memecahkan masalah


Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pada
pertarungan kepentingan antara berbagai aktor, masing-masing aktor
ditawarkan alternatif dan pada tahap ini sangat penting untuk
mengetahui apa alternatif yang ditawarkan oleh masing-masing aktor.
Pada kondisi ini, pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan pada
kompromi dan negoisasi yang terjadi antara aktor yang berkepentingan
dalam pembuatan kebijakan tersebut.

4. Tahap Penetapan Kebijakan


Pada tahap ini para aktor berjuang agar alternatifnya yang di terima
dan juga terjadi interaksi dengan aktor-aktor lain yang memunculkan
persuasion dan bargaining. Penetapan kebijakan dilakukan agar
sebuah kebijakan mempunyai kekuatan hukum yang dapat mengikat
dan ditaati oleh siapa saja, dan bentuk kebijakan yang dihasilkan
seperti Undang-Undang, keputusan Presiden, keputusan-keputusan
Menteri dan sebagainya.

Terdapat juga sejumlah model perumusan kebijakan publik yang


dikemukakan oleh para ahli antara lain : Model Institusional, Model
Elit–Massa, Model Kelompok, Model Sistem–Politik, Model Rational-
Comprehensive, Model Incremental, dan Model Mixed-Scanning

Anda mungkin juga menyukai