Disusun Oleh :
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
C. Integrasi Pribadi...................................................................................... 8
A. Kesimpulan .............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aparatur pemerintah atau yang biasa dikenal dengan aparatur sipil negara
merupakan abdi negara yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
peraturan yang berlaku, kedudukan dan peran aparatur sipil negara pada setiap
negara adalah penting dan menentukan karena aparatur sipil negara merupakan
aparatur pelaksana dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan
tujuan pemerintah. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas dan
kinerja aparatur sipil negara, dengan posisi yang demikian maka diperlukan
manajemen yang mampu secara komprehensif dan terperinci dalam menjelaskan
posisi, peran, hak dan kewajiban para aparatur sipil negara tersebut.
Namun pada kondisi saat ini, nampaknya telah terjadi fenomena dimana
aparatur sipil negara kurang memiliki integritas, hal tersebut dapat dilihat dari
penurunan kesadaran dalam melakukan kewajiban seperti halnya disiplin waktu
dalam bekerja dan semangat kerja yang cenderung menurun, sehingga untuk dapat
membentuk sosok aparatur sipil negara yang memiliki integritas, perlu
dilaksanakannya pembinaan dalam bentuk pembangunan budaya integritas
(Modul Muatan Lokal Diklat Teknis dan Fungsional Provinsi Riau, 2017).
1
karena terpaksa, bukan keluar dari dalam hati nurani mereka. Jika ketiadaan
integritas pada individu benar-benar terjadi, maka usaha pegawai dalam
mewujudkan tujuan organisasi akan sulit tercapai. Sikap dan perilaku
pegawai/aparatur negeri sipil (ASN) menentukan kepuasan Stakeholder dan
kelangsungan hidup dari organisasi itu. Hal ini disebabkan tanggung jawab
untuk memberikan keuntungan yang kompetitif dan berkesinambungan untuk
organsiasi sebagian besar berada di tangan para pegawai tersebut demi terciptanya
kepuasan stakeholder.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui integritas Publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Integritas (integritas atis, dalam Bahasa latin dari kata sifat integer) artinya
tidak rusak, murni, utuh, jujur, lurus, dan dapat dipercaya atau diandalkan. (D.P.
Simpson, Cassell New Latin Dictionary, 1960). Integritas menurut kamus lengkap
Bahasa Indonesia Praktis yaitu kejujuran, mutu, sifat atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang
memancarkan kewibawaan.
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan
nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin
dalam kesederhanaan hidup.
Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang sesuai
nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat. Integritas publik juga
merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung oleh institusi sosial
seperti hukum, aturan, kebiasaan, dan sistem pengawasan.
3
Integritas Publik merupakan unsur pokok etika publik. Dari penjelasan
etimologi pengertian “integritas publik” mengungkapkan kualitas utama yang
diharapkan dari pejabat publik.
Integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) dilihat dari bentuk kejujuran, ketaatan
peraturan, keahlian pada saat bekerjasama dan dedikasinya pada rakyat. Undang-
Undang No 5 Tahun 2014 mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN) Integritas
kerap disimpulkan dengan pemahaman atas etika dan moral. Integritas sangat
mengharuskan seseorang untuk patuh pada aturan teknis dan etika yang ada dalam
suatu organisasi. Integritas melambangkan sebuah kualitas yang berdasarkan dari
sebuah kepercayaan publik serta juga membentuk lembaga yang tegas dalam
mengambil semua keputusan.
a. Bisa menepati dan memenuhi janji, serta komitmen yang sejalan dengan aturan
pelayanan publik.
b. Terbuka dan mengarah, yaitu Amanah dalam menjalankan visi dengan keadaan
yang nyata.
4
c. Mampu melihat gejala yang dirasakan sehingga bisa menyikapi aspek yang
dianggap memiliki makna dari sebuah masalah untuk mengambil keputusan
dengan tepat.
Terdapat tiga kriteria untuk mengukur integritas publik pejabat (Kolthoff, 2007
: 40, yaitu:
2) Jujur terhadap ideal yang mau dicapainya yang terungkap dalam kata dan
perbuatan;
Tiga hal ini juga menjadi pilar good governance, yang melihat integritas publik
sebagai tindakan seseorang atau lembaga pemegang kekuasaan yang sesuai
dengan nilai, tujuan, dan kewajiban yang dipercayakan kepadanya atau dengan
norma jabatan kekuasaan yang dipegangnya (A.J.Brown, 2008:4)
Integritas Publik berkaitan erat dengan penggunaan dana, sumber daya, asset
dan kekuasaan yang sesuai dengan tujuan-tujuan jabatan publik yang digunakan
untuk meningkatkan pelayanan publik (OECD Principles for Integrity Public
Procurement, 2009 : 19).
Dari definisi, faktor-faktor dan cara mengukur integritas publik diatas, dapat
disimpulkan bahwa integritas publik terungkap dalam :
a) Visi, perilaku, dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai atau standar etika,
artinya jujur dan sepenuh hati menjalankan pelayanan publik;
5
Maka dalam pengelolaan sumber daya, asset, dan kekayaan negara pejabat
yang memiliki integritas selalu mengacu ke tujuan manfaat Publik.
Menurut Dobel (1999: 7-8) ada tujuh prinsip dari konsep integritas publik yang
harus dijalankan:
6
6. Pejabat publik maupun aparaturnya setuju untuk menggunakan dana publik
secara hati-hati dan efesien untuk tujuan-tujuan yang telah disetujui, bukan
untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya;
7
3. Keberanian adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan komponen
pada keberanian menegakkan kebenaran secara terbuka, yang terdiri dari aspek
keberanian dan percaya diri.
C. Integrasi Pribadi
Etika keutamaan, yang merupakan dasar integritas pribadi, belum cukup untuk
menjamin integritas publik, maka infrastruktur etika di dalam organisasi
pelayanan publik sangat diperlukan karena menopang dan menguatkan niat baik.
Yang dimaksud dengan infrasruktur etika publik ialah "semua bentuk sarana yang
mendorong dan memberi sanksi untuk mengarahkan secara koheren dan
terkoordinasi pada norma norma, yang ditingkatkan menjadi materi etika dalam
pelayanan publik" (F. Piron, 2007:42). Infrastuktur etika ada yang sifatnya
membangun dari dalam dan ada yang membangun dari luar. Infrastruktur yang
sifatnya membangun dari dalam meliputi: (i) komisi etika yang ikut serta dalam
pengambilan keputusan untuk mengangkat masalah etika dalam setiap pertemuan
staf; (ii) tersedianya konsultasi etika; (iii) mekanisme whistle-blowing (hotlines,
konfidensial); (iv) cara perekrutan anggota dengan standar etika disertai
pendidikan dan pelatihan etika publik secara berkala, (v) proses evaluasi kinerja
diarahkan ke identifikasi dimensi dimensi etika; (vi) audit etika.
8
Infrastruktur etika itu mengandaikan adanya pelatihan etika publik. Pelatihan
analisa etis harus memperhitungkan struktur etika politik yang mempunyai tiga
lapis, yaitu lapis pribadi, institusional, dan manajerial (Dobel, 1999:46).
Sistem pelayanan publik yang baik dan efektif akan membantu membangun
integritas publik, artinya desain kelembagaan dan akuntabilitas akan menyumbang
pembentukan kualitas moral pejabat publik, dari pengalaman, orang bisa belajar
bahwa ternyata pelaku lebih menentukan.
Integritas publik bukan kualitas yang melekat pada jabatan. Integritas publik
dibangun dari kebiasaan untuk mempertimbangkan secara etik keputusan dan
tindakannya. Dari situ kelihatan tingkat kesadaran moral pejabat publik.
Kesadaran moral diukur bukan hanya dari kesalehan seseorang, tetapi terlebih dari
kompetensi teknis, leadership maupun efektivitasnya. Ketiga tuntutan ini sering
disebut sebagai infrastruktur etika publik karena memungkinkan orang
menimbang lebih jernih masalah etika atau mampu menghindarkan orang dilema
etika yang tidak perlu. Banyak dilema etika muncul hanya karena tiadanya
kompetensi teknis atau leadreship sehingga yang sebetulnya bukan masalah etika
menjadi dilema etika. Seorang pemimpin yang tidak mengerti akuntasi bisa ditipu
kepala bagian keuangan sehingga dalam laporannya terpaksa memberi
pembenaran atas belanja yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dilema moral
itu tidak harus ada bila pemimpin menguasai akuntansi. Jadi kompetensi etika
publik mengandaikan kompetensi teknis dan kepemimpinan.
9
D. Contoh Kasus Integrasi Publik
Di tengah wabah, bekas politikus PDI Perjuangan itu menerima suap lebih
dari Rp32 miliar dari rekanan penyedia bansos di Kemensos. Jatah bansos yang
mestinya utuh diterima warga ditilap tiap paketnya. Skandal korupsi yang
terungkap 5 Desember 2020 ini juga menurut ICW mencatatkan sejumlah
kejanggalan, mulai dari pengungkapan yang tak menyeluruh hingga penyidik
KPK yang mengungkap kasus justru dipersoalkan atas tuduhan pelanggaran etik.
Kasus Bank Century dimulai dengan jatuhnya bank ini akibat penyalahgunaan
dana nasabah yang digerakkan oleh pemilik Bank Century beserta keluarganya.
Pada kasus ini Negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 triliun atas kasus Bank
Century. Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century
telah menyebabkan kerugian negara Rp 689,394 miliar. Kasus ini turut menyeret
beberapa nama besar, namun, baru Budi Mulya yang sudah divonis 15 tahun .
10
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Lase, P. P. (2021). Pengaruh Integritas dan Profesionalisme Kerja terhadap
Kualitas Pelayanan Publik. JESS (Journal of Education on Social
Science), 5(2), 135-144.
Nihestita, N., Rosini, I., Hakim, D. R., & Kurniawati, D. (2018, September).
PENGARUH INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL
AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus Pada Kantor
Akuntan Publik Jakarta Selatan). In National Conference of Creative
Industry.
12