Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP-PRINSIP INTEGRITAS PUBLIK

Dosen Pengampu : Hendry Andry,S.Sos.,M.Si

Disusun Oleh :

Anita 197110371 (Ketua)


Jeffin Helman Gunawan 187110561 (Anggota)
Muhammad Ikhsandi Ali 197110566 (Anggota)
Ridho Oktaviandi 197110573 ( Anggota)
Winda Febriana 187110344 (Anggota)
Semester : VII (Tujuh) / B

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


senantiasa memberikan ridho dan rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah etika dan perilaku administrasi publik dengan judul
Prinsip-Prinsip Integritas Publik tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas


kelompok dari Bapak Hendry Andry,S.Sos.,M.Si pada mata kuliah etika dan
perilaku administrasi publik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


Bapak Hendry Andry,S.Sos.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah etika dan
perilaku administrasi publik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis
berharap ini bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi memperbaiki dan menyempurnakan penulisan yang selanjutnya.

Pekanbaru, 5 November 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 2

C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

A. Konsep Integritas public.......................................................................... 3

B. Prinsip-Prinsip Integritas Publik............................................................. 6

C. Integrasi Pribadi...................................................................................... 8

D. Contoh Kasus Integrasi Publik................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................11

A. Kesimpulan .............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aparatur pemerintah atau yang biasa dikenal dengan aparatur sipil negara
merupakan abdi negara yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
peraturan yang berlaku, kedudukan dan peran aparatur sipil negara pada setiap
negara adalah penting dan menentukan karena aparatur sipil negara merupakan
aparatur pelaksana dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan
tujuan pemerintah. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas dan
kinerja aparatur sipil negara, dengan posisi yang demikian maka diperlukan
manajemen yang mampu secara komprehensif dan terperinci dalam menjelaskan
posisi, peran, hak dan kewajiban para aparatur sipil negara tersebut.

Namun pada kondisi saat ini, nampaknya telah terjadi fenomena dimana
aparatur sipil negara kurang memiliki integritas, hal tersebut dapat dilihat dari
penurunan kesadaran dalam melakukan kewajiban seperti halnya disiplin waktu
dalam bekerja dan semangat kerja yang cenderung menurun, sehingga untuk dapat
membentuk sosok aparatur sipil negara yang memiliki integritas, perlu
dilaksanakannya pembinaan dalam bentuk pembangunan budaya integritas
(Modul Muatan Lokal Diklat Teknis dan Fungsional Provinsi Riau, 2017).

Sebagai konsep, integritas merupakan konsistensi dan keteguhan yang tak


tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan yang dapat
diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang (Pedoman
Pelaksanaan Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan, 2016). Konsep
integritas didasarkan dalam bentuk mengidentikkan dengan kata hati, akuntabilitas
moral, komitmen moral dan konsistensi moral seseorang (Paine, 1994).

Dalam sebuah instansi pemerintahan integritas sangat penting dimiliki setiap


pegawai. Tanpa adanya integritas maka aparatur negara akan malas
melakukan apa yang menjadi tugasnya karena mereka melakukan semua hal

1
karena terpaksa, bukan keluar dari dalam hati nurani mereka. Jika ketiadaan
integritas pada individu benar-benar terjadi, maka usaha pegawai dalam
mewujudkan tujuan organisasi akan sulit tercapai. Sikap dan perilaku
pegawai/aparatur negeri sipil (ASN) menentukan kepuasan Stakeholder dan
kelangsungan hidup dari organisasi itu. Hal ini disebabkan tanggung jawab
untuk memberikan keuntungan yang kompetitif dan berkesinambungan untuk
organsiasi sebagian besar berada di tangan para pegawai tersebut demi terciptanya
kepuasan stakeholder.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di


rumuskan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan integritas publik?

2. Apa saja prinsip-prinsip integritas publik?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui integritas Publik.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip integritas publik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Integritas publik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata integritas berartikan


mutu, kualitas, sifat, dan keadaan dimana bertujuan menimbulkan rasa kesatuan
yang utuh, sehingga memiiki kecenderungan menunjukkan kemampuan yang
sangat wibawa dan kejujuran yang tinggi.

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa integritas suatu potensi individu


atau kelompok guna mewujudkan sesuatu yang telah dijanjikan seseorang menjadi
suatu pelaksanaan nyata. Mulyadi (2007: 145).

Integritas (integritas atis, dalam Bahasa latin dari kata sifat integer) artinya
tidak rusak, murni, utuh, jujur, lurus, dan dapat dipercaya atau diandalkan. (D.P.
Simpson, Cassell New Latin Dictionary, 1960). Integritas menurut kamus lengkap
Bahasa Indonesia Praktis yaitu kejujuran, mutu, sifat atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang
memancarkan kewibawaan.

Menurut Sukriah ,dkk dalam (Yulianti 2015) Integritas merupakan kualitas


yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi
lembaga/organisasi dalam menguji semua keputusannya.

Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan
nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin
dalam kesederhanaan hidup.

Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang sesuai
nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat. Integritas publik juga
merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung oleh institusi sosial
seperti hukum, aturan, kebiasaan, dan sistem pengawasan.

3
Integritas Publik merupakan unsur pokok etika publik. Dari penjelasan
etimologi pengertian “integritas publik” mengungkapkan kualitas utama yang
diharapkan dari pejabat publik.

Integritas Publik merupakan kualitas perilaku seseorang atau organisasi yang


sesuai dengan nilai-nilai, standar, dan atau moral yang diterima oleh anggota
organisasi dan masyarakat. Kesesuaian dengan standar itu memungkinkan
pelayanan publik menjadi lebih berkualitas.

Integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) dilihat dari bentuk kejujuran, ketaatan
peraturan, keahlian pada saat bekerjasama dan dedikasinya pada rakyat. Undang-
Undang No 5 Tahun 2014 mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN) Integritas
kerap disimpulkan dengan pemahaman atas etika dan moral. Integritas sangat
mengharuskan seseorang untuk patuh pada aturan teknis dan etika yang ada dalam
suatu organisasi. Integritas melambangkan sebuah kualitas yang berdasarkan dari
sebuah kepercayaan publik serta juga membentuk lembaga yang tegas dalam
mengambil semua keputusan.

Integritas memerlukan kejujuran dari aparatur, transparansi, pemberani,


bijaksana, dan memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya, dan
membiarkan kinerja aparatur ditentukan oleh integritas yang dimiliki sendiri. Oleh
sebab itu integritas internal karyawan dapat dilihat dalam kinerja terbaiknya
dalam kelompok. Layanan publik dan kepercayaan dari publik tidak akan bisa
digerogoti oleh keperluan sendiri (Salwa, 2018). Integritas publik biasanya
dihubungkan dengan tiga kemampuan (J.P. Dobel,1999 : x ), yaitu:

a. Bisa menepati dan memenuhi janji, serta komitmen yang sejalan dengan aturan
pelayanan publik.

b. Terbuka dan mengarah, yaitu Amanah dalam menjalankan visi dengan keadaan
yang nyata.

4
c. Mampu melihat gejala yang dirasakan sehingga bisa menyikapi aspek yang
dianggap memiliki makna dari sebuah masalah untuk mengambil keputusan
dengan tepat.

Terdapat tiga kriteria untuk mengukur integritas publik pejabat (Kolthoff, 2007
: 40, yaitu:

1) Mandiri karena hidupnya mendasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang


stabil dan mempunyai visi karena mau memperjuangkan sesuatu yang khas;

2) Jujur terhadap ideal yang mau dicapainya yang terungkap dalam kata dan
perbuatan;

3) Perhatian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah kepentingan publik.

Tiga hal ini juga menjadi pilar good governance, yang melihat integritas publik
sebagai tindakan seseorang atau lembaga pemegang kekuasaan yang sesuai
dengan nilai, tujuan, dan kewajiban yang dipercayakan kepadanya atau dengan
norma jabatan kekuasaan yang dipegangnya (A.J.Brown, 2008:4)

Integritas Publik berkaitan erat dengan penggunaan dana, sumber daya, asset
dan kekuasaan yang sesuai dengan tujuan-tujuan jabatan publik yang digunakan
untuk meningkatkan pelayanan publik (OECD Principles for Integrity Public
Procurement, 2009 : 19).

Dari definisi, faktor-faktor dan cara mengukur integritas publik diatas, dapat
disimpulkan bahwa integritas publik terungkap dalam :

a) Visi, perilaku, dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai atau standar etika,
artinya jujur dan sepenuh hati menjalankan pelayanan publik;

b) Bersikap adil dan responsif terhadap pelayanan publik;

c) Kompeten untuk menempati janji dan kewajiban terhadap tanggungjawab


jabatannya demi kepentingan publik karena menghormati hak-hak warga
negara.

5
Maka dalam pengelolaan sumber daya, asset, dan kekayaan negara pejabat
yang memiliki integritas selalu mengacu ke tujuan manfaat Publik.

Indikator Integritas antara lain sebagai berikut :


a. Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode etik.
b. Melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai (value) dan kenyakinannya.
c. Bertindak berdasarkan nilai (value) meskipun sulit untuk melakukan itu.
d. Bertindak berdasarkan nilai (value) walaupun ada resiko atau biaya yang cukup
besar.

B. Prinsip-Prinsip Integritas Publik

Menurut Dobel (1999: 7-8) ada tujuh prinsip dari konsep integritas publik yang
harus dijalankan:

1. Pejabat publik harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang


melegitimasi kekuasaan pemerintah dan bersifat konstitusional dengan
meghormati setiap warga negara sesuai dengan martabat, hak asasi manusia
dan setara di depan hukum;

2. Pejabat publik harus menyetujui dalam hal mengesampingkan keputusan


pribadi dengan menghargai hasil dari proses yang sah secara hukum dan sesuai
dengan pertimbangan dan bersikap profesional;

3. Para pejabat publik maupun aparaturnya harus memiliki sifat akuntabel


terhadap semua tindakan baik terhadap atasan maupun publik serta jujur dan
tepat ketika mempertanggungjawabkannya;

4. Pejabat publik maupun aparaturnya harus bertindak secara kompeten dan


efektif dalam mencapai tujuan dengan batas-batas yang telah ditetapkan;

5. Pejabat publik maupun aparaturnya harus menghindari favoritisme dan


berusaha independen serta objektif dengan tetap mendasarkan pada alasan-
alasan yang tepat dan relevan di dalam mengambil keputusan;

6
6. Pejabat publik maupun aparaturnya setuju untuk menggunakan dana publik
secara hati-hati dan efesien untuk tujuan-tujuan yang telah disetujui, bukan
untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya;

7. Pejabat publik dan aparaturnya harus menjaga kepercayaan dan legitimasi


lembaga-lembaga negara.

Ketujuh integritas publik tersebut dapat mengarahkan tanggung jawab dengan


menunjukkan tindakan-tindakan yang harus dipenuhi agar pelayanan publik
berkualitas. Butuh pembelajaran dan pelatihan yang berkesinambungan agar
ketujuh prinsip tersebut bisa menjadi kebiasaan atau cara bertindak dari pejabat
publik maupun aparaturnya, yang dimana perlu adanya pendidikan dan pelatihan
dalam mempertajam refleksi etika publik dengan menggali landasan pembenaran
yang bersifat etis dan mempunyai konsekuensi etis dari keputusan atau kebijakan
publik.

Dalam menerapkan integritas dalam melaksanakan pekerjaannya, aparat


pemerintah harus memiliki perilaku-perilaku berikut ini :
1. Memiliki konsistensi dalam berkata dan bertindak.
2. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan.
3. Berani dan tegas dalam bertindak dan mengambil keputusan.
4. Disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

Pada Executive Brain Assessment konsep integritas diklasifikasikan menjadi


tiga dimensi, yakni kejujuran, konsistensi dan keberanian. Berikut merupakan
penjabaran dari ketiga dimensi tersebut, yaitu :

1. Kejujuran adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan aspek


komponen integritas pada kesadaran dalam hal kebenaran yang terdiri dari
aspek empati, tidak mudah menuduh orang lain bersalah dan rendah hati;

2. Konsistensi adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan komponen


integritas pada konsistensi perbuatan, yang terdiri dari aspek pengendalian
emosi, akuntabel dan fokus menyeluruh;

7
3. Keberanian adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan komponen
pada keberanian menegakkan kebenaran secara terbuka, yang terdiri dari aspek
keberanian dan percaya diri.

C. Integrasi Pribadi

Integritas pribadi sangat menentukan pembentukkan integritas publik


(integritas dalam mengemban jabatan publik) Integritas pribadi dipertaruhkan
ketika berhadapan dengan masalah harus menepati janji dan mengambil keputusan
dalam kerangka pelayanan publik. Integritas pribadi baru teruji sebagai integritas
publik ketika berhasil memegang teguh janji untuk menaati hukum, menjalankan
kewajiban-kewajiban yang dituntut oleh jabatan, dan arah kebijakannya tepat
sasaran dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Kehendak baik tidak
cukup karena yang dihadapi adalah struktur moral yang melingkupi jabatan dan
struktur kelembagaan kekuasaan publik.

Etika keutamaan, yang merupakan dasar integritas pribadi, belum cukup untuk
menjamin integritas publik, maka infrastruktur etika di dalam organisasi
pelayanan publik sangat diperlukan karena menopang dan menguatkan niat baik.
Yang dimaksud dengan infrasruktur etika publik ialah "semua bentuk sarana yang
mendorong dan memberi sanksi untuk mengarahkan secara koheren dan
terkoordinasi pada norma norma, yang ditingkatkan menjadi materi etika dalam
pelayanan publik" (F. Piron, 2007:42). Infrastuktur etika ada yang sifatnya
membangun dari dalam dan ada yang membangun dari luar. Infrastruktur yang
sifatnya membangun dari dalam meliputi: (i) komisi etika yang ikut serta dalam
pengambilan keputusan untuk mengangkat masalah etika dalam setiap pertemuan
staf; (ii) tersedianya konsultasi etika; (iii) mekanisme whistle-blowing (hotlines,
konfidensial); (iv) cara perekrutan anggota dengan standar etika disertai
pendidikan dan pelatihan etika publik secara berkala, (v) proses evaluasi kinerja
diarahkan ke identifikasi dimensi dimensi etika; (vi) audit etika.

8
Infrastruktur etika itu mengandaikan adanya pelatihan etika publik. Pelatihan
analisa etis harus memperhitungkan struktur etika politik yang mempunyai tiga
lapis, yaitu lapis pribadi, institusional, dan manajerial (Dobel, 1999:46).

Budaya etika mengandalkan pengintegrasian mekanisme pengawasan ke dalam


pengawasan membuat sistem bisa diramalkan karena korupsi manajemen
organisasi karena menyebabkan prosedur tidak lagi memberi kepastian.

Sistem pelayanan publik yang baik dan efektif akan membantu membangun
integritas publik, artinya desain kelembagaan dan akuntabilitas akan menyumbang
pembentukan kualitas moral pejabat publik, dari pengalaman, orang bisa belajar
bahwa ternyata pelaku lebih menentukan.

Integritas publik bukan kualitas yang melekat pada jabatan. Integritas publik
dibangun dari kebiasaan untuk mempertimbangkan secara etik keputusan dan
tindakannya. Dari situ kelihatan tingkat kesadaran moral pejabat publik.
Kesadaran moral diukur bukan hanya dari kesalehan seseorang, tetapi terlebih dari
kompetensi teknis, leadership maupun efektivitasnya. Ketiga tuntutan ini sering
disebut sebagai infrastruktur etika publik karena memungkinkan orang
menimbang lebih jernih masalah etika atau mampu menghindarkan orang dilema
etika yang tidak perlu. Banyak dilema etika muncul hanya karena tiadanya
kompetensi teknis atau leadreship sehingga yang sebetulnya bukan masalah etika
menjadi dilema etika. Seorang pemimpin yang tidak mengerti akuntasi bisa ditipu
kepala bagian keuangan sehingga dalam laporannya terpaksa memberi
pembenaran atas belanja yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dilema moral
itu tidak harus ada bila pemimpin menguasai akuntansi. Jadi kompetensi etika
publik mengandaikan kompetensi teknis dan kepemimpinan.

9
D. Contoh Kasus Integrasi Publik

I. Kasus korupsi bansos juliari batubara

Di tengah wabah, bekas politikus PDI Perjuangan itu menerima suap lebih
dari Rp32 miliar dari rekanan penyedia bansos di Kemensos. Jatah bansos yang
mestinya utuh diterima warga ditilap tiap paketnya. Skandal korupsi yang
terungkap 5 Desember 2020 ini juga menurut ICW mencatatkan sejumlah
kejanggalan, mulai dari pengungkapan yang tak menyeluruh hingga penyidik
KPK yang mengungkap kasus justru dipersoalkan atas tuduhan pelanggaran etik.

II. Kasus Bank Century

Kasus Bank Century dimulai dengan jatuhnya bank ini akibat penyalahgunaan 
dana nasabah yang digerakkan oleh pemilik Bank Century beserta keluarganya.
Pada kasus ini Negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 triliun atas kasus Bank
Century. Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century
telah menyebabkan kerugian negara Rp 689,394 miliar. Kasus ini turut menyeret
beberapa nama besar, namun, baru Budi Mulya yang sudah divonis 15 tahun .

10
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan

Integritas merupakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai kinerja


yang maksimum. Artinya, jika suatu integritas dapat dilaksanakan secara
utuh, lengkap, dan tak terputus, maka tentu hal tersebut akan memiliki
dampak workability yang maksimum. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahawa Integritas merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi seluruh
Aparatur Sipil Negara Terutama dalam hal pelayanan rakyat. Dengan integritas
yang tinggi maka para Aparatur Sipil Negara dapat meningkatkan kinerja. Dengan
kata lain, ketiadaan integritas pada diri seorang aparatur sipil negara akan memicu
kepada penurunan kinerja.
Integritas sangat berpengaruh terhadap pelayanan publik, dikarenakan semua
masyarakat bisa merasakan perbandingan sebuah pelayanan, contohnya seperti
pelayanan yang dihasilkan oleh karyawan perusahaan swasta dengan pelayanan
yang diciptakan oleh pegawai pemerintahan. Meski banyak hal yang
mempengaruhi, namun tetap saja itu semua ada celahnya. Jadi, aspek integritas
ialah hal yang sangat penting, barulah berikutnya dari beberapa faktor penunjang
lainnya. Begitupun berlaku sebaliknya, selengkap apapun sarana penunjang
namun jika pegawai tidak mampu memiliki integritas itu semua akan percuma
(Septiawan, 2020).

11
DAFTAR PUSTAKA
Lase, P. P. (2021). Pengaruh Integritas dan Profesionalisme Kerja terhadap
Kualitas Pelayanan Publik. JESS (Journal of Education on Social
Science), 5(2), 135-144.

Panji, I. G. N. A. A., Dewi, I. G. A. A. O., & Suardani, N. L. R. (2018).


PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD PUBLIC GOVERNANCE DAN
INTEGRITAS SISTEM PELAYANAN UNGGULAN TERPADU
(SIPUTU) TERHADAP KINERJA KEPOLISIAN RESOR
KARANGASEM. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 3(2), 209-225.

Susilo, P. T. (2017). Integritas dan Akuntabilitas dalam Pemerintahan Desa (Studi


Kasus: Penjualan Aset Tanah Kas Desa pada Pemerintahan Desa
Sumberasri, Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar-Jawa Timur). Citizen
Charter, 2(2), 165191.

Raisaputra, K. W. (2017). PENGARUH INDEPENDENSI, INTEGRITAS,


OBJEKTIVITAS, KERAHASIAAN, DAN KOMPETENSI TERHADAP
KINERJA AUDITOR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di
Bali) (Doctoral dissertation, UPN" VETERAN" YOGYAKARTA).

Nihestita, N., Rosini, I., Hakim, D. R., & Kurniawati, D. (2018, September).
PENGARUH INTEGRITAS DAN SKEPTISISME PROFESIONAL
AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus Pada Kantor
Akuntan Publik Jakarta Selatan). In National Conference of Creative
Industry.

Yuliasmi, Y. (2020). PENGARUH INTEGRITAS APARATUR SIPIL NEGARA


(ASN) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS
PENDIDIKAN KABUPATEN KERINCI. JURNAL ADMINISTRASI
NUSANTARA MAHA, 2(8), 80-90.

Yussa, H. A. (2020). Perilaku dan Etika Administrasi Publik. Pekanbaru:


Marpoyan Tujuh.

12

Anda mungkin juga menyukai