NIM : D0116086
Polarisasi Dunia
Dalam memilih dan menentukan strategi pembangunan yang tepat, suatu negara harus
berpandangan bahwa negara yang bersangkutan adalah yang menjadi “tuan di rumah sendiri”.
“locus of control” secara nasional harus bersifat internal. Pandangan tersebut berarti bahwa
yang dapat diandalkan adalah kemampuan sendiri walaupun masih terdapat keterbatasan,
kerjasama dengan negara lain secara bilateral, multilateral, regional, dan global tetap
diperlukan. Agar usaha mewujudkan kerja sama berhasil. Perlu memahami bentuk-bentuk
polarisasi di dunia saat-saat ini.
Walaupun perang dunia II telah berakhir lebih dari setengah abad yang lalu dan perang dingin
sudah usai pada akhir tahun delapan puluhan, tetapi banyak kalangan masyarakat belum
bebas dari perasaan takut, kelaparan, kemiskinan dan penderitaan. Kabar baik yang perlu di
catat yaitu beberapa negara yang semula penganut ideologi komunis telah mengganti
persepsinya tentan pentingny apendekatan ideologi dan politik untuk mengelola negara agar
kesejahteraan rakyat meningkat beralih menjadi pendekatan ekonomu berdasarkan
mekanisme pasar. Salah satu bukti terjadinya pergeseran persepsi yaitu jatuhnya
pemerintahan berhaluan komunis dan bahkan bubarnya beberapa negara berhaluan tersebut
dan timbulnya pemerintah yang mencerminkan filsafat politik yang mengatakan bahwa
kedaulatan suatu negara berada ditangnan rakyat. Dalam kata lain terdapat adanya campur
tangan rakyat dalam menentukan bagaimana kehidupan politiknya. Beberapa negara yang
masih menganut paham omunis atau sosialisme tetapi sudah semakin terbuka dan transparan
dalam hubungan dengan negara-negara lain. Polarisasi di bidang politik tidak mengenal
negara dengan berbagai blok, seperti Blok barat, Blok timur dan negaranegara non-blok.
Tidak dapat dikatakan bahwa negara-negara tertentu terutama yang tergolong sebagai negara
besar sudah menghentikan upayanya untuk memperluas dan memperkuat hegemoninya di
bidang politik.
Implikasi di Bidang Militer, sejarah pada era perang dingin, terjadi peprlombaan pemupukan
kekuatan di bidang militer, bukan hanyya dalam arti jumlah anggota angkatan bersenjata
akan tetapi terutama dalam bidang peralatan perang dan persenjataan yang sangat canggih,
yang dikenal sebagai Weapons of Mass Destruction (WMD), terutama senjata nuklir. Akibat
peristiwa itu banyak negara yang ingin menghasilkan nuklir sendiri dengan daya
permusnahannya yang dahsyat`
Dengan usainya perang dingin, dunia mencatat lima bentuk implikasi di bidang persenjataan,
yaitu :
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan peta geopolitik dunia dan
beralihnya pandangan negarawan serta politisi dibeberapa negara, terutamam mereka yang
dahulunya menggunakan pedekatan ideologi dalam membnagun negaranya. Secara teoritis
lebih membuka jalan untuk meningkatkan kerja sama antar negara dibidang politik yang bisa
membuka peluang besar bagi negara menyelenggarakan pembangunan politik yang bentuk,
proses, dan tahapannya di sesuaikan dengan filsafat politik yang dianut dan keadaan
lingkungan internal. Dipandang dari sudut geopolitik, polarisasi di bidang politik tidak sejelas
di masa lalu. Bentukknya berubah dari polarisasi kekuatan menjadi penekanan pada isu-isu
politik seperti demokratisasi, pengakuan, dan penghormatan HAM dan sejenisnya yang
mempunyai resonasi dalam berbagai bidang lainnya.
Polarisasi yang menonjol di dunia saat-sat ini adalah di bidang eknomi. Membuat
kategorisasi tingkat-tingkat perekonomian berbagai negara sebagai dasar polarisasi bukanlah
hal yang mudah. Karena aneka ragam tolak ukurnya, perubahan atau perkembangan yang
terjadi dengan cepat dan turut berperannya faktor-faktor non ekonomi. Misalnya dengan
membagi negara-negara miskin di pihak lain memang suda menggambarkan polarisasi
tersebut meskipun cara ini terlalu sederhana maknanya. Namun, walaupun secara sederhana
dan mungkin tidak terlalu akurat, kategorisasi tersebut dapat dilakukan. Dengan
menggunakan kriteria pendapatan per kapita, produk bruto domestik, tahap industrialisasi,
proses produksi yang mutakhir berkat penguasaan teknologi, kecanggihan manajemen bisnis
dan penguasaan pasar global.
Negara negara industri maju dan kaya pada umumnya terdapat di belahan bumi utara dan
semuanya berada di Benua Eropa dan Amerika Utara kecuali Jepang. Dikaitkan dengan
mutlak perlunya kerja sama bilateral, regional, multilateral, dan global di bidang ekonomi,
terdapat 5 faktor yang perlu mendapat perhatian apabila tidak diatasi akan menimbulkan
masalah, 5 faktor tersebut adalah :
1. Dengan menggunakan berbagai krkiteria, negara-negara tersebut dapat dikatakan
menguasai dunia.
2. Kesediaan mengalihkan penguasaan teknologi canggih, khususnya yang berkaitan
dengan proses produksi dan peningkatan mutu.
3. Kesediaan mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan manajerial .
4. Penggunaan ekonomi sebagai senjata politik.
5. Upaya PBB untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara negara-negara industri
maju denga negara-negra dunia ketiga.
Sulitnya menumbuhkan dan memelihara kerja sama di bidang ekonomi disebabkna oleh
“berlindungnya” para pemimpin pemerintahan birokrat, dan para pelaku ekonomi di balik
kepentingan nasional. Berarti kemauan dan pernyataan politik, betapapun pentingnya, mutlak
perlu ditindak lanjuti dalam arti kesediaan untuk melihat “hutan” yang lebih luas yaitu
penigkatan kesejahteraan seluruh umat manusia da n tidak sekedar “menonjolkan pohon”
yang disebut “kepentingan nasional” tersebut.
a. Disiplin ilmu baru yang dikembangkan mempunya nilai aplikatif tinggi dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
b. Para cerdik pandai tidak hanya harus menguasai teori ilmu yang bersifat universal,
akan tetapi juga harus dapat menerapkannya.
Implikasi kedua hal tersebut ialah bahawa para elite akademis tidak hidup terisolasi dalam
“menara gading” dan hannya mengembangkan disiplin ilmu tertentu semata-mata demi ilmu.
Keunggulan dalam penguasaan teori yang bersifat universal dan kemampuan analitik yang
tinggi masih harus “diujji” dalam penerapannya yang bersifat adaptif.
Faktor-faktor penyebab belum kuatnya sektor swasta di negara-negara Dunia ketiga antara
lain ialah : kewirausahaan yang belum membudaya, lemahnya permodalan, belum
dikuasainya teori manajemen mutakhir, iklim berusaha tidak selalu kondusif, keengganan
mengambil resiko, dan faktor ekonomi lainnya. Karena itu, tidak jarang dileparkan tuduhan
kepada duinia usaha bahwa mereka dihinggapi oleh mental catur dan mengelola usahanya
dengan cara yang manipulasi da n spekulasi..tuduhan tersebut masih diperkuat oleh persepsi
negarif dikalangan masyarakat mengenai perilaku para usahawan antara lain dalam bentuk
pemberian suap, uang pelicin, kolusi dengan anggota birokrasi pemerintah, manipulasi
perolehan lisensi istimewa, penanaman modal hanya pada kegiatan ekonomi yang akan
mendatangkan keuntungan seketika tetapi tidak memiliki daya jangka panjang, dan perilaku
tercela lainnya. Para elite bisnis harus melihat dan memperlakukan berbagai faktor tersebut
sebagai tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Dalam kaitan ini harus segera
ditambahkan bahwa di negara-negara industri baru, negara sedang berkembang, dan negara
sedang membangun para usahawan memang telah mengalami banyak kemajuan yang
menggembirakan. Mereka dituntut untuk berpartisipasi lebih aktif , substansial, dan proaktif
dalam membangun bangsa dan negaranya.
Setiap negar memerlukan ketahanan nasional yang ampuh dan andal. Dengan kemampuan
seperti itu negara yang bersangkutan memerlukan angkatan bersenjata yang efektif dan
modern untuk menangkal berbagai bentuk ancaman atau serangan yang datang dari luar dan
untuk memdamkan segala bentuk gangguan yang mungkin timbul dalam negri.
Pembangunan akan berhasil apabila suatu negara tidak terjadi gejolak, instabilitas, dan
gangguan keamanan serta ketertiban umum. Upaya meningkatkan kesejahteraan seluruh
masyarakat mutlak memerlukan keamanan, ketertiban, disiplin nasional, dan semangat juang
yang tinggi
Para kelompok elite di kalangan angkatan bersenjata dapat memainkan perana yang penting,
bukan hanya dalam memimpin angkatan bersenjata yang bersangkutn, akan tetapi juga
sebagai “role model” bagi masyarakat lainnya dan sebagai stabilisator dan dinamisator bagi
pembangunan bangsa.