Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PARADIGMA ETIKA ADMNISTRASI NEGARA MODEL 1 1940

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dengan mata kuliah
Etika Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Mulawarman

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Donny Damala Pradana 1702015006


Marlianti Bulkis 1702015010
Anisha Dwi Fajriani 1702015011
Elisabet Debby Jenau 1702015019
Sri Widyawati 1702015020
Riska Meidiana Anggraini 1702015032
Nur Ayunda Novita 1702015037
Lilis Tiani 1702015045

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ,puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan karunia , hidayah , dan kenikmatan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
Paradigma Etika Administrasi Negara Model 1 Tahun 1940.
Makalah ini dapat diselesaikan karena kerja sama anggota
kelompok dalam menyelesaikan tugas ini, tanpa bantuan dan kerjasama
makalah ini tidak akan terselesaikan dengan tepat waktu, sesuai dengan waktu
yang telah diberikan .
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharapkan sebuah kritikan dan saran dari pembaca ,
agar kedepannya dapat menjadi lebih baik dalam penulisan makalah dan karya
ilmiah

Samarinda, 18 Oktober 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Batasan Masalah.......................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................... 3


A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 3
1. Tinjauan Tentang Etika Administrasi Negara ....................... 3
2. Tinjauan Tentang Etika Pelayanan Publik ............................ 5

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 8


A. Paradigma Etika Pelayanan Publik Model I – The 1940’s ......... 8
B. Standar Etika Pelayanan Publik .................................................. 8
C. Aliran Etika ................................................................................. 9
D. Prinsip – Prinsip Etika Pelayanan Publik .................................... 10

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 12


A. Kesimpulan ................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan kepada masyarakat (publik) diakui sebagai salah satu faktor
kunci dalam menggapai keberhasian pembangunan di segala bidang . Tidak
terkecuali pembangunan dibidang pendidikan , sosial politik, dan sebagainya.
Capaian pelayanan publik yang baik , unggul , berkualitas , serta sesuai
dengan tuntutan kebutuhan zaman sangat ditentukan oleh kemampuan dan
etika pelayanan yang dilakukan oleh pelaku pelaku pelayanan publik (public
servent) itu sendiri. Kemampuan dan Etika harus berjalan seiring , karena
akan terasa sia – sia apabila kemampuan ( penguasaan ilmu pengetahuan ,
keahlian , keterampilan, pengalaman dan wawasan) tanpa disertai penerapan
dan pemberlakuan etika yang baik.
Seiring dengan perkembangan zaman Etika Administrasi Negara
memiliki berbagai macam paradigma, pergeseran paradigma tidak boleh
dilupakan, terjadinya sebuah pergeseran paradigma karena ada hal – hal yang
memang tidak bisa diterapkan pada masa itu ada pula terjadinya sebuah
pergeseran karena paradigma yang berlaku pada masa itu memiliki
kekurangan , sehingga perlu pembaharuan paradigma . tentu didalam sebuah
Etika Administrasi Negara, masing – masing dari paradigma memiliki ciri
khususnya tersendiri, paradigma pertama berbeda dengan paradigma ke dua,
begitu pula selanjutya.
Namun tidak berarti , dengan adanya perbedaan fokusan dalam
paradigma, dapat menghilangkan paradigma sebelumnya, tetapi bisa juga
paradigma yang lama juga diterapkan pada paradigma ke dua, namun diambil
bagian yang baik ,dihilngkan yang buruk dan ditambahkan dengan hal yang
dapat menjadi pelengkap sesuai dengan kebutuhan .

1
Menurut Denhardt (dalam bukunya The Ethics Of Public Service
1988 :166) dibagi dalam lima model. Dan pada tulisan makalah uini akan
dibahas salah satu dari kelima model tersebut yaitu ”PARADIGMA ETIKA
ADMNISTRASI NEGARA MODEL 1 1940“

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana paradigma Etika Pelayanan Publik Model I The 1940’s ?
2. Apa saja yang menjadi Standar Etika Pelayanan?
3. Apa saja macam-macam aliran etika?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam etika pelayanan publik?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, paradigma Etika
Administrasi Negara sangat banyak dan memiliki berbagai macam model,
namun pada pembahasan masalah kali ini , hanya terfokus pada paradigma
Etika Administrasi Negara pada model 1

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Etika Administrasi Negara
1.1.Pengertian Etika
Menurut Salam Burhanuddin (1991:1), etika adalah sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukkan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku manusia, baik secara pribadi
maupun sebagai kelompok.
Sedangkan Magnis Suseno (1990), mengatakan bahwa etika adalah
ilmu dan bukan sebuah ajaran, yang memberi kita norma tentang
bagaimana kita harus hidup adalah moralitas.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1988), disebut: (1) ilmu tentang apa yang baik “baik” dan
apa yang “buruk” dan tentang hak dan kewajiban moral,(2) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan ahlak, dan (3) nilai mengenai benar dan
salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat di simpulkan bahwa
etika adalah ilmu yang berisikan nilai-nilai positif dan hukum yang
mengatur tentang tingkah laku manusia dan dapat dijadikan sebagai
pedoman manusia dalam melakukan hal dan sesuatu, agar apa yang
dilakukan dapat dikatakan memiliki sebuah nilai.

3
1.2.Pengertian Administrasi
Herbert A. Simon (1999:3), mendefinisikan administrasi sebagai
kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama.
Leonard D. White dalam Inu Kencana Syafiie dkk. (1999),
mendefinisikan administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada
usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik sipil
maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.
Dimock & Dimock (1999:20), mengatakan bahwa suatu ilmu yang
mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemerintah, dan cara
mereka memperolehnya. Administrasi juga mementingkan aspek-aspek
konkrit dari metode-metode dan prosedur-prosedur manajemen.
Berdasarkan pernyataan diatas ,Maka dapat di simpulkan bahwa
administrasi adalah pekerjaan yang terencana dan dilakukan oleh
sekelompok manusia dengan cara bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama yang sudah ditetapkan sebelumnya.

1.3.Pengertian Publik
Kriyantono (2012) mendefinisikan public sebagai sekumpulan
orang / kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan atau
perhatian yang sama terhadap suatu hal. Jefkins (2003) mendefinisikan
public sebagai kelompok / orang - orang yang berkomunikasi dengan
organisasi, baik secara internal maupun eksternal.
Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006) publik sebagai unit
sosial aktif yang terdiri dari semua pihak yang terlibat mengenali problem
bersama yang akan mereka cari solusinya secara bersama-sama.
Berdasarkan pernyataan diatas ,Maka dapat di tarik suatu
simpulkan bahwa publik adalah beberapa orang yang bersatu dalam suatu
ikatan yang berkaitan mengenai suatu negara, bangsa, atau masyarakat.

4
2. Tinjauan Etika Pelayanan Publik
2.1.Pengertian Pelayanan
Menurut Loina dalam bukunya yang bertajuk Hubungan
Masyarakat Membina Hubungan Baik Dengan Publik (2001:38)
Mengatakan bahwa Pelayanan merupakan suatu proses keseluruhan dari
pembentukan citra perusahaan, baik melalui media berita, membentuk
budaya perusahaan secara internal, maupun melakukan komunikasi
tentang pandangan perusahaan kepada para pemimpin pemerintahan serta
publik lainnya yang berkepentingan.
Freed luthans mengatakan bahwa pelayanan adalah sebuah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang menyangkut
segala masalah yang ditujukan orang lain untuk menyeleaikan masalah.
Menurut Groonros (1990:27) dalam Ratminto dan Atik (2005:2)
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang di
sediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.
Berdasarkan pernyataan diatas, Maka dapat ditarik suatu
kesimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan pemberian bantuan
kepada orang lainbaik berupa materi atau non materi agar orang yang
dibantu dapat mengatasi masalahnya itu sendiri.

2.2.Pengertian Pelayanan Publik


Menurut AG. Subarsono (Agus Dwiyanto,2005 : 14) pelayanan
publik didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna
yang dimaksud adalah warga negara yang membutuhkan pelayanan

5
publik, seperti pembuatan akta kelahiran, pembuatan KTP, akta nikah,
akta kematian, sertifikat.
Pelayanan Publik menurut Sinambela dkk (2010 : 128) adalah
sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah
manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Pelayanan publik menurut Wasistiono (Hardiyansyah 2011 : 11)
adalahpemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama
pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan
masyarakat.
Berdasarkan Pernyataan diatas, Maka dapat ditarik suatu
kesimpulkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat berupa pelayanan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

2.3.Pengertian Etika Pelayanan Publik


Menurut Denhardt (dalam Keban, 2008: 168) etika pelayanan
public diartikan sebagai filsafat dan professional standart (kode etik), atau
moral atau right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang
seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau administrator
publik.
Rohman, dkk (2010: 24) mendefinisikan bahwa etika pelayanan
publik adalah suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan
kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau
norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik.
Menurut Wahyudi Kumorotomo (Kumorotomo,1992: 7)
mendefinisikan etika pelayanan publik sebagai suatu cara dalam melayani

6
publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung
nilai-nilai hidup dan hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah
laku manusia yang dianggap baik.
Berdasarkan Pernyataan diatas, Maka dapat di simpulkan bahwa
etika pelayanan publik adalah suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup yang positif,
norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Paradigma Etika Pelayanan Publik Model I – The 1940’s


Sejarah etika dalam pelayanan publik dapat ditelusuri dalam tulisan
Denhardt yang berjudul The Ethics of Public Service (1988). Penulis ini
menggambarkan sejarah etika pelayanan publik mulai dari karya Wayne
A.R.Leys tahun 1944, yang oleh penulis disebut sebagai Model I – The
1940’s. Leys memberikan saran kepada pemerintah Amerika Serika tentang
bagaimana menghasilkan suatu good public policy decisions.
Ia berpendapat bahwa sudah waktunya meninggalkan kebiasaan atau
tradisi (custom) yang selama ini selalu menjadi pegangan utama dalam
menentukan suatu pembuatan keputusan karena pemerintah terus berhadapan
dengan berbagai masalah baru. Katanya, kebiasaan dan tradisi tersebut harus
“digoyang” dengan standard etika yang ada dimana etika, katanya, harus
dilihat sebagai source of doubt. Pertanyaan-pertanyaan etika harus digunakan
dalam menilai apakah suatu keputusan sudah dianggap baik atau tidak.
Singkatnya, dalam model ini dikatakan bahwa agar menjadi etis, diperlukan
seorang administrator senantiasa menguji dan mempertanyakan standard yang
digunakan dalam pembuatan keputusan dari pada hanya sekedar menerima
atau tergantung pada kebiasaan dan tradisi yang ada (Denhardt, 1988: 6).

B. Standar Etika Pelayanan Publik


Standar etika publik adalah standar atau norma yang menentukan baik-
buruk dan benar-salah suatu perilaku, tindakan, dan keputusan yang
mengarahkan kebijakan publik dalam menjalankan tanggung jawabnya
sebagai pelayanan publik. Standar etika publik tersebut dapat menjadi
pedoman moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat. Setiap organisasi memiliki kelebihan dan kekurangan,

8
serta memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Seorang pemimpin hendaklah
memahami hal tersebut dengan benar, sehinggi dapat mengambil kebijakan
yang tepat sesuai dengan kondisi atau karakterisitik organisasi yang
dipimpinnya, agar proyek perubahan dan kebijakan yang diambilnya dapat
berjalan dengan baik, lancer, dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

C. Aliran Etika
Dilihat dari sejarah administrasi publik, etika merupakan isu yang
relatif muda. Di dalam aliran klasik/birokrasi klasik, etika belum disentuh
oleh Max Weber, F.W.Taylor, L.Gullick, L.Urwick, dan baru dapat secara
jelas terlihat pada kehendak untuk memisahkan antara administrasi dan politik
atau yang dikenal dengan “the politics-administration dichotomy”. Bahkan,
menurut Chandler dan Plano (1998:18), asalkan administrator publik
mengerjakan pekerjaan mereka secara efisien dan ekonomis maka mereka
telah dianggap sabagai pihak yang bermoral. Anggapan ini berlangsung
sampai Paul Appleby melihat bahwa administrasi dan politik adalah bagian
dari parsel yang sama, barulah disadari bahwa moralitas merupakan bagian
dari dunia birokrasi.
Dan kini, aspek etika menjadi sorotan utama bagi para administrator
karena mereka terpaksa harus membuat keputusan yang tidak saja
mempertimbangkan nilai efisiensi, ekonomis dan prinsip-prinsip administrasi,
tetapi juga aspek moralitas. Masalah etika ini kemudian lebih lanjut dituntut
untuk diperhatikan karena terjadi kompetisi antara kepentingan publik dan
kepentingan lain (competing interests).
Menurut Chandler & Plano (1998) dalam etika terdapat empat aliran
utama yaitu empirical theory, rational theory, intuitive theory, dan revelation
theory. Empirical theory melihat bahwa etika diturunkan dari pengalaman
manusia dan persetujuan umum. Misalnya peperangan atau penggunaan zat
kimia tertentu yang membahayakan manusia. Dalam konteks ini penilaian

9
tentang “baik” dan “buruk” tidak terlepas dari atau tidak terpisahkan dari fakta
dan perbuatan.
Rational theory melihat bahwa baik atau buruk sangat tergantung dari
reasoning atau alasan dan logika yang melatarbelakangi suatu perbuatan,
bukan pengalaman. Dalam konteks ini, setiap institusi dilihat sebagai suatu
yang unik dan membutuhkan penerapan yang unik dari logika manusia dan
memberikan kesimpulan yang unik pula tentang baik atau buruk.
Intutitive theory berargumen bahwa etika tidak harus berasal dari
pengalaman dan logika, tetapi manusia secara alamiah dan otomatis memiliki
pemahaman tentang apa yang benar dan salah, apa yang baik dan yang buruk.
Teori ini menggunakan hukum moral alamiah atau “natural moral law”.
Dari revelation theory berpendapat bahwa yang benar atau salah
berasal dari kekuasaan diatas manusia yaitu dari Tuhan sendiri. Dengan kata
lain apa yang dikatakan Tuhan (dalam berbagai kitab suci) menjadi rujukan
utama untuk memutuskan apa yang benar dan apa yang salah.
Poedjawijatna (1972:3), mengatakan bahwa etika merupakan cabang
dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari
keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika,
ia mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak
mencari, tindakan manusia manakah yang baik manakah yang tidak baik atau
buruk.

D. Prinsip – Prinsip Etika Pelayanan Publik


Prinsip-prinsip etika pelayanan publik yang dikembangkan oleh
Institute Josephson America dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi
bagi para birokrasi publik dalam memberikan pelayanan, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. jujur, dapat dipercaya, tidak berbohong, tidak menipu, mencuri, curang,
dan berbelit-belit;

10
2. Integritas, berprinsip, terhormat, tidak mengorbankan prinsip moral, dan
tidak bermuka dua;
3. Memegang janji. Memenuhi janji serta mematuhi jiwa perjanjian
sebagaimana isinya dan tidak menafsirkan isi perjanjian itu secara
sepihak;
4. Setia, loyal, dan taat pada kewajiban yang semestinya harus dikerjakan;
5. Adil. Memperlakukan orang dengan sama, bertoleransi dan menerima
perbedaan serta berpikiran terbuka;
6. Perhatian. Memperhatikan kesejahteraan orang lain dengan kasih sayang,
memberikan kebaikan dalam pelayanan;
7. Hormat. Orang yang etis memberikan penghormatan terhadap martabat
manusia privasi dan hak menentukan nasib bagi setiap orang;
8. Kewarganegaraan, kaum profesional sektor publik mempunyai tanggung
jawab untuk menghormati dan menghargai serta mendorong pembuatan
keputusan yang demokratis;
9. Keunggulan. Orang yang etis memperhatikan kualitas pekerjaannya, dan
seorang professional publik harus berpengetahuan dan siap melaksanakan
wewenang publik;
10. Akuntabilitas. Orang yang etis menerima tanggung jawab atas keputusan,
konsekuensi yang diduga dari dan kepastian mereka, dan memberi contoh
kepada orang lain;
11. Menjaga kepercayaan publik. Orang-orang yang berada disektor publik
mempunyai kewajiban khusus untuk mempelopori dengan cara
mencontohkan untuk menjaga dan meningkatkan integritas dan reputasi
prosses legislative.

11
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan permasalahan diatas, maka dalam makalah
ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Paradigma Etika Pelayanan Publik
Model I The 1940’s menggambarkan sejarah etika pelayanan publik mulai
dari karya Wayne A.R.Leys pada tahun 1944. Pada paradigma ini
menjelaskan tentang bagaimana menghasilkan suatu good public policy
decisions. Model ini menjelaskan bahwa sudah waktunya meninggalkan
kebiasaan atau tradisi (custom) yang selama ini selalu menjadi pegangan
utama dalam menentukan suatu pembuatan keputusan karena pemerintah terus
berhadapan dengan berbagai masalah baru. Dalam model ini dikatakan bahwa
agar menjadi etis, diperlukan seorang administrator senantiasa menguji dan
mempertanyakan standard yang digunakan dalam pembuatan keputusan dari
pada hanya sekedar menerima atau tergantung pada kebiasaan dan tradisi
yang ada.
Standar etika publik adalah standar atau norma yang menentukan baik-
buruk dan benar-salah suatu perilaku, tindakan, dan keputusan yang
mengarahkan kebijakan publik dalam menjalankan tanggung jawabnya
sebagai pelayanan publik. Standar etika publik tersebut dapat menjadi
pedoman moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat.
Di dalam etika terdapat empat aliran utama yaitu empirical theory,
rational theory, intuitive theory, dan revelation theory yang penting di pelajari
dalam administrasi publik karena empat aliran ini berkenaan dengan maksud
dan tujuan publik, diarahkan untuk memuaskan kepentingan atau kebahagiaan
publik, dan harus dijalankan dengan kewajiban dan motif yang benar.

12
Prinsip-prinsip etika pelayanan publikdapat digunakan sebagai rujukan
atau referensi bagi para birokrasi publik dalam memberikan pelayanan.

B. SARAN
Berdasarkan Kesimpulan diatas, maka saran kami dalam menghadapi
pergeseran pardigma Etika Administrasi Negara yang setiap waktu dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan pada zamannya, maka kami menyarankan
agar memahami dan menerapkan :
1. Kesadaran Akan pentingnya Etika dalam sebuah pelayanan
2. Mengadakan Sosialisasi terhadap masyarakat dan juga dikalangan pelajar,
mahasiswa dan lain sebagainya.
Dan juga terdapat sebuah kritik terhadap etika administrasi negara
yang meliputi :
1. Kurang perhatian terhadap pentingnya etika dalam pelayanan
2. Kurangnya sosialisasi maupun pendidikan terhadap etika
3. Kurangnya kesadaran individu terhadap etika

13
DAFTAR PUSTAKA

T.Keban,Yeremias. 2014. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik


Konsep,Teori, dan Isu. Yogyakarta : Gava Media

Pasolong,Harbani .2014. Teori administrasi Publik.Bandung : Alfabeta,CV

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/1415/1225 ( Diakses
Pada tanggal 18 Oktober 2019 )

https://www.bappenas.go.id/files/3113/5228/3135/yeremias__2009101512413
0__2350__0.pdf ( Diakses Pada Tanggal 18 Oktober 2019 )

14

Anda mungkin juga menyukai